JANGAN BIARKAN (2)
Rabu, 20/04/2011 06:01 WIB
M Syarif Sempat Menanyakan Laptopnya yang Disita Polisi
Andri Haryanto - detikNews
Cirebon - Polisi menyita satu unit laptop dari salah satu pelaku perusakan Alfamart di Cirebon. Laptop diduga berisi materi pelatihan militer, namun polisi mengaku masih mendalami isi laptop tersebut. Beredar kabar, laptop tersebut milik M Syarif, pelaku bom bunuh diri di Polresta Cirebon.
18 Maret 2011, 6 narapidana kasus perusakan Alfamart bebas dari penjara. Mereka divonis 6 bulan bui karena ulah vandalis-nya. 5 Orang dinyatakan DPO (daftar pencarian orang), salah satunya M Syarif.
Syarif bersama 3 orang rekannya menjemput teman-temannya yang baru menghirup udara bebas tersebut.
"Di dalam angkutan umum Syarif menanyakan dimana laptop miliknya yang diserahkan kepada Agung (salah satu mantan napi)," kata salah satu sumber saat berbincang dengan detikcom, Rabu (20/4) dini hari.
Mendengar obrolan tersebut, sumber detikcom menelusuri maksud pembicaraan Syarif dan rekan-rekannya. Dia membatasi penelusurannya berdasarkan kasus perusakan minimarket yang dilakukan 6 mantan napi.
Dia menyambangi kejaksaan untuk menanyakan barang bukti yang dihadirkan dalam persidangan. Didapati dalam persidangan, bukti yang dihadirkan hanya 4 unit motor dan beberapa senjata tajam.
"Tidak ada laptop dalam persidangan. Informasi yang saya dapatkan, laptop disita penyidik dan diserahkan ke Polda Jabar," katanya.
Laptop tersebut diketahui milik Syarif. Syarif menitipkan laptop tersebut kepada Agung, anak dari Kordinator JAT (Jama'ah Ansharut Tauhid) Wilayah III, Tatang. JAT Wilayah III membawahi Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan.
"Teman almarhum sempat mendatangi Polres untuk meminta laptop yang disita. Namun polisi tidak memberikan laptop karena sudah diserahkan ke Polda Jabar dan demi kepentingan penyidikan," ujar sumber itu.
Laptop, ujarnya, selain berisi materi pelatihan militer juga berisi data-data visual setiap aksi Syarif. Baik aksi demonstrasi atau aksi perusakan di tempat-tempat yang dianggap sebagai sarang maksiat.
"Laptop itu selalu nempel, selalu dibawa kemana-mana," ujar sumber tersebut.
Kapolda Jawa Barat Irjen Pol Suparni Parto membenarkan pihaknya menyita satu unit laptop dari salah satu pelaku perusakan mini market Alfamart. Namun, dia tidak bisa memastikan isi laptop terdapat pelatihan militer.
"Saya belum lihat keseluruhan isi laptop yang disita," kata Suparni saat berbincang dengan wartawan via telepon, Selasa (19/4).
(ahy/lrn)
Profesor dan Kiai Ringankan Ba'asyir
Sandro Gatra | yuli | Senin, 18 April 2011 | 06:59 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Terdakwa teroris Abu Bakar Ba'asyir akan menghadirkan dua ahli agama Islam, yakni Prof Dr N Baidan dan KH Muzakir, dalam sidang dengan agenda mendengarkan saksi-saksi meringankan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (18/4/2011).
"Kedua ahli itu dari Majelis Ulama Surakarta. Hanya itu saja ahli dari kami," kata Achmad Michdan, penasihat hukum Ba'asyir, saat dihubungi Kompas.com, Senin.
Michdan mengatakan, kedua ahli itu akan menjelaskan mengenai i'dad dan jihad. Penjelasan itu, kata dia, untuk meluruskan keterangan ahli agama dari Kementerian Agama, yakni Muhtar Ali, yang dihadirkan jaksa penuntut umum pada sidang sebelumnya.
Setelah meminta keterangan ahli, apakah dilanjutkan pemeriksaan terdakwa? "Kami minta untuk pemeriksaan terdakwa ditunda pada sidang selanjutnya," ujarnya.
Seperti diberitakan, Ba'asyir menilai Muhtar tak kompeten menjelaskan masalah i'dad lantaran keseharian Muhtar mengurusi pernikahan dan produk halal. Ba'asyir sempat hadir di ruang sidang dan beradu argumen saat Muhtar berpendapat. Biasanya, Ba'asyir memilih keluar dari ruang sidang selama sidang berlangsung.
Ba'asyir berkali-kali membantah bahwa pelatihan militer di Pegunungan Jalin Jantho, Aceh Besar, adalah kegiatan terorisme. Amir Jamaah Anshorud Tauhid (JAT) itu mengklaim pelatihan bersenjata api itu adalah i'dad yang sesuai perintah Allah.
Jaksa mendakwa Ba'asyir melakukan permufakatan jahat, merencanakan, menggerakkan pelatihan militer kelompok teroris di Aceh. Selain itu, Ba'asyir juga didakwa memberikan atau meminjamkan dana sekitar Rp 1 miliar untuk membiayai segala kegiatan di Aceh.
Ba'asyir juga dikaitkan dengan dua perampokan di Medan, Sumatera Utara, yakni perampokan Bank CIMB Niaga dan perampokan Warnet Newnet. Satu polisi tewas dalam perampokan Bank CIMB Niaga.
Terkait perkara itu, Ba'asyir diancam pasal dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Terorisme dengan hukuman maksimal mati atau paling ringan hukuman tiga tahun penjara.
Selasa, 19/04/2011 18:59 WIB
Polisi Temukan 4 Rangkaian Bom & 40 Buku Jihad di Kediaman Adik Syarif
Andri Haryanto - detikNews
Cirebon - Tim Identifikasi gabungan dari Polda Jawa Barat dan Polres Kota Cirebon selesai melakukan penggeledahan di kediaman adik kandung M Syarif, Basuki. Dari rumah tersebut polisi menemukan rangkaian bom dan puluhan buku jihad.
"Ada 4 rangkaian bom dan 40-an buku jihad," kata seorang petugas yang enggan disebutkan namanya di lokasi, Selasa (19/4/2011).
Basuki tinggal menumpang di kediaman mertuanya Mainah. Identifikasi yang dilakukan di Desa Trusmi Wetan, Blok Bangbangan, RT 13 RW 4, Plered, Kabupaten Cirebon, tersebut berlangsung sejak pukul 15.25 WIB dan selesai pukul 17.35 WIB.
Polisi juga menemukan kabel abu-abu 12 cm, 1 potongan lampu pecah, 1 rangkaian lampu lab, 1 saklar, dan 1 amplas bekas pakai.
Basuki merupakan anak keenam dari Abdul Gofur dan Sri Mulat. Dia sekaligus adik kandung M Syarif, pelaku bom bunuh diri di Masjid Adz Zikra, Mapolresta Cirebon, Jumat pekan lalu.
Tetangga rumah tidak mengetahui jejak Basuki pasca kejadian yang menewaskan kakak kandungnya itu. Dia dikenal tertutup dikalangan warga. Basuki juga tidak memiliki pekerjaan tetap, kadang ia membanti istrinya Yulinawati di showroom batik tak jauh dari rumah.
Penggeledahan disaksikan ketua RT dan RW setempat.
(ahy/ndr)
Inilah Pesan Terakhir M Syarif Sebelum Meledakkan Masjid
Selasa, 19 April 2011 16:06 wib
JAKARTA - Tersangka kasus peledakkan Masjid Az Zikra, Kompleks Mapolresta Cirebon, Jawa Barat, M Syarif ternyata meninggalkan pesan sebelum melakukan aksi nekat tersebut. Apa itu?
Seperti diutarakan Kepala Biro Penerangan Masyarakat, Brigjen Pol I Ketut Untung Yoga Ana dari hasil pemeriksaan di kediaman pelaku ditemukan sebuah buku bertemakan jihad. Di bagian belakang buku ditemukan tulisan sebagai berikut:
Bahwa saya : Muhammad Syarif
Insya Allah atas / izin Allah, sangat, sangat !!!!!!
" Meninggal Syahid "
Bukan krn ingin disebut Mujahid
Ttp kemuliaan Syahid telah melekat berat di hati.
Dengan janji dari yg menciptakan saya dan yg akan mensucikan saya Yaitu janji Allah.......Allah.......Allah.
Pesan saya :"sungguhkehidupan dunia hanya menipu. Wass
Buku berjudul "Jihad di Asia Tengah" (Perang Akhir Zaman) karangan Syekh Abu Mus'ab As Suri itu ditemukan saat polisi melakukan penggeledahan kediaman Syarif di Majalengka, Jawa Barat.
"Kita masih terus mengembangkan," kata Ketut saat mengeluarkan rilis di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (19/4/2011).
Sementara itu, Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Anton Bahrul Alam mengatakan jenazah Muhammad Syarif, pelaku bom bunuh diri di Masjid Al Dzikra, kompleks Mapolresta Cirebon, Jawa Barat akan dipulangkan ke pihak keluarga dalam waktu dekat.
“Kami akan upayakan jenazahnya diambil keluarga dalam waktu dekat ini,” ujar Anton kepada wartawan di Jayapura
(Rizki Nusantara/Trijaya/ahm)
KERATON: DESAK POLISI USUT TUNTAS KASUS BOM
Senin, 18 Apr 2011 22:03:13| Hukum |
Cirebon, 18/4 (ANTARA) - Juru bicara Keraton Kanoman, Cirebon, Ratu Raja Arimbi mengatakan pihaknya mendesak kepolisian mengusut tuntas kasus bom bunuh diri, meski diduga pelakunya kerabat Keraton Kanoman.
"Kami meminta aparat penegak hukum untuk mengusut tuntas kejadian itu, termasuk motif dan jaringannya jika memang ada dugaan terorganisir. Jujur, kami terganggu dengan perkembangan terakhir, ada keluarga keraton yang dikabarkan terlibat kriminal yang sadis," katanya kepada wartawan di Cirebon, Senin.
Untuk itu, kata dia, pihaknya meminta maaf atas tragedi bom bunuh diri yang diduga pelakunya kerabat keraton.
Dalam peristiwa bom bunuh diri di Mesjid Mapolresta Cirebon, Jumat (15/4), keluarga Keraton Kanoman membenarkan bahwa terduga pelaku bom bunuh diri Muchamad Syarif masih keluarga keraton.
Namun, dari silsilah ibu kandung terduga Ratu Sri Mulat tercatat dari Keturunan Raja Kelima Keraton Kanoman, Sultan Imanudin Tahun 1700 Masehi.
Saat ini sudah memasuki Sultan Ke-12. "Jadi secara silsilah memang sudah sangat jauh," kata Arimbi.
Ia mengatakan Ratu Sri Mulat merupakan generasi ke-6 sultan Kelima, itupun bukan keturunan langsung, dan baru terdaftar mengajukan sebagai anggota keluarga Keraton Kanoman Tahun 2007 lalu.
Arimbi mengatakan jika memang pelaku yang diduga anaknya Ibu Ratu Sri Mulat, maka benar masih keturunan Keraton Kanoman.
Oleh karena itu, atas nama keluarga besar, pihaknya meminta maaf kepada semua pihak khususnya kepolisian, TNI dan pihak-pihak lainnya.
"Kami sangat menyesalkan kejadian ini, karena memang kami dari keraton tidak pernah mengjarkan hal-hal yang bisa menyakiti orang," ujarnya.
Arimbi menambahkan, secara pribadi Muchamad Syarif tidak tercatat dalam daftar keluarga besar Keraton, karena sejak menikah dengan orang luar keraton, maka gelar Elangnya secara otomatis hilang.
"Sesuai aturan memang begitu, karena bapaknya dari luar. Simpelnya jika diibaratkan sebagai pohon, maka keluarga keraton juga terdiri dari ranting-ranting. Jadi jumlah anggota keluarga keraton memang ribuan, baik yang tercatat maupun tidak," katanya.
(T.Y008/B/M008/M008)
M Syarif Sempat Menanyakan Laptopnya yang Disita Polisi
Andri Haryanto - detikNews
Cirebon - Polisi menyita satu unit laptop dari salah satu pelaku perusakan Alfamart di Cirebon. Laptop diduga berisi materi pelatihan militer, namun polisi mengaku masih mendalami isi laptop tersebut. Beredar kabar, laptop tersebut milik M Syarif, pelaku bom bunuh diri di Polresta Cirebon.
18 Maret 2011, 6 narapidana kasus perusakan Alfamart bebas dari penjara. Mereka divonis 6 bulan bui karena ulah vandalis-nya. 5 Orang dinyatakan DPO (daftar pencarian orang), salah satunya M Syarif.
Syarif bersama 3 orang rekannya menjemput teman-temannya yang baru menghirup udara bebas tersebut.
"Di dalam angkutan umum Syarif menanyakan dimana laptop miliknya yang diserahkan kepada Agung (salah satu mantan napi)," kata salah satu sumber saat berbincang dengan detikcom, Rabu (20/4) dini hari.
Mendengar obrolan tersebut, sumber detikcom menelusuri maksud pembicaraan Syarif dan rekan-rekannya. Dia membatasi penelusurannya berdasarkan kasus perusakan minimarket yang dilakukan 6 mantan napi.
Dia menyambangi kejaksaan untuk menanyakan barang bukti yang dihadirkan dalam persidangan. Didapati dalam persidangan, bukti yang dihadirkan hanya 4 unit motor dan beberapa senjata tajam.
"Tidak ada laptop dalam persidangan. Informasi yang saya dapatkan, laptop disita penyidik dan diserahkan ke Polda Jabar," katanya.
Laptop tersebut diketahui milik Syarif. Syarif menitipkan laptop tersebut kepada Agung, anak dari Kordinator JAT (Jama'ah Ansharut Tauhid) Wilayah III, Tatang. JAT Wilayah III membawahi Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan.
"Teman almarhum sempat mendatangi Polres untuk meminta laptop yang disita. Namun polisi tidak memberikan laptop karena sudah diserahkan ke Polda Jabar dan demi kepentingan penyidikan," ujar sumber itu.
Laptop, ujarnya, selain berisi materi pelatihan militer juga berisi data-data visual setiap aksi Syarif. Baik aksi demonstrasi atau aksi perusakan di tempat-tempat yang dianggap sebagai sarang maksiat.
"Laptop itu selalu nempel, selalu dibawa kemana-mana," ujar sumber tersebut.
Kapolda Jawa Barat Irjen Pol Suparni Parto membenarkan pihaknya menyita satu unit laptop dari salah satu pelaku perusakan mini market Alfamart. Namun, dia tidak bisa memastikan isi laptop terdapat pelatihan militer.
"Saya belum lihat keseluruhan isi laptop yang disita," kata Suparni saat berbincang dengan wartawan via telepon, Selasa (19/4).
(ahy/lrn)
Profesor dan Kiai Ringankan Ba'asyir
Sandro Gatra | yuli | Senin, 18 April 2011 | 06:59 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Terdakwa teroris Abu Bakar Ba'asyir akan menghadirkan dua ahli agama Islam, yakni Prof Dr N Baidan dan KH Muzakir, dalam sidang dengan agenda mendengarkan saksi-saksi meringankan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (18/4/2011).
"Kedua ahli itu dari Majelis Ulama Surakarta. Hanya itu saja ahli dari kami," kata Achmad Michdan, penasihat hukum Ba'asyir, saat dihubungi Kompas.com, Senin.
Michdan mengatakan, kedua ahli itu akan menjelaskan mengenai i'dad dan jihad. Penjelasan itu, kata dia, untuk meluruskan keterangan ahli agama dari Kementerian Agama, yakni Muhtar Ali, yang dihadirkan jaksa penuntut umum pada sidang sebelumnya.
Setelah meminta keterangan ahli, apakah dilanjutkan pemeriksaan terdakwa? "Kami minta untuk pemeriksaan terdakwa ditunda pada sidang selanjutnya," ujarnya.
Seperti diberitakan, Ba'asyir menilai Muhtar tak kompeten menjelaskan masalah i'dad lantaran keseharian Muhtar mengurusi pernikahan dan produk halal. Ba'asyir sempat hadir di ruang sidang dan beradu argumen saat Muhtar berpendapat. Biasanya, Ba'asyir memilih keluar dari ruang sidang selama sidang berlangsung.
Ba'asyir berkali-kali membantah bahwa pelatihan militer di Pegunungan Jalin Jantho, Aceh Besar, adalah kegiatan terorisme. Amir Jamaah Anshorud Tauhid (JAT) itu mengklaim pelatihan bersenjata api itu adalah i'dad yang sesuai perintah Allah.
Jaksa mendakwa Ba'asyir melakukan permufakatan jahat, merencanakan, menggerakkan pelatihan militer kelompok teroris di Aceh. Selain itu, Ba'asyir juga didakwa memberikan atau meminjamkan dana sekitar Rp 1 miliar untuk membiayai segala kegiatan di Aceh.
Ba'asyir juga dikaitkan dengan dua perampokan di Medan, Sumatera Utara, yakni perampokan Bank CIMB Niaga dan perampokan Warnet Newnet. Satu polisi tewas dalam perampokan Bank CIMB Niaga.
Terkait perkara itu, Ba'asyir diancam pasal dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Terorisme dengan hukuman maksimal mati atau paling ringan hukuman tiga tahun penjara.
Selasa, 19/04/2011 18:59 WIB
Polisi Temukan 4 Rangkaian Bom & 40 Buku Jihad di Kediaman Adik Syarif
Andri Haryanto - detikNews
Cirebon - Tim Identifikasi gabungan dari Polda Jawa Barat dan Polres Kota Cirebon selesai melakukan penggeledahan di kediaman adik kandung M Syarif, Basuki. Dari rumah tersebut polisi menemukan rangkaian bom dan puluhan buku jihad.
"Ada 4 rangkaian bom dan 40-an buku jihad," kata seorang petugas yang enggan disebutkan namanya di lokasi, Selasa (19/4/2011).
Basuki tinggal menumpang di kediaman mertuanya Mainah. Identifikasi yang dilakukan di Desa Trusmi Wetan, Blok Bangbangan, RT 13 RW 4, Plered, Kabupaten Cirebon, tersebut berlangsung sejak pukul 15.25 WIB dan selesai pukul 17.35 WIB.
Polisi juga menemukan kabel abu-abu 12 cm, 1 potongan lampu pecah, 1 rangkaian lampu lab, 1 saklar, dan 1 amplas bekas pakai.
Basuki merupakan anak keenam dari Abdul Gofur dan Sri Mulat. Dia sekaligus adik kandung M Syarif, pelaku bom bunuh diri di Masjid Adz Zikra, Mapolresta Cirebon, Jumat pekan lalu.
Tetangga rumah tidak mengetahui jejak Basuki pasca kejadian yang menewaskan kakak kandungnya itu. Dia dikenal tertutup dikalangan warga. Basuki juga tidak memiliki pekerjaan tetap, kadang ia membanti istrinya Yulinawati di showroom batik tak jauh dari rumah.
Penggeledahan disaksikan ketua RT dan RW setempat.
(ahy/ndr)
Inilah Pesan Terakhir M Syarif Sebelum Meledakkan Masjid
Selasa, 19 April 2011 16:06 wib
JAKARTA - Tersangka kasus peledakkan Masjid Az Zikra, Kompleks Mapolresta Cirebon, Jawa Barat, M Syarif ternyata meninggalkan pesan sebelum melakukan aksi nekat tersebut. Apa itu?
Seperti diutarakan Kepala Biro Penerangan Masyarakat, Brigjen Pol I Ketut Untung Yoga Ana dari hasil pemeriksaan di kediaman pelaku ditemukan sebuah buku bertemakan jihad. Di bagian belakang buku ditemukan tulisan sebagai berikut:
Bahwa saya : Muhammad Syarif
Insya Allah atas / izin Allah, sangat, sangat !!!!!!
" Meninggal Syahid "
Bukan krn ingin disebut Mujahid
Ttp kemuliaan Syahid telah melekat berat di hati.
Dengan janji dari yg menciptakan saya dan yg akan mensucikan saya Yaitu janji Allah.......Allah.......Allah.
Pesan saya :"sungguhkehidupan dunia hanya menipu. Wass
Buku berjudul "Jihad di Asia Tengah" (Perang Akhir Zaman) karangan Syekh Abu Mus'ab As Suri itu ditemukan saat polisi melakukan penggeledahan kediaman Syarif di Majalengka, Jawa Barat.
"Kita masih terus mengembangkan," kata Ketut saat mengeluarkan rilis di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (19/4/2011).
Sementara itu, Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Anton Bahrul Alam mengatakan jenazah Muhammad Syarif, pelaku bom bunuh diri di Masjid Al Dzikra, kompleks Mapolresta Cirebon, Jawa Barat akan dipulangkan ke pihak keluarga dalam waktu dekat.
“Kami akan upayakan jenazahnya diambil keluarga dalam waktu dekat ini,” ujar Anton kepada wartawan di Jayapura
(Rizki Nusantara/Trijaya/ahm)
KERATON: DESAK POLISI USUT TUNTAS KASUS BOM
Senin, 18 Apr 2011 22:03:13| Hukum |
Cirebon, 18/4 (ANTARA) - Juru bicara Keraton Kanoman, Cirebon, Ratu Raja Arimbi mengatakan pihaknya mendesak kepolisian mengusut tuntas kasus bom bunuh diri, meski diduga pelakunya kerabat Keraton Kanoman.
"Kami meminta aparat penegak hukum untuk mengusut tuntas kejadian itu, termasuk motif dan jaringannya jika memang ada dugaan terorganisir. Jujur, kami terganggu dengan perkembangan terakhir, ada keluarga keraton yang dikabarkan terlibat kriminal yang sadis," katanya kepada wartawan di Cirebon, Senin.
Untuk itu, kata dia, pihaknya meminta maaf atas tragedi bom bunuh diri yang diduga pelakunya kerabat keraton.
Dalam peristiwa bom bunuh diri di Mesjid Mapolresta Cirebon, Jumat (15/4), keluarga Keraton Kanoman membenarkan bahwa terduga pelaku bom bunuh diri Muchamad Syarif masih keluarga keraton.
Namun, dari silsilah ibu kandung terduga Ratu Sri Mulat tercatat dari Keturunan Raja Kelima Keraton Kanoman, Sultan Imanudin Tahun 1700 Masehi.
Saat ini sudah memasuki Sultan Ke-12. "Jadi secara silsilah memang sudah sangat jauh," kata Arimbi.
Ia mengatakan Ratu Sri Mulat merupakan generasi ke-6 sultan Kelima, itupun bukan keturunan langsung, dan baru terdaftar mengajukan sebagai anggota keluarga Keraton Kanoman Tahun 2007 lalu.
Arimbi mengatakan jika memang pelaku yang diduga anaknya Ibu Ratu Sri Mulat, maka benar masih keturunan Keraton Kanoman.
Oleh karena itu, atas nama keluarga besar, pihaknya meminta maaf kepada semua pihak khususnya kepolisian, TNI dan pihak-pihak lainnya.
"Kami sangat menyesalkan kejadian ini, karena memang kami dari keraton tidak pernah mengjarkan hal-hal yang bisa menyakiti orang," ujarnya.
Arimbi menambahkan, secara pribadi Muchamad Syarif tidak tercatat dalam daftar keluarga besar Keraton, karena sejak menikah dengan orang luar keraton, maka gelar Elangnya secara otomatis hilang.
"Sesuai aturan memang begitu, karena bapaknya dari luar. Simpelnya jika diibaratkan sebagai pohon, maka keluarga keraton juga terdiri dari ranting-ranting. Jadi jumlah anggota keluarga keraton memang ribuan, baik yang tercatat maupun tidak," katanya.
(T.Y008/B/M008/M008)
Komentar
Posting Komentar