jangan LENGAH, PEMBIARAN (1)
Sebelum Bom Meledak, Polisi Datangi Rumah Sarip
Oleh: Gin Gin Tigin Ginulur
Jabar - Sabtu, 16 April 2011 | 20:06 WIB
INILAH.COM, Majalengka - Beberapa hari sebelum peristiwa bom bunuh diri di Masjid Adzikro Mapolres Cirebon Kota pada Jumat (15/4/2011) siang, sejumlah polisi ternyata sempat mendatangi rumah keluarga terduga Mochamad Sarip (32) di Dusun Senen Gang 30 Bata RT 03/01, Desa Panjalin Kidul Kecamatan Sumberwaras Kabupaten Majalengka.
Istri Sarip, Sri Maliha (27) mengaku, beberapa hari yang lalu ia kedatangan tiga polisi. Anggota polisi yang tidak diketahui dari kesatuan mana tersebut, menanyakan kepadanya apakah Sarip pernah kehilangan dokumen atau tanda identitas.
"Kalau tidak salah minggu-minggu ini polisi sempat datang ke rumah. Mereka menanyakan apakah suami saya pernah kehilangan dokumen. Saya bilang tidak tahu, karena suami tidak pernah cerita," kata Sri saat ditemui wartawan di rumahnya Dusun Senen, Sabtu (16/4/2011) sore.
Kuat dugaan, dokumen yang dimaksud Sri adalah surat izin mengemudi (SIM) atas nama suaminya yang ditemukan polisi di lokasi pembunuhan sadis anggota Kodim Cirebon Kopral Kepala Sutejo di Jalan Raya Talun, Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon, Minggu (3/4/2011) silam.
Sarip sendiri memang menjadi target operasi jajaran kepolisian Cirebon terkait kasus pembunuhan Kopral Kepala Sutejo yang diduga dilakukannya. Pasalnya, saat olah tempat kejadian perkara (TKP), penyidik menemukan SIM atas nama Mochamad Sarif yang lahir pada 20 Agustus 1979 tersebut.
Namun sejak kejadian tersebut, Sarip menghilang bahkan ia pun tidak pernah pulang ke rumah padahal istrinya tengah hamil 9 bulan. "Terakhir bertemu dua minggu lalu. Saat itu, suami saya pamit hendak merantau. Tapi ia tidak bilang merantau ke mana," kata Sri
Sementara itu, Kepala Dusun Senen Toto Sunarto mengaku didatangi 6 polisi pada malam setelah aksi bom bunuh diri, Jumat (15/4/2011) terjadi. Polisi tersebut, kata Toto, menanyakan informasi seputar keberadaan Sarip di lingkungan dusunnya. "Tapi Tapi 6 polisi itu tidak mendatangi rumah keluarga Sarip," kata Toto.[den]
Sabtu, 16/04/2011 18:04 WIB
Ponpes Ngruki akan Telusuri Sarip
Muchus Budi R. - detikNews
PEM
BIARAN, mi ripda
erahoper asimili terdisebua hdaerah isti
mewa
kas
ihansekal
iindon, disand
eraoleh P
EMBIARANprog
ramderadikalisasidigemakan
padahalDIDE
PANMATARADIKALISASIMERAJALE
LA,dibiarkan
rakyat diajak ikut serta, tapi DIBIARKAN SENDIRI MELAWAN KEBATHILAN
Sukoharjo - Terduga pelaku bom di Masjid Ad-Zikra di lingkungan Mapolresta Cirebon, Jawa Barat, Muhammad Sarip dikabarkan pernah mengenyam pendidikan di pesantren di Solo, Jawa Tengah. Namun Pondok Pesantren (Ponpes) Al Mukmin, di Ngruki, Sukoharjo, Solo, Jawa Tengah belum bisa memastikan apakah Sarip pernah menimba ilmu di tempat tersebut.
"Secara pribadi saya tidak kenal dengan Sarip. Foto yang beredar di media saya juga tidak pernah kenal, tapi pengelola ponpes sedang mengkroscek," ujar salah satu ustad di Ponpes Ngruki, Abdul Rohim Ba'asyir saat dihubungi detikcom, Sabtu (16/4/2011).
Menurut anak kandung Ustad Ba'asyir ini, Sarip hanya disebutkan pernah di pesantren Solo, tapi hal tersebut belum tentu dari Al Mukmin, Ngruki. "Tapi sedang kita cek ke pengelola pesantren," terangnya.
Pria yang akrab di sapa Iim ini juga tidak bisa memastikan apakah Sarip masuk dalam Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) Cirebon. Hal ini dkarenakan JAT Cirebon sedang ada masalah.
"JAT Cirebon ada masalah, kita agak sulit menghubungi mereka. Kita belum bisa memastikan apakah Sarip itu anggota JAT Cirebon," imbuhnya.
Di mata tetangga, terduga pelaku bom di Masjid Ad-Zikra di lingkungan Mapolresta Cirebon, Jawa Barat, Muhammad Sarip, dulu gemar bergaul. Namun, setelah mengenyam pendidikan di pesantren di Solo, Jawa Tengah, sikap Sarip berubah.
"Dulu sama warga sini dia akrab, cuma setelah masuk pesantren di daerah Solo, dia berubah. Pulang-pulang sudah memakai jubah," cerita tetangga Sarip, Neni, di sekitar kediaman orangtua Sarip di Gang Rara Kuning II RT 3 RW 6 nomor 55, Petratean, Kecamatan Pekalipan, Cirebon, Jawa Barat. Rumah itu terletak di sebelah sekolah Al Huda, Cirebon.
Neni mengaku tidak tahu nama pesantren tempat Sarip menimba ilmu dan hingga kapan Sarip belajar di pesantren itu. Menurut Neni, Sarip sering marah-marah, dan melawan orangtuanya.
"Seperti nendang TV dan berani sama orangtua, sering berantem sama bapaknya," ujar Neni.
Sarip diketahui sebagai anak keempat dari tujuh bersaudara. Tetangga yang lain juga membenarkan Sarip pernah masuk pesantren di Solo.
(her/ndr)
GAPAS Pastikan Pelaku Bom Cirebon Muhammad Syarif
SABTU, 16 APRIL 2011 | 18:06 WIB
TEMPO Interaktif, Cirebon - Ketua Gerakan Anti Pemurtadan dan Aliran Sesat (GAPAS) memastikan jika foto yang dirilis Mabes Polri sebagai pelaku bom bunuh diri adalah Muhammad Syarif, 25 tahun.
Hal tersebut diungkapkan Ketua GAPAS Kota Cirebon, Andi Mulya, Sabtu (16/4). "Iya, itu memang M Syarif," katanya saat melihat foto Syarif. GAPAS sendiri merupakan bagian dari FUI (Forum Umat Islam) yang ada di Cirebon.
Andi mengatakan Syarif seperti memiliki kelainan jiwa. "Emosinya sangat tinggi. Dia cepat sekali marah," katanya.
Andi mengaku mengenal Syarif sekitar dua tahun lalu. Saat itu Syarif terlihat menendang-nendang orang-orang yang tengah tidur di dalam masjid At Taqwa. "Mungkin maksudnya baik, tapi ya itu caranya yang jelek," kata Andi.
Saat itu sebenarnya pihak keamanan masjid At Taqwa hendak mengusirnya. Namun dicegah oleh Andi Mulya. "Kita lebih baik mengarahkannya," kata Andi.
Andi mengaku Syarif seperti memiliki kelainan jiwa. "Emosinya sangat tinggi," katanya. Jika di lapangan pun ia sering melakukan aksi yang berlebihan, walaupun sebelumnya sudah dilarang. "Saat dinasihati, ia pun sering melawan," katanya.
Andi menduga kelainan tersebut akibat orang tunya bercerai. "Ia pernah bercerita tentang kondisi orang tuanya. Saat itu saya pun menasihatinya," kata Andi.
Andi menegaskan jika Syarif bukanlah anggota GAPAS maupun FUI. "Dia bukan anggota," katanya. Tapi memang saat melakukan aksi dia selalu ikut. "Bahkan ia pun rajin ikut pengajian," kata Andi.
Namun Andi mengaku sama sekali tidak pernah mengundang Syarif. "Mungkin ada teman-temannya yang memberitahu," katanya.
IVANSYAH
FPI: Bom Bunuh Diri Cirebon Bukan Jihad
Marieska Harya Virdhani - Okezone
Senin, 18 April 2011 06:08 wib
DEPOK- Front Pembela Islam (FPI) ikut mengecam keras insiden bom bunuh diri Masjid Al Zikra, Mapolresta Cirebon, Jawa Barat. FPI juga tidak setuju jika aksi bom bunuh diri dianggap sebagai jihad versi teroris.
Ketua FPI Depok Habib Idrus Al Gadhri mengatakan sasaran bom bunuh diri di Cirebon sudah salah kaprah dan melukai umat muslim yang hendak melaksanakan solat Jumat. Menurutnya, jihad bukan hanya pada zaman perang, namun dilakukan atas dasar memperjuangkan umat.
"Jihad fissabilillah banyak pengertiannya, kalau bom bunuh diri bukan jihad namanya, misalnya demo menentang Ahmadiyah itu salah satu jihad," jelasnya kepada Okezone, Minggu (17/04/11).
Idrus juga tidak sepakat dengan keinginan para teroris yang ingin mewujudkan negara islam. Sebab selama ini FPI pun hanya berjuang untuk menegakkan syariat islam.
"Kami tidak kesana, tidak ingin membentuk negara islam, falsafah tetap Pancasila, tapi syariat tetap kita perjuangkan," tegasnya.
Jumat lalu sebuah bom meledak di Masjid Al Zikra, Mapolresta Cirebon dari tubuh pelaku yang diduga bernama Muhammad Syarif. Sedikitnya satu orang tewas dan puluhan polisi luka-luka dalam insiden tersebut.
(ugo)
Oleh: Gin Gin Tigin Ginulur
Jabar - Sabtu, 16 April 2011 | 20:06 WIB
INILAH.COM, Majalengka - Beberapa hari sebelum peristiwa bom bunuh diri di Masjid Adzikro Mapolres Cirebon Kota pada Jumat (15/4/2011) siang, sejumlah polisi ternyata sempat mendatangi rumah keluarga terduga Mochamad Sarip (32) di Dusun Senen Gang 30 Bata RT 03/01, Desa Panjalin Kidul Kecamatan Sumberwaras Kabupaten Majalengka.
Istri Sarip, Sri Maliha (27) mengaku, beberapa hari yang lalu ia kedatangan tiga polisi. Anggota polisi yang tidak diketahui dari kesatuan mana tersebut, menanyakan kepadanya apakah Sarip pernah kehilangan dokumen atau tanda identitas.
"Kalau tidak salah minggu-minggu ini polisi sempat datang ke rumah. Mereka menanyakan apakah suami saya pernah kehilangan dokumen. Saya bilang tidak tahu, karena suami tidak pernah cerita," kata Sri saat ditemui wartawan di rumahnya Dusun Senen, Sabtu (16/4/2011) sore.
Kuat dugaan, dokumen yang dimaksud Sri adalah surat izin mengemudi (SIM) atas nama suaminya yang ditemukan polisi di lokasi pembunuhan sadis anggota Kodim Cirebon Kopral Kepala Sutejo di Jalan Raya Talun, Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon, Minggu (3/4/2011) silam.
Sarip sendiri memang menjadi target operasi jajaran kepolisian Cirebon terkait kasus pembunuhan Kopral Kepala Sutejo yang diduga dilakukannya. Pasalnya, saat olah tempat kejadian perkara (TKP), penyidik menemukan SIM atas nama Mochamad Sarif yang lahir pada 20 Agustus 1979 tersebut.
Namun sejak kejadian tersebut, Sarip menghilang bahkan ia pun tidak pernah pulang ke rumah padahal istrinya tengah hamil 9 bulan. "Terakhir bertemu dua minggu lalu. Saat itu, suami saya pamit hendak merantau. Tapi ia tidak bilang merantau ke mana," kata Sri
Sementara itu, Kepala Dusun Senen Toto Sunarto mengaku didatangi 6 polisi pada malam setelah aksi bom bunuh diri, Jumat (15/4/2011) terjadi. Polisi tersebut, kata Toto, menanyakan informasi seputar keberadaan Sarip di lingkungan dusunnya. "Tapi Tapi 6 polisi itu tidak mendatangi rumah keluarga Sarip," kata Toto.[den]
Sabtu, 16/04/2011 18:04 WIB
Ponpes Ngruki akan Telusuri Sarip
Muchus Budi R. - detikNews
PEM
BIARAN, mi ripda
erahoper asimili terdisebua hdaerah isti
mewa
kas
ihansekal
iindon, disand
eraoleh P
EMBIARANprog
ramderadikalisasidigemakan
padahalDIDE
PANMATARADIKALISASIMERAJALE
LA,dibiarkan
rakyat diajak ikut serta, tapi DIBIARKAN SENDIRI MELAWAN KEBATHILAN
Sukoharjo - Terduga pelaku bom di Masjid Ad-Zikra di lingkungan Mapolresta Cirebon, Jawa Barat, Muhammad Sarip dikabarkan pernah mengenyam pendidikan di pesantren di Solo, Jawa Tengah. Namun Pondok Pesantren (Ponpes) Al Mukmin, di Ngruki, Sukoharjo, Solo, Jawa Tengah belum bisa memastikan apakah Sarip pernah menimba ilmu di tempat tersebut.
"Secara pribadi saya tidak kenal dengan Sarip. Foto yang beredar di media saya juga tidak pernah kenal, tapi pengelola ponpes sedang mengkroscek," ujar salah satu ustad di Ponpes Ngruki, Abdul Rohim Ba'asyir saat dihubungi detikcom, Sabtu (16/4/2011).
Menurut anak kandung Ustad Ba'asyir ini, Sarip hanya disebutkan pernah di pesantren Solo, tapi hal tersebut belum tentu dari Al Mukmin, Ngruki. "Tapi sedang kita cek ke pengelola pesantren," terangnya.
Pria yang akrab di sapa Iim ini juga tidak bisa memastikan apakah Sarip masuk dalam Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) Cirebon. Hal ini dkarenakan JAT Cirebon sedang ada masalah.
"JAT Cirebon ada masalah, kita agak sulit menghubungi mereka. Kita belum bisa memastikan apakah Sarip itu anggota JAT Cirebon," imbuhnya.
Di mata tetangga, terduga pelaku bom di Masjid Ad-Zikra di lingkungan Mapolresta Cirebon, Jawa Barat, Muhammad Sarip, dulu gemar bergaul. Namun, setelah mengenyam pendidikan di pesantren di Solo, Jawa Tengah, sikap Sarip berubah.
"Dulu sama warga sini dia akrab, cuma setelah masuk pesantren di daerah Solo, dia berubah. Pulang-pulang sudah memakai jubah," cerita tetangga Sarip, Neni, di sekitar kediaman orangtua Sarip di Gang Rara Kuning II RT 3 RW 6 nomor 55, Petratean, Kecamatan Pekalipan, Cirebon, Jawa Barat. Rumah itu terletak di sebelah sekolah Al Huda, Cirebon.
Neni mengaku tidak tahu nama pesantren tempat Sarip menimba ilmu dan hingga kapan Sarip belajar di pesantren itu. Menurut Neni, Sarip sering marah-marah, dan melawan orangtuanya.
"Seperti nendang TV dan berani sama orangtua, sering berantem sama bapaknya," ujar Neni.
Sarip diketahui sebagai anak keempat dari tujuh bersaudara. Tetangga yang lain juga membenarkan Sarip pernah masuk pesantren di Solo.
(her/ndr)
GAPAS Pastikan Pelaku Bom Cirebon Muhammad Syarif
SABTU, 16 APRIL 2011 | 18:06 WIB
TEMPO Interaktif, Cirebon - Ketua Gerakan Anti Pemurtadan dan Aliran Sesat (GAPAS) memastikan jika foto yang dirilis Mabes Polri sebagai pelaku bom bunuh diri adalah Muhammad Syarif, 25 tahun.
Hal tersebut diungkapkan Ketua GAPAS Kota Cirebon, Andi Mulya, Sabtu (16/4). "Iya, itu memang M Syarif," katanya saat melihat foto Syarif. GAPAS sendiri merupakan bagian dari FUI (Forum Umat Islam) yang ada di Cirebon.
Andi mengatakan Syarif seperti memiliki kelainan jiwa. "Emosinya sangat tinggi. Dia cepat sekali marah," katanya.
Andi mengaku mengenal Syarif sekitar dua tahun lalu. Saat itu Syarif terlihat menendang-nendang orang-orang yang tengah tidur di dalam masjid At Taqwa. "Mungkin maksudnya baik, tapi ya itu caranya yang jelek," kata Andi.
Saat itu sebenarnya pihak keamanan masjid At Taqwa hendak mengusirnya. Namun dicegah oleh Andi Mulya. "Kita lebih baik mengarahkannya," kata Andi.
Andi mengaku Syarif seperti memiliki kelainan jiwa. "Emosinya sangat tinggi," katanya. Jika di lapangan pun ia sering melakukan aksi yang berlebihan, walaupun sebelumnya sudah dilarang. "Saat dinasihati, ia pun sering melawan," katanya.
Andi menduga kelainan tersebut akibat orang tunya bercerai. "Ia pernah bercerita tentang kondisi orang tuanya. Saat itu saya pun menasihatinya," kata Andi.
Andi menegaskan jika Syarif bukanlah anggota GAPAS maupun FUI. "Dia bukan anggota," katanya. Tapi memang saat melakukan aksi dia selalu ikut. "Bahkan ia pun rajin ikut pengajian," kata Andi.
Namun Andi mengaku sama sekali tidak pernah mengundang Syarif. "Mungkin ada teman-temannya yang memberitahu," katanya.
IVANSYAH
FPI: Bom Bunuh Diri Cirebon Bukan Jihad
Marieska Harya Virdhani - Okezone
Senin, 18 April 2011 06:08 wib
DEPOK- Front Pembela Islam (FPI) ikut mengecam keras insiden bom bunuh diri Masjid Al Zikra, Mapolresta Cirebon, Jawa Barat. FPI juga tidak setuju jika aksi bom bunuh diri dianggap sebagai jihad versi teroris.
Ketua FPI Depok Habib Idrus Al Gadhri mengatakan sasaran bom bunuh diri di Cirebon sudah salah kaprah dan melukai umat muslim yang hendak melaksanakan solat Jumat. Menurutnya, jihad bukan hanya pada zaman perang, namun dilakukan atas dasar memperjuangkan umat.
"Jihad fissabilillah banyak pengertiannya, kalau bom bunuh diri bukan jihad namanya, misalnya demo menentang Ahmadiyah itu salah satu jihad," jelasnya kepada Okezone, Minggu (17/04/11).
Idrus juga tidak sepakat dengan keinginan para teroris yang ingin mewujudkan negara islam. Sebab selama ini FPI pun hanya berjuang untuk menegakkan syariat islam.
"Kami tidak kesana, tidak ingin membentuk negara islam, falsafah tetap Pancasila, tapi syariat tetap kita perjuangkan," tegasnya.
Jumat lalu sebuah bom meledak di Masjid Al Zikra, Mapolresta Cirebon dari tubuh pelaku yang diduga bernama Muhammad Syarif. Sedikitnya satu orang tewas dan puluhan polisi luka-luka dalam insiden tersebut.
(ugo)
Komentar
Posting Komentar