Ratu Republik Indonesia seh

Kamis, 30/12/2010 12:14 WIB
Gejala Monarki Baru Kalau PD Benar Capreskan Ani Yudhoyono di 2014
Bagus Kurniawan - detikNews




Yogyakarta - Pernyataan anggota Partai Demokrat (PD), Ruhut Sitompul untuk mengajukan Ani Yudhoyono sebagai calon presiden 2014 dinilai sebagai bentuk monarki baru. Hal ini merupakan sebuah pola untuk melanggengkan kekuasaan.

"Itu gejala Indonesia. Ini juga gejala keluarga yang mau diangkat. Seperti halnya bupati, kemudian istrinya juga jadi bupati. Itu terjadi dimana-mana," ungkap Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM), Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Said Tutuleley disela-sela acara "Refleksi Akhir Tahun, Pemimpin Tanpa Nurani ditengah Rentetan Kekalahan Rakyat".

Hal itu diungkapkan Said di kantor PP Muhammadiyah di Jl Cik Di Tiro Yogyakarta, Kamis, (30/12/2010).

Said mengatakan bila benar PD akan mencalonkan Ani Yudhoyono sebagai calon presiden 2014 nanti, hal itu merupakan hal yang kurang sehat bagi Indonesia. Hal ini bisa mencerminkan gejala monarki dalam bentuk yang lain.

"Setelah dia, istrinya kemudian anaknya dan seterusnya. Itu merupakan pola untuk melanggengkan kekuasaan. Ini yang kita sayangkan," terang Said.

Menurut Said, bila hal itu benar terjadi maka partai-partai politiklah yang bersalah. Hal itu menunjukkan proses kaderisasi di partai tidak jalan dan tidak berhasil. Dari pemilu tahun 2009 saja, gagalnya partai dalam kaderisasi telah nampak dengan munculnya artis-artis dan pelawak yang menjadi caleg.

Kaderisasi partai selama ini lanjut mantan aktivis tahun 1978 itu ternyata tidak melahirkan kader yang baik untuk dicalonkan. Dengan kata lain, partai-partai tidak melahirkan kader-kader pemimpin.

"Itu menandakan ada persoalan dalam kaderisasi parpol," katanya.

Menurut dia, parpol-parpol sekarang ini juga mengalami perubahan orientasi. Parpol lebih berorientasi pada kekuasaan sehingga perlu mencari orang populer untuk menggalang dukungan sebanyak-banyaknya.

"Jadi parpol sudah tak peduli lagi soal kepentingan rakyat, bahwa ada kader yang baik itu harus ditampilkan tapi sudah tak peduli lagi," kata dia.

Ke depan kata Said, yang harus dibenahi adalah hal-hal di dalam demokrasi tersebut. Sebab konsolidasi demokrasi sudah berjalan dengan baik.

"Hanya saja kemudian dirusak oleh politik kartel, dirusak oleh kecenderungan monarki baru dan dirusak oleh pemimpin-pemimpin yang tak punya nurani," tutup Said.

(bgs/ndr)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu ITU PALING AROGAN, tidak ada yang lebih arogan

janji Jokowi (4) (ANTI GRATIFIKA$1): pilpres 2019

Allah di balik Sejarah: Penantian Baru BTP (hati nurani Pemilu 2024) #02