JANGAN DIBIARKEN (19), pak
Rabu, 27/04/2011 19:45 WIB
Menko Polhukam: Tidak Usah Terlalu Khawatir dengan NII
Anwar Khumaini - detikNews
Jakarta - Organisasi Negara Islam Indonesia (NII) kembali menjadi buah bibir lantaran banyak kasus yang mengindikasikan keterlibatan NII. Namun masyarakat tidak perlu terlalu khawatir dengan isu merebaknya NII. Media juga diminta untuk tidak terlalu membesar-besarkan.
"Jangan dibesar-besarkan, dalam artian bukan menyepelekan. Ini orang mempengaruhi orang lain. Jumlahnya berapa kita tidak tahu, gerakan oleh siapa dan organisasi apa kita tidak tahu," kata Menko Polhukam Djoko Suyanto di Kantor Presiden, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta, Rabu (27/4/2011) petang.
Djoko mengatakan, sejauh ini belum ada indikasi kuat adanya ancaman yang serius dari NII. Namun demikian, gerakan-gerakan yang ingin mengubah Indonesia, ataupun mempengaruhi orang, perlu diwaspadai.
"Selama belum ada gerakan. Tapi mengubah pikran orang juga bahaya kan. Tapi gerakan untuk mengubah negara Islam kan juga harus kita lawan bersama," papar Djoko.
Menurut Djoko, tidak mudah mengklaim sebuah organisasi apapun itu namanya sebagai organisasi yang merongrong pemerintah. Tentunya harus ditelisik secara seksama.
"Apakah hanya sekadar saya pengaruhi anda, wartawan? ”Kita musuhi negara yuk”, orang yang mengkritik pemerintah juga banyak. Apa dalam diskusi disebutkan pemeritah kekurangan ini, apakah kita lihat sebagai tindakan yang makar? Kan tidak. Kita lihat eskalasinya," papar mantan Panglima TNI tersebut.
Namun demikian, masalah NII ini menurut Djoko sudah menjadi pembicaraan intelijen. Namun sampai tingkat mana pembicaraan itu tidak perlu diekspos berlebihan.
"Hal ini sudah menjadi pembicaraan kita di komunitas intelijen, tapi kan tidak perlu kita eksopos besar-besaran selama itu tidak menganggu. Upaya-upaya mempengaruhi orang untuk berbuat yang tidak baik. Orang yang tidak sepaham dengann dia menjadi kafir. Mempengaruhi orang untuk bunuh diri dan berbuat teror. Itu yang harus kita lawan, tidak usah NII atau apa saja," kata Djoko.
Djoko menambahkan, setiap upaya untuk mempengaruhi orang untuk bertindak di luar hukum adalah tidak benar dan harus dilawan. "Apa NII atau yang lain, itu tidak benar," imbuhnya.
Yang penting, menurut Djoko, harus ada kesadaran dari masyarakat untuk melawan segala bentuk teror yang bisa mempengaruhi orang untuk berbuat kejahatan.
"Tidak usah soal NII dan teroris. Upaya-upaya mempengaruhi orang berbuat kejahatan, bunuh diri dan mencelakanakn orang lain, memproklamirkan orang lain yang tidak segolongan dengan dia itu kafir. Itu yang harus kita lawan bersama," tutup Djoko.
(anw/lrn)
KH Ma’ruf Amin: Paham NII Berbahaya Ayo Ditumpas Bersama
Senin, 02 Mei 2011 , 06:30:00 WIB
RMOL. Gerakan Negara Islam Indonesia (NII) merupakan tindakan yang berbahaya, mengancam integritas bangsa dan negara.
“Kami menganggap paham mereka sangat berbahaya. Mesti ditangkal paham yang disebarkannya. Jadi ayo ditumpas secara bersama,” ungkap Ma’ruf Amin, kepada Rakyat Merdeka, belum lama ini.
Menurut anggota Wantimpres Bidang Hubungan Antar Agama itu, gerakan mereka menyimpang dalam kerangka kebhinekaan. NII mengingkari bahwa Indonesia adalah negara Pancasila. Artinya, semua umat beragama bisa hidup berdampingan.
Berikut kutipan selengkapnya:
Bagaimana menurut Anda aktivitas Pesantren Al Zaytun?
Penelitian yang dilakukan MUI terhadap pesantren Al-Zaytun bahwa dari segi pendidikannya, pesantren tersebut belum ditemukan penyimpangan. Namun karena pemimpin pesantren itu terkait NII KW9, pemimpin tersebut dapat berpotensi menyebarkan pengaruhnya.
Jadi, MUI memberikan rekomendasi kepada pemerintah untuk mengganti pimpinan Al-Zaitun, karena bisa berbahaya. Tapi memang pergantian itu tidak dilakukan oleh pemerintah.
Bagaimana tanggapan Anda terhadap maraknya ancaman bom?
Tindakan itu tidak benar, apalagi menggunakan atas nama agama. Kita di Indonesia masing-masing agama saling menghormati dan hidup berdampingan secara damai karena sejak dulu kesepakatan kita begitu. Jadi apabila ada yang melakukan tindakan itu, namanya tindakan yang menyimpang.
Ini bisa memecah-belah kehidupan beragama di Indonesia?
Saya kira tidak ya. Sebab, rakyat sudah tahu siapa di balik ini semua. Tapi mungkin saja memperparah keadaan. Ada rasa tidak aman.
Isu ini bisa berkembang pada isu konflik agama?
Saya kira tidak. Sebab, kita sudah punya pengalaman terkait konflik antar umat beragama. Kelompok agama ini tidak mungkin melakukan tindakan yang dapat menimbulkan konflik antar umat beragama secara menyeluruh.
Peran tokoh agama bagaimana untuk meredam konflik?
Masing-masing tokoh agama selalu berusaha untuk membina dan menjaga kerukunan antar umat beragama. Karena itu kita punya kesepakatan-kesepakatan untuk tidak melakukan tindakan yang dapat menimbulkan konflik. Baik dalam rangka penyiaran maupun dalam pembangunan tempat ibadah, kita ada kesepakatan yang harus dihormati untuk menjaga kerukunan antar umat beragama.
Apa ada kesepakatan lainnya?
Ada. Misalnya, kami sepakat hubungan antar umat beragama adalah hubungan yang harus menjaga kedamaian, tidak saling menyerang. Yang penting dikembangkan sikap saling menghormati.
Kalau memberantas teroris, apa kesepakatannya?
Kesepakatan itu sudah dibuat, kita bersama-sama untuk meredamnya. Teroris melakukan pengeboman merupakan tindakan penyimpangan. Kami menganggap itu adalah pemahaman yang menyimpang dan distortif dari pemahaman yang selama ini kita bangun.
Tapi terorisme membawa-bawa agama?
Saya kira mereka paham bahwa teroris adalah kelompok-kelompok yang memiliki pemahaman yang radikal, lebih tepatnya kelompok Islam yang radikal.Pemeluk agama lain memahami betul tentang isu tersebut.
Ada yang menginginkan agar Pancasila diganti, menurut Anda?
Kita sepakat bahwa Pancasila merupakan dasar negara kita. Saya kira Pancasila sudah diposisikan secara benar, dipahami secara benar dan disepakati secara benar. Kalau ada kekurangan, itu bukan kesalahan Pancasila. [RM]
Menko Polhukam: Tidak Usah Terlalu Khawatir dengan NII
Anwar Khumaini - detikNews
Jakarta - Organisasi Negara Islam Indonesia (NII) kembali menjadi buah bibir lantaran banyak kasus yang mengindikasikan keterlibatan NII. Namun masyarakat tidak perlu terlalu khawatir dengan isu merebaknya NII. Media juga diminta untuk tidak terlalu membesar-besarkan.
"Jangan dibesar-besarkan, dalam artian bukan menyepelekan. Ini orang mempengaruhi orang lain. Jumlahnya berapa kita tidak tahu, gerakan oleh siapa dan organisasi apa kita tidak tahu," kata Menko Polhukam Djoko Suyanto di Kantor Presiden, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta, Rabu (27/4/2011) petang.
Djoko mengatakan, sejauh ini belum ada indikasi kuat adanya ancaman yang serius dari NII. Namun demikian, gerakan-gerakan yang ingin mengubah Indonesia, ataupun mempengaruhi orang, perlu diwaspadai.
"Selama belum ada gerakan. Tapi mengubah pikran orang juga bahaya kan. Tapi gerakan untuk mengubah negara Islam kan juga harus kita lawan bersama," papar Djoko.
Menurut Djoko, tidak mudah mengklaim sebuah organisasi apapun itu namanya sebagai organisasi yang merongrong pemerintah. Tentunya harus ditelisik secara seksama.
"Apakah hanya sekadar saya pengaruhi anda, wartawan? ”Kita musuhi negara yuk”, orang yang mengkritik pemerintah juga banyak. Apa dalam diskusi disebutkan pemeritah kekurangan ini, apakah kita lihat sebagai tindakan yang makar? Kan tidak. Kita lihat eskalasinya," papar mantan Panglima TNI tersebut.
Namun demikian, masalah NII ini menurut Djoko sudah menjadi pembicaraan intelijen. Namun sampai tingkat mana pembicaraan itu tidak perlu diekspos berlebihan.
"Hal ini sudah menjadi pembicaraan kita di komunitas intelijen, tapi kan tidak perlu kita eksopos besar-besaran selama itu tidak menganggu. Upaya-upaya mempengaruhi orang untuk berbuat yang tidak baik. Orang yang tidak sepaham dengann dia menjadi kafir. Mempengaruhi orang untuk bunuh diri dan berbuat teror. Itu yang harus kita lawan, tidak usah NII atau apa saja," kata Djoko.
Djoko menambahkan, setiap upaya untuk mempengaruhi orang untuk bertindak di luar hukum adalah tidak benar dan harus dilawan. "Apa NII atau yang lain, itu tidak benar," imbuhnya.
Yang penting, menurut Djoko, harus ada kesadaran dari masyarakat untuk melawan segala bentuk teror yang bisa mempengaruhi orang untuk berbuat kejahatan.
"Tidak usah soal NII dan teroris. Upaya-upaya mempengaruhi orang berbuat kejahatan, bunuh diri dan mencelakanakn orang lain, memproklamirkan orang lain yang tidak segolongan dengan dia itu kafir. Itu yang harus kita lawan bersama," tutup Djoko.
(anw/lrn)
KH Ma’ruf Amin: Paham NII Berbahaya Ayo Ditumpas Bersama
Senin, 02 Mei 2011 , 06:30:00 WIB
RMOL. Gerakan Negara Islam Indonesia (NII) merupakan tindakan yang berbahaya, mengancam integritas bangsa dan negara.
“Kami menganggap paham mereka sangat berbahaya. Mesti ditangkal paham yang disebarkannya. Jadi ayo ditumpas secara bersama,” ungkap Ma’ruf Amin, kepada Rakyat Merdeka, belum lama ini.
Menurut anggota Wantimpres Bidang Hubungan Antar Agama itu, gerakan mereka menyimpang dalam kerangka kebhinekaan. NII mengingkari bahwa Indonesia adalah negara Pancasila. Artinya, semua umat beragama bisa hidup berdampingan.
Berikut kutipan selengkapnya:
Bagaimana menurut Anda aktivitas Pesantren Al Zaytun?
Penelitian yang dilakukan MUI terhadap pesantren Al-Zaytun bahwa dari segi pendidikannya, pesantren tersebut belum ditemukan penyimpangan. Namun karena pemimpin pesantren itu terkait NII KW9, pemimpin tersebut dapat berpotensi menyebarkan pengaruhnya.
Jadi, MUI memberikan rekomendasi kepada pemerintah untuk mengganti pimpinan Al-Zaitun, karena bisa berbahaya. Tapi memang pergantian itu tidak dilakukan oleh pemerintah.
Bagaimana tanggapan Anda terhadap maraknya ancaman bom?
Tindakan itu tidak benar, apalagi menggunakan atas nama agama. Kita di Indonesia masing-masing agama saling menghormati dan hidup berdampingan secara damai karena sejak dulu kesepakatan kita begitu. Jadi apabila ada yang melakukan tindakan itu, namanya tindakan yang menyimpang.
Ini bisa memecah-belah kehidupan beragama di Indonesia?
Saya kira tidak ya. Sebab, rakyat sudah tahu siapa di balik ini semua. Tapi mungkin saja memperparah keadaan. Ada rasa tidak aman.
Isu ini bisa berkembang pada isu konflik agama?
Saya kira tidak. Sebab, kita sudah punya pengalaman terkait konflik antar umat beragama. Kelompok agama ini tidak mungkin melakukan tindakan yang dapat menimbulkan konflik antar umat beragama secara menyeluruh.
Peran tokoh agama bagaimana untuk meredam konflik?
Masing-masing tokoh agama selalu berusaha untuk membina dan menjaga kerukunan antar umat beragama. Karena itu kita punya kesepakatan-kesepakatan untuk tidak melakukan tindakan yang dapat menimbulkan konflik. Baik dalam rangka penyiaran maupun dalam pembangunan tempat ibadah, kita ada kesepakatan yang harus dihormati untuk menjaga kerukunan antar umat beragama.
Apa ada kesepakatan lainnya?
Ada. Misalnya, kami sepakat hubungan antar umat beragama adalah hubungan yang harus menjaga kedamaian, tidak saling menyerang. Yang penting dikembangkan sikap saling menghormati.
Kalau memberantas teroris, apa kesepakatannya?
Kesepakatan itu sudah dibuat, kita bersama-sama untuk meredamnya. Teroris melakukan pengeboman merupakan tindakan penyimpangan. Kami menganggap itu adalah pemahaman yang menyimpang dan distortif dari pemahaman yang selama ini kita bangun.
Tapi terorisme membawa-bawa agama?
Saya kira mereka paham bahwa teroris adalah kelompok-kelompok yang memiliki pemahaman yang radikal, lebih tepatnya kelompok Islam yang radikal.Pemeluk agama lain memahami betul tentang isu tersebut.
Ada yang menginginkan agar Pancasila diganti, menurut Anda?
Kita sepakat bahwa Pancasila merupakan dasar negara kita. Saya kira Pancasila sudah diposisikan secara benar, dipahami secara benar dan disepakati secara benar. Kalau ada kekurangan, itu bukan kesalahan Pancasila. [RM]
Komentar
Posting Komentar