mendompleng citra (2)

Rabu, 29/12/2010 12:49 WIB
Suporter Serukan Koruptor & Pengemplang Pajak Jauhi Timnas
Didi Syafirdi - detikNews



Jakarta - Ali (30), salah seorang suporter, menarik perhatian para pendukung Timnas lainnya di GBK, Senayan, Jakarta. Dia seorang diri membawa poster ukuran 1x1 meter bertuliskan 'Jauhkan Sepakbola Kita dari Para Koruptor dan Pengemplang Pajak'.

Sambil memegang dan mengangkat poster tinggi-tinggi, Ali (30) keliling stadion GBK, Rabu (29/12/2010). Aksi Ali yang mengenakan kaos merah Timnas ini menarik perhatian suporter lainnya.

"Setuju, setuju!" teriak suporter yang lainnya sambil tepuk tangan.

Ali mengaku melakukan aksi itu atas inisiatif sendiri. Dia tidak disuruh dan dibayar siapapun.

"Saya prihatin saja. Karena masih banyak koruptor dan pengemplang pajak di negara ini. Kalau itu tidak ada, saya yakin pemain Indonesia akan lebih sejahtera," kata Ali.

Ali menilai, ada pihak-pihak yang memanfaatkan Timnas untuk mencari popularitas untuk Pemilu 2014. Sebaiknya Timnas jangan dipolitisasi dan dicampuradukkan dengan kepentingan politik.

"Mantan koruptor ada di dalam tubuh PSSI. Pengemplang pajak memanfaatkan Timnas, sedang mencari popularitas untuk 2014. Seharusnya sepakbola jangan dipolitisasi, dicampuradukkan untuk kepentingan politik. Apalagi Timnas ini kan milik seluruh rakyat Indonesia," imbuh Ali.
(nik/fay)

Kamis, 23/12/2010 18:46 WIB
Burung Garuda, Poliklinik dan Nasionalisme Buta
Andi Saputra - detikNews




Jakarta - Sebagai negara, Indonesia memiliki simbol-simbol kenegaraan yang harus dihormati setiap warga negaranya, tanpa kecuali. Simbol itu adalah kepala negara yaitu presiden, bahasa negara yaitu Bahasa Indonesia, bendera negara yaitu bendera Merah Putih dan lambang negara yaitu Burung Garuda.

Dari 4 simbol negara diatas, mungkin hanya Kepala Negara dan Bendera Negara saja yang pemakaiannya sudah pantas. Tapi bagaimana dengan dua lambang lainnya yaitu bahasa negara dan lambang negara?

Sebuah kresek putih tergeletak di meja staff karyawan sebuah institusi negara. Dalam
kresek plastik itu, terdapat lambang negara Burung Garuda dengan tulisan besar di atasnya, POLIKLINIK. Padahal, umumnya lambang kesehatan/ kedokteran adalah ular melingkar.

"Loh, ini kan poliklinik di lembaga negara. Lembaga negaranya juga pakai logonya lambang Burung Garuda. Ya polikliniknya ikutan juga," kata sang empunya kresek berdalih.

Burung Garuda kini juga melekat di kartu nama pejabat. Beberapa pejabat lembaga negara, masih menyematkan Burung Garuda di atas nama serta jabatan. Bahkan, kadangkala Burung Garuda tercetak tebal dengan tinta emas.

Lambang negara ini juga nampak berkibar di sebuah spanduk yang dibentangkan di jembatan penyeberangan. Pasalnya, sebuah institusi pemerintah yang menggunakan Burung Garuda sedang mengajak masyarakat memerangi narkoba. Namun, empunya spanduk mungkin lupa, jika Burung Garuda tersebut rusak, lusuh, kotor karena terkena panas dan hujan, siang dan malam.

Tak berbeda jauh dari fakta di atas, sebuah lambang garuda juga kotor dan lusuh karena di tempel di spark board sepeda motor. Menerjang guyuran hujan, kena kotoran jalan, terkena lumpur got. Di sekeliling Burung Garuda tersebut, lagi- agi nampak tertulis sebuah lembaga negara.

Kini, Burung Garuda juga sering terlihat menempel di atas/ samping plat No Pol mobil.
Terdapat tulisan institusi negara di seputaran Burung Garuda. Sepintas nampak gagah,
menunjukan identitas sang empunya kendaraan.

Pun demikian, seiring trend sekolah Internasional, Bahasa Indonesia ikut tergerus zaman. Entah murni untuk meningkatkan kualitas atau buat prestise semata, kini bahasa asing telah menggeser Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Seakan-akan, ketika orang cas cic cus fasih berbicara bahasa asing, sudah merasa pintar. Padahal, keilmuan dinilai dari logika berpikir, bukan dari bahasa lisan.

Perlakuan kepada dua simbol negara ini seperti perlakuan layaknya kisah Bawang Merah kepada Bawan Putih. Lihatlah ketika Bendera Merah Putih dikibarkan atau diturunkan di Pos Polisi Bundaran HI, Jalan MH Thamrin Jakarta. Orang yang kebetulan melintas berjalan kaki dilarang melintas hingga prosesi berakhir.

Hal ini juga berlaku di berbagai instansi pemerintah, kepolisian, militer atau pendidikan. Norma ini juga diberlakukan ketika Kepala Negara lewat, jalanan ditutup untuk memberikan kesempatan Kepala Negara lewat.

Sang Saka Merah Putih pun dilarang dikibarkan jika dalam kondisi robek, kotor atau sudah tidak pantas.

Tentang hal-hal diatas, negara lewat UU telah mengatur pemakaian simbol-simbol negara tersebut. Sepakat tidak sepakat, UU telah berbicara demikian adanya. Simbol negara harus dijaga.

Bukan menyakralkan tapi sebagai penghormatan dan syukur kepada Tuhan bahwa kita hidup di Indonesia. Sebuah bentuk peradaban tertinggi suatu masyarakat.

Kita boleh saja sangat mencintai Timnas Indonesia karena sukses di laga Piala AFF 2010. Tapi, jangan menjadi cinta buta, nasionalis semu karena Burung Garuda di Timnas digugat oleh orang yang mengingatkan rambu-rambu pemakaiannya.

Toh, kalau memang berkualitas, menggunakan logo federasi sepakbola nasional pun, layaknya timnas negara lain, pasti Timnas menang. Karena tafsir lagu Garuda Di Dadaku jangan diartikan secara eksplisit, namun implisit.

Sebagai penutup, saya tidak pernah memakai baju dengan lambang negara, tapi semangat Burung Garuda itu selalu ada dalam dada.

*) Andi Saputra, wartawan detikcom. Tulisan ini tidak mewakili kebijakan redaksi.

(asp/vit)

Minggu, 26/12/2010 21:50 WIB
Anas: Timnas Harus Konsentrasi, Undangan Makan & Istigotsah Nanti Saja
Febrina Ayu Scottiati - detikNews



Jakarta - Kekalahan Timnas Indonesia atas Malaysia harus menjadi cambukan untuk memenangkan pertandingan pada 29 Desember di GBK Senayan. Timnas kini harus berkonsentrasi untuk pertandingan dan tidak melakukan aktivitas lainnya.

"Sebaiknya timnas konsentrasi penuh. Undangan makan, foto-foto, liputan khusus, istigotsah dan sejenisnya nanti saja, kalau sudah selesai. Ayo," ujar Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dalam akun twitternya, Minggu (26/12/2010).

Dia meminta kekalahan ini juga tidak lantas mencari kambing hitam siapa yang disalahkan. Masih ada kesempatan di GBK nanti.

"Kita kalah di Bukit Jalil. Permainan timnas tidak semanis di Senayan. Masih ada kesempatan. Ulangi babak penyisihan. Indonesia bisa," jelas Anas.

Pada 29 Desember mendatang di Stadion GBK, Timnas Indonesia akan menghadapi leg kedua Piala AFF melawan Timnas Malaysia. Pada leg pertama yang baru saja selesai digelar Indonesia menderita kekalahn 3-0 atas Malaysia.

Sebelumnya Presiden SBY juga tegas meminta agar Timnas tidak diganggu dengan hal yang tidak berkaitan dengan sepakbola. SBY juga meminta agar pelatih Alfred Riedl diberi kewenangan penuh untuk menangani pemain timnas.

"Timnas jangan terlalu diganggu jangan dibawa ke kanan ke kiri, ke kanan ke kiri. Itu mengganggu latihan," kata SBY usai nonton bersama di kediaman pribadi di Cikeas, Bogor, Minggu (26/12) malam.

(ndr/irw)

Fauzi Bowo Gelar Nonton Bareng Laga Timnas
Ia menyediakan sejumlah hadiah yang akan diundi dalam acara itu.
Sabtu, 25 Desember 2010, 00:01 WIB
Elin Yunita Kristanti

VIVAnews -- Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo bakal menggelar nonton bareng final putaran pertama Piala AFF 2010 antara Timnas Indonesia melawan tim negeri jiran, Malaysia.

Foke, demikian ia akrab dipanggil, bahkan akan hadir di dua acara nonton bareng sekaligus. "Pertama, di rumah susun Petamburan, yang akan saya awali dengan pelayanan terpadu setelah itu kita nonton bareng," kata Fauzi Bowo, Jumat 24 Desember 2010 malam.

Kemudian, Foke akan berpindah ke Lapangan Rawajati, Kalibata. Tak hanya ramai-ramai nonton, Fauzi Bowo menyediakan sejumlah hadiah yang akan diundi dalam acara itu. Ada televisi, kulkas, sepeda lipat, dan hadiah hiburan lainnya.

"Kalau misalnya Indonesia menang barangkali acara nonton bareng nanti akan kita selenggarakan format besar. Tapi saya yakin, pasti menang.

Ditanya soal rusuh penjualan tiket final di Gelora Bung Karno, Fauzi Bowo meminta PSSI segera membereskan sistem penjualan tiket supaya pembeli lebih nyaman. "Mereka kan suporter Indonesia," kata dia.

Sistem pembelian tiket final Piala AFF 2010 masih bermasalah. Jumat kemarin, ribuan suporter yang tidak kebagian karcis mengamuk dan mendobrak masuk ke loket D penjualan tiket. Mereka mengacak-acak isi loket dan menemukan puluhan dokumen pemesanan tiket di tempat sampah.
• VIVAnews
Mending Setor Uang ke Timnas dari pada ke Gayus
Headline
Achmad Mubarok - inilah.com
Oleh: Renny Sundayani
Nasional - Sabtu, 25 Desember 2010 | 01:38 WIB


INILAH.COM, Jakarta - Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Achmad Mubarok lebih senang, dengan pengusaha yang memberikan dana kepada Timnas sepakbola dari pada ke mafia pajak Gayus Tambunan.

"Saya senang pengusaha yang kasih uang ke sepakbola, saya senang siapapun pengusaha yang ngasih sepakbola itu lebih bagus dibandingkan diberikan orang seperti Gayus," kelakar Mubarok dalam diskusi di Pejaten di Jakarta, Jumat (24/12/2010).

Namun Mubarok menegaskan, pemberian dana kepada Timnas sepakbola tidak dijadikan ajang kekuatan politik. "karena orang yang menjadikan sepakbola sebagai kekeatan politik nanti dia akan ditendang-tendang seperti bola," ujarnya sambil tertawa.

Menurut mantan Wakil Ketua Umum Partai Demokrat ini, keberhasilan dan popularitas Timnas sepakbola, rentan dipolitisasi demi kepentingan tertentu. Misalnbya saja mendompleng popularitas partai dari Timnas.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie pernah mengundang Timnas sarapan di rumahnya. Sedangkan Partai Demokrat sendiri, telah memborong 1.000 tiket final piala AFF 2010, yang diperuntukkan bagi tenaga kerja Indonesia (TKI) di Malaysia. [lal]

Jumat, 24/12/2010 23:53 WIB
Piala AFF
Malaysia Muda Bikin Bangga Rajagobal
Okdwitya Karina Sari - detiksport



Kuala Lumpur - Malaysia merupakan skuad dengan rata-rata usia termuda dari peserta lain Piala AFF 2010. Sang pelatih K. Rajagobal merasa bangga karena meski masih muda skuadnya berpeluang untuk mencatatkan sejarah.

Skuad "Harimau" Malaysia memiliki rata-rata umur tak kurang dari 23 tahun. Ini menjadikan mereka tim dengan skuad termuda di antara tim-tim yang berpartisipasi dalam turnamen ini.

Malaysia sukses melaju ke final usai melewati hadangan juara bertahan Vietnam di semifinal. Kini mereka di ambang sejarah jika berhasil mengalahkan Indonesia yang sama-sama memburu sejarah untuk merebut juara untuk kali pertama.

Laga final akan dihelat dalam dua leg dengan Malaysia yang menjadi host pertama pada 26 Desember. Sebelum kembali ke Jakarta tiga hari kemudian untuk melakoni final leg kedua.

Akan tetapi, dengan mencapai partai puncak sudah menjadi kesuksesan tersendiri bagi tim Negeri Jiran ini. Ini merupakan pencapaian tertinggi mereka yang kedua setelah yang pertama mereka capai pada 1996 silam.

Sukses tim Malaysia tak lepas dari tangan dingin Rajagobal. Pria yang kini berusia 54 tahun itu bukan hanya melewati pencapian pendahulunya namun juga berhasil mengangkat prestasi sepakbola Malaysia di tingkat internasional.

"Sebagai pelatih tim ini, saya tentunya sangat bangga dan merasa terhormat Malaysia berhasil mencapai final untuk kali pertama sejak 14 tahun, tak lepas dari para pemain yang telah melakukan tugasnya dengan bagus," sahut Rajagobal di situs resmi AFF.

"Ini adalah tim yang spesial dan mereka tim termuda di AFF. Jadi ini merupakan sebuah pencapaian yang sudah berhasil kami dapatkan sejauh ini."

"Mungkin mereka masih muda, tapi mereka sangat konsisten dan sudah tampil bagus di pertandingan-pertandingan yang lain. Sungguh beruntung ini bisa terjadi dan saya menjadi pelatih mereka," tutup Rajagobal.

( rin / rin )
Jumat, 24/12/2010 18:32 WIB
Piala AFF
Aktivitas Nonteknis Bisa Bebani Pemain
Rachmadin Ismail - detiksport


Jakarta - Menjelang laga final Piala Suzuki AFF 2010, konsentrasi timnas Indonesia dikhawatirkan terbelah. Penyebabnya, terlalu banyak aktivitas di luar program latihan yang bisa menjadi beban tersendiri bagi para pemain.

Demikian disampaikan mantan pelatih timnas Indonesia, Benny Dolo, melihat perkembangan pemberitaan tentang pasukan Garuda akhir-akhir ini. Menurut Benny, persoalan nonteknis harus menjadi perhatian seorang pelatih.

"Saya melihat pemberitaan terlalu heboh ini memang menurut saya ada nilai positif dan negatifnya," kata Benny saat dihubungi detiksport, Jumat (24/12/2010).

"Positif karena itu bagian dari harapan pecinta sepakbola dan menjadi motivasi. Tapi bisa juga jadi suatu beban, karena itu, persoalan nonteknis harus diperhatikan," sambungnya.

Aktivitas nonteknis yang sempat menjadi buah bibir terjadi sehari setelah memetik kemenangan 1-0 atas Filipina di pertandingan kedua semifinal Piala AFF. Timnas dapat undangan mengunjungi kediaman Keluarga Bakrie di wilayah Menteng. Acara tersebut sontak mendapat kritik karena kental berbau politis.

Malam tadi kembali timnas mengikuti acara yang tidak akan kaitannya langsung dengan persiapan pertandingan final pertama. Di Pesantren Assidiqiyah timnas melakukan doa bersama jelang laga kontra Malaysia, yang juga diduga berbau politis menyusul terlihatnya spanduk bertuliskan nama ketua umum PSSI di dalam pesantren.

Timnas juga menjadi perhatian banyak media, mulai dari olahraga sampai infotainment. Khusus masalah pemberitaan, pelatih Alfred Riedl juga sempat berkomentar tegas. Dia mengeluarkan aturan bahwa pemain timnas tidak boleh diwawancarai di dalam hotel.

Langkah ini, kata Benny, harus terus dilakukan oleh Riedl. Aktivitas yang kira-kira bisa mengganggu konsenterasi timnas harus mulai dihindari.

Berdasarkan pengalamannya, cara relaksasi yang paling baik memang menjauhkan timnas dari ekspos berlebihan. "Saya pernah waktu melatih tim Sea Games. Karena pemberitaan terlalu gencar, saya bilang anak-anak mau dibawa ke luar. Saya ajak ke Pulau Seribu, menghindari dari pemberitaan," tegasnya.

"Itu rileks benar-benar. Itu bisa memulihkan kondisi mereka,"

Ditambahkan Benny, Riedl selaku pelatih bisa menolak permintaan macam-macam dari pengurus PSSI atau pihak lain. Pertimbangan konsentrasi tim harus jadi hal utama.

"Saya pernah menolak permintaan untuk dicover dalam latihan. Tergantung pada pelatih," tutup pria asal Manado ini.

( mad / a2s )

Jumat, 24/12/2010 06:44 WIB
Piala AFF
Lebay, Pertemukan Timnas dengan Petinggi Partai
Doni Wahyudi - detiksport


Jakarta - Perhatian luar biasa yang diberikan publik terhadap timnas Indonesia dianggap sesuatu yang lumrah. Namun itu berubah menjadi lebay saat mereka harus dipertemukan dengan petinggi partai politik.

Sukses yang didapat timnas di Piala AFF menimbulkan euforia luar biasa buat publik Indonesia. Anggota skuad besutan Alfred Riedl tak cuma menghiasi halaman muka berita-berita olahraga karena juga jadi komoditas infotainment.

Suporter pun kembali menggilai Firman Utina dkk. Hal mana bisa dilihat dari banyaknya orang yang selalu menyaksikan latihan rutin pasukan 'Merah Putih' di Lapangan C, Senayan.

"Ini sesuatu yang lumrah, bahwa sukses timnas membuat masyarakat happy, karena sudah lama timnas tak tampil membanggakan dan bisa berprestasi. Ini konsekuensi logis. Apa lagi dalam era Nurdin Halid begitu parahnya kita tidak berprestasi. Maka saat (hasil yang didapat) keluar dari ekspektasi, masayarakat membuat respon sangat di luar dugaan. Itu lumrah untuk masyarakat," ungkap pengamat sekaligus komentator sepakbola, M Kusnaeni.

Namun fakta bahwa kemudian timnas juga dilibatkan dalam hal-hal yang tak ada hubungannya dengan aktivitas lapangan dianggapnya sudah sangat mengganggu.

Menyusul kelolosan ke final Piala AFF 2010, timnas tak cuma disibukkan dengan menu latihan dari Alfred Riedl. Firman Utina dkk harus menghadiri beberapa acara yang tidak ada kaitannya langsung dengan persiapan menghadapi Malaysia, termasuk berkunjung ke rumah salah satu petinggi partai politik.

"Timnas diajak melakukan hal-hal yang tidak perlu. Dan itu menjadi lebay saat bertemu petinggi partai tententu. Pemain dijejerkan di depan petinggi partai. Mereka mendompleng popularitas," lanjut pria yang akrab disapa Bung Kus dalam perbincangannya dengan detiksport.

"Pemain kan punya hak politiknya masing-masing. Belum tentu yang mengundang itu merupakan pilihan politik pemain. Mereka harusnya menghormati hak politik anggota timnas," tuntas dia.

Selain menghadiri jamuan di rumah petinggi partai politik, anggota timnas juga diundang mengikuti cara pengajian dan doa bersama di Ponpes Assidhiqiyah.

Sementara itu dalam pernyataannya usai menjalani doa bersama tersebut, Nurdin Halid bersikeras kalau beberapa agenda luar lapangan tak akan mengganggu persiapan laga menghadapi Malaysia.

"Saya kira tidak (mengganggu). Saya kira ini baik, karena ini 'kan doa bersama. Tidak mengganggu persiapan tim besok. Apalagi ini belum pernah ada, timnas didoakan oleh ulama dan santri pesantren," sahut Nurdin.


( din / din )
Subhanallah, Gonzales Jadi Nama Masjid Al Ghonzali
Headline
beritajatim.com
Oleh: MA Hailuki
Nasional - Jumat, 24 Desember 2010 | 00:01 WIB

INILAH.COM, Mojokerto - Setelah memeluk agama Islam, Cristian Gonzales mendirikan sebuah masjid di Mojokerto, Jawa Timur. Masjid itu diberi nama sesuai namanya.

Hj Siti Fatimah (60), pemilik Yayasan Al-Ghonzali di Tempuran Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto adalah saksi pendirian masjid tersebut.

Bu Haji, sapaan khas Hj Siti Fatimah menuturkan, perkenalannya dengan pencetak gol yang membuat Indonesia lolos ke babak final Piala AFF Suzuki ini bermula saat Eva diantar seseorang dari Surabaya ke tempatnya. Awalnya, hanya sendirian namun selanjutnya pemain naturalisasi asal Uruguay ini turut serta ke Mojokerto.

"Saya kenal istrinya dulu, Eva. Saat itu, ia diantar kesini oleh seseorang dari Surabaya. Eva menginginkan, agar suaminya bisa ikut dirinya untuk memeluk agama Islam. Selain itu juga, saat itu karirnya sedang menurun. Satu bulan, dua kali dia selalu kesini. Setelah itu, Gonzales turut serta kesini," ungkapnya, Kamis (23/12/2010).

Bu Haji menjelaskan, saat itu ia hanya memberikan petuah dan sedikit bimbingan kepada Gonzales. Namun, Gonzales langsung menganggapinya dengan mengatakan, mau mengikuti jejak sang istri jika Bu Haji sendiri yang menuntutnya untuk masuk Islam.

Karena alasan itu juga, akhirnya Masjid Al-Ghonzali di sebelah rumah ibu Kepala Dusun Tempuran, Desa Tempuran, Kecamatan Pungging inipun berdiri.

"Masjid ini saya yang bangun tapi, untuk namanya hasil dari kesepakatan bersama. Karena Ghonzali merupakan nama Cristian Gonzales setelah masuk Islam. Ia menjadi mualaf disini dan saya juga meminta mereka langsung menikahkan kembali secara Islam di masjid ini juga," katanya. [beritajatim/mah]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu ITU PALING AROGAN, tidak ada yang lebih arogan

janji Jokowi (4) (ANTI GRATIFIKA$1): pilpres 2019

Allah di balik Sejarah: Penantian Baru BTP (hati nurani Pemilu 2024) #02