Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2011

jangan BIARKEN teologi radikal dan kekerasan (151) ... 270811

Minggu, 28/08/2011 13:50 WIB Polisi Harus Beri Perlindungan SCTV dari Tekanan FPI Laurencius Simanjuntak - detikNews Jakarta - Kepolisian seharusnya memberikan perlindungan kepada SCTV karena ditekan oleh Front Pembela Islam (FPI) terkait rencana penayangan film '?' pada malam takbir. Kepolisian tidak bisa tinggal diam ketika lembaga penyiaran diintervensi oleh pihak-pihak tertentu. "Tindakan FPI itu berlebihan. Seharusnya pemerintah, kepolisian mengambil sikap memberikan perlindungan kepada SCTV. Kalau dibiarkan ini bisa menjadi preseden untuk hal-hal yang lainnya," kata Wakil Ketua DPR Pramono Anung pada detikcom, Minggu (28/8/2011). Pram, sapaan akrab Pramono, mengatakan jika tidak setuju atas tindakan FPI itu, "SCTV juga bisa melakukan gugatan hukum." Lebih jauh, politikus PDI Perjuangan ini menegaskan tindakan massa FPI yang menekan lembaga penyiaran tidak boleh terjadi dalam negara demokrasi. "Kalau FPI keberatan bisa melalui KPI (K

jangan DIDIAMKAN, teologi radikalis dan pro kekerasan AMAT BERBAHAYA (150)

Moderate Islam on the brink against radicals The Jakarta Post, Jakarta | Headlines | Mon, June 25 2012, 8:10 AM Who is supposedly responsible for keeping radical teachings at bay? That is a question few can answer, despite growing radicalism and intolerance plaguing the world’s most populous Muslim majority nation. With no clear measures to protect moderate Muslims against the proliferation of radical groups, Indonesia’s war against terrorism may be hitting the wall. The Religious Affairs Ministry, which is supposed to spearhead the fight against radicalism, has no specific measures or budget for this despite the country’s history of major terrorist attacks in the last 10 years. The ministry, which was recently rocked by a graft allegation in the procurement of Korans worth millions of dollars, has allocated less than 1 percent of its Rp 28 trillion (US$2.97 billion) budget this year for fighting radical movements. And when it comes to specific measures put in place, few minist

antisekular CAPRES dari republik

Bachmann and the good book Aug 10th 2011, 14:32 by R.M. | CHICAGO YESTERDAY Politico reported that the Obama campaign was planning to destroy Mitt Romney, should he win the Republican nomination, by portraying him as "weird". So much for "hope" and "change". None of those quoted in the piece say it, but such a strategy would obviously play on America's perception of Mr Romney's Mormonism. And that got me thinking, what if Michele Bachmann wins the nomination? In next week's New Yorker, Ryan Lizza has a dispassionate profile of Mrs Bachmann that explores, among other things, the candidate's religious beliefs. She recommends Christian books and films that suggest non-Christians are trouble, that the government may be poisoning the water supply, and that America's civil war was a theological battle that pitted the victimised Christian South against the godless North. She is a fan of Nancy Pearcey's book, "Total Truth: Libera

BANTAHAN penyebab kematian seorang BERSIH

Belajar dari Kematian Adjie Massaid Asep Candra | Senin, 7 Februari 2011 | 11:18 WIB KOMPAS.com - Saya sudah kenal almarhum Adjie Massaid sejak tahun 2000-an, dan sepanjang pengetahuan saya, Adjie memiliki gaya hidup yang relatif sehat. Dua sahabat Adjie di Belanda yakni Justin dan Richard juga adalah teman saya sesama member Klub Ade Rai. Dua teman ini mengkonfirmasi soal gaya hidup Adjie yang cukup health conscious sampai saat-saat terakhirnya. Almarhum dikenal kerap memilih makanan yang sehat dan rutin berolahraga. Adjie juga dikenal sangat terlatih dalam berolahraga sepakbola, bahkan kapasitasnya boleh saya bilang setara dengan pemain timnas. Adjie adalah didikan klub sepakbola Belanda. Sempat bermain di klub Ajax junior, yang tentu bukan sekolah sepakbola biasa. Sepanjang pengetahuan saya, gaya hidup sehat di kalangan pesepakbola di Belanda sudah menjadi budaya. Mereka makan roti gandum, buah-buahan, spaghetti, tidak memakan gorengan, menghindari kehidupan malam. Mereka

jangan ABAI, pastikan TANGKAL terorisme dan kekerasan (147)

Wawancara Soal Umar Patek? Wani Piro... Kamis, 11 Agustus 2011 | 13:07 WIB TEMPO Interaktif, Pemalang - Informasi seputar kehidupan Umar Patek di Pemalang dijadikan lahan bisnis oleh sanak keluarganya. Mereka meminta uang untuk memberikan informasi dan komentar terkait Umar Patek. "Mau minta komentar terkait Umar? Berani bayar berapa?" Komentar di atas acap tercetus warga Jalan Semeru, Kelurahan Mulyoharjo, Pemalang, saat Tempo mencoba meminta komentar sanak keluarga Umar Patek atau Hisyam yang kembali ke Tanah Air, Rabu malam, 10 Agustus 2011. Informasi Umar Patek bagi warga Jalan Semeru yang mayoritas teman sepermainan dan satu klan dengannya dalam keluarga besar Bawasir sangatlah mahal. Tak tanggung-tanggung mereka berani menentukan harga seiring lama penawaran. "Cepek dulu untuk komentar saya yang saudara jauh, kalau ketemu Said atau Syarif (saudara kandung Hisyam) tambah lagi. Ini biaya pulsa," ujar Farid Bawazir, salah seorang teman kecil dan sauda