ini DARURAT pak

Irwan Prayitno Hanya Diberi Sanksi Teguran
Kamis, 11 November 2010 | 03:18 WIB

TEMPO/Yosep Arkian

TEMPO Interaktif, Jakarta - Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi hanya akan memberikan sanksi teguran kepada Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno. "Teguran tertulis, mengingatkan supaya lain kali mempedomani," ujarnya di Istana Negara, Jakarta, Rabu (10/11).

Menurut Gamawan, pertimbangan sanksi teguran ini dikarenakan Irwan sempat menyatakan tidak mengetahui mengenai kelengkapan berkas-berkas yang dibutuhkan. "Kata stafnya sudah lengkap, mungkin ada yang lupa. Bukan disengaja pula, cukuplah (teguran), karena dia orang baru," ujarnya.

Seperti diketahui, Gubernur Sumatra Barat Irwan Prayitno melakukan kunjungan kerja ke Jerman dalam rangka memenuhi undangan Duta Besar RI di Berlin pada 31 Agustus 2010. Ia menyebutkan, melakukan kunjungan karena menghargai undangan. Apalagi ia menjadi salah satu pembicara pada promosi terpadu tourism Trade an Investment (TTI).

Namun ternyata kemudian diketahui bahwa kepergiannya belum mendapatkan izin dari presiden. Irwan pun sudah meminta maaf kepada publik terkait kunjungan kerjanya ke Jerman yang memunculkan kritikan karena dianggap meninggalkan Mentawai yang tengah tanggap darurat akibat bencana tsunami.

MUNAWWAROH

"Irwan Bukan Gubernur di Daerah Menang Saja"
Saat pilkada Irwan gagal menang di lima kota, di antaranya Mantawai.
Kamis, 4 November 2010, 11:38 WIB
Arfi Bambani Amri
Irwan Prayitno berkampanye untuk PKS di Aceh (Humas PKS Aceh/ Nadhira)
BERITA TERKAIT

* Tanpa Bencana Pun, Tak Wajar Irwan ke Jerman
* Di Mentawai, Gubernur Irwan Cuma Nomor 4
* Tifatul Juga Kurang Setuju Gubernur ke Jerman
* Seskab Sesalkan Gubernur Sumbar ke Jerman
* Irwan Prayitno Dilantik Jadi Gubernur Sumbar

VIVAnews - Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Sumatera Barat, Alexander Indra Lukman, menilai keberangkatan Gubernur Irwan Prayitno tidak bisa dicerna akal sehat. Bahkan saat dihubungkan dengan perolehan suara Irwan saat Pilkada gubernur lalu, Alexander Indra Lukman menilai, hal ini mencederai perasaan konstituennya.

“Saat terpilih sebagai gubernur (Sumbar) dia mewakili warga secara keseluruhan. Tidak mungkin menjadi Gubernur Sumbar dari kota atau kabupaten yang dimenanginya saja,” ujar Ketua DPD PDI P Sumbar tersebut pada VIVAnews, Kamis, 4 November 2010.

Menurut data hasil perolehan suara Pilkada Sumbar lalu, pasangan Irwan-Muslim Kasim, gagal menang di lima kota dan kabupaten dari 19 yang ada yakni Kota Bukittinggi, Kota Payakumbuh, Kabupaten Agam, Kabupaten Limapuluh, dan Kabupaten Mentawai. Di Mentawai, Irwan-MK di posisi empat meraih suara 3.977 dan tertinggal jauh dari pasangan Marlis-Aristo yang unggul dengan perolehan suara 11.051.

Alex menyayangkan jika hal ini menjadi alasan gubernur bertolak menuju Jerman meninggalkan Mentawai yang sedang porak-poranda. “Orang asing saja mau masuk ke Mentawai untuk memberikan bantuan, masa kita mau keluar meninggalkan begitu saja. Tidak masuk akal alasannya untuk mencari investor, sekarang kan masih tanggap darurat,” ujarnya.

Hal senada juga diungkapkan pengamat sosial politik dari Universitas Negeri Padang. Eka Vidia menilai, dalam keadaan normal pun kebijakan gubernur bertolak ke Jerman tidak bisa dibenarkan. “Ada yang lebih urgen saat ini. Gubernur kan komandan di daerah, jadi tidak bisa pergi begitu saja,” ujarnya.

Irwan Prayitno bertolak ke Jerman, Rabu kemarin. Keberangkatan ini menuai kontroversi karena bencana tsunami yang menewaskan 400 lebih warga Mentawai. Puluhan orang masih dikabarkan hilang dan 15 ribu lebih mengungsi. Ratusan rumah rusak berat dan ratusan orang mengalami luka berat dan ringan.

Dan Irwan sendiri menyatakan di akun Twitternya menyatakan, "Salah jika ada anggapan kepergian Gubernur Sumbar itu mengabaikan kondisi Mentawai."

Sebelum berangkat ke Jerman, Irwan menyatakan sudah ada pendelegasian yang memadai. Penanganan Mentawai, tulis Gubernur, sudah diserahterimakan kepada wakil gubernur. "Sebelumnya saya terus berkoordinasi untuk penyaluran bantuan yang terhalang cuaca."

Berikut Data Perolehan Suara Pemilihan Gubernur Sumbar di Kabupaten Kepulauan Mentawai:
1. Marlis-Aristo: 11.051
2. Fauzi-Yohannes: 8.287
3. Endang-Asrul: 4.406
4. Irwan-MK: 3.977
5. Ediwarman-Husni: 1.106

Laporan Eri Naldi | Padang
Soal ke Jerman, Gubernur Irwan Prayitno Minta Maaf
Senin, 08 November 2010 | 06:04 WIB



TEMPO Interaktif, PADANG - Gubernur Sumatra Barat Irwan Prayitno meminta maaf kepada publik terkait kunjungan kerjanya ke Jerman yang memunculkan kritikan karena dianggap meninggalkan Mentawai yang tengah tanggap darurat takibat bencana tsunami.

“Sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kelupaan dan kekilafan, saya mohon maaf kepada seluruh lapisan masyarakat karena kunjungan kerja kami ke Jerman menimbulkan polemik dan pro kontra di masyarakat, tidak ada niat sedikit pun melukai hati masyarakat yang tertimpa musibah di Mentawai,” kata Irwan melalui siaran pers yang dikeluarkan Humas dan Protokol Pemerintah Provinsi Sumatra Barat, Minggu (7/11).

Dikatakan Irwan, kunjungan kerjanya ke Jerman dalam rangka memenuhi undangan Duta Besar RI di Berlin pada 31 Agustus 2010. Ia menyebutkan, melakukan kunjungan karena menghargai undangan. Apalagi ia menjadi salah satu pembicara pada promosi terpadu tourism Trade an Investment (TTI).

Kepala Biro Humas dan Protokol Pemprov Sumatra Barat, Surya Budhi mengatakan, pernyataan maaf disampaikan Irwan sebelum bertolak dari Jerman ke Jakarta melalui Dubai lalu Singapura, Minggu (7/11) sore. Irwan dijadwalkan sampai di Padang Senin (8/11) pagi.

.Menteri Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring yang juga Mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera saat ini sudah berada di Padang dan direncanaan akan ke Mentawai menjenguk korban tsunami bersama Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno besok pagi.

Namun karena Irwan Prayitno baru sampai di Padang besok pagi, belum dipastikan apakah Irwan Prayitno akan mendampingi Tifatul Sembiring ke Mentawai.
“Yang pasti Pak Gubernur besok pagi bertemu Pak Tifatul Sembiring di Bandara Internasional Minangkabau,” kata Zardi Zahri Staf Humas Kantor Gubernur.

FEBRIANTI

Dari Bandara, Irwan Prayitno Langsung ke Mentawai
Senin, 08 November 2010 | 13:38 WIB


TEMPO Interaktif, Jakarta - Pulang dari kunjungannya ke Jerman, Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno yang baru sampai di Bndara Internasional Minagkabau, Padang, tadi pagi langsung berangkat ke Mentawai bersama Menteri Komunikasi dan Informasi Tifatul Sembiring menggunakan helikopter.


"Pak Gubernur transit di Singapura lalu ke Kuala Lumpur dilanjutkan ke Jakarta, dan sampai di Padang pagi tadi pukul 08.00 Wib, lalu langsung menjenguk korban tsunami di beberapa tempat di Mentawai " kata Surya Budhi, Juru Bicara Pemerintah Sumatera Barat, Senin 6 November 2010.

Menurut Surya, kunjungan Irwan Prayitno dan Menteri Tifatul Sembiring karena ada kerjasama Menkominfo dengan beberapa operator seluler di Indonesia untuk membangun sistem komunikasi di Mentawai pasca gempa.


“Menurut Menkoninfo, selama tanggap darurat Kemkominfo menyediakan telepon satelit sebanyak 12 Unit di beberapa daerah terisolir di Mentawai. Juga penambahan BTS operator seluler,’ kata Surya Budhi.

Ia mengatakan, Irwan Prayitno tadi pagi juga menerima bantuan untuk Mentawai dari beberapa operator seluler, Telkom grup Rp1,2 miliar, MNC grup Rp1 miliar, Bakri Grup Rp500 juta. Indosat Rp50 juta, XL Rp50 juta dan Indovision Rp500 juta.

Jubir Pemprov Sumbar ini juga meminta media jangan mempersoalkan kunjungan Irwan Prayitno ke Jerman. “Soal izin, kami sudah mengikuti prosedurnya, janganlah itu dipolemikkan lagi, yang penting sekarang Pak Irwan sudah di Padang, dan lebih penting lagi sekarang kita sedang fokus menangani bencana di Mentawai,” kata Surya Budhi.



FEBRIANTI
• VIVAnews
PKS: Irwan Prayitno Tidak Lalaikan Penanggulangan Korban Mentawai
Rabu, 03 November 2010 | 22:54 WIB


TEMPO Interaktif, Padang - Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Partai Keadilan Sejahtera Sumatera Barat Trinda Farhan menilai kepergian Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno ke Jerman bukan melalaikan penanggulangan korban tsunami di Mentawai.

Menurut Trinda, kunjungan ke Jerman sudah diagendakan jauh hari karena Irwan Prayitno mendapat undangan dari Duta Besar Indonesia di Jerman untuk mengikuti berbagai acara promosi investasi Indonesia. Selain itu, Irwan Prayitno juga menjadi pembicara dalam acara itu.

“Secara objektif saya menilai, perhatiannya pada korban tsunami di Mentawai sangat besar. Bahkan pascagempa sering menginap di Mentawai dan bolak-balik ke Mentawai bergantian dengan wakil gubernur. Saya tahu persis perhatiannya ke Mentawai sangat luar biasa sampai enggak sempat tidur,” kata Trinda Farhan yang juga Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Barat, Rabu (3/11).

Trinda mengatakan sudah diberi tahu Irwan Prayitno tentang keberangkatannya ke Jerman dan Irwan juga menyampaikan sudah mendelegasikan tugasnya ke Wakil Gubernur Muslim Kasim.

“Sumber daya alam di Sumatera Barat ini kan kurang. Karena itu diperlukan gubernur yang bisa membuat manuver untuk mencari peluang investasi, Dengan Bavaria nanti ada beberapa MOU yang akan disepakati,” kata Trinda Farhan.

Dari informasi protokoler gubernur, Irwan Prayitno akan mempersingkat kunjungan karena ada beberapa acara yang bisa dipadatkan. Kemungkinan dia sudah kembali di Padang, Sabtu atau Minggu (5 atau 6/11).

FEBRIANTI

Menembus Mentawai-3: Hari-Hari Tanpa Mentari di Mentawai
Senin, 08 November 2010 | 19:27 WIB



TEMPO Interaktif, Mentawai - Gempa menyambut pagi pertama kami di Desa Betumonga, Pulau Pagai Utara, Mentawai, Sumatera Barat. Badan Meteorologi dan Geofisika mencatat gempa yang terjadi Jumat (29/10) pukul 6.30 itu berkekuatan 5,1 skala richter. Masih merupakan gempa susulan dari gempa 7,2 skala Richter Senin (25/10) malam, yang menimbulkan tsunami dan menewaskan lebih dari 400 penduduk setempat.

Saya, yang sedang menyiapkan bubur instan untuk sarapan, limbung. Tiang dan langit-langit rumah berderit. Parholongan Sinaga, 35 tahun, pemilik rumah tempat kami menginap di Dusun Tirik, Desa Betumonga, sontak melompat dari tidurnya. "Gempa," ujarnya berpekik.

Kami berlari meninggalkan rumah berlantai semen itu. Tidak peduli akan gerimis yang sedang membasahi Bumi Sikerei. Ketakutan akan tsunami masih menghantui Betumonga. Wajar saja, dua dari enam dusun di desa itu, yaitu Sabeugunggung dan Muntei Barubaru, habis tak bersisa di sapu tsunami. Korban jiwa di sana 230 orang, lebih dari separuh total Tsunami Mentawai. "Rasanya tidak besar, tapi tetap harus waspada," katanya.

Setelah menunggu lima menit, kami surut ke dalam rumah. Di dalam, lima anggota Badan Penanggulangan Bencana PDI Perjuangan, yang datang untuk memberi pengobatan bagi pengungsi Tsunami Mentawai, masih terlelap. "Dasar orang Jakarta," ujar Sinaga, tersenyum.

Tim, diantaranya dua dokter, menggelar pengobatan gratis di Balai Warga sekitar pukul 10. Meski hujan, lebih dari 100 orang datang. Relawan dibantu Rupina Sirait, bidan setempat. Dia merupakan satu-satunya tenaga medis di Betumonga, yang memberikan pertolongan pertama pada korban tsunami dari Sabeugunggung, dua kilometer dari Dusun Tirik, Selasa lalu. Waktu itu, selama empat jam, Rupina mengobati lebih dari 50 orang tanpa henti. Paling banyak menderita luka sobek dan harus dijahit. Ada juga yang patah tulang akibat tertimpa pohon. "Saya sampai kewalahan," ujarnya.

Sabeugunggung tidak seberuntung Muntei Barubaru. Meski berada di desa yang sama, Muntei hanya berjarak 1,5 jam berjalanan laut dengan Sikakap, kota pelabuhan sekaligus pusat ekonomi Mentawai. Usai gelombang setinggi 3 meter itu surut, warga Muntei langsung berlayar ke Sikakap dan mendapat bantuan keesokan paginya.

Sementara warga Sabeugunggung butuh waktu lebih dari dua jam di laut, mengarungi ombak Samudera Hindia yang ganas, untuk bisa ke Pusat Kesehatan Masyarakat di Sikakap. Melaut malam hari, terlebih saat hujan seperti malam nahas itu, sama saja bunuh diri. Upaya menghubungi "dunia luar" lewat telepon desa pun sia-sia. "Telepon mati," ujar Kepala Dusun Tirik, Kilian. Telepon berteknologi satelit dan tenaga surya milik Telkom itu hanya bisa dipakai siang saat langit tak berawan.

Sikakap baru tahu kabar kehancuran Sabeugunggung pada Rabu (27/10) atau dua hari pasca tsunami. "Kami berjalan kaki empat jam ke Muntei, karena dapat kabar banyak petugas medis di sana," ujar Ignasius, 34, warga Tirik yang mengevakuasi korban di dusun tetangganya itu.

Warga meminta petugas untuk juga membantu Sabeugunggung. Namun, ujar Ignasius, petugas baru menyanggupinya Kamis. "Karena saat itu mereka kurang orang dan ombak sedang tinggi," ujarnya.

Terkurung, itulah yang dialami warga Betumonga. Di tengah guyuran hujan, mereka seolah sendirian menghadapi amuk samudera. Tidak berdaya melihat satu-per-satu saudaranya meregang nyawa. "Kalau saja pertolongan datang lebih cepat, pasti lebih banyak yang bisa terselamatkan," kata Ignasius.

Tempo dan Tim Baguna juga merasakannya. Masing-masing resah karena belum menghubungi keluarga dan rekan sejak meninggalkan Sikakap, Kamis (28/10). Satu-satunya tempat memancing sinyal di desa itu adalah di jembatan di atas sungai yang membelah Betumonga. Konon sinyal doyan singgah di sana karena lokasinya terbuka, jauh dari lebat pepohonan.

Jadilah saban pagi kami menyambangi jembatan kayu tersebut. Menengadahkan tangan ke langit seperti Patung Liberty di Amerika Serikat. Yunandar, Ketua Tim Baguna termasuk yang beruntung. Dalam tempo beberapa detik, dia berhasil mengirimkan kabar ke keluarganya di Jakarta, dan menerima beberapa pesan singkat, sebelum sinyal kembali sirna. "Yang penting keluarga sudah dapat kabar," katanya, tersenyum.

Ada pun Herman, relawan asal Tanahabang, Jakarta Pusat, cuma bisa keki. Satu-satunya pesan singkat yang masuk berisi, "Lagi di mana? Kalau ada demo ajak-ajak dong." "Belum sempat kirim sms, sinyal sudah hilang lagi," ujar karyawan perusahaan sablon ini.

Awan gelap yang terus menyelimuti langit Mentawai menghapus harapan kami untuk bisa berkomunikasi dengan "dunia luar." Bukan hanya sinyal, mendung juga berarti tertutupnya pintu jalur laut. "Kalau hujan, ombak bisa tiga meter," ujar Sinaga, satu dari dua memilik sampan bermotor tempel di Betumonga. "Tidak bisa kita melaut."

Mentari sempat menyapa pagi di Mentawai, Sabtu (30/10). Saya bernyanyi girang "Here Comes The Sun" milik The Beatles, sementara Sinaga menyiapkan perahu untuk mengantar ke Sikakap. Namun apa daya, saat perjalanan 15 menit menyusuri sungai ke muara, cerah berubah jadi gelap. Di muara, ombak bergulung-gulung menghadang kami dari arah barat, dari Samudera Hindia. Sampan mungil itu terpaksa berbalik arah.

Betumonga masih enggan melepas tamu-tamunya.

REZA MAULANA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Allah di balik Sejarah: Penantian Baru BTP (hati nurani Pemilu 2024) #02

die hard of terrorism: final fate of ISiS (3): ISIS bukan ISLAM, menganut teologi PEMBUNUHAN

janji Jokowi (4) (ANTI GRATIFIKA$1): pilpres 2019