jangan LENGAH, PEMBIARAN (4)
Bom Bunuh Diri Cirebon
Inilah Tingkah Tak Lazim M Syarif di Malam Pertama
Oleh:
Nasional - Senin, 18 April 2011 | 08:28 WIB
INILAH.COM, Cirebon - Lazimnya, pengantin baru menghabiskan malam pertamanya di rumah. Namun, tidak demikian halnya dengan M Syarif, tersangka pelaku bom bunuh diri di Mapolres Cirebon Kota.
Menurut Abdul Ghofur, ayah M Syarif, pada malam pertama setelah putra keempatnya itu menikahi Sri Maliha, dia justru pergi bersama sekitar 15 orang temannya menghadiri tabligh akbar di daerah Tasikmalaya, Jawa Barat.
"Biasanya kan habis menikah, malam pertamanya tetap di rumah tapi dia tidak, malah ikut pengajian di Tasik," ujar Ghofur.
Ghofur mengaku tidak heran dengan perangai anaknya yang jauh berbeda dengan yang selama ini dikenalnya. Namun Ghofur tidak mengetahui aliran apa yang didalami oleh Syarif.
“Terlihat ada perubahan yang drastis dalam diri anak saya itu, karenanya saya tidak heran jika dia (MS,red) sering ikut-ikutan dalam berbagai aksi demonstrasi,” tuturnya.
Seperti diberitakan, bom bunuh diri meledak di Masjid Adz-Dzikra di Mapolres Cirebon Kota, Jawa Barat, Jumat (15/4/2011), menewaskan pelaku dan mengakibatkan 28 orang luka-luka.
Berdasarkan ciri-ciri pelaku, Polri menetapkan M Syarif sebagai tersangka pelaku bom bunuh diri. Dugaan terlibatnya Syarif dalam bom bunuh diri di Mapolres Cirebon Kota, mengemuka setelah salah satu kerabatnya, Elang Rasyid mengenali wajah pelaku bom tersebut mirip keponakannya.
Identitas warga Jalan Pekalipan Kota Cirebon ini diketahui setelah SIM atas nama dirinya ditemukan di lokasi tempat pembunuhan sadis Kopral Sutejo di Jalan Raya Talun, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. [pkm/mah]
Said Aqil Siradj: Yayasan Yang Didanai Arab Perlu Dipantau Setiap Saat
Senin, 18 April 2011 , 01:05:00 WIB
RMOL.Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj menilai bom bunuh diri di Masjid Polresta Cirebon merupakan tindakan biadab.
“Saya atas nama Ketua Umum PBNU yang merupakan kelahiran Cirebon, ikut mengecam dan mengutuk tindakan biadab tersebut,” tegasnya kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta.
Sebelumnya diberitakan, Jumat (15/4) Polresta Cirebon dikejutkan dengan bom bunuh diri yang dilakukan seorang pria berpakaian serba hitam di dalam masjid.
Bom tersebut dilakukan ketika para jamaah melaksanakan sholat Jumat.
Said Aqil Siradj selanjutnya mengatakan, kinerja aparat kepolisian, Badan Intelijen Negara (BIN), dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) hendaknya ditingkatkan. Sebab, ancaman teror bom ini merupakan hal yang perlu diwaspadai semua pihak.
“Saya kira, yayasan Islam yang didanai oleh Arab yang tiap hari melakukan teror teologi perlu dipantau setiap saat,” ujarnya.
Berikut kutipan selengkapnya;
Bagaimana Anda melihat kejadian bom di Cirebon?
Tindakan ini benar-benar menampar Islam, menampar polisi, dan menampar negara. Sebab, kejadian ini bersinggungan dengan simbol Islam dan simbol negara. Sebab, kejadiannya di Masjid Polresta Cirebon.
Apa Anda kaget bom diledakkan di Masjid?
Ini adalah tindakan jahiliyah yang secara jelas bertentangan dengan Islam. Sebenarnya tindakan teror itu bisa dilakukan di mana saja. Bisa di pasar, masjid, sedang sholat, atau sedang nyanyi. Tapi bila di masjid dan yang sedang sholat itu lebih biadab lagi. Namun kami tidak kaget dan tidak heran, karena sejak dulu teror sudah dilakukan di masjid.
Kenapa Anda bilang begitu?
Sayidina Umar bin Khattab dibunuh ketika menjadi imam sholat subuh oleh seorang majusi yang pura-pura ikut sholat. Kemudian Sayidina Ali bin Abi Thalib dibunuh ketika baru keluar dari rumahnya yang hendak mau menjadi imam sholat subuh di Kufah tahun 40.
Siapa kira-kira otak bom ini?
Saya tidak akan menunjuk siapa pelakunya. Tapi yang jelas mereka sedang menunjukkan diri bahwa mereka masih ada, kuat, eksis, punya dana, punya sistem, dan masih punya jaringan.
Apakah ini kelanjutan dari teror bom buku?
Sebelumnya teror-teror yang terjadi mengenai simbol Amerika. Sedangkan sekarang sudah di masjid, dan terlebih di kantor polisi. Ini merupakan kejadian luar biasa. Kita harus meningkatkan kewaspadaan, intelijen harus lebih canggih lagi agar lebih meningkatkan kinerjanya.
Apa yang perlu dilakukan ke depan?
Setiap lembaga, seperti BNPT, Polri dan BIN masing-masing harus meningkatkan kinerjanya agar teror ini tidak terjadi lagi. Selain itu, masyarakat harus lebih waspada.
Bagaimana dengan program deradikalisasi?
Program deradikalisasi seharusnya jangan hanya diseminarkan saja. Jangan dibincangkan saja, tetapi harus segera disampaikan kepada masyarakat agar ideologi radikal tidak berkembang. Dalam hal ini BNPT harus bekerja keras di samping BIN dan secara keseluruhan adalah polisi.
Apa program deradikalisasi sejauh ini sudah efektif?
Saya melihatnya belum efektif karena tidak ada kinerja yang jelas. Sementara bom meledak terus. Sedangkan upaya tindakan pencegahannya kurang nyata.
Menteri Agama berharap agar masyarakat tidak terpancing dengan bom ini, bagaimana di NU?
Kalau orang NU tidak akan terpancing, tetapi saya mengharapkan kita bisa meningkatkan kewaspadaan dan setiap warga masyarakat yang bisa mengetahui indikasi adanya fenomena kekerasan segera melaporkan kepada aparat dan segera melakukan tindakan. [RM]
Pelaku Bom Cirebon Diduga Jaringan Lokal
MINGGU, 17 APRIL 2011 | 05:27 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta - Markas Besar Kepolisian RI menduga pelaku peledakan bom bunuh diri di Masjid Al-Dzikra, Cirebon, Jawa Barat, adalah jaringan lokal. "(Jaringan) mungkin jangkauannya lokal, belum besar," kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar Polri Inspektur Jenderal Anton Bachrul Alam saat dihubungi kemarin.
Pernyataan Anton itu didasarkan pada target lokasi yang dipilih pelaku, yakni Kota Cirebon. Polisi menyatakan belum menemukan kaitan antara pelaku dan jaringan teroris lama. Hal ini, kata Anton, baru bisa dipastikan setelah polisi menganalisis dan memastikan identitas pelaku.
Direktur Program Imparsial, Al-Araf, mengatakan kelompok jaringan lokal mungkin saja bermain dalam aksi kekerasan tersebut. Apalagi, menurut dia, Cirebon dan Jawa Barat pada umumnya merupakan tempat aliran agama Islam berkembang pesat. Jawa Barat, kata dia, juga rentan terhadap konflik agama. "Di sana cukup banyak komunitas keyakinan," katanya kemarin.
Meski demikian, banyak kemungkinan yang bisa muncul. Apalagi Jawa Barat merupakan wilayah yang padat dengan penduduk. Ia juga mengingatkan unsur kekerasan itu bisa ditumpangi kepentingan lain. Misalnya, mungkin selama ini ada kesalahan kepolisian yang menimbulkan dendam. Atau ada kepentingan politik untuk menjatuhkan kepolisian. "Banyak kemungkinan yang bisa diduga."
Sosiolog Universitas Sriwijaya, Alfitri, menilai bom di kompleks kepolisian itu merupakan ungkapan kekecewaan kelompok tertentu terhadap penegak hukum. "Saya melihat, kalau sebelumnya mereka membenci simbol yang merepresentasikan negara asing, belakangan membenci institusi formal."
Sebuah bom telah diledakkan saat dilaksanakan salat Jumat di Masjid Al-Dzikra, kompleks kantor Kepolisian Resor Kota Cirebon, pada 15 April lalu. Polisi menduga peledakan tersebut merupakan aksi bunuh diri. Insiden itu melukai sedikitnya 26 polisi, termasuk Ajun Komisaris Besar Herukoco. Seorang yang tewas diduga pelaku peledakan bom bunuh diri.
Kepolisian menyatakan identitas seseorang yang tewas itu hampir dipastikan bernama Muhammad Syarif, warga Cirebon berusia 25 tahun. "Sembilan puluh persen identitas pelaku teridentifikasi," kata Kepala Kepolisian Daerah Jawa Barat Inspektur Jenderal Suparni Parto. "Sisanya tinggal memastikan melalui tes DNA dengan anggota keluarganya yang sudah dibawa ke Jakarta."
Dua warga Cirebon, yang diduga orang tua Syarif, yakni Ratu Srimulat, 56 tahun, dan Gofur, 60 tahun, kemarin dibawa ke Jakarta. Hasil pencocokan DNA akan diketahui hari ini.
Polisi sudah memeriksa 30 saksi untuk mengungkap kasus tersebut. Namun motif, bahan, dan jenis rangkaian bom belum diketahui. Hasil penyidikan sementara menunjukkan pelaku menggunakan bom gotri dan diramu dengan material paku, mur, serta baut.
Dalam beberapa hari terakhir, polisi mulai memperketat pengamanan markasnya di berbagai daerah. Polda Jambi, misalnya, memeriksa pengunjung yang hendak ke masjidnya dengan detektor logam. "Kami menjalankan instruksi meningkatkan kewaspadaan," kata Kepala Polda Jambi Brigadir Jenderal Bambang Suparsono.
Dalam perkembangan lain, kemarin sebuah tas plastik hitam yang mencurigakan ditemukan di kompleks gedung Sinode GMIM, yang merupakan kantor pusat seluruh gereja wilayah Sulawesi Utara. Benda ini langsung diledakkan di halaman gedung Sinode oleh polisi. Pemimpin Gegana Polres Tomohon, Inspektur Dua Roni Hendry, mengaku tas ini berisi bom berkekuatan ledak rendah.
Tokoh Muhammadiyah, Syafi'i Ma'arif, mengajak umat beragama tak terpengaruh aksi teror di rumah ibadah. Para pemuka agama telah sepakat menentang aksi itu. "Umat jangan terprovokasi," kata Syafi'i. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siradj juga meminta agar umat beragama bersatu menjaga keamanan dan kebersamaan.
RIKY F | EKO ARI W | ERICK PH | SYAIPUL B | IVANSYAH | ISA ANSHAR J | PUR
Inilah Tingkah Tak Lazim M Syarif di Malam Pertama
Oleh:
Nasional - Senin, 18 April 2011 | 08:28 WIB
INILAH.COM, Cirebon - Lazimnya, pengantin baru menghabiskan malam pertamanya di rumah. Namun, tidak demikian halnya dengan M Syarif, tersangka pelaku bom bunuh diri di Mapolres Cirebon Kota.
Menurut Abdul Ghofur, ayah M Syarif, pada malam pertama setelah putra keempatnya itu menikahi Sri Maliha, dia justru pergi bersama sekitar 15 orang temannya menghadiri tabligh akbar di daerah Tasikmalaya, Jawa Barat.
"Biasanya kan habis menikah, malam pertamanya tetap di rumah tapi dia tidak, malah ikut pengajian di Tasik," ujar Ghofur.
Ghofur mengaku tidak heran dengan perangai anaknya yang jauh berbeda dengan yang selama ini dikenalnya. Namun Ghofur tidak mengetahui aliran apa yang didalami oleh Syarif.
“Terlihat ada perubahan yang drastis dalam diri anak saya itu, karenanya saya tidak heran jika dia (MS,red) sering ikut-ikutan dalam berbagai aksi demonstrasi,” tuturnya.
Seperti diberitakan, bom bunuh diri meledak di Masjid Adz-Dzikra di Mapolres Cirebon Kota, Jawa Barat, Jumat (15/4/2011), menewaskan pelaku dan mengakibatkan 28 orang luka-luka.
Berdasarkan ciri-ciri pelaku, Polri menetapkan M Syarif sebagai tersangka pelaku bom bunuh diri. Dugaan terlibatnya Syarif dalam bom bunuh diri di Mapolres Cirebon Kota, mengemuka setelah salah satu kerabatnya, Elang Rasyid mengenali wajah pelaku bom tersebut mirip keponakannya.
Identitas warga Jalan Pekalipan Kota Cirebon ini diketahui setelah SIM atas nama dirinya ditemukan di lokasi tempat pembunuhan sadis Kopral Sutejo di Jalan Raya Talun, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. [pkm/mah]
Said Aqil Siradj: Yayasan Yang Didanai Arab Perlu Dipantau Setiap Saat
Senin, 18 April 2011 , 01:05:00 WIB
RMOL.Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj menilai bom bunuh diri di Masjid Polresta Cirebon merupakan tindakan biadab.
“Saya atas nama Ketua Umum PBNU yang merupakan kelahiran Cirebon, ikut mengecam dan mengutuk tindakan biadab tersebut,” tegasnya kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta.
Sebelumnya diberitakan, Jumat (15/4) Polresta Cirebon dikejutkan dengan bom bunuh diri yang dilakukan seorang pria berpakaian serba hitam di dalam masjid.
Bom tersebut dilakukan ketika para jamaah melaksanakan sholat Jumat.
Said Aqil Siradj selanjutnya mengatakan, kinerja aparat kepolisian, Badan Intelijen Negara (BIN), dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) hendaknya ditingkatkan. Sebab, ancaman teror bom ini merupakan hal yang perlu diwaspadai semua pihak.
“Saya kira, yayasan Islam yang didanai oleh Arab yang tiap hari melakukan teror teologi perlu dipantau setiap saat,” ujarnya.
Berikut kutipan selengkapnya;
Bagaimana Anda melihat kejadian bom di Cirebon?
Tindakan ini benar-benar menampar Islam, menampar polisi, dan menampar negara. Sebab, kejadian ini bersinggungan dengan simbol Islam dan simbol negara. Sebab, kejadiannya di Masjid Polresta Cirebon.
Apa Anda kaget bom diledakkan di Masjid?
Ini adalah tindakan jahiliyah yang secara jelas bertentangan dengan Islam. Sebenarnya tindakan teror itu bisa dilakukan di mana saja. Bisa di pasar, masjid, sedang sholat, atau sedang nyanyi. Tapi bila di masjid dan yang sedang sholat itu lebih biadab lagi. Namun kami tidak kaget dan tidak heran, karena sejak dulu teror sudah dilakukan di masjid.
Kenapa Anda bilang begitu?
Sayidina Umar bin Khattab dibunuh ketika menjadi imam sholat subuh oleh seorang majusi yang pura-pura ikut sholat. Kemudian Sayidina Ali bin Abi Thalib dibunuh ketika baru keluar dari rumahnya yang hendak mau menjadi imam sholat subuh di Kufah tahun 40.
Siapa kira-kira otak bom ini?
Saya tidak akan menunjuk siapa pelakunya. Tapi yang jelas mereka sedang menunjukkan diri bahwa mereka masih ada, kuat, eksis, punya dana, punya sistem, dan masih punya jaringan.
Apakah ini kelanjutan dari teror bom buku?
Sebelumnya teror-teror yang terjadi mengenai simbol Amerika. Sedangkan sekarang sudah di masjid, dan terlebih di kantor polisi. Ini merupakan kejadian luar biasa. Kita harus meningkatkan kewaspadaan, intelijen harus lebih canggih lagi agar lebih meningkatkan kinerjanya.
Apa yang perlu dilakukan ke depan?
Setiap lembaga, seperti BNPT, Polri dan BIN masing-masing harus meningkatkan kinerjanya agar teror ini tidak terjadi lagi. Selain itu, masyarakat harus lebih waspada.
Bagaimana dengan program deradikalisasi?
Program deradikalisasi seharusnya jangan hanya diseminarkan saja. Jangan dibincangkan saja, tetapi harus segera disampaikan kepada masyarakat agar ideologi radikal tidak berkembang. Dalam hal ini BNPT harus bekerja keras di samping BIN dan secara keseluruhan adalah polisi.
Apa program deradikalisasi sejauh ini sudah efektif?
Saya melihatnya belum efektif karena tidak ada kinerja yang jelas. Sementara bom meledak terus. Sedangkan upaya tindakan pencegahannya kurang nyata.
Menteri Agama berharap agar masyarakat tidak terpancing dengan bom ini, bagaimana di NU?
Kalau orang NU tidak akan terpancing, tetapi saya mengharapkan kita bisa meningkatkan kewaspadaan dan setiap warga masyarakat yang bisa mengetahui indikasi adanya fenomena kekerasan segera melaporkan kepada aparat dan segera melakukan tindakan. [RM]
Pelaku Bom Cirebon Diduga Jaringan Lokal
MINGGU, 17 APRIL 2011 | 05:27 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta - Markas Besar Kepolisian RI menduga pelaku peledakan bom bunuh diri di Masjid Al-Dzikra, Cirebon, Jawa Barat, adalah jaringan lokal. "(Jaringan) mungkin jangkauannya lokal, belum besar," kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar Polri Inspektur Jenderal Anton Bachrul Alam saat dihubungi kemarin.
Pernyataan Anton itu didasarkan pada target lokasi yang dipilih pelaku, yakni Kota Cirebon. Polisi menyatakan belum menemukan kaitan antara pelaku dan jaringan teroris lama. Hal ini, kata Anton, baru bisa dipastikan setelah polisi menganalisis dan memastikan identitas pelaku.
Direktur Program Imparsial, Al-Araf, mengatakan kelompok jaringan lokal mungkin saja bermain dalam aksi kekerasan tersebut. Apalagi, menurut dia, Cirebon dan Jawa Barat pada umumnya merupakan tempat aliran agama Islam berkembang pesat. Jawa Barat, kata dia, juga rentan terhadap konflik agama. "Di sana cukup banyak komunitas keyakinan," katanya kemarin.
Meski demikian, banyak kemungkinan yang bisa muncul. Apalagi Jawa Barat merupakan wilayah yang padat dengan penduduk. Ia juga mengingatkan unsur kekerasan itu bisa ditumpangi kepentingan lain. Misalnya, mungkin selama ini ada kesalahan kepolisian yang menimbulkan dendam. Atau ada kepentingan politik untuk menjatuhkan kepolisian. "Banyak kemungkinan yang bisa diduga."
Sosiolog Universitas Sriwijaya, Alfitri, menilai bom di kompleks kepolisian itu merupakan ungkapan kekecewaan kelompok tertentu terhadap penegak hukum. "Saya melihat, kalau sebelumnya mereka membenci simbol yang merepresentasikan negara asing, belakangan membenci institusi formal."
Sebuah bom telah diledakkan saat dilaksanakan salat Jumat di Masjid Al-Dzikra, kompleks kantor Kepolisian Resor Kota Cirebon, pada 15 April lalu. Polisi menduga peledakan tersebut merupakan aksi bunuh diri. Insiden itu melukai sedikitnya 26 polisi, termasuk Ajun Komisaris Besar Herukoco. Seorang yang tewas diduga pelaku peledakan bom bunuh diri.
Kepolisian menyatakan identitas seseorang yang tewas itu hampir dipastikan bernama Muhammad Syarif, warga Cirebon berusia 25 tahun. "Sembilan puluh persen identitas pelaku teridentifikasi," kata Kepala Kepolisian Daerah Jawa Barat Inspektur Jenderal Suparni Parto. "Sisanya tinggal memastikan melalui tes DNA dengan anggota keluarganya yang sudah dibawa ke Jakarta."
Dua warga Cirebon, yang diduga orang tua Syarif, yakni Ratu Srimulat, 56 tahun, dan Gofur, 60 tahun, kemarin dibawa ke Jakarta. Hasil pencocokan DNA akan diketahui hari ini.
Polisi sudah memeriksa 30 saksi untuk mengungkap kasus tersebut. Namun motif, bahan, dan jenis rangkaian bom belum diketahui. Hasil penyidikan sementara menunjukkan pelaku menggunakan bom gotri dan diramu dengan material paku, mur, serta baut.
Dalam beberapa hari terakhir, polisi mulai memperketat pengamanan markasnya di berbagai daerah. Polda Jambi, misalnya, memeriksa pengunjung yang hendak ke masjidnya dengan detektor logam. "Kami menjalankan instruksi meningkatkan kewaspadaan," kata Kepala Polda Jambi Brigadir Jenderal Bambang Suparsono.
Dalam perkembangan lain, kemarin sebuah tas plastik hitam yang mencurigakan ditemukan di kompleks gedung Sinode GMIM, yang merupakan kantor pusat seluruh gereja wilayah Sulawesi Utara. Benda ini langsung diledakkan di halaman gedung Sinode oleh polisi. Pemimpin Gegana Polres Tomohon, Inspektur Dua Roni Hendry, mengaku tas ini berisi bom berkekuatan ledak rendah.
Tokoh Muhammadiyah, Syafi'i Ma'arif, mengajak umat beragama tak terpengaruh aksi teror di rumah ibadah. Para pemuka agama telah sepakat menentang aksi itu. "Umat jangan terprovokasi," kata Syafi'i. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siradj juga meminta agar umat beragama bersatu menjaga keamanan dan kebersamaan.
RIKY F | EKO ARI W | ERICK PH | SYAIPUL B | IVANSYAH | ISA ANSHAR J | PUR
Komentar
Posting Komentar