jangan dibiarken (15)
Selasa, 26/04/2011 18:27 WIB
Polisi Sita 25 Buku Jihad di Rumah Pepi
Mega Putra Ratya - detikNews
Jakarta - Rumah mertua Pepi Fernando di Komplek Harapan Indah, Bekasi, Jawa Barat sempat digeledah oleh polisi. Selain bahan peledak, polisi juga menyita 25 buku dan 1 kliping tentang Islam di rumah itu.
"Beberapa buku yang ditemukan di rumah mertua Pepi sudah disita," kata Kabag Penum Mabes Polri Kombes Boy Rafli Amar, Jl Trunojoyo, Jakarta, Selasa (26/4/2011).
Buku-buku yang disita itu antara lain; Konsepsi Negara Demokrasi Indonesia, Sepak Terjang KW 9 Abu Toto Menyelewengkan NII Pasca Kartosoewiryo, Mega Proyek Kedua Alqaida, Prinsip Jihad Dr Abdullah Azzam, Penggetar Iman di Medan Jihad, 53 Tahun Aceh Merdeka di bawah Pemerintahan Ratu, Membina Angkatan Mujahidin dan Jihad dan Khas Kelompok yang Dijanjikan.
Judul buku ini adalah buku-buku yang menjadi bacaan Pepi. Dan bukan buku yang akan dijadikan bom buku.
"Yang saya omongin ini buku betulan," ucapnya.
Sementara buku yang akan dijadikan bom buku dibuat oleh tersangka berinisial F. "Yang namanya F itu yang buat. Dia yang buat cover buku," kata Boy.
(mpr/gun)
Senin, 25/04/2011 13:27 WIB
Istri Pepi Jadi Tertutup Sejak Menikah
Egir Rivki - detikNews
Jakarta - Saat belum menikah, Deny Carmanita dikenal sebagai sosok yang mudah bergaul dan selalu mengikuti perkembangan zaman. Namun sikapnya berubah menjadi tertutup sejak menikah dengan Pepi Fernando.
"Sebelum menikah Deny itu mengikuti zaman. Tapi semenjak menikah, Deny jadi berubah tertutup," ujar Pieter, tetangga mertua Pepi di kontrakan lamanya. Hal itu disampaikan dia di kediamannya, Jl Kenanga Indah 3, Perumahan Harapan Indah, Bekasi, Senin (25/4/2011).
Sebelum menikah, Deny tidak mengenakan jilbab. Namun, setelah menikah dengan Pepi, perempuan yang bekerja di BNN itu mengenakan jilbab dalam kesehariannya. Bahkan, menurut Pieter, dirinya juga pernah melihat Deny mengenakan cadar. Sedangkan sosok Pepi, dia tahu tapi tidak kenal.
"Saya dikasih tahu Rian (adik ipar Pepi) kalau itu Pepi. Saya pernah lihat dia tahun 2005-an. Tingginya sekitar 170-an, kulitnya coklat, rambutnya pendek, nggak jenggotan," jelasnya.
Dia menambahkan, soal gosip pernikahan Pepi dan Deny yang tidak disetujui orangtua Deny, hal itu sudah menjadi rahasia umum. Warga sekitar, menurutnya, sudah tahu hal itu.
"Kalau itu (pernikahan tidak disetujui) sih kayaknya semua orang sudah tau di sini. Itu Bu Ema (ibu mertua Pepi) sendiri yang ngomong ke saya. Yang saya dengar sih karena ada beda ideologi," ucap Peter tanpa merinci ideologi seperti apa yang menjadi perbedaan.
Keluarga mertua Pepi, Alwi Hasmi, menjadi tetangga Pieter sejak tahun 1999 hingga sekitar 2006. Pada tahun 2006, keluarga Alwi pindah rumah. Namun, tidak diketahui ke mana Alwi pindah.
Yang jelas, Alwi sejak kurang sebulan lalu menempati rumah di Jalan Seruni Blok C-E No 14 RT 08 RW 19, Perumahan Harapan Indah. Alamat baru ini tidak jauh dari alamat kontrakan lama.
Rumah kontrakan Alwi yang baru inilah yang digeledah polisi terkait dengan penangkapan Pepi di Aceh pada 21 April. Pepi ditangkap karena ditengarai mengotaki bom buku dan bom Serpong.
Pada penggeledahan 23 April, polisi menemukan sejumlah barang bukti dari rumah kontrakan mertua Pepi ini. Barang bukti yang dikantongi polisi adalah 1 granat nanas, 1 buah campuran adonan bahan peledak diameter 3 cm, casing bom model roket belum terisi siap jadi casing bom, bom model kaleng 5 buah dan 1 buah sudah siap dengan isi, bahan bom yang sudah jadi 2 buah, casing bom model kotak 1 buah, solder 1 buah, potongan pipa besi, timer jam dinding.
Sebelumnya, sekitar 20 petugas kepolisian menggeledah rumah mertua Pepi Sabtu (23/4) dini hari. Polisi menyita sejumlah buku milik Pepi dan tas. Pepi adalah alumnus Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah dan dikenal sebagai pekerja rumah produksi.
(vit/asy)
Pemred Kabar Kabari Tak Percaya Bekas Reporternya Terlibat Terorisme
Minggu, 24 April 2011 | 11:12 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemimpin Redaksi Kabar Kabari Group Hans Miller Banureah mengaku kaget mendengar nama bekas reporternya, Denny Karmanita, diduga terkait jaringan teroris. "Saya shock, tak membayangkan dia seperti itu," kata Hans, Ahad (24/4).
Hans merupakan mantan atasan Denny ketika bekerja di tayangan infotainmen Cek & Ricek. Hans memimpin acara itu pada periode 2005-2006 sebagai produser pelaksana. Saat itu Denny bekerja sebagai reporter di tayangan tersebut. "Sebelum saya keluar, Denny keluar duluan. Tak sampai satu tahun dia bekerja di sana," ujarnya.
Denny diduga terkait jaringan teroris yang melakukan aksi bom di pipa gas Serpong Tangerang dan bom buku beberapa waktu lalu. Namanya mengemuka setelah polisi menciduk Pepi, suaminya, yang diduga otak dari aksi ini. Denny saat ini masih dimintai keterangan penyidik polisi.
Di mata Hans, Denny orang yang mudah bergaul dan terbuka. "Dia supel banget, mudah bergaul dengan siapa saja, sehingga mudah cari kerjaan," kata Hans. Dia mengaku sempat mengetahui hubungan Denny dan Pepi. "Dulu kita semua tahu kalau Pepi sering jemput dia, pergi bareng, dan nggak lama dia pacaran dengan Pepi, lalu keluar," tutur Hans.
Hans tak percaya Denny terkait jaringan dan aksi terorisme. "Saya nggak percaya, mungkin karena dia istrinya Pepi lalu dikaitkan," kata dia. Hans mengaku tak begitu mengenal Pepi.
FEBRIYAN
Polri: Bergabung karena Faktor Ekonomi
Maria Natalia | Inggried | Senin, 25 April 2011 | 13:10 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Komisaris Besar Boy Rafli Amar mengatakan, dari hasil pemeriksaan sementara, penyidik menduga faktor ekonomi menjadi salah satu pendorong bagi sejumlah tersangka terlibat dalam jaringan teroris. Sebanyak 20 orang yang telah diamankan pihak kepolisian diduga jaringan baru yang dipimpin Pepi Fernando dan J. Alasan faktor ekonomi karena beberapa diantaranya tidak memiliki pekerjaan, sehingga untuk mendapatkan imbalan, diajak bergabung dalam rencana aksi teror bom tersebut. Namun, ada pula yang memilih bergabung karena memiliki kesamaan ideologi.
"Ada yang memang kebutuhan ekonomi. Tidak memiliki pekerjaan, kemudian ditawarkan untuk membantu aksi ini. Tetapi tidak semua, ada beberapa yang karena kesamaan ideologi," ujar Boy di Mabes Polri, Senin (25/04/2011).
Sementara itu, menurut Boy, penyidik belum mengetahui apakah juru kamera Global TV, IF, yang ditangkap pada Kamis (21/2/2011) lalu, juga mendapatkan imbalan terkait dugaan keterlibatannya dengan jaringan tersebut. Keterlibatan IF sendiri, sementara ini karena yang bersangkutan menyatakan kesediaan untuk melakukan peliputan atas rencana peledakan bom di Serpong, Tangerang. Hingga saat ini, status IF masih akan didalami apakah ia sudah terlibat lebih jauh sebelumnya dengan jaringan ini. Sebelumnya, IF diketahui pernah melakukan dua kali pertemuan dengan Pepi sebelum teror bom buku pada 15 Maret 2011.
"Kalau IF belum diketahui memberi dana juga atau tidak. Sementara, pemeriksaan baru keterlibatan sebatas dimintai tolong. Dia tidak terkait dengan lain-lain. Belum terungkap ikut proses perakitan atau tidak," kata Boy.
Belajar Lewat Buku, Pepi Mahir Rakit Bom
Maria Natalia | Inggried | Senin, 25 April 2011 | 12:38 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Komisaris Besar Boy Rafli Amar mengatakan, Pepi Fernando, yang diduga sebagai otak teror bom buku dan rencana peledakan bom di Serpong, Tangerang, ternyata mahir membuat bom. Hal itu diketahui setelah tim kepolisian melakukan penyidikan sementara terhadap jenis bom yang dirakit oleh Pepi dan jaringannya. Pepi sendiri belajar merakit bom melalui buku.
"Pepi termasuk mahir merakit bom. Sekarang bom-bom tersebut sudah diamankan di Puslabfor," ujar Komisaris Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Senin (25/4/2011).
Menurut Boy, saat ini belum ditemukan indikasi Pepi juga belajar merakit bom sampai ke Filipina Selatan, yang selama ini disebut-sebut merupakan tempat belajar merakit bom bagi jaringan teroris. "Belum ditemukan data dia pernah ke luar negeri. Mereka, kan, ditangkap juga di Aceh. Mereka sepertinya ada kegiatan lain di Aceh. Itu yang sedang kami cari tahu dalam rangka apa mereka ke sana," tambah Boy.
Pepi dan jaringannya sendiri dinyatakan sebagai kelompok baru di jaringan terorisme. Beberapa bom yang ditemukan merupakan hasil rakitan Pepi adalah bom kaleng dan bom berbentuk roket. Beberapa di antaranya masih aktif. Polisi menduga jaringan ini membeli bahan-bahan rakitan bom di beberapa orang tertentu dan diduga di beberapa pasar gelap di wilayah sekitar Jakarta.
Polisi menangkap Pepi pada Kamis (21/4/2011) lalu di Aceh. Dari keterangannya, polisi mendapatkan informasi adanya paket bom yang dipasang di gorong-gorong yang tak jauh dari Gereja Christ Catedral, Serpong, Tangerang. Di gorong-gorong tersebut juga terdapat jalur pipa gas Perusahaan Gas Negara (PGN). Setelah melakukan penyisiran sejak pagi, polisi akhirnya berhasil menjinakkan bom yang diketahui memiliki berat lebih dari 100 kilogram tersebut.
Senin, 25/04/2011 10:43 WIB
Ba'asyir Beberkan 3 Syarat Jadi Anggota JAT
Suci Dian Firani - detikNews
Jakarta - Terdakwa terorisme Abu Bakar Ba'asyir membeberkan syarat menjadi anggota Jamaah Ansharut Tauhid (JAT). Menurut Ba'asyir, ada 3 hal yang harus dipatuhi seseorang agar diterima menjadi anggota JAT.
"Intinya harus mengerti dulu JAT dan ikut pengajian khusus. Kalau mengerti dan setuju berarti ia harus mengamalkan," ujar Ba'asyir di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jl Ampera Raya, Senin (25/4/2011). Ba'asyir mengatakan itu saat diperiksa sebagai terdakwa dan ditanya jaksa mengenai syarat menjadi anggota JAT.
Syarat pertama menurut Ba'asyir, intinya harus berjanji kepada Allah, berusaha kerjasama dalam kebaikan dan ketakwaan. Bukan kerjasama dalam kemungkaran.
Syarat kedua, selama amir jamaah dalam kebenaran, maka wajib mengikuti. "Syarat ketiga, wajib bersumpah untuk mengamalkan jamaah selama ikhlas," tutur Ba'asyir.
Menurut Ba'asyir, jika ada anggota yang melanggar, sanksinya yakni dinasihati terlebih dulu atau dihukum dengan hukum Islam.
"Tapi kita ini belum mengamalkan Islam 100 persen," tutur dia.
Sidang dimulai pukul 09.00 WIB. Ratusan pendukung Ba'asyir mengikuti dengan seksama. Ba'asyir mengenakan baju putih dan peci putih. Para pengacaranya ikut mendampingi Ba'asyir. Ribuan polisi dikerahkan untuk menjaga sidang dan lalu lintas di luar sidang.
(nik/fay)
Polisi Sita 25 Buku Jihad di Rumah Pepi
Mega Putra Ratya - detikNews
Jakarta - Rumah mertua Pepi Fernando di Komplek Harapan Indah, Bekasi, Jawa Barat sempat digeledah oleh polisi. Selain bahan peledak, polisi juga menyita 25 buku dan 1 kliping tentang Islam di rumah itu.
"Beberapa buku yang ditemukan di rumah mertua Pepi sudah disita," kata Kabag Penum Mabes Polri Kombes Boy Rafli Amar, Jl Trunojoyo, Jakarta, Selasa (26/4/2011).
Buku-buku yang disita itu antara lain; Konsepsi Negara Demokrasi Indonesia, Sepak Terjang KW 9 Abu Toto Menyelewengkan NII Pasca Kartosoewiryo, Mega Proyek Kedua Alqaida, Prinsip Jihad Dr Abdullah Azzam, Penggetar Iman di Medan Jihad, 53 Tahun Aceh Merdeka di bawah Pemerintahan Ratu, Membina Angkatan Mujahidin dan Jihad dan Khas Kelompok yang Dijanjikan.
Judul buku ini adalah buku-buku yang menjadi bacaan Pepi. Dan bukan buku yang akan dijadikan bom buku.
"Yang saya omongin ini buku betulan," ucapnya.
Sementara buku yang akan dijadikan bom buku dibuat oleh tersangka berinisial F. "Yang namanya F itu yang buat. Dia yang buat cover buku," kata Boy.
(mpr/gun)
Senin, 25/04/2011 13:27 WIB
Istri Pepi Jadi Tertutup Sejak Menikah
Egir Rivki - detikNews
Jakarta - Saat belum menikah, Deny Carmanita dikenal sebagai sosok yang mudah bergaul dan selalu mengikuti perkembangan zaman. Namun sikapnya berubah menjadi tertutup sejak menikah dengan Pepi Fernando.
"Sebelum menikah Deny itu mengikuti zaman. Tapi semenjak menikah, Deny jadi berubah tertutup," ujar Pieter, tetangga mertua Pepi di kontrakan lamanya. Hal itu disampaikan dia di kediamannya, Jl Kenanga Indah 3, Perumahan Harapan Indah, Bekasi, Senin (25/4/2011).
Sebelum menikah, Deny tidak mengenakan jilbab. Namun, setelah menikah dengan Pepi, perempuan yang bekerja di BNN itu mengenakan jilbab dalam kesehariannya. Bahkan, menurut Pieter, dirinya juga pernah melihat Deny mengenakan cadar. Sedangkan sosok Pepi, dia tahu tapi tidak kenal.
"Saya dikasih tahu Rian (adik ipar Pepi) kalau itu Pepi. Saya pernah lihat dia tahun 2005-an. Tingginya sekitar 170-an, kulitnya coklat, rambutnya pendek, nggak jenggotan," jelasnya.
Dia menambahkan, soal gosip pernikahan Pepi dan Deny yang tidak disetujui orangtua Deny, hal itu sudah menjadi rahasia umum. Warga sekitar, menurutnya, sudah tahu hal itu.
"Kalau itu (pernikahan tidak disetujui) sih kayaknya semua orang sudah tau di sini. Itu Bu Ema (ibu mertua Pepi) sendiri yang ngomong ke saya. Yang saya dengar sih karena ada beda ideologi," ucap Peter tanpa merinci ideologi seperti apa yang menjadi perbedaan.
Keluarga mertua Pepi, Alwi Hasmi, menjadi tetangga Pieter sejak tahun 1999 hingga sekitar 2006. Pada tahun 2006, keluarga Alwi pindah rumah. Namun, tidak diketahui ke mana Alwi pindah.
Yang jelas, Alwi sejak kurang sebulan lalu menempati rumah di Jalan Seruni Blok C-E No 14 RT 08 RW 19, Perumahan Harapan Indah. Alamat baru ini tidak jauh dari alamat kontrakan lama.
Rumah kontrakan Alwi yang baru inilah yang digeledah polisi terkait dengan penangkapan Pepi di Aceh pada 21 April. Pepi ditangkap karena ditengarai mengotaki bom buku dan bom Serpong.
Pada penggeledahan 23 April, polisi menemukan sejumlah barang bukti dari rumah kontrakan mertua Pepi ini. Barang bukti yang dikantongi polisi adalah 1 granat nanas, 1 buah campuran adonan bahan peledak diameter 3 cm, casing bom model roket belum terisi siap jadi casing bom, bom model kaleng 5 buah dan 1 buah sudah siap dengan isi, bahan bom yang sudah jadi 2 buah, casing bom model kotak 1 buah, solder 1 buah, potongan pipa besi, timer jam dinding.
Sebelumnya, sekitar 20 petugas kepolisian menggeledah rumah mertua Pepi Sabtu (23/4) dini hari. Polisi menyita sejumlah buku milik Pepi dan tas. Pepi adalah alumnus Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah dan dikenal sebagai pekerja rumah produksi.
(vit/asy)
Pemred Kabar Kabari Tak Percaya Bekas Reporternya Terlibat Terorisme
Minggu, 24 April 2011 | 11:12 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemimpin Redaksi Kabar Kabari Group Hans Miller Banureah mengaku kaget mendengar nama bekas reporternya, Denny Karmanita, diduga terkait jaringan teroris. "Saya shock, tak membayangkan dia seperti itu," kata Hans, Ahad (24/4).
Hans merupakan mantan atasan Denny ketika bekerja di tayangan infotainmen Cek & Ricek. Hans memimpin acara itu pada periode 2005-2006 sebagai produser pelaksana. Saat itu Denny bekerja sebagai reporter di tayangan tersebut. "Sebelum saya keluar, Denny keluar duluan. Tak sampai satu tahun dia bekerja di sana," ujarnya.
Denny diduga terkait jaringan teroris yang melakukan aksi bom di pipa gas Serpong Tangerang dan bom buku beberapa waktu lalu. Namanya mengemuka setelah polisi menciduk Pepi, suaminya, yang diduga otak dari aksi ini. Denny saat ini masih dimintai keterangan penyidik polisi.
Di mata Hans, Denny orang yang mudah bergaul dan terbuka. "Dia supel banget, mudah bergaul dengan siapa saja, sehingga mudah cari kerjaan," kata Hans. Dia mengaku sempat mengetahui hubungan Denny dan Pepi. "Dulu kita semua tahu kalau Pepi sering jemput dia, pergi bareng, dan nggak lama dia pacaran dengan Pepi, lalu keluar," tutur Hans.
Hans tak percaya Denny terkait jaringan dan aksi terorisme. "Saya nggak percaya, mungkin karena dia istrinya Pepi lalu dikaitkan," kata dia. Hans mengaku tak begitu mengenal Pepi.
FEBRIYAN
Polri: Bergabung karena Faktor Ekonomi
Maria Natalia | Inggried | Senin, 25 April 2011 | 13:10 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Komisaris Besar Boy Rafli Amar mengatakan, dari hasil pemeriksaan sementara, penyidik menduga faktor ekonomi menjadi salah satu pendorong bagi sejumlah tersangka terlibat dalam jaringan teroris. Sebanyak 20 orang yang telah diamankan pihak kepolisian diduga jaringan baru yang dipimpin Pepi Fernando dan J. Alasan faktor ekonomi karena beberapa diantaranya tidak memiliki pekerjaan, sehingga untuk mendapatkan imbalan, diajak bergabung dalam rencana aksi teror bom tersebut. Namun, ada pula yang memilih bergabung karena memiliki kesamaan ideologi.
"Ada yang memang kebutuhan ekonomi. Tidak memiliki pekerjaan, kemudian ditawarkan untuk membantu aksi ini. Tetapi tidak semua, ada beberapa yang karena kesamaan ideologi," ujar Boy di Mabes Polri, Senin (25/04/2011).
Sementara itu, menurut Boy, penyidik belum mengetahui apakah juru kamera Global TV, IF, yang ditangkap pada Kamis (21/2/2011) lalu, juga mendapatkan imbalan terkait dugaan keterlibatannya dengan jaringan tersebut. Keterlibatan IF sendiri, sementara ini karena yang bersangkutan menyatakan kesediaan untuk melakukan peliputan atas rencana peledakan bom di Serpong, Tangerang. Hingga saat ini, status IF masih akan didalami apakah ia sudah terlibat lebih jauh sebelumnya dengan jaringan ini. Sebelumnya, IF diketahui pernah melakukan dua kali pertemuan dengan Pepi sebelum teror bom buku pada 15 Maret 2011.
"Kalau IF belum diketahui memberi dana juga atau tidak. Sementara, pemeriksaan baru keterlibatan sebatas dimintai tolong. Dia tidak terkait dengan lain-lain. Belum terungkap ikut proses perakitan atau tidak," kata Boy.
Belajar Lewat Buku, Pepi Mahir Rakit Bom
Maria Natalia | Inggried | Senin, 25 April 2011 | 12:38 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Komisaris Besar Boy Rafli Amar mengatakan, Pepi Fernando, yang diduga sebagai otak teror bom buku dan rencana peledakan bom di Serpong, Tangerang, ternyata mahir membuat bom. Hal itu diketahui setelah tim kepolisian melakukan penyidikan sementara terhadap jenis bom yang dirakit oleh Pepi dan jaringannya. Pepi sendiri belajar merakit bom melalui buku.
"Pepi termasuk mahir merakit bom. Sekarang bom-bom tersebut sudah diamankan di Puslabfor," ujar Komisaris Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Senin (25/4/2011).
Menurut Boy, saat ini belum ditemukan indikasi Pepi juga belajar merakit bom sampai ke Filipina Selatan, yang selama ini disebut-sebut merupakan tempat belajar merakit bom bagi jaringan teroris. "Belum ditemukan data dia pernah ke luar negeri. Mereka, kan, ditangkap juga di Aceh. Mereka sepertinya ada kegiatan lain di Aceh. Itu yang sedang kami cari tahu dalam rangka apa mereka ke sana," tambah Boy.
Pepi dan jaringannya sendiri dinyatakan sebagai kelompok baru di jaringan terorisme. Beberapa bom yang ditemukan merupakan hasil rakitan Pepi adalah bom kaleng dan bom berbentuk roket. Beberapa di antaranya masih aktif. Polisi menduga jaringan ini membeli bahan-bahan rakitan bom di beberapa orang tertentu dan diduga di beberapa pasar gelap di wilayah sekitar Jakarta.
Polisi menangkap Pepi pada Kamis (21/4/2011) lalu di Aceh. Dari keterangannya, polisi mendapatkan informasi adanya paket bom yang dipasang di gorong-gorong yang tak jauh dari Gereja Christ Catedral, Serpong, Tangerang. Di gorong-gorong tersebut juga terdapat jalur pipa gas Perusahaan Gas Negara (PGN). Setelah melakukan penyisiran sejak pagi, polisi akhirnya berhasil menjinakkan bom yang diketahui memiliki berat lebih dari 100 kilogram tersebut.
Senin, 25/04/2011 10:43 WIB
Ba'asyir Beberkan 3 Syarat Jadi Anggota JAT
Suci Dian Firani - detikNews
Jakarta - Terdakwa terorisme Abu Bakar Ba'asyir membeberkan syarat menjadi anggota Jamaah Ansharut Tauhid (JAT). Menurut Ba'asyir, ada 3 hal yang harus dipatuhi seseorang agar diterima menjadi anggota JAT.
"Intinya harus mengerti dulu JAT dan ikut pengajian khusus. Kalau mengerti dan setuju berarti ia harus mengamalkan," ujar Ba'asyir di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jl Ampera Raya, Senin (25/4/2011). Ba'asyir mengatakan itu saat diperiksa sebagai terdakwa dan ditanya jaksa mengenai syarat menjadi anggota JAT.
Syarat pertama menurut Ba'asyir, intinya harus berjanji kepada Allah, berusaha kerjasama dalam kebaikan dan ketakwaan. Bukan kerjasama dalam kemungkaran.
Syarat kedua, selama amir jamaah dalam kebenaran, maka wajib mengikuti. "Syarat ketiga, wajib bersumpah untuk mengamalkan jamaah selama ikhlas," tutur Ba'asyir.
Menurut Ba'asyir, jika ada anggota yang melanggar, sanksinya yakni dinasihati terlebih dulu atau dihukum dengan hukum Islam.
"Tapi kita ini belum mengamalkan Islam 100 persen," tutur dia.
Sidang dimulai pukul 09.00 WIB. Ratusan pendukung Ba'asyir mengikuti dengan seksama. Ba'asyir mengenakan baju putih dan peci putih. Para pengacaranya ikut mendampingi Ba'asyir. Ribuan polisi dikerahkan untuk menjaga sidang dan lalu lintas di luar sidang.
(nik/fay)
Komentar
Posting Komentar