radikalisme ditolak, kekerasan dibenci (17)
Bom Natal Masih Hantui Amerika
Headline
Setelah heboh bom mobil di Times Square New York, aparat AS membekuk lagi seorang pemuda yang berusaha melakukan tindakan serupa. Kali ini sasarannya, perayaan Natal.
Oleh: Asteria
Sabtu, 27 November 2010 | 21:12 WIB
INILAH.COM, Oregon – Pemuda 19 tahun ini akhirnya ditangkap, terkait rencananya meledakkan bom mobil di sebuah upacara cahaya Natal tahunan di Portland, Oregon, pada Jumat malam.
Osman Mohamed Mohamud adalah warga naturalisasi AS dari Somalia. Ia ditangkap karena dicurigai mencoba menggunakan senjata pemusnah massal. Demikian pengumuman dari Kementerian Hukum AS, Sabtu (27/11).
Mohamud adalah penduduk Corvallis, Oregon dan mahasiswa di Oregon State University. Ia ditangkap Biro Investigasi Federal (FBI) dan Kepolisian Portland, setelah berusaha meledakkan sebuah mobil van sarat bahan peledak. Kendaraan itu diparkir dekat Portland Pioneer Courthouse Square. Di tempat itu sedang digelar seremonial tahunan untuk menyalakan pohon Natal.
Pihak berwenang mengatakan, perangkat itu sebenarnya palsu.Arthur Balizan, Agen Khusus in Charge FBI di Oregon menyatakan, ancaman Mohamud itu sangat nyata. Investigasi menunjukkan, pemuda ini benar-benar berniat melakukan serangan berskala besar. "Kami meyakinkan orang-orang di komunitas itu dan membantah kemampuannya untuk benar-benar melakukan serangan itu."
Penangkapan tersebut merupakan puncak operasi penyamaran jangka panjang. Mohamud dimonitor berbulan-bulan atas dugaan pengembangan bom. Para pejabat mengatakan publik tidak pernah berada dalam bahaya.
Menurut surat perintah penangkapan yang ditulis agen khusus FBI, pada Agustus 2009, Mohamud kerap mengadakan komunikasi e-mail dengan orang yang diyakini terlibat dalam kegiatan teroris.Pada Desember, orang itu berada di provinsi perbatasan barat laut Pakistan.
“Keduanya berkomunikasi secara berkala dan menggunakan bahasa kode. Mereka membahas kemungkinan Mohamud bepergian ke Pakistan untuk mempersiapkan jihad ekstrem," ungkap surat tersebut.
Mohamud berusaha menghubungi rekan lain yang menurutnya akan membantu memudahkan perjalanan ke luar negeri. Namun, Mohamud menggunakan alamat e-mail yang salah dan tidak pernah berhasil menghubungi pihak lain untuk mengatur perjalanan.
Seorang agen FBI yang menyamar dengan mengaku berafiliasi dengan seorang rekan di Pakistan, sempat dihubungi Mohamud pada Juni.Ia pun bertemu dengan Mohamud pada 30 Juli di Portland. Mohamud diduga mengatakan bahwa ia telah menulis artikel yang diterbitkan dalam Jihad Recollections, majalah online yang menganjurkan jihad kekerasan.
"Mohamud juga menunjukkan bahwa ia ingin menjadi operasional. Ketika ditanya apa maksud dari operasional, Mohamud menyatakan ia ingin menempatkan bahan peledak bersama-sama, tetapi membutuhkan bantuan," paparnya.
Pada pertemuan Agustus kemarin, masih kepada anggota FBI yang menyamar tersebut, Mohamud mengaku telah berpikir melakukan jihad kekerasan sejak usia 15 tahun.Ia pun mengatakan telah mengidentifikasi target potensial untuk bom, yakni seremonial Natal tahunan di Portland Pioneer Courthouse Square.
Mohamud mengatakan sedang mencari massa besar yang akan diserang dengan keluarga mereka saat merayakan liburan. Selain menuturkan bahwa lokasinya di Oregon. “Dan seperti Anda tahu, tidak ada yang pernah berpikir tentang hal itu."
Jika terbukti bersalah atas tudingan mencoba menggunakan senjata pemusnah massal, Mohamud menghadapi hukuman maksimal seumur hidup di penjara. Ia bakal dikenakan denda US$250 ribu atau sekitar Rp2,5 miliar. [ast]
Headline
Setelah heboh bom mobil di Times Square New York, aparat AS membekuk lagi seorang pemuda yang berusaha melakukan tindakan serupa. Kali ini sasarannya, perayaan Natal.
Oleh: Asteria
Sabtu, 27 November 2010 | 21:12 WIB
INILAH.COM, Oregon – Pemuda 19 tahun ini akhirnya ditangkap, terkait rencananya meledakkan bom mobil di sebuah upacara cahaya Natal tahunan di Portland, Oregon, pada Jumat malam.
Osman Mohamed Mohamud adalah warga naturalisasi AS dari Somalia. Ia ditangkap karena dicurigai mencoba menggunakan senjata pemusnah massal. Demikian pengumuman dari Kementerian Hukum AS, Sabtu (27/11).
Mohamud adalah penduduk Corvallis, Oregon dan mahasiswa di Oregon State University. Ia ditangkap Biro Investigasi Federal (FBI) dan Kepolisian Portland, setelah berusaha meledakkan sebuah mobil van sarat bahan peledak. Kendaraan itu diparkir dekat Portland Pioneer Courthouse Square. Di tempat itu sedang digelar seremonial tahunan untuk menyalakan pohon Natal.
Pihak berwenang mengatakan, perangkat itu sebenarnya palsu.Arthur Balizan, Agen Khusus in Charge FBI di Oregon menyatakan, ancaman Mohamud itu sangat nyata. Investigasi menunjukkan, pemuda ini benar-benar berniat melakukan serangan berskala besar. "Kami meyakinkan orang-orang di komunitas itu dan membantah kemampuannya untuk benar-benar melakukan serangan itu."
Penangkapan tersebut merupakan puncak operasi penyamaran jangka panjang. Mohamud dimonitor berbulan-bulan atas dugaan pengembangan bom. Para pejabat mengatakan publik tidak pernah berada dalam bahaya.
Menurut surat perintah penangkapan yang ditulis agen khusus FBI, pada Agustus 2009, Mohamud kerap mengadakan komunikasi e-mail dengan orang yang diyakini terlibat dalam kegiatan teroris.Pada Desember, orang itu berada di provinsi perbatasan barat laut Pakistan.
“Keduanya berkomunikasi secara berkala dan menggunakan bahasa kode. Mereka membahas kemungkinan Mohamud bepergian ke Pakistan untuk mempersiapkan jihad ekstrem," ungkap surat tersebut.
Mohamud berusaha menghubungi rekan lain yang menurutnya akan membantu memudahkan perjalanan ke luar negeri. Namun, Mohamud menggunakan alamat e-mail yang salah dan tidak pernah berhasil menghubungi pihak lain untuk mengatur perjalanan.
Seorang agen FBI yang menyamar dengan mengaku berafiliasi dengan seorang rekan di Pakistan, sempat dihubungi Mohamud pada Juni.Ia pun bertemu dengan Mohamud pada 30 Juli di Portland. Mohamud diduga mengatakan bahwa ia telah menulis artikel yang diterbitkan dalam Jihad Recollections, majalah online yang menganjurkan jihad kekerasan.
"Mohamud juga menunjukkan bahwa ia ingin menjadi operasional. Ketika ditanya apa maksud dari operasional, Mohamud menyatakan ia ingin menempatkan bahan peledak bersama-sama, tetapi membutuhkan bantuan," paparnya.
Pada pertemuan Agustus kemarin, masih kepada anggota FBI yang menyamar tersebut, Mohamud mengaku telah berpikir melakukan jihad kekerasan sejak usia 15 tahun.Ia pun mengatakan telah mengidentifikasi target potensial untuk bom, yakni seremonial Natal tahunan di Portland Pioneer Courthouse Square.
Mohamud mengatakan sedang mencari massa besar yang akan diserang dengan keluarga mereka saat merayakan liburan. Selain menuturkan bahwa lokasinya di Oregon. “Dan seperti Anda tahu, tidak ada yang pernah berpikir tentang hal itu."
Jika terbukti bersalah atas tudingan mencoba menggunakan senjata pemusnah massal, Mohamud menghadapi hukuman maksimal seumur hidup di penjara. Ia bakal dikenakan denda US$250 ribu atau sekitar Rp2,5 miliar. [ast]
Komentar
Posting Komentar