kapolri terjepit POLITIK
Timur Pradopo dan X-File Trisakti
Kamis, 07 Oktober 2010 | 06:56 WIB
TEMPO/Subekti
TEMPO Interaktif, Jakarta - Bagi aktivis hak azasi manusia, keputusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencalonkan Timur Pradopo sebagai Kepala Polisi Republik Indonesa bak mengangkat batang terendam. Ingatan mereka terbang ke tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998, peristiwa penembakan mahasiswa Universitas Trisakti yang berunjukrasa menuntut Presiden Soeharto turun dari jabatannya. Empat mahasiswa tewas saat itu.
Nah, waktu itu Timur Pradopo menjabat sebagai Kepala Polres Jakarta Barat. Memimpin anak buahnya di lapangan mengendalikan aksi demonstrasi. Tragedi ini menjadi beban Timur dalam perjalanan kariernya. Komisi Nasional Hak Azasi Manusia keberatan saat presiden menunjuk Timur menjadi Kepala Polri.
“Mestinya, Timur ikut bertanggungjawab secara pidana untuk kasus itu,” kata Usman. Hanya saja, Usman mengakui, untuk kasus yang skalanya nasional seperti kasus Trisakti tentu tak mungkin dibebankan seluruhnya di pundak Timur yang cuma seorang Kepala Polres. Keadaan waktu itu sangat genting dan mengubah situasi politik di Indonesia.
Nama Timur muncul dalam peristiwa Semanggi pada 13 November 1998. Waktu itu suasana sangat kacau. Mahasiswa berunjuk rasa mengepung gedung DPR di Senayan. Tujuan mereka adalah untuk menggagalkan Sidang Istimewa MPR dan menolak Dwi Fungsi ABRI. Saat beraksi mereka berhadapan dengan tentara dan polisi. Ada juga Pam Swakarsa atawa pasukan pengaman yang dibentuk oleh masyarakat.
Di tengah massa yang sedang tegang seperti itulah muncul sebuah mobil jip. Melaju membelah lautan orang, menembus barikade, lalu merapat ke gedung DPR. Si pengemudi tak lain adalah Timur. Di dalam mobilnya berjejal aktivis dan mahasiswa, di antaranya Usman Hamid (kini adalah aktivis Kontras), dan Gunawan yang waktu itu adalah Sekjen Presidium Mahasiswa. Tentu peristiwa ini tak lekang dalam ingatan Usman.
Saat itu, Timur membantu dan memfasilitasi aktivis dan mahasiswa. Kendati demikian yang dikenang para aktivis adalah persoalan yang terjadi di Trisakti. Padahal tragedi yang menjadi urusan Komisi Nasional Hak Azasi Manusia, belakangan kasus malah menjadi salah satu X-File di negeri ini.
Di mata sejumlah anggota polisi justru Timur dianggap sebagai sosok pemimpin berkeringat yang sering sering berada dalam situasi yang rumit. Mulai dari saat negeri ini bergejolak, hingga masa awal reformasi, Timur masih bertugas berada di Jakarta yang rentan kerusuhan.
Usai dari Polres Jakarta Barat, Timur menjabat Kepala Polres Jakarta Pusat. Jadilah makanannya setiap hari adalah terjun ke lapangan sebab ada unjuk rasa. “Sangat ketat mengawasi Dalmas (Satuan Pengendalian Massa), tiada henti mendampingi anggotanya yang terjun ke lapangan,” kata Brigadir Jenderal Zainuri Lubis. Saat Timur menjadi Kapolres Jakarta Barat dan Jakarta Pusat, Zainuri adalah Kepala Dinas Penerangan Polda Metro Jaya. Jadi memang sering melihat Timur.
Salah satu yang menjadi perhatian Zainuri waktu itu, Timur tak sempat menyelipkan tongkat komandonya di bawah ketiak atau menenteng-nentengnya sebagaimana lazimnya para para pimpinan di resort dan kewilayahan di Polri.
Timur menyelipkannya di pinggang bagian belakang, persis seperti orang Jawa menyelipkan keris saat berpakaian adat. Zainuri mengatakan bahwa Timur menunjukkan menjalankan tugasnya dalam suasana damai di tengah.
Selain itu, kata Zainuri, barangkali juga khawatir jika tongkat komando di lapangan akan dilihat sebagai sosok yang arogan. Jangan sampai nanti secara tak sadar dia menunjuk anakbuahnya dengan tongkatnya itu saat memberi pengarahan.
Kendati tongkatnya di belakang pinggang, dia berada pada posisi di depan anak buahnya saat berada di lapangan.
Itu pula yang terjadi saat dia menjadi Kepala Polisi Sektor Sawah Besar, Jakarta. “Kesan pertama pada Kepala Polsek Sawah Besar, Jakarta Pusat, itu adalah kumis yang besar. Bertampang rada sangar.” Beginilah awal pertemuan Rustam Effendi, Wakil Camat Sawah Besar pada 1992, dengan Mayor Timur Pradopo.
Berpatokan pada tampangnya, Rustam menduga akan sulit bekerjasama dengan Timur yang jebolan Akpol 1978 itu. Namun perkiraannya meleset. Ternyata, aparat kecamatan mendapatkan mitra kerja yang baik. Kooperatif. Selalu memenuhi undangan untuk ikut rapat ke kantor camat.
Bahkan Timur memimpin sendiri, setiap mereka menggelar patroli di kota. “Orangnya nggak neko-neko,” katanya. Kepada anak buahnya, dia sangat tegas. Usai bertugas di Polsek, Rustam jarang berkumikasi dengan Timur. Kini dia kembali mendengar namanya.
Nurlis E. Meuko
Kamis, 07/10/2010 09:04 WIB
Kapolda Metro Jaya Irjen Sutarman Janji Tangkapi Preman
E Mei Amelia R - detikNews
menurut info dari seorang kawan yang tinggal di sebuah kompleks yang ada tempat ibadahnya, sudah ada ormas yang bisa melakukan kekerasan, telah membuat pos penjagaan di kompleks itu tanpa disetujui oleh warga setempat dan pihak otoritas pemda setempat PENGEN LIAT APA BENERAN AKAN ADA PENINDAKAN TERHADAP GERAKAN PREMAN SEPERTI INI ????
Jakarta - Jakarta memiliki Kapolda baru yaitu Irjen Sutarman, menggantikan Komjen Timur Pradopo. Sutarman berjanji akan menangkapi preman agar masyarakat Ibukota tenteram.
"Kita akan melakukan penangkapan terhadap siapa pun yang melakukan pelanggaran pidana," tegas Sutarman usai menghadiri pisah-sambut Kapolda Metro Jaya di Mapolda, Jl Sudirman, Jakarta, Kamis (7/10/2010).
"Jadi siapa pun preman ini dan siapa yang menganggu keamanan dan penertiban masyarakat, semua akan sama di mata hukum," imbuh Sutarman.
Sutarman berulang kali menyatakan, siapa pun yang melakukan pelanggaran hukum akan ditindak sesuai alat bukti dan keterangan saksi yang ada. "Tidak ada masyarakat yang ekslusif," tegas Sutarman.
Sutarman juga akan menangkap polisi yang melanggar aturan. "Termasuk kita (polisi), kalau salah akan ditangkap!" tandasnya.
Jenderal bintang dua itu juga menegaskan pihaknya tidak akan pilih kasih menindak masyarakat yang meresahkan. "Kita tidak pandang bulu!" ujarnya.
Sutarman juga berjanji akan menyelesaikan kasus-kasus yang belum terungkap."Saya akan melihat sejauh mana prosesnya dan kita akan mendorong untuk segera menyelesaikan proses-proses itu," ujarnya.
Pihaknya membutuhkan ketegasan dalam melihat kasus. Bila kasus itu kurang cukup alat bukti dan kesaksian, maka harus dihentikan. Tapi jika cukup, harus dibawa ke pengadilan.
Sutarman mengawali karier polisi sebagai Kasatlantas Polres Bandung di Polwil Priangan. Lalu menjadi Kapolsek Dayeuhkolot, Kasatlantas Polres Sumedang, lalu dimutasi ke Polda Metro Jaya, Nusa Tenggara, Sumsel dan Direskrim Polda Jatim.
Pada tahun 2000, Sutarman menjadi ajudan Presiden RI, Kapolda Kepri, Kaselapa Lemdiklat Polri, Kapolda Jabar, lalu sekarang Kapolda Metro Jaya.
Sutarman menggantikan Timur Pradopo yang hanya beberapa bulan menjadi Kapolda Metro Jaya. Timur selanjutnya menjadi Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan Polri, dan selanjutnya akan mengikuti fit and proper test Kapolri di DPR.
(mei/nrl)
Timur Pradopo Bantah Lemah Hadapi FPI
RABU, 06 OKTOBER 2010 | 11:26 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta - Calon Kapolri Komisaris Jenderal Timur Pradopo menolak dikatakan lemah dalam menghadapi FPI. "Kedekatan dengan FPI adalah upaya memberdayakan elemen masyarakat untuk memelihara keamanan," kata Timur usai bertemu dengan pimpinan DPR, Rabu (6/10), di gedung DPR, Senayan, Jakarta.
Menurut dia, sebagai anggota Polri, apalagi pimpinan, semua dengan tokoh masyarakat yang bisa membantu memelihara keamanan. "Kita harus jadi bagian memberdayakan masyarakat untuk membantu keamanan," katanya.
Saat Timur menjadi Kapolda Metro Jaya, dia pernah merangkul FPI untuk menjaga ketertiban Jakarta. Itu dilakukan dalam menghadapi bulan puasa lalu.
Pertemuan dengan pimpinan DPR dilakukan untuk membahas mekanisme fit and proper test. Direncanakan, besok DPR akan menggelar rapat Bamus yang akan memberi penugasan pada Komisi Hukum DPR untuk melakukan fit and proper test. Uji diharapkan bisa digelar pada Senin pekan depan, sehingga pada Selasa akan segera diketuk palu dalam paripurna DPR.
Timur enggan memberitahu apa yang akan disampaikan dalam uji tersebut. "Nanti, nanti," dia mengelak. Pertemuan hari ini, kata dia, tidak membicarakan hal-hal yang spesifik.
Amirullah
Timur Pradopo: FPI Bisa Bantu Keamanan
"Kalau yang lain-lainnya sudah tentu bukan untuk konsumsi publik."
RABU, 6 OKTOBER 2010, 12:04 WIB Arfi Bambani Amri, Mohammad Adam
VIVAnews - Calon Kepala Kepolisian Komisaris Jenderal Timur Pradopo mengatakan, Front Pembela Islam merupakan bagian dari masyarakat. Dan masyarakat, kata Timur, bisa membantu keamanan.
"Saya kira sebagai anggota Polri, apalagi pimpinan, semua dengan tokoh masyarakat yang bisa membantu memelihara keamanan, ya kita harus jadi bagian daripada memberdayakan masyarakat untuk membantu keamanan," kata Timur di gedung parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu 6 Oktober 2010.
Timur yang baru dua hari melepas posisi Kepala Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya itu memang disorot atas sejumlah kasus di Jakarta. Saat dia menjabat Kapolda, terjadi aksi kekerasan atas pendeta Huria Kristen Batak Protestan yang diduga melibatkan Front Pembela Islam di Bekasi.
Timur baru saja bertemu pimpinan DPR. Timur mengatakan, pertemuan itu hanya membahas jadwal pelaksanaan uji kelayakan calon Kapolri.
Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso menyampaikan, selain membahas jadwal, pertemuan tadi juga bicara soal kubu-kubu di Polri. Pimpinan Dewan merasa lega karena Timur menegaskan tidak ada konflik antar kubu dalam tubuh Polri.
"Kami pimpinan mendengarkan dari kalangan masyarakat, dari kalangan pers, mengenai pengkubuan di internal polri hanya gara-gara pergantian Kapolri. Kami semua minta agar ini dijelaskan dengan baik. Tadi Pak Timur mengatakan sesungguhnya tidak ada mengenai kubu-kubu," kata Priyo.
Priyo merasa penting mengingatkan agar soliditas Polri perlu dijaga dan melakukan terobosan mewujudkan reformasi Polri. "Ada keinginan dari Pak Timur untuk mewariskan yang sudah baik, yang diwariskan oleh Jenderal Bambang Hendarso. Tapi kami tadi juga sarankan agar melakukan terobosan-terbosan reformasi internal Polri sebagaimana telah dilakukan oleh kakaknya yang bernama TNI," kata Priyo.
Namun, Priyo tak menjelaskan alasan lain dan pembicaraan apa saja yang telah dilakukan dengan Timur dalam pertemuan tertutup itu. "Kalau yang lain-lainnya sudah tentu bukan untuk konsumsi publik. Bukan dirahasiakan, kan ada hal-hal yang mungkin bersifat tak diberitahu," kata Priyo.
• VIVAnews
Rabu, 06/10/2010 08:50 WIB
LBH Jakarta Ragukan Timur karena Dekat dengan FPI
Fajar Pratama - detikNews
Bambang Widodo: Timur Sangat Mungkin Terlibat Pelanggaran HAM
Polri Gelar Pisah Sambut Jabatan Baharkam Timur dan Iman
'Si Nakal' Golkar Nurut Koalisi, Timur Diprediksi Melenggang di DPR
Agar Transparan, Perlu Dibentuk Aturan Tata Cara Pencalonan Kapolri
Jakarta - Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta meragukan kapasitas Komjen Timur Pradopo dalam memimpin Polri untuk menegakkan hukum yang berlaku. Pasalnya Timur dinilai dekat dengan kelompok muslim radikal, Front Pembela Islam (FPI).
"Kami melihat Timur cukup dekat dengan FPI. Ini yang membuat kami meragukan kapasitasnya untuk dapat menegakkan hukum dan HAM. Bisa-bisa dia malah memberi legitimasi kepada mereka," ujar Direktur LBH Jakarta, Nurkholis Hidayat, kepada detikcom, Rabu (4/9/2010) malam WIB.
Pernyataan orang nomor satu di LBH Jakarta tersebut tak sembarangan. Nurkholis mengaku memiliki data kedekatan Timur dengan FPI. Salah satunya kehadiran Timur dalam milad FPI sekitar bulan Ramadhan silam.
"Selain itu, ketika FPI melakukan demo untuk membubarkan Q! film festival, Timur mengatakan aksi itu bukan suatu ancaman. Ini sangat disayangkan. Sulit bagi dia untuk menindas ormas anarkis," lanjut Nurkholis.
Kritik terhadap sosok Timur tidak berhenti sampai di situ saja. Nurkholis menilai Timur juga tidak pro terhadap pluralisme, karena yang bersangkutan pernah mengatakan siap melakukan pembubaran Ahmadiyah.
Dan jika akhirnya resmi menjadi Kapolri, Nurkholis meminta Timur untuk tidak lupa terhadap kasus-kasus yang belum juga terpecahkan sampai sekarang salah satunya adalah pemukulan anggota ICW Tama S Langkun.
Seperti diketahui, Presiden SBY membuat kejutan dengan mencalonkan Timur sebagai calon tunggal Kapolri. Timur dipilih setelah beberapa jam sebelumnya Kapolri menaikkan jabatan dia sebagai Kabaharkam Polri sehingga pangkat Timur naik menjadi bintang tiga.
Timur Pradopo lahir di Jombang, Jatim, 10 Januari 1956. Dia merupakan lulusan Akpol 1978. Dia pernah menjadi Kapolres Jakarta Barat pada 1997-1999 saat peristiwa Trisakti dan Semanggi meletus, Kapolres Jakarta Pusat (1999-2000), dan Kapolwiltabes Bandung (2001) serta menjadi Kapolda Banten, Kapolda Jabar dan terakhir Kapolda Metro Jaya.
(nrl/lrn)
POLITIK
06/10/2010 - 05:51
Penolakan Timur Pradopo Cukup Kuat
Ahluwalia
Timur Pradopo
(inilah.com/Agung Rajasa)
INILAH.COM, Jakarta - Terpilihnya Komjen Pol Timur Pradopo sebagai calon tunggal Kepala Kepolisian RI (Kapolri) tidak disangka-sangka. Kalangan DPR dan pengamat kepolisian mengaku kecewa. Mengapa?
Para analis dan politisi mengakui, nama Kapolri yang selama ini mendapat rekomendasi adalah Komjen Pol Nanan Soekarna dan Komjen Pol Imam Sudjarwo. â€Å“Jika dalam uji kepatutan dan kelayakan ternyata hasilnya tak memuaskan, DPR berhak menolak Timur Pradopo sebagai calon Kapolri,â€� papar anggota Komisi III DPR Syarifuddin Sudding, Selasa (5/10).
Karenanya, jalan Timur Pradopo yang diajukan Presiden SBY menjadi calon tunggal Kapolri tampaknya belum mulus. â€Å“Kami DPR berhak menolak kalau ternyata hasil fit and proper test-nya tidak bagus, itu hak konstitusional DPR,â€� ujar Sudding.
Sementara anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Adnan Pandu Raja mengaku heran. Sebab, nama Timur tidak pernah diperhitungkan publik. Kompolnas merekomendasikan lebih dari lima nama untuk diajukan ke DPR. Kompolnas juga menyerahkan rekam jejak para calon untuk dijadikan bahan pertimbangan presiden.
Rekomendasi Kompolnas itu berisi pertimbangan-pertimbangan setiap calon termasuk rekam jejak dengan meminta masukan dari KPK, Komnas HAM dan lainnya. Seharusnya presiden mempertimbangkan masukan Kompolnas.
Kritik juga muncul terkait performa Timur Pradopo. ''Selain track record yang buruk di masa lalu, prestasi Timur dinilai masih di bawah standar,'' kata dosen Pergguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) Bambang Widodo Umar. "Prestasinya di masa lalu biasa-biasa saja, tidak ada yang menonjol," terang Bambang, Selasa (5/10).
Ia merujuk pada beberapa catatan Timur saat memangku jabatan di kepolisian sebelumnya. Misalnya, kerusuhan Trisakti dan Semanggi pada 1998-1999 saat Timur menjadi Kapolres Jakarta Barat.
Juga penangkapan sejumlah demonstran buruh di Bandung saat Timur jadi Kapolwiltabes Bandung. Lalu, bentrokan di Jalan Ampera, di depan Gedung PN Jakarta Selatan baru-baru ini saat menjabat Kapolda Metro Jaya. Semua itu harus jadi masukan bagi Pradopo sendiri, selain bagi parlemen yang akan melakukan fit and proper test.
Sementara Indonesian Police Watch (IPW) meminta Komisi III DPR RI mengembalikan nama Komjen Pol Timur Pradopo kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono karena pencalonannya dinilai ganjil.
â€Å“Komisi III, kami minta kembalikan nama Timur ke Presiden,â€� kata Neta S Pane, Koordinator IPW. Neta melihat pencalonannya terlalu tiba-tiba. Dalam satu hari, Timur naik pangkat menjadi Komjen Polisi hingga dicalonkan menjadi Kapolri. [mdr]
Timur Pradopo dari Kota Orang Gila…!?
OPINI Abdul Adzim| 5 Oktober 2010 | 13:44
708271 dari 1 Kompasianer menilai Menghibur.
Polemik seputar calon kapolri sudah mulai terkuak. Nama-nama yang diusulkan, seperti Imam, Nanan, ternyata menjadi polemik dikalangan politisi dan masyarakat. Polemik itu menjadikan SBY gerah, sehingga beliau memutuskan nama alternatif, yaitu Timur yang berasal dari Jawa Timur, tepatnya dari Jombang.
Jombang merupakan tempatnya orang-orang gila. Gus Dur pernah bercanda, di Jombang itu tempatnya orang gila. Pertama Cak Nur Kholis Majid yang gila dengan ilmu dan pemikiran . Pikiran-pikirannya yang selalu baru. selalu menghiasi dan mewarnai negeri ini. Yang ke-dua Kyai Beling (Cak Nun) yang gila dengan sholawatan. Beliau mampu menampilkan sholawatan dengan beragam jenis musik dan gendingan. Yang ketiga yaitu saya (gus Dur). Gus pernah ditanya. Kalau Gus Dur gimana? beliau menjawab:”Kalau aya gila benerena…sambil tertawa….!
Bukan hanya orang-orang gila ilmu dan sholawatan. Tetapi Jombang terkenal dengan orang-orang unik dan nyentrik, sebut saja: Ponari yang mengegerkan dunia perdukunan nasional. Dunia medis-pun dibuat geleng-geleng kepada dengan ulah Ponari. Ribuan manusia dengan beragam derita berdatangan mencari pengobatan alternative, dan Ponari telah membuktikannya. Walaupun masih perlu dibuktikan kebenarannya. Jagal dari Jombang, Riyan. Dia telah membunuh manusia tidak yang berdosa dengan tangan dinginnya. Seorang wanita yang dihukum mati, karena membunuh marinir juga dari Jombang. Lengkap sudah keistimewaan kota jombang ini.
Yang paling meng-hebohkan adalah Gus Dur yang menjadi presiden Indonesia dari kalangan santri. Gus Dur tidak hanya nyleneh, tetapi suka bercanda, ketika menjadi presiden-pun beliau masih juga bercanda. Bahkan, beliau membuat istana tidak angker lagi sebagaimana jaman Pak Harto dan presiden lainya. Banyak Guyonan, bahwa Gus Dur itu seorang Wali, buktinya para penziarah wali songo selalu menyempatkan waktunya berziarah ke-Gus Dur, yaitu wali ke-sepuluh. Itulah presiden yang memiliki julukan”Begitu Saja Kok Repot”.
Timur ini termasuk dari kota yang nyentrik. Ada opini menarik bahwa Timur itu polisi Karbitan. Sebab, baru beberapa hari dinaikan pangkatnya, ternyata sekarang dicalonkan menjadi Kapolri untuk mengandtikan BHD. Harapan masyarakat sangat besar kepada Timur, semoga tidak bersikap aneh sebagaimana Gus Dur, Cak Nun, dan Cak Nur. Harapan masyarakat yaitu menuntaskan persoalan-persoalan hukum yang belum kelar, bahkan terkesan diam ditempat.
Harapan lain masyarakat ialah, semoga Timur juga termasuk orang gila kebenaran dan ke-adilan. Bentuk kriminalitas, serta kejahatan jjuga ikut dibrantas abis, termasuk terorisme yang mengatasnamakan agama. Selanjutnya, mereka yang terlibat hukum juga tidak segan-segan melemparkan ke-penjara, dan menghukum para pelanggar hukum seadil-adilnya. Jika demikian, ia akan memiliki rekor gila Keadilan setelah Gus Dur, Cak Nun, Cak Nur, dan Cak Timur.
Timur Baru Diusulkan BHD Hari Ini
Laporan wartawan KOMPAS.com Inggried Dwi Wedhaswary
Senin, 4 Oktober 2010 | 19:51 WIB
KOMPAS IMAGES/DHONI SETIAWAN
JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua DPR Marzuki Alie mengatakan, Komjen Timur Pradopo baru diusulkan Kapolri Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri kepada Presiden SBY sebagai calon kapolri pada hari Senin (4/10/2010). Hal itu tercantum dalam surat Presiden yang diterima DPR malam ini.
"Bahwa yang mengusulkan Pak Timur adalah surat Kapolri pada hari ini, 4 Oktober," kata Marzuki saat membacakan surat Presiden di ruang kerjanya, Gedung DPR, Jakarta.
Pengajuan Timur sebagai calon kapolri memang cukup mengejutkan. Namanya tak disebut-sebut dalam bursa calon kapolri yang telah beredar dalam sebulan terakhir. Bahkan, malam tadi, nama Kabareskrim Komjen Ito Sumardi disebut sebagai pilihan akhir Presiden.
Ketika ditanya mengenai pilihan Presiden yang akhirnya jatuh pada Timur, Marzuki mengaku tak mengetahui alasannya. "Saya tidak tahu persis alasannya. Tetapi inilah yang disampaikan oleh Kapolri berdasarkan surat yang diterima DPR," ujar politisi Partai Demokrat ini.
Timur Pradopo baru naik pangkat sebagai jenderal bintang tiga pada sore tadi dan dimutasi dari jabatan Kapolda Metro Jaya untuk menduduki posisi baru sebagai Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan Mabes Polri. Namun, posisi ini hanya dia duduki sesaat untuk selanjutnya menjalani uji kepatutan dan kelayakan di DPR sebagai "tiket" menuju Polri-1.
Timur Pradopo Calon Tunggal Kapolri
Laporan wartawan KOMPAS.com Inggried Dwi Wedhaswary
Senin, 4 Oktober 2010 | 19:25 WIB
KOMPAS IMAGES/DHONI SETIAWAN
Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan (Kabaharkam) Polri Komjen Timur Pradopo usai mengikuti upacara serah terima jabatan (sertijab) di Markas Besar Polri, Jakarta Selatan, Senin (4/10/2010). Dalam Sertijab ini terjadi perggantiaan jabatan di tubuh Polri yakni Kabaharkam, Kapolda Metro Jaya dan Kapolda Jawa Barat.
TERKAIT:
Timur Pradopo Calon Tunggal Kapolri
Munculnya Nama Ito Sebagai Jalan Tengah
Kapolri Siap Ajukan Nama Penggantinya
SBY Jangan Ulangi Preseden Hendarman
Surat Presiden Tak Kunjung Datang
JAKARTA, KOMPAS.com - Surat Presiden mengenai calon Kapolri pengganti Jenderal Bambang Hendarso Danuri akhirnya sampai di meja Ketua DPR, Marzuki Alie, pada Senin (4/10/2010) malam, pukul 19.20.
Dalam surat itu, Presiden SBY mengajukan Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan Mabes Polri, Komjen Timur Pradopo, yang baru dimutasi dari jabatan Kapolda Metro Jaya pada hari ini, sebagai calon Kapolri.
"Memberhentikan Bapak Jenderal Pol Drs. Bambang Hendarso Danuri, MM karena akan memasuki masa pensiun pada 31 Oktober yang akan datang. Dan mengangkat Komjen Pol Timur Pradopo sebagai calon Kapolri," demikian Marzuki membacakan isi surat Presiden, di ruang kerjanya, Gedung DPR, Jakarta.
Selanjutnya, surat Presiden ini akan dibacakan dalam Sidang Paripurna besok dan akan segera memerintahkan Komisi III DPR untuk melakukan uji kelayakan dan kepatutan.
Memberhentikan Bapak Jenderal Pol Drs. Bambang Hendarso Danuri, MM karena akan memasuki masa pensiun pada 31 Oktober yang akan datang. Dan mengangkat Komjen Pol Timur Pradopo sebagai calon Kapolri
-- Marzuki Alie, Ketua DPR RI
Senin, 04/10/2010 18:44 WIB
Priyo Tepis Meredupnya Nama Nanan & Imam Karena Ical
Rachmadin Ismail - detikNews
Jakarta - Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso menepis kabar meredupnya kans Komjen Pol Nanan Soekarna dan Komjen Pol Imam Soedjarwo menjadi calon Kapolri, karena faktor Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical). Priyo yang juga menjabat sebagai Ketua DPP Golkar ini yakin tidak ada kaitan Ical dengan 2 nama itu.
"Enggak ada itu, enggak ada itu," tegas Priyo di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (4/10/2010).
Sebelumnya nama Nanan dan Imam memang santer terdengar. Salah satu di antara mereka diduga kuat bakal menjadi Kapolri. Namun pergerakan terus terjadi. Santer terdengar keduanya bertemu Ical.
Nah, gosip pertemuan yang dilakukan itu yang kemudian disebut-sebut menjadi penyebab meredupnya kans keduanya. Benarkah demikian? Belum diketahui jawaban yang pasti.
Namun belakangan, Istana memang keras mengenai calon Kapolri. Bahkan secara tersamar SBY mengingatkan agar calon kapolri tidak melakukan manuver politik.
Kemudian terakhir muncul nama Komjen Pol Ito Sumardi, dia disebut-sebut sebagai calon Kapolri. Nama Ito muncul sebagai jalan tengah karena 2 calon yang lain Nanan dan Imam meredup. Dikabarkan Ito sudah sudah disetujui Sekgab Koalisi. Namun Priyo menepis hal itu, meski diakuinya nama Ito dengan mudah akan diterima.
"Nggak ada pembicaraan soal itu. Silakan saja presiden menyampaikan calon. Pak Ito Sumardi termasuk yang punya track record jelas, sehingga memudahkan kami di DPR untuk memberikan persetujuan," tutupnya.
Calon Kapolri rupanya tidak berhenti sampai pada Ito. Nama Irjen Pol Timur Pradopo kembali menguat. Dia pun menduduki posisi baru sebagai Kabaharkam yang memiliki pangkat bintang tiga. Bursa calon Kapolri pun kini semakin memanas.
(ndr/fay)
04/10/2010 - 16:56
Timur Dapat Bintang, BHD Mainkan Jurus Mabok
MA Hailuki
(inilah.com/Agung Rajasa)
INILAH.COM, Jakarta - Kenaikan pangkat dan mutasi yang diterima Irjen Timur Pradopo menjadi Komisaris Jenderal dan menjabat sebagai Kepala Badan pemeliharaan Keamanan (Kabaharkam) sulit diterima akal sehat.
Kapolri Bambang Hendarso Danuri seperti memainkan jurus mabok. Kebijakannya mempromosikan Timur
patut dipertanyakan.
Pasalnya, selama menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya, Timur Pradopo memiliki kinerja buruk.
Timur gagal mewujudkan ketertiban dan keamana di Ibukota, bahkan tercatat sejumlah kasus gangguan keamanan dan ketertiban tidak terselesaikan.
Berikut ini adalah kinerja buruk Timur selama menjadi Kapolda Metro Jaya:
1. Pelemparan bom molotov ke kantor majalah Tempo.
2. Penganiayaan aktivis ICW Tama S Langkun.
3. Bentrokan Jemaat HKBP dengan warga di Ciketing, Bekasi.
4. Perampokan tiga toko emas di Tebet, Jakarta Selatan.
5. Bentrokan berdarah di Ampera, Jakarta Selatan.
6. Ledakan bom di Kalimalang, Bekasi.
Sebelumnya diberitakan, Mabes Polri kembali melakukan mutasi terhadap Pati yang dimilikinya. Dalam Mutasi yang sangat mendadak ini, Irjen Pol Timur Pradopo yang sebelumnya menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya dimutasi dan menerima kenaikan pangkat sebagai Komjen Pol dan menjabat sebagai Kepala Bagian Pemelihara Keamanan (Kabarharkam). [mah]
CALON KAPOLRI
Ito Sumardi jadi calon kapolri?
JAKARTA. Komisaris Jenderal Polisi Ito Sumardi yang kini menjabat Kepala Badan Reserse Kriminal telah dipilih oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pencalonan Ito itu telah disampaikan Presiden SBY ke DPR lewat surat.
Anggota Komisi III DPR Bambang Soesatyo mengaku sudah mendengar pilihan SBY itu. "Tampaknya benar," katanya saat dikonfirmasi mengenai kabar tersebut. Dia mengatakan, pemilihan Ito itu untuk meredam perbedaan pendapat antara Sekretariat Gabungan Partai Koalisi Pendukung Pemerintah dengan Presiden SBY.
Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum belum bisa memastikan kabar itu. Yang jelas dia mengatakan, Ito bukanlah calon kapolri yang melakukan safari politik. Sebelumnya, Anas mengungkapkan ada calon kapolri yang sowan ke partai politik tertentu.
Namun, bila kabar ini benar, maka cukup mengejutkan. Sebab, nama Ito tidak termasuk dalam calon yang diusung oleh Mabes Polri. Sebelumnya, nama-nama yang disebut adalah Komisaris Jenderal Polisi Nanan Soekarna dan Komisaris Jenderal Polisi Imam Soedjarwo.
SBY Ingkari "Kesepakatan" di Setgab?
Laporan wartawan KOMPAS.com Inggried Dwi Wedhaswary
Senin, 4 Oktober 2010 | 11:26 WIB
Persda Network/ Bian Harnansa
TERKAIT:
Calon Kapolri Tetap Nanan dan Imam
"Sinyal" untuk Ito Semakin Kuat
Ketua DPR: Ito Masuk Bursa, Tak Luar Biasa
Ito Sumardi: Saya Siap
Marzuki: Ito Masih "Bocoran"
JAKARTA, KOMPAS.com — Kemunculan nama Komjen Ito Sumardi, yang ditengarai kuat menjadi calon Kapolri pilihan akhir Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, cukup mengejutkan. Nama Ito, meski dicalonkan Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), tak diperhitungkan sebagai calon kuat di luar dua calon lainnya, Komjen Nanan Sukarna dan Komjen Imam Sudjarwo.
Sumber Kompas.com menyebutkan, Ito menjadi pilihan "kompromis" Presiden di tengah perpecahan suara dalam Sekretariat Gabungan (Setgab) Partai Koalisi yang menghendaki Nanan menggantikan Jenderal Bambang Hendarso Danuri.
Sumber itu mengatakan, sebelumnya Setgab telah menyepakati akan mendukung Nanan. "Tiba-tiba, setelah Lebaran, Presiden berubah, ingin Imam yang jadi Kapolri. Makanya, kemudian muncul nama Ito. Presiden memilih Ito sebagai jalan aman dan jalan keluar dari kebuntuan yang ada. Itu sebabnya, proses pengajuan ke DPR lama sekali," kata sumber tersebut.
Saat dikonfirmasi, salah satu petinggi Partai Golkar, anggota Setgab Partai Koalisi, Priyo Budi Santoso, membantahnya. "Tidak ada kesepakatan apa pun di Setgab," kata Priyo di Gedung DPR, Jakarta, Senin (4/10/2010).
Apakah Ito "jalan tengah" tidak bulatnya suara Setgab? "Tidak ada. Tidak ada," kata Priyo lagi.
Anggota Komisi III DPR, Bambang Soesatyo, mengatakan, jika memang Ito yang dicalonkan, hal itu menguatkan rumor bahwa Ito hanya untuk menjadi transisi sebelum pengajuan Imam. "Pak Ito itu pensiun 8 bulan lagi, paling lama bertugas selama setahun. Kabarnya, kan, Pak Imam yang dikehendaki sebagai Kapolri. Setelah itu mungkin saatnya," katanya.
Namun, Bambang Soesatyo mengatakan, Presiden harus mengingat masih banyak calon yang berasal dari angkatan 1976-1978. Sebagai catatan, Nanan berasal dari angkatan 1978, sementara Imam dari angkatan 1980. "Mungkin saja benar dugaan bahwa Presiden mengambil jalan melingkar dan pada saatnya Imam diusulkan begitu Ito pensiun," ujar Bambang.
Kapolri Tinggalkan Sidang Kabinet
Laporan wartawan KOMPAS.com Hindra Liu
Senin, 4 Oktober 2010 | 12:45 WIB
KOMPAS.COM/DHONI SETIAWAN
JAKARTA, KOMPAS.com - Tak seperti biasanya, Kepala Polri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri meninggalkan sidang kabinet paripurna yang membahas soal alat utama sistem persenjataan (alutsista) di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (4/10/2010).
Ketika meninggalkan sidang kabinet, tak ada perwira tinggi Polri yang mewakilinya. Padahal, sebelumnya Kapolri telah hadir sejak pukul 10.00. Ketika ditanya apakah hal ini terkait pergantian calon pucuk pimpinan Korps Bhayangkara secara tiba-tiba, Kapolri membantahnya.
"Ada tugas saja. Ada tugas penting di Mabes (Polri)" ujar Kapolri singkat setengah berlari.
Apa ada pengajuan nama calon Kapolri pada hari ini? "Enggak, enggak," ujar Kapolri singkat. Kendati demikian, setengah bergegas, Kapolri sempat meladeni pertanyaan wartawan terkait terorisme.
"Itu sudah ditindaklanjuti. Bahkan, ke depan, untuk tracking force-nya, kita akan sudah punya konsep dengan BNPT melibatkan tracking force yang ada di Denjaka, Tim Bravo dan Detasemen 81," katanya.
Kamis, 07 Oktober 2010 | 06:56 WIB
TEMPO/Subekti
TEMPO Interaktif, Jakarta - Bagi aktivis hak azasi manusia, keputusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencalonkan Timur Pradopo sebagai Kepala Polisi Republik Indonesa bak mengangkat batang terendam. Ingatan mereka terbang ke tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998, peristiwa penembakan mahasiswa Universitas Trisakti yang berunjukrasa menuntut Presiden Soeharto turun dari jabatannya. Empat mahasiswa tewas saat itu.
Nah, waktu itu Timur Pradopo menjabat sebagai Kepala Polres Jakarta Barat. Memimpin anak buahnya di lapangan mengendalikan aksi demonstrasi. Tragedi ini menjadi beban Timur dalam perjalanan kariernya. Komisi Nasional Hak Azasi Manusia keberatan saat presiden menunjuk Timur menjadi Kepala Polri.
“Mestinya, Timur ikut bertanggungjawab secara pidana untuk kasus itu,” kata Usman. Hanya saja, Usman mengakui, untuk kasus yang skalanya nasional seperti kasus Trisakti tentu tak mungkin dibebankan seluruhnya di pundak Timur yang cuma seorang Kepala Polres. Keadaan waktu itu sangat genting dan mengubah situasi politik di Indonesia.
Nama Timur muncul dalam peristiwa Semanggi pada 13 November 1998. Waktu itu suasana sangat kacau. Mahasiswa berunjuk rasa mengepung gedung DPR di Senayan. Tujuan mereka adalah untuk menggagalkan Sidang Istimewa MPR dan menolak Dwi Fungsi ABRI. Saat beraksi mereka berhadapan dengan tentara dan polisi. Ada juga Pam Swakarsa atawa pasukan pengaman yang dibentuk oleh masyarakat.
Di tengah massa yang sedang tegang seperti itulah muncul sebuah mobil jip. Melaju membelah lautan orang, menembus barikade, lalu merapat ke gedung DPR. Si pengemudi tak lain adalah Timur. Di dalam mobilnya berjejal aktivis dan mahasiswa, di antaranya Usman Hamid (kini adalah aktivis Kontras), dan Gunawan yang waktu itu adalah Sekjen Presidium Mahasiswa. Tentu peristiwa ini tak lekang dalam ingatan Usman.
Saat itu, Timur membantu dan memfasilitasi aktivis dan mahasiswa. Kendati demikian yang dikenang para aktivis adalah persoalan yang terjadi di Trisakti. Padahal tragedi yang menjadi urusan Komisi Nasional Hak Azasi Manusia, belakangan kasus malah menjadi salah satu X-File di negeri ini.
Di mata sejumlah anggota polisi justru Timur dianggap sebagai sosok pemimpin berkeringat yang sering sering berada dalam situasi yang rumit. Mulai dari saat negeri ini bergejolak, hingga masa awal reformasi, Timur masih bertugas berada di Jakarta yang rentan kerusuhan.
Usai dari Polres Jakarta Barat, Timur menjabat Kepala Polres Jakarta Pusat. Jadilah makanannya setiap hari adalah terjun ke lapangan sebab ada unjuk rasa. “Sangat ketat mengawasi Dalmas (Satuan Pengendalian Massa), tiada henti mendampingi anggotanya yang terjun ke lapangan,” kata Brigadir Jenderal Zainuri Lubis. Saat Timur menjadi Kapolres Jakarta Barat dan Jakarta Pusat, Zainuri adalah Kepala Dinas Penerangan Polda Metro Jaya. Jadi memang sering melihat Timur.
Salah satu yang menjadi perhatian Zainuri waktu itu, Timur tak sempat menyelipkan tongkat komandonya di bawah ketiak atau menenteng-nentengnya sebagaimana lazimnya para para pimpinan di resort dan kewilayahan di Polri.
Timur menyelipkannya di pinggang bagian belakang, persis seperti orang Jawa menyelipkan keris saat berpakaian adat. Zainuri mengatakan bahwa Timur menunjukkan menjalankan tugasnya dalam suasana damai di tengah.
Selain itu, kata Zainuri, barangkali juga khawatir jika tongkat komando di lapangan akan dilihat sebagai sosok yang arogan. Jangan sampai nanti secara tak sadar dia menunjuk anakbuahnya dengan tongkatnya itu saat memberi pengarahan.
Kendati tongkatnya di belakang pinggang, dia berada pada posisi di depan anak buahnya saat berada di lapangan.
Itu pula yang terjadi saat dia menjadi Kepala Polisi Sektor Sawah Besar, Jakarta. “Kesan pertama pada Kepala Polsek Sawah Besar, Jakarta Pusat, itu adalah kumis yang besar. Bertampang rada sangar.” Beginilah awal pertemuan Rustam Effendi, Wakil Camat Sawah Besar pada 1992, dengan Mayor Timur Pradopo.
Berpatokan pada tampangnya, Rustam menduga akan sulit bekerjasama dengan Timur yang jebolan Akpol 1978 itu. Namun perkiraannya meleset. Ternyata, aparat kecamatan mendapatkan mitra kerja yang baik. Kooperatif. Selalu memenuhi undangan untuk ikut rapat ke kantor camat.
Bahkan Timur memimpin sendiri, setiap mereka menggelar patroli di kota. “Orangnya nggak neko-neko,” katanya. Kepada anak buahnya, dia sangat tegas. Usai bertugas di Polsek, Rustam jarang berkumikasi dengan Timur. Kini dia kembali mendengar namanya.
Nurlis E. Meuko
Kamis, 07/10/2010 09:04 WIB
Kapolda Metro Jaya Irjen Sutarman Janji Tangkapi Preman
E Mei Amelia R - detikNews
menurut info dari seorang kawan yang tinggal di sebuah kompleks yang ada tempat ibadahnya, sudah ada ormas yang bisa melakukan kekerasan, telah membuat pos penjagaan di kompleks itu tanpa disetujui oleh warga setempat dan pihak otoritas pemda setempat PENGEN LIAT APA BENERAN AKAN ADA PENINDAKAN TERHADAP GERAKAN PREMAN SEPERTI INI ????
Jakarta - Jakarta memiliki Kapolda baru yaitu Irjen Sutarman, menggantikan Komjen Timur Pradopo. Sutarman berjanji akan menangkapi preman agar masyarakat Ibukota tenteram.
"Kita akan melakukan penangkapan terhadap siapa pun yang melakukan pelanggaran pidana," tegas Sutarman usai menghadiri pisah-sambut Kapolda Metro Jaya di Mapolda, Jl Sudirman, Jakarta, Kamis (7/10/2010).
"Jadi siapa pun preman ini dan siapa yang menganggu keamanan dan penertiban masyarakat, semua akan sama di mata hukum," imbuh Sutarman.
Sutarman berulang kali menyatakan, siapa pun yang melakukan pelanggaran hukum akan ditindak sesuai alat bukti dan keterangan saksi yang ada. "Tidak ada masyarakat yang ekslusif," tegas Sutarman.
Sutarman juga akan menangkap polisi yang melanggar aturan. "Termasuk kita (polisi), kalau salah akan ditangkap!" tandasnya.
Jenderal bintang dua itu juga menegaskan pihaknya tidak akan pilih kasih menindak masyarakat yang meresahkan. "Kita tidak pandang bulu!" ujarnya.
Sutarman juga berjanji akan menyelesaikan kasus-kasus yang belum terungkap."Saya akan melihat sejauh mana prosesnya dan kita akan mendorong untuk segera menyelesaikan proses-proses itu," ujarnya.
Pihaknya membutuhkan ketegasan dalam melihat kasus. Bila kasus itu kurang cukup alat bukti dan kesaksian, maka harus dihentikan. Tapi jika cukup, harus dibawa ke pengadilan.
Sutarman mengawali karier polisi sebagai Kasatlantas Polres Bandung di Polwil Priangan. Lalu menjadi Kapolsek Dayeuhkolot, Kasatlantas Polres Sumedang, lalu dimutasi ke Polda Metro Jaya, Nusa Tenggara, Sumsel dan Direskrim Polda Jatim.
Pada tahun 2000, Sutarman menjadi ajudan Presiden RI, Kapolda Kepri, Kaselapa Lemdiklat Polri, Kapolda Jabar, lalu sekarang Kapolda Metro Jaya.
Sutarman menggantikan Timur Pradopo yang hanya beberapa bulan menjadi Kapolda Metro Jaya. Timur selanjutnya menjadi Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan Polri, dan selanjutnya akan mengikuti fit and proper test Kapolri di DPR.
(mei/nrl)
Timur Pradopo Bantah Lemah Hadapi FPI
RABU, 06 OKTOBER 2010 | 11:26 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta - Calon Kapolri Komisaris Jenderal Timur Pradopo menolak dikatakan lemah dalam menghadapi FPI. "Kedekatan dengan FPI adalah upaya memberdayakan elemen masyarakat untuk memelihara keamanan," kata Timur usai bertemu dengan pimpinan DPR, Rabu (6/10), di gedung DPR, Senayan, Jakarta.
Menurut dia, sebagai anggota Polri, apalagi pimpinan, semua dengan tokoh masyarakat yang bisa membantu memelihara keamanan. "Kita harus jadi bagian memberdayakan masyarakat untuk membantu keamanan," katanya.
Saat Timur menjadi Kapolda Metro Jaya, dia pernah merangkul FPI untuk menjaga ketertiban Jakarta. Itu dilakukan dalam menghadapi bulan puasa lalu.
Pertemuan dengan pimpinan DPR dilakukan untuk membahas mekanisme fit and proper test. Direncanakan, besok DPR akan menggelar rapat Bamus yang akan memberi penugasan pada Komisi Hukum DPR untuk melakukan fit and proper test. Uji diharapkan bisa digelar pada Senin pekan depan, sehingga pada Selasa akan segera diketuk palu dalam paripurna DPR.
Timur enggan memberitahu apa yang akan disampaikan dalam uji tersebut. "Nanti, nanti," dia mengelak. Pertemuan hari ini, kata dia, tidak membicarakan hal-hal yang spesifik.
Amirullah
Timur Pradopo: FPI Bisa Bantu Keamanan
"Kalau yang lain-lainnya sudah tentu bukan untuk konsumsi publik."
RABU, 6 OKTOBER 2010, 12:04 WIB Arfi Bambani Amri, Mohammad Adam
VIVAnews - Calon Kepala Kepolisian Komisaris Jenderal Timur Pradopo mengatakan, Front Pembela Islam merupakan bagian dari masyarakat. Dan masyarakat, kata Timur, bisa membantu keamanan.
"Saya kira sebagai anggota Polri, apalagi pimpinan, semua dengan tokoh masyarakat yang bisa membantu memelihara keamanan, ya kita harus jadi bagian daripada memberdayakan masyarakat untuk membantu keamanan," kata Timur di gedung parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu 6 Oktober 2010.
Timur yang baru dua hari melepas posisi Kepala Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya itu memang disorot atas sejumlah kasus di Jakarta. Saat dia menjabat Kapolda, terjadi aksi kekerasan atas pendeta Huria Kristen Batak Protestan yang diduga melibatkan Front Pembela Islam di Bekasi.
Timur baru saja bertemu pimpinan DPR. Timur mengatakan, pertemuan itu hanya membahas jadwal pelaksanaan uji kelayakan calon Kapolri.
Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso menyampaikan, selain membahas jadwal, pertemuan tadi juga bicara soal kubu-kubu di Polri. Pimpinan Dewan merasa lega karena Timur menegaskan tidak ada konflik antar kubu dalam tubuh Polri.
"Kami pimpinan mendengarkan dari kalangan masyarakat, dari kalangan pers, mengenai pengkubuan di internal polri hanya gara-gara pergantian Kapolri. Kami semua minta agar ini dijelaskan dengan baik. Tadi Pak Timur mengatakan sesungguhnya tidak ada mengenai kubu-kubu," kata Priyo.
Priyo merasa penting mengingatkan agar soliditas Polri perlu dijaga dan melakukan terobosan mewujudkan reformasi Polri. "Ada keinginan dari Pak Timur untuk mewariskan yang sudah baik, yang diwariskan oleh Jenderal Bambang Hendarso. Tapi kami tadi juga sarankan agar melakukan terobosan-terbosan reformasi internal Polri sebagaimana telah dilakukan oleh kakaknya yang bernama TNI," kata Priyo.
Namun, Priyo tak menjelaskan alasan lain dan pembicaraan apa saja yang telah dilakukan dengan Timur dalam pertemuan tertutup itu. "Kalau yang lain-lainnya sudah tentu bukan untuk konsumsi publik. Bukan dirahasiakan, kan ada hal-hal yang mungkin bersifat tak diberitahu," kata Priyo.
• VIVAnews
Rabu, 06/10/2010 08:50 WIB
LBH Jakarta Ragukan Timur karena Dekat dengan FPI
Fajar Pratama - detikNews
Bambang Widodo: Timur Sangat Mungkin Terlibat Pelanggaran HAM
Polri Gelar Pisah Sambut Jabatan Baharkam Timur dan Iman
'Si Nakal' Golkar Nurut Koalisi, Timur Diprediksi Melenggang di DPR
Agar Transparan, Perlu Dibentuk Aturan Tata Cara Pencalonan Kapolri
Jakarta - Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta meragukan kapasitas Komjen Timur Pradopo dalam memimpin Polri untuk menegakkan hukum yang berlaku. Pasalnya Timur dinilai dekat dengan kelompok muslim radikal, Front Pembela Islam (FPI).
"Kami melihat Timur cukup dekat dengan FPI. Ini yang membuat kami meragukan kapasitasnya untuk dapat menegakkan hukum dan HAM. Bisa-bisa dia malah memberi legitimasi kepada mereka," ujar Direktur LBH Jakarta, Nurkholis Hidayat, kepada detikcom, Rabu (4/9/2010) malam WIB.
Pernyataan orang nomor satu di LBH Jakarta tersebut tak sembarangan. Nurkholis mengaku memiliki data kedekatan Timur dengan FPI. Salah satunya kehadiran Timur dalam milad FPI sekitar bulan Ramadhan silam.
"Selain itu, ketika FPI melakukan demo untuk membubarkan Q! film festival, Timur mengatakan aksi itu bukan suatu ancaman. Ini sangat disayangkan. Sulit bagi dia untuk menindas ormas anarkis," lanjut Nurkholis.
Kritik terhadap sosok Timur tidak berhenti sampai di situ saja. Nurkholis menilai Timur juga tidak pro terhadap pluralisme, karena yang bersangkutan pernah mengatakan siap melakukan pembubaran Ahmadiyah.
Dan jika akhirnya resmi menjadi Kapolri, Nurkholis meminta Timur untuk tidak lupa terhadap kasus-kasus yang belum juga terpecahkan sampai sekarang salah satunya adalah pemukulan anggota ICW Tama S Langkun.
Seperti diketahui, Presiden SBY membuat kejutan dengan mencalonkan Timur sebagai calon tunggal Kapolri. Timur dipilih setelah beberapa jam sebelumnya Kapolri menaikkan jabatan dia sebagai Kabaharkam Polri sehingga pangkat Timur naik menjadi bintang tiga.
Timur Pradopo lahir di Jombang, Jatim, 10 Januari 1956. Dia merupakan lulusan Akpol 1978. Dia pernah menjadi Kapolres Jakarta Barat pada 1997-1999 saat peristiwa Trisakti dan Semanggi meletus, Kapolres Jakarta Pusat (1999-2000), dan Kapolwiltabes Bandung (2001) serta menjadi Kapolda Banten, Kapolda Jabar dan terakhir Kapolda Metro Jaya.
(nrl/lrn)
POLITIK
06/10/2010 - 05:51
Penolakan Timur Pradopo Cukup Kuat
Ahluwalia
Timur Pradopo
(inilah.com/Agung Rajasa)
INILAH.COM, Jakarta - Terpilihnya Komjen Pol Timur Pradopo sebagai calon tunggal Kepala Kepolisian RI (Kapolri) tidak disangka-sangka. Kalangan DPR dan pengamat kepolisian mengaku kecewa. Mengapa?
Para analis dan politisi mengakui, nama Kapolri yang selama ini mendapat rekomendasi adalah Komjen Pol Nanan Soekarna dan Komjen Pol Imam Sudjarwo. â€Å“Jika dalam uji kepatutan dan kelayakan ternyata hasilnya tak memuaskan, DPR berhak menolak Timur Pradopo sebagai calon Kapolri,â€� papar anggota Komisi III DPR Syarifuddin Sudding, Selasa (5/10).
Karenanya, jalan Timur Pradopo yang diajukan Presiden SBY menjadi calon tunggal Kapolri tampaknya belum mulus. â€Å“Kami DPR berhak menolak kalau ternyata hasil fit and proper test-nya tidak bagus, itu hak konstitusional DPR,â€� ujar Sudding.
Sementara anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Adnan Pandu Raja mengaku heran. Sebab, nama Timur tidak pernah diperhitungkan publik. Kompolnas merekomendasikan lebih dari lima nama untuk diajukan ke DPR. Kompolnas juga menyerahkan rekam jejak para calon untuk dijadikan bahan pertimbangan presiden.
Rekomendasi Kompolnas itu berisi pertimbangan-pertimbangan setiap calon termasuk rekam jejak dengan meminta masukan dari KPK, Komnas HAM dan lainnya. Seharusnya presiden mempertimbangkan masukan Kompolnas.
Kritik juga muncul terkait performa Timur Pradopo. ''Selain track record yang buruk di masa lalu, prestasi Timur dinilai masih di bawah standar,'' kata dosen Pergguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) Bambang Widodo Umar. "Prestasinya di masa lalu biasa-biasa saja, tidak ada yang menonjol," terang Bambang, Selasa (5/10).
Ia merujuk pada beberapa catatan Timur saat memangku jabatan di kepolisian sebelumnya. Misalnya, kerusuhan Trisakti dan Semanggi pada 1998-1999 saat Timur menjadi Kapolres Jakarta Barat.
Juga penangkapan sejumlah demonstran buruh di Bandung saat Timur jadi Kapolwiltabes Bandung. Lalu, bentrokan di Jalan Ampera, di depan Gedung PN Jakarta Selatan baru-baru ini saat menjabat Kapolda Metro Jaya. Semua itu harus jadi masukan bagi Pradopo sendiri, selain bagi parlemen yang akan melakukan fit and proper test.
Sementara Indonesian Police Watch (IPW) meminta Komisi III DPR RI mengembalikan nama Komjen Pol Timur Pradopo kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono karena pencalonannya dinilai ganjil.
â€Å“Komisi III, kami minta kembalikan nama Timur ke Presiden,â€� kata Neta S Pane, Koordinator IPW. Neta melihat pencalonannya terlalu tiba-tiba. Dalam satu hari, Timur naik pangkat menjadi Komjen Polisi hingga dicalonkan menjadi Kapolri. [mdr]
Timur Pradopo dari Kota Orang Gila…!?
OPINI Abdul Adzim| 5 Oktober 2010 | 13:44
708271 dari 1 Kompasianer menilai Menghibur.
Polemik seputar calon kapolri sudah mulai terkuak. Nama-nama yang diusulkan, seperti Imam, Nanan, ternyata menjadi polemik dikalangan politisi dan masyarakat. Polemik itu menjadikan SBY gerah, sehingga beliau memutuskan nama alternatif, yaitu Timur yang berasal dari Jawa Timur, tepatnya dari Jombang.
Jombang merupakan tempatnya orang-orang gila. Gus Dur pernah bercanda, di Jombang itu tempatnya orang gila. Pertama Cak Nur Kholis Majid yang gila dengan ilmu dan pemikiran . Pikiran-pikirannya yang selalu baru. selalu menghiasi dan mewarnai negeri ini. Yang ke-dua Kyai Beling (Cak Nun) yang gila dengan sholawatan. Beliau mampu menampilkan sholawatan dengan beragam jenis musik dan gendingan. Yang ketiga yaitu saya (gus Dur). Gus pernah ditanya. Kalau Gus Dur gimana? beliau menjawab:”Kalau aya gila benerena…sambil tertawa….!
Bukan hanya orang-orang gila ilmu dan sholawatan. Tetapi Jombang terkenal dengan orang-orang unik dan nyentrik, sebut saja: Ponari yang mengegerkan dunia perdukunan nasional. Dunia medis-pun dibuat geleng-geleng kepada dengan ulah Ponari. Ribuan manusia dengan beragam derita berdatangan mencari pengobatan alternative, dan Ponari telah membuktikannya. Walaupun masih perlu dibuktikan kebenarannya. Jagal dari Jombang, Riyan. Dia telah membunuh manusia tidak yang berdosa dengan tangan dinginnya. Seorang wanita yang dihukum mati, karena membunuh marinir juga dari Jombang. Lengkap sudah keistimewaan kota jombang ini.
Yang paling meng-hebohkan adalah Gus Dur yang menjadi presiden Indonesia dari kalangan santri. Gus Dur tidak hanya nyleneh, tetapi suka bercanda, ketika menjadi presiden-pun beliau masih juga bercanda. Bahkan, beliau membuat istana tidak angker lagi sebagaimana jaman Pak Harto dan presiden lainya. Banyak Guyonan, bahwa Gus Dur itu seorang Wali, buktinya para penziarah wali songo selalu menyempatkan waktunya berziarah ke-Gus Dur, yaitu wali ke-sepuluh. Itulah presiden yang memiliki julukan”Begitu Saja Kok Repot”.
Timur ini termasuk dari kota yang nyentrik. Ada opini menarik bahwa Timur itu polisi Karbitan. Sebab, baru beberapa hari dinaikan pangkatnya, ternyata sekarang dicalonkan menjadi Kapolri untuk mengandtikan BHD. Harapan masyarakat sangat besar kepada Timur, semoga tidak bersikap aneh sebagaimana Gus Dur, Cak Nun, dan Cak Nur. Harapan masyarakat yaitu menuntaskan persoalan-persoalan hukum yang belum kelar, bahkan terkesan diam ditempat.
Harapan lain masyarakat ialah, semoga Timur juga termasuk orang gila kebenaran dan ke-adilan. Bentuk kriminalitas, serta kejahatan jjuga ikut dibrantas abis, termasuk terorisme yang mengatasnamakan agama. Selanjutnya, mereka yang terlibat hukum juga tidak segan-segan melemparkan ke-penjara, dan menghukum para pelanggar hukum seadil-adilnya. Jika demikian, ia akan memiliki rekor gila Keadilan setelah Gus Dur, Cak Nun, Cak Nur, dan Cak Timur.
Timur Baru Diusulkan BHD Hari Ini
Laporan wartawan KOMPAS.com Inggried Dwi Wedhaswary
Senin, 4 Oktober 2010 | 19:51 WIB
KOMPAS IMAGES/DHONI SETIAWAN
JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua DPR Marzuki Alie mengatakan, Komjen Timur Pradopo baru diusulkan Kapolri Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri kepada Presiden SBY sebagai calon kapolri pada hari Senin (4/10/2010). Hal itu tercantum dalam surat Presiden yang diterima DPR malam ini.
"Bahwa yang mengusulkan Pak Timur adalah surat Kapolri pada hari ini, 4 Oktober," kata Marzuki saat membacakan surat Presiden di ruang kerjanya, Gedung DPR, Jakarta.
Pengajuan Timur sebagai calon kapolri memang cukup mengejutkan. Namanya tak disebut-sebut dalam bursa calon kapolri yang telah beredar dalam sebulan terakhir. Bahkan, malam tadi, nama Kabareskrim Komjen Ito Sumardi disebut sebagai pilihan akhir Presiden.
Ketika ditanya mengenai pilihan Presiden yang akhirnya jatuh pada Timur, Marzuki mengaku tak mengetahui alasannya. "Saya tidak tahu persis alasannya. Tetapi inilah yang disampaikan oleh Kapolri berdasarkan surat yang diterima DPR," ujar politisi Partai Demokrat ini.
Timur Pradopo baru naik pangkat sebagai jenderal bintang tiga pada sore tadi dan dimutasi dari jabatan Kapolda Metro Jaya untuk menduduki posisi baru sebagai Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan Mabes Polri. Namun, posisi ini hanya dia duduki sesaat untuk selanjutnya menjalani uji kepatutan dan kelayakan di DPR sebagai "tiket" menuju Polri-1.
Timur Pradopo Calon Tunggal Kapolri
Laporan wartawan KOMPAS.com Inggried Dwi Wedhaswary
Senin, 4 Oktober 2010 | 19:25 WIB
KOMPAS IMAGES/DHONI SETIAWAN
Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan (Kabaharkam) Polri Komjen Timur Pradopo usai mengikuti upacara serah terima jabatan (sertijab) di Markas Besar Polri, Jakarta Selatan, Senin (4/10/2010). Dalam Sertijab ini terjadi perggantiaan jabatan di tubuh Polri yakni Kabaharkam, Kapolda Metro Jaya dan Kapolda Jawa Barat.
TERKAIT:
Timur Pradopo Calon Tunggal Kapolri
Munculnya Nama Ito Sebagai Jalan Tengah
Kapolri Siap Ajukan Nama Penggantinya
SBY Jangan Ulangi Preseden Hendarman
Surat Presiden Tak Kunjung Datang
JAKARTA, KOMPAS.com - Surat Presiden mengenai calon Kapolri pengganti Jenderal Bambang Hendarso Danuri akhirnya sampai di meja Ketua DPR, Marzuki Alie, pada Senin (4/10/2010) malam, pukul 19.20.
Dalam surat itu, Presiden SBY mengajukan Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan Mabes Polri, Komjen Timur Pradopo, yang baru dimutasi dari jabatan Kapolda Metro Jaya pada hari ini, sebagai calon Kapolri.
"Memberhentikan Bapak Jenderal Pol Drs. Bambang Hendarso Danuri, MM karena akan memasuki masa pensiun pada 31 Oktober yang akan datang. Dan mengangkat Komjen Pol Timur Pradopo sebagai calon Kapolri," demikian Marzuki membacakan isi surat Presiden, di ruang kerjanya, Gedung DPR, Jakarta.
Selanjutnya, surat Presiden ini akan dibacakan dalam Sidang Paripurna besok dan akan segera memerintahkan Komisi III DPR untuk melakukan uji kelayakan dan kepatutan.
Memberhentikan Bapak Jenderal Pol Drs. Bambang Hendarso Danuri, MM karena akan memasuki masa pensiun pada 31 Oktober yang akan datang. Dan mengangkat Komjen Pol Timur Pradopo sebagai calon Kapolri
-- Marzuki Alie, Ketua DPR RI
Senin, 04/10/2010 18:44 WIB
Priyo Tepis Meredupnya Nama Nanan & Imam Karena Ical
Rachmadin Ismail - detikNews
Jakarta - Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso menepis kabar meredupnya kans Komjen Pol Nanan Soekarna dan Komjen Pol Imam Soedjarwo menjadi calon Kapolri, karena faktor Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical). Priyo yang juga menjabat sebagai Ketua DPP Golkar ini yakin tidak ada kaitan Ical dengan 2 nama itu.
"Enggak ada itu, enggak ada itu," tegas Priyo di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (4/10/2010).
Sebelumnya nama Nanan dan Imam memang santer terdengar. Salah satu di antara mereka diduga kuat bakal menjadi Kapolri. Namun pergerakan terus terjadi. Santer terdengar keduanya bertemu Ical.
Nah, gosip pertemuan yang dilakukan itu yang kemudian disebut-sebut menjadi penyebab meredupnya kans keduanya. Benarkah demikian? Belum diketahui jawaban yang pasti.
Namun belakangan, Istana memang keras mengenai calon Kapolri. Bahkan secara tersamar SBY mengingatkan agar calon kapolri tidak melakukan manuver politik.
Kemudian terakhir muncul nama Komjen Pol Ito Sumardi, dia disebut-sebut sebagai calon Kapolri. Nama Ito muncul sebagai jalan tengah karena 2 calon yang lain Nanan dan Imam meredup. Dikabarkan Ito sudah sudah disetujui Sekgab Koalisi. Namun Priyo menepis hal itu, meski diakuinya nama Ito dengan mudah akan diterima.
"Nggak ada pembicaraan soal itu. Silakan saja presiden menyampaikan calon. Pak Ito Sumardi termasuk yang punya track record jelas, sehingga memudahkan kami di DPR untuk memberikan persetujuan," tutupnya.
Calon Kapolri rupanya tidak berhenti sampai pada Ito. Nama Irjen Pol Timur Pradopo kembali menguat. Dia pun menduduki posisi baru sebagai Kabaharkam yang memiliki pangkat bintang tiga. Bursa calon Kapolri pun kini semakin memanas.
(ndr/fay)
04/10/2010 - 16:56
Timur Dapat Bintang, BHD Mainkan Jurus Mabok
MA Hailuki
(inilah.com/Agung Rajasa)
INILAH.COM, Jakarta - Kenaikan pangkat dan mutasi yang diterima Irjen Timur Pradopo menjadi Komisaris Jenderal dan menjabat sebagai Kepala Badan pemeliharaan Keamanan (Kabaharkam) sulit diterima akal sehat.
Kapolri Bambang Hendarso Danuri seperti memainkan jurus mabok. Kebijakannya mempromosikan Timur
patut dipertanyakan.
Pasalnya, selama menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya, Timur Pradopo memiliki kinerja buruk.
Timur gagal mewujudkan ketertiban dan keamana di Ibukota, bahkan tercatat sejumlah kasus gangguan keamanan dan ketertiban tidak terselesaikan.
Berikut ini adalah kinerja buruk Timur selama menjadi Kapolda Metro Jaya:
1. Pelemparan bom molotov ke kantor majalah Tempo.
2. Penganiayaan aktivis ICW Tama S Langkun.
3. Bentrokan Jemaat HKBP dengan warga di Ciketing, Bekasi.
4. Perampokan tiga toko emas di Tebet, Jakarta Selatan.
5. Bentrokan berdarah di Ampera, Jakarta Selatan.
6. Ledakan bom di Kalimalang, Bekasi.
Sebelumnya diberitakan, Mabes Polri kembali melakukan mutasi terhadap Pati yang dimilikinya. Dalam Mutasi yang sangat mendadak ini, Irjen Pol Timur Pradopo yang sebelumnya menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya dimutasi dan menerima kenaikan pangkat sebagai Komjen Pol dan menjabat sebagai Kepala Bagian Pemelihara Keamanan (Kabarharkam). [mah]
CALON KAPOLRI
Ito Sumardi jadi calon kapolri?
JAKARTA. Komisaris Jenderal Polisi Ito Sumardi yang kini menjabat Kepala Badan Reserse Kriminal telah dipilih oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pencalonan Ito itu telah disampaikan Presiden SBY ke DPR lewat surat.
Anggota Komisi III DPR Bambang Soesatyo mengaku sudah mendengar pilihan SBY itu. "Tampaknya benar," katanya saat dikonfirmasi mengenai kabar tersebut. Dia mengatakan, pemilihan Ito itu untuk meredam perbedaan pendapat antara Sekretariat Gabungan Partai Koalisi Pendukung Pemerintah dengan Presiden SBY.
Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum belum bisa memastikan kabar itu. Yang jelas dia mengatakan, Ito bukanlah calon kapolri yang melakukan safari politik. Sebelumnya, Anas mengungkapkan ada calon kapolri yang sowan ke partai politik tertentu.
Namun, bila kabar ini benar, maka cukup mengejutkan. Sebab, nama Ito tidak termasuk dalam calon yang diusung oleh Mabes Polri. Sebelumnya, nama-nama yang disebut adalah Komisaris Jenderal Polisi Nanan Soekarna dan Komisaris Jenderal Polisi Imam Soedjarwo.
SBY Ingkari "Kesepakatan" di Setgab?
Laporan wartawan KOMPAS.com Inggried Dwi Wedhaswary
Senin, 4 Oktober 2010 | 11:26 WIB
Persda Network/ Bian Harnansa
TERKAIT:
Calon Kapolri Tetap Nanan dan Imam
"Sinyal" untuk Ito Semakin Kuat
Ketua DPR: Ito Masuk Bursa, Tak Luar Biasa
Ito Sumardi: Saya Siap
Marzuki: Ito Masih "Bocoran"
JAKARTA, KOMPAS.com — Kemunculan nama Komjen Ito Sumardi, yang ditengarai kuat menjadi calon Kapolri pilihan akhir Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, cukup mengejutkan. Nama Ito, meski dicalonkan Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), tak diperhitungkan sebagai calon kuat di luar dua calon lainnya, Komjen Nanan Sukarna dan Komjen Imam Sudjarwo.
Sumber Kompas.com menyebutkan, Ito menjadi pilihan "kompromis" Presiden di tengah perpecahan suara dalam Sekretariat Gabungan (Setgab) Partai Koalisi yang menghendaki Nanan menggantikan Jenderal Bambang Hendarso Danuri.
Sumber itu mengatakan, sebelumnya Setgab telah menyepakati akan mendukung Nanan. "Tiba-tiba, setelah Lebaran, Presiden berubah, ingin Imam yang jadi Kapolri. Makanya, kemudian muncul nama Ito. Presiden memilih Ito sebagai jalan aman dan jalan keluar dari kebuntuan yang ada. Itu sebabnya, proses pengajuan ke DPR lama sekali," kata sumber tersebut.
Saat dikonfirmasi, salah satu petinggi Partai Golkar, anggota Setgab Partai Koalisi, Priyo Budi Santoso, membantahnya. "Tidak ada kesepakatan apa pun di Setgab," kata Priyo di Gedung DPR, Jakarta, Senin (4/10/2010).
Apakah Ito "jalan tengah" tidak bulatnya suara Setgab? "Tidak ada. Tidak ada," kata Priyo lagi.
Anggota Komisi III DPR, Bambang Soesatyo, mengatakan, jika memang Ito yang dicalonkan, hal itu menguatkan rumor bahwa Ito hanya untuk menjadi transisi sebelum pengajuan Imam. "Pak Ito itu pensiun 8 bulan lagi, paling lama bertugas selama setahun. Kabarnya, kan, Pak Imam yang dikehendaki sebagai Kapolri. Setelah itu mungkin saatnya," katanya.
Namun, Bambang Soesatyo mengatakan, Presiden harus mengingat masih banyak calon yang berasal dari angkatan 1976-1978. Sebagai catatan, Nanan berasal dari angkatan 1978, sementara Imam dari angkatan 1980. "Mungkin saja benar dugaan bahwa Presiden mengambil jalan melingkar dan pada saatnya Imam diusulkan begitu Ito pensiun," ujar Bambang.
Kapolri Tinggalkan Sidang Kabinet
Laporan wartawan KOMPAS.com Hindra Liu
Senin, 4 Oktober 2010 | 12:45 WIB
KOMPAS.COM/DHONI SETIAWAN
JAKARTA, KOMPAS.com - Tak seperti biasanya, Kepala Polri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri meninggalkan sidang kabinet paripurna yang membahas soal alat utama sistem persenjataan (alutsista) di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (4/10/2010).
Ketika meninggalkan sidang kabinet, tak ada perwira tinggi Polri yang mewakilinya. Padahal, sebelumnya Kapolri telah hadir sejak pukul 10.00. Ketika ditanya apakah hal ini terkait pergantian calon pucuk pimpinan Korps Bhayangkara secara tiba-tiba, Kapolri membantahnya.
"Ada tugas saja. Ada tugas penting di Mabes (Polri)" ujar Kapolri singkat setengah berlari.
Apa ada pengajuan nama calon Kapolri pada hari ini? "Enggak, enggak," ujar Kapolri singkat. Kendati demikian, setengah bergegas, Kapolri sempat meladeni pertanyaan wartawan terkait terorisme.
"Itu sudah ditindaklanjuti. Bahkan, ke depan, untuk tracking force-nya, kita akan sudah punya konsep dengan BNPT melibatkan tracking force yang ada di Denjaka, Tim Bravo dan Detasemen 81," katanya.
Komentar
Posting Komentar