D(p)K($)I 1
PKS Butuh Teman Kuasai DKI 1
Oleh: Herdi Sahrasad
Nasional - Senin, 18 April 2011 | 06:05 WIB
INILAH.COM, Jakarta - Belajar dari kekalahan Pilkada DKI 2007, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) diprediksi akan menggalang koalisi dengan parpol lain di 2012. Sehingga beban bisa lebih terdistribusi dan lebih ringan memenangi pertarungan.
Milad (hari jadi) PKS ke-13 sukses digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Minggu (17/4). Milad ini bisa dibaca sebagai show of force dengan muatan kepentingan untuk pemanasan menjelang Pilkada DKI Jakarta 2012.
Sementara parpol lain seperti Gerindra, Golkar, Hanura dan Demokrat masih melakukan strategi inventarisasi calon dan penguatan konsolidasi, PKS sudah memastikan calon gubernurnya, Triwisaksana.
Ketua Umum DPW PKS DKI Jakarta, Selamat Nurdin, menegaskan, calon gubernur yang nanti diusung memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan pemerintah pusat dan partai pendukung koalisi.
Para analis melihat, PKS tidak akan mengulangi kesalahan seperti 2007 yang dikeroyok hampir semua parpol nasionalis dalam Pilkada DKI. PKS nampak bersikap realistis memikirkan koalisi dengan parpol lain dalam Pilkada kali ini.
''PKS kemungkinan berkoalisi dengan parpol lain,''kata Mohamad Nabil dari Centre for the Study of Religion and Culture, UIN Jakarta. Karena itu, pada Pilkada 2012, PKS menargetkan untuk memimpin Ibukota dan juga kemenangan pada pemilu 2014.
Dalam pilkada DKI 2007, pasangan Adang Daradjatun-Dani Anwar memang kalah. Tetapi, pasangan yang diusung PKS itu dianggap telah ‘memenangi’ demokrasi yang tengah bertumbuh di negeri ini. PKS menilai, mereka kalah amat terhormat dan kalah dengan jiwa besar.
PKS tampaknya berharap mendulang kemenangan pada Pilgub DKI Jakarta kali ini seperti sukses yang diraih di Jawa Barat. Dalam konteks PKS di DKI Jakarta dan Tanah Air secara umum itu, ada dua hal yang menjadi fenomena menarik. Pertama, keberhasilan PKS yang perlu memperoleh perhatian khusus.
Keberhasilan PKS dalam mengubah strategi pada Pemilu 2004 menunjukkan isu fundamentalisme bukan merupakan komoditas ideologis yang dapat menjadi landasan politik.
PKS tampaknya memperoleh suara dari kalangan Islam terdidik dan masyarakat kelas menengah perkotaan. Hal itu merupakan fenomena masyarakat kota yang rasional dalam memilih partai dibanding masyarakat pedesaan.
Namun belakangan ini, PKS mendapat ‘pukulan dari dalam’ menyusul laporan dugaan korupsi ke KPK oleh elite PKS sebagaimana yang dilakukan mantan tokoh seniornya Yusuf Supendi, imbas kasus Arifinto dan konflik internal yang masih mengganjal.
Kedua, PKS mulai bergeser dengan isu clean government dan good governance dan tak lagi mengusung isu syariat Islam. Dibanding Pemilu 1999, modernisasi partai ini merupakan salah satu faktor penting untuk makin memperluas konstituensi politik.
Dengan platform untuk menciptakan pemerintahan yang bersih, adil dan sejahtera, PKS memperoleh lebih dari 50 persen kursi DPR di Jakarta, menunjukkan besarnya harapan publik pada upaya panghapusan KKN dan kemiskinan.
Dalam Pilkada 2012 di DKI Jakarta ini, PKS harus bertarung dengan agenda dan persiapan yang lebih matang dan rapi, sehingga peluangnya untuk menang tetap terbuka.
“Sebagai partai petarung, PKS telah teruji, parpol pesaing tak boleh meremehkan peluang kandidat PKS kali ini yang relatif muda,” kata Abdurahman, peneliti muda pada Madjid Politika, Jakarta. [mdr]
Oleh: Herdi Sahrasad
Nasional - Senin, 18 April 2011 | 06:05 WIB
INILAH.COM, Jakarta - Belajar dari kekalahan Pilkada DKI 2007, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) diprediksi akan menggalang koalisi dengan parpol lain di 2012. Sehingga beban bisa lebih terdistribusi dan lebih ringan memenangi pertarungan.
Milad (hari jadi) PKS ke-13 sukses digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Minggu (17/4). Milad ini bisa dibaca sebagai show of force dengan muatan kepentingan untuk pemanasan menjelang Pilkada DKI Jakarta 2012.
Sementara parpol lain seperti Gerindra, Golkar, Hanura dan Demokrat masih melakukan strategi inventarisasi calon dan penguatan konsolidasi, PKS sudah memastikan calon gubernurnya, Triwisaksana.
Ketua Umum DPW PKS DKI Jakarta, Selamat Nurdin, menegaskan, calon gubernur yang nanti diusung memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan pemerintah pusat dan partai pendukung koalisi.
Para analis melihat, PKS tidak akan mengulangi kesalahan seperti 2007 yang dikeroyok hampir semua parpol nasionalis dalam Pilkada DKI. PKS nampak bersikap realistis memikirkan koalisi dengan parpol lain dalam Pilkada kali ini.
''PKS kemungkinan berkoalisi dengan parpol lain,''kata Mohamad Nabil dari Centre for the Study of Religion and Culture, UIN Jakarta. Karena itu, pada Pilkada 2012, PKS menargetkan untuk memimpin Ibukota dan juga kemenangan pada pemilu 2014.
Dalam pilkada DKI 2007, pasangan Adang Daradjatun-Dani Anwar memang kalah. Tetapi, pasangan yang diusung PKS itu dianggap telah ‘memenangi’ demokrasi yang tengah bertumbuh di negeri ini. PKS menilai, mereka kalah amat terhormat dan kalah dengan jiwa besar.
PKS tampaknya berharap mendulang kemenangan pada Pilgub DKI Jakarta kali ini seperti sukses yang diraih di Jawa Barat. Dalam konteks PKS di DKI Jakarta dan Tanah Air secara umum itu, ada dua hal yang menjadi fenomena menarik. Pertama, keberhasilan PKS yang perlu memperoleh perhatian khusus.
Keberhasilan PKS dalam mengubah strategi pada Pemilu 2004 menunjukkan isu fundamentalisme bukan merupakan komoditas ideologis yang dapat menjadi landasan politik.
PKS tampaknya memperoleh suara dari kalangan Islam terdidik dan masyarakat kelas menengah perkotaan. Hal itu merupakan fenomena masyarakat kota yang rasional dalam memilih partai dibanding masyarakat pedesaan.
Namun belakangan ini, PKS mendapat ‘pukulan dari dalam’ menyusul laporan dugaan korupsi ke KPK oleh elite PKS sebagaimana yang dilakukan mantan tokoh seniornya Yusuf Supendi, imbas kasus Arifinto dan konflik internal yang masih mengganjal.
Kedua, PKS mulai bergeser dengan isu clean government dan good governance dan tak lagi mengusung isu syariat Islam. Dibanding Pemilu 1999, modernisasi partai ini merupakan salah satu faktor penting untuk makin memperluas konstituensi politik.
Dengan platform untuk menciptakan pemerintahan yang bersih, adil dan sejahtera, PKS memperoleh lebih dari 50 persen kursi DPR di Jakarta, menunjukkan besarnya harapan publik pada upaya panghapusan KKN dan kemiskinan.
Dalam Pilkada 2012 di DKI Jakarta ini, PKS harus bertarung dengan agenda dan persiapan yang lebih matang dan rapi, sehingga peluangnya untuk menang tetap terbuka.
“Sebagai partai petarung, PKS telah teruji, parpol pesaing tak boleh meremehkan peluang kandidat PKS kali ini yang relatif muda,” kata Abdurahman, peneliti muda pada Madjid Politika, Jakarta. [mdr]
Komentar
Posting Komentar