JANGAN lengah (tetap waspadai radikalisme dan kekerasan) (104)

PN CIREBON GELAR SIDANG PERDANA PERUSAKAN ALFAMART
Selasa, 14 Des 2010 10:33:06| Hukum |
Cirebon, 13/12 (ANTARA) - Sidang perdana kasus perusakan dua minimarket Alfamart di Kota Cirebon dengan menghadirkan lima terdakwa digelar di Pengadilan Negeri Kota Cirebon, Senin.

Dalam sidang dengan agenda pembacaan dakwaan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) tersebut hadir kelima terdakwa yaitu Agustiawan, Opan Irawan, Agung Nuralam, Sigit Uryanto dan Sueb.

Dalam dakwaannya, dinyatakan para terdakwa secara berkelompok telah melakukan perusakan terhadap dua minimarket Alfamart di Jalan Kesambi dan Jalan Ahmad Yani hingga menyebabkan kerugian hingga jutaan rupiah.

"Secara berkelompok, para terdakwa telah melakukan kekerasan dan pengrusakan terhadap barang berupa minuman bir berbagai merek yang dibuktikan dengan rekaman kejadian," kata Sigit anggota JPU.

Dikatakan Sigit, dalam aksi perusakan tersebut setiap pelaku mempunyai tugas masing-masing diantaranya bertugas sebagai pengatur lalu lintas dan mengamati kondisi di luar dan yang lainnya melakukan perusakan bahkan aksi tersebut direkam menggunakan telepon genggam oleh salah seorang terdakwa untuk dokumentasi.

Akibat perusakan tersebut menyebabkan kerugian materil harus diderita pengelola mini market yaitu Alfamart Kesambi sebesar Rp1,5 juta dan Alfamart Ahmad Yani senilai Rp1,3 juta.

Atas dakwaan tersebut, kuasa hukum Bambang Wiryawan menyatakan keberatan dan akan mengajukan eksepsi yang akan disampaikan pada sidang selanjutnya pada Senin depan (20/12).

"Dari enam kuasa hukum yang menangani kasus ini sebagian besar berdomisili di Jakarta sehingga kami mohon kebijakan majelis hakim untuk memberi waktu untuk penyampaikan eksepsi pada Senin depan," kata Bambang.

Permohonan tersebut dikabulkan oleh Ketua Majelis Hakim Samir Erdy dan meminta berkas eksepsi sudah bisa diterima dua hari sebelum sidang lanjutan digelar.

Peritiwa kriminal itu terjadi pada hari Sabtu tanggal 19 September 2010 sekitar pukul 21.30 terjadi penyerangan dua minimarket Alfamart Jalan Kesambi dan Jalan Ahmad Yani oleh sekelompok pasukan bercadar. Dalam penyerangan tersebut, mereka menghancurkan ratusan botol minuman keras yang di pajang di rak.

Setelah melakukan penyerangan tersebut, para pasukan bercadar tersebut langsung melarikan diri. Dari beberapa keterangan saksi, diantaranya penjaga minimarket yang mencatat pelat nomor kendaraan para penyerang akhirnya polisi berhasil menangkap lima pelaku perusakan dan empat pelaku lain hingga kini menjadi target pihak kepolisian. ***3***

M Taufik

Senin, 18/04/2011 19:32 WIB
Diduga Dibunuh Syarif, Kopral Sutejo Pernah Selidiki Orang Mencurigakan
Andri Haryanto - detikNews






Jakarta - Pelaku bom bunuh diri M Syarif disebut-sebut terlibat pembunuhan anggota TNI yang bertugas di Kodim Sumber, Kabupaten Cirebon, Kopral Kepala Sutejo, 2 April lalu. Sebelum tewas mengenaskan, Sutejo datang untuk memeriksa sekelompok orang yang sering berkumpul di sebuah warung.

"Almarhum merupakan anggota Babinsa kodim setempat," kata Kepala Penerangan Kodam III Siliwangi Kolonel (Arm) Beni Efendi kepada detikcom, Senin (18/4).

Beni menambahkan, dari informasi yang dikumpulkan pihaknya sebelum ditemukan tewas, Sutedjo sempat mendapat laporan seorang pemilik warung bernama Ali.

"Warga sipil ini mengaku ada beberapa orang yang sering berkumpul di warungnya. Orang itu enggak dikenalnya dan dianggap meresahkan," kata Beni.

Pemilik warung lantas melaporkan kepada Sutedjo perihal kelompok orang yang tak dikenal itu. "Lalu terjadilah peristiwa yang menimpa almarhum," ujarnya.

Beni mengatakan, pihaknya belum menemukan titik terang tentang temuan SIM atas nama M Syarif di lokasi terbunuhnya Kopka Sutedjo.

"Masih didalami," katanya.

Disinggung mengenai luka yang diderita korban dan berada di titik-titik mematikan, Beni tidak bisa memastikan apakah pelaku tersebut tergolong orang terlatih.

"Jika melihat luka kemungkinan pelakunya lebih dari satu," jawabnya.

Dihubungi terpisah Komandan Kodim 0620 Letkol (Arh) Jamaah enggan menuturkan peristiwa terkait tewasnya Sutedjo.

"Seluruh laporan sudah diserahkan ke POM," katanya singkat.

(ahy/ndr)
Selasa, 19/04/2011 05:05 WIB
M Syarif Diduga Belajar Sendiri Cara Buat Bom
Febrina Ayu Scottiati - detikNews







Jakarta - Bom bunuh diri yang dilakukan M Syarif di Cirebon tergolong pelajaran dasar pembuatan bom. Tekniknya pun bisa dengan mudah dipelajari.

"Teknik pembuatan bom bunuh diri di Cirebon termasuk teknik yang bisa dipelajari sendiri. Di internet banyak informasi mengenai hal itu," kata pengamat terorisme Mardigu WP seperti dihubungi detikcom, Selasa (19/4/2011).

Menurutnya, kemudahan pembuatan terletak pada bahan-bahannya yang mudah didapatkan dari dalam negeri. Selain itu unsur bahan hanya berupa adukan sederhana yang biasa digunakan dalam pembuatan mercon.

Bedanya dengan mercon, lanjut Mardigu, terletak pada pemicunya. Kalau mercon yang menjadi pemicu adalah sumbu api namun bom bunuh diri di Cirebon menggunakan per atau pegas.

"Kalau mercon pemantiknya pakai sumbu sementara pada kasus itu pemantiknya menggunakan per mekanik," imbuhnya.

Menurut Mardigu, pemantik juga bisa berupa listrik, time bom, per mekanik, sumbu ataupun tali. Rata-rata isi bahan bom sama, yang berbeda hanya pemantik dan kuantitas dari bom itu sendiri.

"Tidak butuh waktu lama untuk mempelajarinya. Untuk kasus bom di Cirebon ataupun bom buku yang sempat ramai beberapa waktu lalu termasuk pelajaran dasar dalam perakitan bom," ujar Mardigu.

Untuk merakit bom dibutuhkan orang yang memiliki ketelatenan yang tinggi. Kalau tidak, bisa-bisa ia menjadi korban kelinci percobaan hasil rakitan bomnya.

"Perakitan bom tetap memerlukan orang yang telaten. Kalau tidak telaten bisa salah meledak. Diperlukan juga keberanian yang melebihi orang normal tapi bukan orang yang stres karena orang stres biasanya malah tidak fokus," tutup Mardigu.

Seperti yang diketahui, polisi sudah mengindentifikasi jenis bom yang digunakan pelaku di masjid Ad-Zikra di Mapolresta Cirebon. Bom berdaya ledak rendah dan terdiri dari sejumlah bahan antara lain mur, paku, dan baterai.

(feb/mad)
Senin, 18/04/2011 13:09 WIB
Mustofa Nahrawardaya: Bom Cirebon Kloningan Aksi Sebelumnya
Nurvita Indarini - detikNews







Jakarta - M Syarif (Sarip) hancur perutnya gara-gara melilitkan bom berdaya ledak rendah yang kemudian meledak di masjid kompleks Mapolresta Cirebon pada Jumat (15/4) lalu. Jamaah Islamiyah yang selama ini dituding sebagai pelaku teror bom di Indonesia belum tentu berada di belakang peristiwa ini. Bisa jadi bom Cirebon yang menewaskan pelaku ini hanya kloningan dari aksi sebelumnya.

"Pola dan bahan material yang dipakai dan apa dilakukan kelompok sebelumnya sudah bisa ditiru oleh pihak yang mengkloning. Saya duga ini kloning sebelumnya. Ini mudah sekali kalau mau meniru, lalu diklaim ini domain kelompok lama seperti JI atau Al Qaeda. Ini sengaja diciptakan untuk memfitnah dan memojokkan, bisa saja," kata Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF) Pusat Mustofa B Nahrawardaya.

Mustofa juga tercatat sebagai staf ahli DPR dan pengurus Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah. Berikut wawancara detikcom dengan pria kelahiran Klaten, 12 Juli 1975 yang pernah mengenyam pendidikan di Universitas Negeri Surabaya ini, Senin (18/4/2011):

Bom di Cirebon pada Jumat (15/4) lalu menurut Anda bisa dilakukan sendiri atau berkelompok dan bagian dari suatu jaringan?

Pola dan bahan material yang dipakai dan apa dilakukan kelompok sebelumnya sudah bisa ditiru oleh pihak yang mengkloning. Saya duga ini kloning sebelumnya. Ini mudah sekali kalau mau meniru, lalu diklaim ini domain kelompok lama seperti JI atau Al Qaeda. Ini sengaja diciptakan untuk memfitnah dan memojokkan, bisa saja.

Saya pernah berbincang dengan orang yang pernah mondok di Ngruki, tiba-tiba hilang dan tidak pulang. Saya curiga diculik dan di-brain wash, lalu ada indoktrinasi semacam NII atau pun JI, padahal bukan kelompok itu yang melakukan. Sangat mudah melakukan itu, tidak selalu mantan Afghanistan.

Mungkin M Syarif bisa saja tidak sadar bawa bom, karena ada orang lain yang mengendalikan bom yang dibawanya dengan semacam remote. M Syarif bisa saja tidak sadar karena berada dalam kondisi di bawah kesadaran. Saya curiga orang yang kehilangan anak, ini kerjaan intelijen asing dan mengkambinghitamkan kelompok Islam yang dianggap radikal.

Sengaja diciptakan kesan kalau ini dilakukan pelaku lama karena polanya sama dengan yang sebelumnya. Padahal kalau ambil buku di toko buku, dipelajari, ada apa saja dalam rangkaiannya, itu mudah saja ditiru dan dilakukan.

Anda menduga ini pekerjaan intelijen? Asing atau dalam negeri?

Ya saya kira ini lebih ke kerjaan intelijen. Mungkin saja asing, dan mungkin saja intelijen liar. Sengaja dimunculkan untuk membuat musuh bersama. Kalau intelijen, tidak ada masalah dengan nyawa. Tidak masalah jika harus menghilangkan nyawa sekalipun. Intelijen punya etika tidak mengaku dalam keadaan apa pun. Kalau harus membunuh tidak masalah yang penting tujuan tercapai.

Jika pelakunya intelijen asing, apa motivasinya?

Di Indonesia, dulu ketika presidennya dari kalangan non-militer, teroris ini dulu tidak begitu marak. Tapi ketika dari militer malah banyak dan sadis. Intelijen asing memanfaatkan ini agar masyarakat tidak percaya kepemimpinan militer. Selain itu juga dilakukan untuk memojokkan penganut Islam, karena mereka melihat ideologi Islam sangat kuat.

Dengan peristiwa begini, diharapkan takut pada Islam. Tapi sudah 10 tahun ada teror bom, orang Islam tetap saja dilihat tidak berubah. Karena itu, teror bom tetap diciptakan, sehingga di kalangan masyarakat saling membenci dan marah. Karena itu, masyakat harus hati-hati, jangan dilihat snap shot. Jangan terprovokasi.

Peristiwa bom Cirebon ini mungkin terulang?

Saya rasa bom Cirebon bukan yang terakhir. Ini pemanasan. Sebelumnya, kan ada bom buku yang sempat ramai, kemudian ketika ada orang hilang, ramai dibicarakan NII KW9. Saya lihat ini rangkaian dari suatu grand design yang berujung pada peristiwa besar seperti bom Marriott, sehingga bisa mengenai jantung umat Islam. Selama Ba'asyir belum divonis, akan terus ada pemfitnahan. Seolah ini merupakan wujud kemarahan kelompok pendukung Ba'asyir.

Bisa jadi ada bom lain lagi yang lebih besar, entah di tempat umum atau di mana. Karena yang sekarang ini masih terlalu kecil. Mungkin ada gong atau puncak seperti WTC. Saya menduga sedang dirancang bom yang efeknya menohok dan meluluhlantakkan umat Islam. Kalau bom sekarang ini sudah masuk ke lingkungan mapolres, bisa saja nanti masuk ke Mabes TNI atau Kantor Presiden.

Dalam video yang beberapa kali ditampilkan media televisi, terekam M Syarif dalam sejumlah aksi. Tampak dia ini seorang provokatif. Saya yakin setiap organisasi Islam telah disusupi, dan mungkin dia disusupkan dalam gerakan anti Ahmadiyah. Nah, ketika telah selesai aksinya, ada tindakan anarkis yang dulu pernah dia lakukan, lalu puncaknya dia melakukan bom bunuh diri. Bisa saja Syarif ini tidak sadar dimanfaatkan intelijen.

Biasanya, orang yang berasal dari ekonomi lemah sangat mudah dimanfaatkan kalangan ini dengan iming-iming imbalan. Apalagi dia sebelumnya menghilang selama 2 minggu. Bisa saja selama itu dia di-brain wash yang mengaku berasal dari kalangan kelompok tertentu, lalu dia disuruh membawa sesuatu yang ternyata bom.

Jika ini merupakan satu keterkaitan, di bom buku tidak ada orang yang dikorbankan untuk meledak bersama bom. Kenapa ini harus ada orang yang dikorbankan?

Mereka memang perlu ada kambing hitam, dan orang bunuh diri dicari orang yang terkait dengan yang radikal. Ini sudah dipelajari betul. Si perekrut ini mencari siapa pemimpin demo yang paling keras dan radikal, lalu dicari alamatnya, dicari backgroundnya, sekolah di mana lalu apa pendidikannya. Atau dibalik ceritanya, si pelaku adalah mantan Ngruki, dia ini muda, miskin dan diculik. Yang menculik bilang saja kalau dirinya anak buah Ba'asyir, atau JI atau mana pun yang ngaku-ngaku. Mereka butuh orang yang dikambinghitamkan untuk berkorban sebagai bagian kloning.

Kalau ingin mengkambinghitamkan kelompok tertentu, mengapa memilih jenis bom low explosive dan diledakkan di masjid?

Pendanaan kelompok teroris kan katanya mulai menipis, tempat yang jadi sasaran bom masa lalu juga sudah dijaga ketat. Lalu intelijen dalam negeri katanya ketat. Agar prasangka itu betul, maka dipilihlah masjid sebagai target, supaya paradigma dugaan masa lalu kacau balau.

Ada yang bilang sasarannya adalah kapolres dan sasarannya itu adalah polisi. Yang bisa ditarik, otak peledakan ingin mengarahkan bahwa kelompok masa lalu diharapkan memilih target baru. Diciptakan anggapan bahwa aksi semacam itu tidak pandang bulu, dan polisi pun menjadi korban.

Ini hanya pengalihan, di mana target pengeboman tidak hanya mal, orang Barat. Padahal ini pelakukanya bukan teroris asli, melainkan kelompok sempalan intelijen atau intelijen liar.

Mengapa Anda yakin ini bukan dilakukan oleh kelompok lama?

Saya yakin kelompok teroris sudah nggak ada. Densus itu dididik Amerika, mereka canggih dan hebat sekali. Kalau ada kelompok lama, saya pikir nggak mungkin karena Densus kita lebih pandai. Kalaupun masih ada, itu berarti Densus kita buruk. Saya lebih yakin ini kelompok baru yang didalangi intelijen.

Wajah pelaku yang masih utuh, itu bagian dari upaya meninggalkan jejak?

Ya. Ketika Bom Bali I jejak yang ditinggalkan adalah saksi, di mana ada yang masih hidup. Ketika Bom Bali II di Jimbaran, lalu Marriott I dan II, mereka memudahkan masyarakat dengan meninggalkan jejak kepala.

Di bom Jimbaran, kepala dikenali. Lalu di Bom Marriott I, mobil hancur di lantai 1 tapi kepalanya ada di lantai 4. Di Marriott II juga ditemukan kepalanya. Dan hebatnya di hotel sekelas Marriott, ada bom yang belum meledak di lantai 18. Saya kira ini sangat tidak mungkin, rekayasa. Karena ada kepala utuh, maka tetangga mengenali, keluarga mengenali, sehingga polisi mudah melacak. Ini sangat kasar permainannya. Sengaja dilakukan untuk memfitnah.

(vit/nrl)

Senin, 18/04/2011 14:11 WIB
Bom Masjid Polres Cirebon(2)
Pengantin Itu Mengkafirkan Sang Ortu
Deden Gunawan - detikNews





Jakarta - Kasat Lantas Polresta Cirebon AKP Kurnia masih terkulai di ruang rawat inap Nomor 8, Rumah Sakit Pelabuhan Cirebon. Tangan kanan dan pelipis kirinya tampak diperban karena terkena serpihan bom paku yang meledak saat salat Jumat di Masjid Adz-Zikra, di Mapolresta Cirebon, Jumat (15/4/2011).

Setiap hari Kurnia ditemani istrinya, Yuyus Maryani, dan dua anaknya Ratna Aditya Maharani Kurnia dan Regita Julia Silvana. Sampai saat ini saya yang menyuapi bapak makan. Sebab tangannya tidak boleh digerakkan karena terluka," ujar Yuyus saat ditemui detikcom, Minggu (17/4/2011).

Yuyus mengaku bersyukur kondisi suaminya masih bisa dibilang baik-baik saja. Sebab di dalam benaknya, saat ia pertama mendapat kabar suaminya jadi korban bom, kondisi suaminya pasti sangat parah. Tapi ketika melihat suaminya di rumah sakit tidak mengalami luka serius, hatinya jadi sedikit lega.

"Dalam pikiran saya yang namanya korban bom pasti parah seperti yang saya lihat di TV waktu bom Marriot dan Bali. Tapi Alhamdulillah suami saya kondisinya tidak separah yang saya bayangkan," katanya.

AKP Kurnia saat bom meledak berada di shaf ketiga. Dia mengaku tidak menyangka ketika sedang melakukan takbiratul ihram tiba-tiba mendengar ledakan keras. Ia pun langsung ambruk begitu ada benda yang mengenai kening dan tangannya.

"Saya langsung terjatuh dan suasana jadi histeris. Yang saya tahu tiba-tiba tubuh saya diangkat orang dan dibawa ke rumah sakit," terang Kurnia, yang baru 10 bulan bertugas sebagai Kasat Lantas Polresta Cirebon.

Dalam aksi bom bunuh diri yang terjadi di Masjid Adz Zikra, Mapolresta Cirebon, sebanyak 30 orang mengalami luka-luka. Sebagian besar korban adalah polisi, termasuk Kapolresta Cirebon AKBP Herukoco yang saat ini masih dirawat intensif di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta.

Mabes Polri memastikan pelaku bom bunuh diri itu adalah M Syarif, yang beralamat di Gang Rara Kuning, RT 03, RW 06, Jalan Petratean, Pekalipan, Cirebon. "Dari hasil Tim DNA, kesimpulannya bahwa telah dapat dibuktikan secara ilmiah dan tidak terbantahkan bahwa identitas jenazah Mister X, terduga pelaku bom bunuh diri adalah Saudara Muhammad Syarif," ujar Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Anton Bachrul Alam.

Semua kerabat, termasuk Abdul Gofur, orang tua Syarif juga meyakini kalau sang pengantin, sebutan untuk pelaku bunuh bom bunuh diri, yang tergeletak di dalam masjid adalah Syarif. "(saya) Nggak sempat (lihat langsung jenazah), yang lihat ibu sama adik-adiknya. Lihat fotonya, ibunya yakin," jelas Gofur yang ditemui wartawan di Hotel Zamrud, Cirebon.

Gofur sendiri mengaku kalau dirinya dan istrinya, Sri Mulat, sudah dilakukan tes DNA oleh kepolisian. Selain itu dirinya juga mengaku sudah 2 kali dipanggil polisi untuk dimintai keterangan terkait anaknya tersebut.

Selain keterangan orang tua, kepolisian juga menyita sejumlah barang bukti di rumah mertua Syarif yang mirip dengan material bom yang meledak di masjid Adz Zikra. Dari penggeledahan rumah mertua Syarif di Dusun Senen, Desa Panjalin Kidul, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Majalengka, Minggu (17/4/2011), sejumlah komponen elektronik yang identik dengan bom di Cirebon ditemukan.

"Dari temuan di rumah mertua Syarif ditemukan partikel elektronik yang berhubungan dengan tempat kejadian yang pertama (masjid). Selain itu di rumah ini ditemukan juga yang berhubungan dengan pembuatan dan perakitan bom," ujar Deputi Penindakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Kombes Pol Petrus R Golose yang memimpin proses penggeledahan.

Syarif merupakan anak keempat dari pasangan Abdul Gofur dan Sri Mulat. Pria berusia 27 tahun itu punya 7 saudara yakni Diana Rosdiawati, Lis Ambarsari, Suherman, Nurlaela, Achmad Basuki, Imam Aji, dan Muchamad Fatoni.

Abdul Gofur menuturkan, selain menyukai elektronik, Syarif juga aktif dalam pengajian. Syarif pernah menimba ilmu di pesantren di wilayah Kediri, Jawa Timur. "Tapi saya tidak tahu nama pesantrennya sebab dia berangkat sendiri," terang Gofur.

Sebelum ke pesanteran di Kediri, Syarif juga pernah mendalami ilmu agama di Cirebon meski terus berpindah-pindah. Kata Gofur, sepulang dari Kediri ia kemudian bergabung dengan jemaah tabligh (yang) jubahnya abu-abu. Setelah itu, lanjut Gofur, Syarif juga mendalami asunnah, kelompok pengajian yang selalu mengenakan busana putih-putih yang dilengkapi sorban.

Namun Gofur menyayangkan, meski banyak mengenyam ilmu agama sifat Syarif justru berubah kasar. Syarif seringkali menyebut kafir orang tuanya. Bahkan Syarif tidak mau bermasyarakat, baik dengan tetangga mau keluarga besarnya.

"Dia selalu merasa paling benar. Sementara orang lain yang tidak sepaham dengan dirinya dianggap kafir. Saya sendiri sudah capek melihat kelakuannya. Apalagi banyak tetangga dan saudara yang tidak suka denganya," ujarnya.

Gofur mengaku sudah 1 tahun tidak bertemu Syarif. Pasca pernikahan Syarif dengan Sri, warga Majalengka, Gofur sudah tidak lagi bertemu Syarif hingga akhirnya terjadi peledakan bom di Cirebon yang diduga kuat dilakukan anaknya itu.
(ddg/iy)
Senin, 18/04/2011 14:19 WIB
M Syarif Masuk DPO Pengrusakan Alfamart di Cirebon
Mega Putra Ratya - detikNews







Jakarta - Pelaku bom bunuh diri di Masjid Ad-Dzikra di kompleks Mapolresta Cirebon, M Syarif, pernah terlibat pengrusakan Alfamart di Cirebon. Polresta Cirebon juga sudah memasukkan nama M Syarif ke dalam daftar pencarian orang (DPO).

"Beberapa waktu lalu Polresta Cirebon menangani kasus pengrusakan Alfamart. Ada 11 tersangka waktu itu. 6 Orang sudah ditahan dan menjalani proses hukum. Bahkan sudah ada yang keluar penjara. Sedangkan 5 orang lainnya dimasukan ke DPO, salah satunya adalah pelaku bom ini," kata Wakabareskrim Irjen Pol Mathius Salempang di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta, Senin (18/4/2011).

Mathius mengatakan, hingga kini Mabes Polri masih terus mengembangkan kasus ini. Menurutnya, Densus 88 masih menyelidiki dari kelompok mana M Syarif berasal. "Densus 88 masih tes lapangan tentang kasus ini," imbuhnya.

Mathius mengatakan, motif pengeboman yang dilakukan M Syarif masih ditelusuri. "Motifnya belum bisa kita sebutkan. Kalau yang bersangkutan bisa saya tanya mungkin bisa saya jawab sekarang, tapi ini masih kita kembangkan," lanjutnya.

Mathius menyatakan, identitas M Syarif dapat diketahui dari kartu identitas yang tertinggal di lokasi pengeboman. "Selain itu juga sidik jari pelaku," jelasnya.

(nal/vta)


Senin, 18/04/2011 14:51 WIB
Syarif Dipastikan Pelaku Bom, Tetangga Makin Shock
Arbi Anugrah - detikNews







Cirebon - Mabes Polri telah memastikan M Syarif adalah pelaku bom bunuh diri di Mapolresta Cirebon. Tetangga M Syarif yang sebelumnya setengah tidak percaya, kini benar-benar kaget.

Pantauan detikcom di Gang Rarakuning II, RT 3/6, Kelurahan Pekalipan, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon, Senin (18/4/2011), rumah orangtua Syarif tampak sepi. Lampu teras depan dinyalakan, seolah-olah tidak ada orang di rumah itu.

Sementara, suasana lingkungan setempat juga lebih sepi dari Minggu kemarin. Hanya beberapa orang yang lalu lalang. Meski demikian, maklumat dari Mabes Polri rupanya sudah diketahui warga. Menurut Supandi, Ketua RT 3/6, lengkap sudah keterkejutan warga.

"Iya saya nonton (keterangan Mabes Polri). Ya jelas kagetlah," kata dia.

Ketika belum ada kepastian M Syarif adalah pelaku bom bunuh diri, warga saja sudah terkejut dan tidak percaya. Kini setelah ada kepastian, warga pun semakin kaget.

"Waktu pertama diduga Syarif saja kaget, apalagi sekarang benar-benar positif," jelas dia.

Tetangga perempuan Syarif yang enggan disebut namanya, juga mengungkapkan keterkejutannya. "Nggak menyangka saja, Mas. Memang orangnya nggak pernah kelihatan, sekarang ada kabar begini," ujar dia.

(fay/asy)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Allah di balik Sejarah: Penantian Baru BTP (hati nurani Pemilu 2024) #02

janji Jokowi (4) (ANTI GRATIFIKA$1): pilpres 2019

die hard of terrorism: final fate of ISiS (3): ISIS bukan ISLAM, menganut teologi PEMBUNUHAN