jangan DIbiarkan (3)
Bagi Kelompok Radikal, Polisi Adalah 'Thogut'
Oleh: Moh Anshari
Nasional - Selasa, 19 April 2011 | 20:44 WIB
INILAH.COM, Jakarta - Bagi kelompok agama garis keras, polisi dianggap toghut (berhala atau setan) yang harus dihancurkan. Belakangan, polisi menjadi target bom bunuh diri.
Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siradj mendesak kepada pemerintah agar menindak tegas pihak-pihak yang sering menyebut polisi toghut, sebab dampaknya sangat membahayakan. "Pemerintah harus menindak tegas. Penyebutan itu menyesatkan. Selama ini pemerintah kurang tegas, kecolongan terus. Polisi kecolongan terus," tandas Said di Gedung PBNU di Jakarta, Selasa (19/4/2011).
Said menjelaskan, penilaian kelompok radikal bahwa pemerintah dan Polri toghut adalah salah. Pemerintah ini adalah pemerintahan yang sah. “Kalau pemerintah ini dianggap tidak sah, surat kawin tidak sah. Kalau pemerintah ini dianggap toghut, bikin akte dan surat nikah tidak sah dong."
Said menjelaskan, polisi akhir-akhir ini jadi target para teroris karena dianggap sebagai simbol toghut. "Menurut mereka polisi itu toghut yang artinya berhala. Menurut mereka toghut harus dilawan," ujarnya. [tjs]
Iptu Harsita Nyaris Buta Kena Paku Bom Bunuh Diri
Oleh: Jaka Permana
Jabar - Selasa, 19 April 2011 | 22:20 WIB
INILAH.COM, Bandung - Mata sebelah kanan Kepala Bagian Operasional Polres Cirebon Kota Iptu Harsita (56) nyaris buta tertusuk paku saat bom bunuh diri meledak di Masjid Adzikro Mapolres Cirebon Kota, Jumat (15/4/2011) lalu.
Karena lukanya cukup parah dan memerlukan perawatan lebih intensif, Harsita dirujuk dari RS Pelabuhan Cirebon ke RS Santosa Bandung di Jalan Kebonjati Kota Bandung, Selasa (19/4/2011).
Saat ditemui di RS Santosa, Harsita menceritakan kronologi kejadian bom bunuh diri yang juga melukai Kapolres Cirebon Kota AKBP Herukoco tersebut.
Harsita menuturkan, saat peristiwa nahas tersebut terjadi dirinya berada tepat di belakang sebelah kiri pelaku bom bunuh diri yang belakangan diidentifikasi sebagai Muchamad Sarip tersebut.
"Saat ceramah pelaku duduk di dekat jendela, saya sudah curiga karena bajunya serba hitam. Tapi saya tidak bisa bertanya macam-macam karena mau salat," ujar pria yang sudah 34 tahun menjadi polisi ini kepada wartawan di RS Santosa, Selasa (19/4/2011).
Usai ceramah atau tepatnya saat komat, katanya, pelaku merangsek mendekati AKBP Herukoco, namun gagal mendekat karena barisan kedua yang diisi Kapolres sudah penuh diisi oleh jemaah lain. "Lalu saat takbir, pelaku mendekati Kapolresta Cirebon, dan meledakan diri," jelasnya.
Ia merasa beruntung, karena saat ledakan terjadi, tangannya tengah menutupi bagian wajah. Meski beberapa material bom menancap di tubuhnya, namun tidak megenai organ vital.
"Alhamdulillah, saya waktu itu sedang takbir sehingga tangah melindungi wajah. Selain itu, mata saya pun terpejam sehingga serpihan bom yang berbentuk paku beton itu tidak masuk ke bagian mata," imbuhnya.
Usai ledakan tersebut, Harsita langsung lari keluar masjid sambil berusaha mencabuti paku-paku yang menepel di tubuh dan kakinya. "Dibantu petugas polisi lainnya, saya langsung dilarikan ke RS Pelabuhan," pungkasnya.
Dalam kejadian tersebut, selain AKBP Herukoco dan Iptu Harsita, bom bunuh diri juga melukai 28 orang lainnya, yang sebagian besar merupakan anggota Polres Cirebon Kota. Mereka langsung dievakuasi ke tiga RS di Cirebon, yakni RS Pertamina, RS Pelabuhan, dan RS Gunungjati. AKBP Herukoco sendiri, karena kondisinya memburuk akhirnya dirujuk ke RS Pusat Pertamina Jakarta, Minggu (17/4/2011) lalu.[den]
Oleh: Moh Anshari
Nasional - Selasa, 19 April 2011 | 20:44 WIB
INILAH.COM, Jakarta - Bagi kelompok agama garis keras, polisi dianggap toghut (berhala atau setan) yang harus dihancurkan. Belakangan, polisi menjadi target bom bunuh diri.
Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siradj mendesak kepada pemerintah agar menindak tegas pihak-pihak yang sering menyebut polisi toghut, sebab dampaknya sangat membahayakan. "Pemerintah harus menindak tegas. Penyebutan itu menyesatkan. Selama ini pemerintah kurang tegas, kecolongan terus. Polisi kecolongan terus," tandas Said di Gedung PBNU di Jakarta, Selasa (19/4/2011).
Said menjelaskan, penilaian kelompok radikal bahwa pemerintah dan Polri toghut adalah salah. Pemerintah ini adalah pemerintahan yang sah. “Kalau pemerintah ini dianggap tidak sah, surat kawin tidak sah. Kalau pemerintah ini dianggap toghut, bikin akte dan surat nikah tidak sah dong."
Said menjelaskan, polisi akhir-akhir ini jadi target para teroris karena dianggap sebagai simbol toghut. "Menurut mereka polisi itu toghut yang artinya berhala. Menurut mereka toghut harus dilawan," ujarnya. [tjs]
Iptu Harsita Nyaris Buta Kena Paku Bom Bunuh Diri
Oleh: Jaka Permana
Jabar - Selasa, 19 April 2011 | 22:20 WIB
INILAH.COM, Bandung - Mata sebelah kanan Kepala Bagian Operasional Polres Cirebon Kota Iptu Harsita (56) nyaris buta tertusuk paku saat bom bunuh diri meledak di Masjid Adzikro Mapolres Cirebon Kota, Jumat (15/4/2011) lalu.
Karena lukanya cukup parah dan memerlukan perawatan lebih intensif, Harsita dirujuk dari RS Pelabuhan Cirebon ke RS Santosa Bandung di Jalan Kebonjati Kota Bandung, Selasa (19/4/2011).
Saat ditemui di RS Santosa, Harsita menceritakan kronologi kejadian bom bunuh diri yang juga melukai Kapolres Cirebon Kota AKBP Herukoco tersebut.
Harsita menuturkan, saat peristiwa nahas tersebut terjadi dirinya berada tepat di belakang sebelah kiri pelaku bom bunuh diri yang belakangan diidentifikasi sebagai Muchamad Sarip tersebut.
"Saat ceramah pelaku duduk di dekat jendela, saya sudah curiga karena bajunya serba hitam. Tapi saya tidak bisa bertanya macam-macam karena mau salat," ujar pria yang sudah 34 tahun menjadi polisi ini kepada wartawan di RS Santosa, Selasa (19/4/2011).
Usai ceramah atau tepatnya saat komat, katanya, pelaku merangsek mendekati AKBP Herukoco, namun gagal mendekat karena barisan kedua yang diisi Kapolres sudah penuh diisi oleh jemaah lain. "Lalu saat takbir, pelaku mendekati Kapolresta Cirebon, dan meledakan diri," jelasnya.
Ia merasa beruntung, karena saat ledakan terjadi, tangannya tengah menutupi bagian wajah. Meski beberapa material bom menancap di tubuhnya, namun tidak megenai organ vital.
"Alhamdulillah, saya waktu itu sedang takbir sehingga tangah melindungi wajah. Selain itu, mata saya pun terpejam sehingga serpihan bom yang berbentuk paku beton itu tidak masuk ke bagian mata," imbuhnya.
Usai ledakan tersebut, Harsita langsung lari keluar masjid sambil berusaha mencabuti paku-paku yang menepel di tubuh dan kakinya. "Dibantu petugas polisi lainnya, saya langsung dilarikan ke RS Pelabuhan," pungkasnya.
Dalam kejadian tersebut, selain AKBP Herukoco dan Iptu Harsita, bom bunuh diri juga melukai 28 orang lainnya, yang sebagian besar merupakan anggota Polres Cirebon Kota. Mereka langsung dievakuasi ke tiga RS di Cirebon, yakni RS Pertamina, RS Pelabuhan, dan RS Gunungjati. AKBP Herukoco sendiri, karena kondisinya memburuk akhirnya dirujuk ke RS Pusat Pertamina Jakarta, Minggu (17/4/2011) lalu.[den]
Komentar
Posting Komentar