PUTIH itu MASA BODOH ...
Golput Pilkada Depok Capai 37,5 Persen
SABTU, 16 OKTOBER 2010 | 21:10 WIB
ANTARA/Prasetyo Utomo
TEMPO Interaktif, Depok - Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis), salah satu lembaga yang menginisiasi hitung cepat Pilkada Depok, menyatakan tingkat golput (tak menggunakan hak pilih) mencapai 37,5 persen.
“Golput itu terjadi karena dua hal. Pertama memang karena keinginan sendiri, yang kedua karena sistem. Maksudnya, banyak calon pemilih yang sudah terdaftar tetapi tidak mendapat undangan untuk memilih,” kata Husin Yazid, Direktur Puskaptis.
Puskaptis melakukan hitung cepat dengan metode multistage random sampling. Puskaptis menyebar 125 relawan di 11 kecamatan, 33 kelurahan berbeda. Dari 125 TPS pantauan Puskaptis, terhitung 37,5 persen golput.
Soal golput ini juga diakui oleh Nur Mahmudi Ismail, calon wali kota incumbent nomor urut tiga. Ia mengatakan di Tempat Pemungutan Sementara (TPS) 125, tempat ia mencoblos, 45 persen dari warga yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) tidak menggunakan hak suaranya.
“TPS di tempat saya itu hingga 45 persen yang golput. Di tempat lain itu ada yang hingga 85 persen. Prediksi dari omong-omongan orang, ini karena diadakan hari Sabtu, banyak orang Depok yang masih kerja di Jakarta tentu memprioritaskan kerja,” kata Nur Mahmudi.
Nur Mahmudi juga mengakui adanya golput yang disebabkan oleh sistem. Banyak calon pemilih yang tak dapat menggunakan hak suaranya karena tak terdaftar di DPT. Ia mengatakan semua pihak akan dirugikan dengan adanya masalah itu.
“Secara makro semua dirugikan. Yang kejadian di saya, saya yang dirugikan. Ada yang melapor tak dapat memilih, katanya mau coblos Nur Mahmudi–Idris. Di tempat lain bisa berbeda (mencoblos orang lain),” kata Nur Mahmudi.
Meski demikian, Nur Mahmudi menilai tingkat partisipasi 60 persen tidak tergolong buruk. “Yang hadir di TPS itu sampai 60-70 persen, berarti tetap baik,” tambah Nur Mahmudi.
ANANDA BADUDU
SABTU, 16 OKTOBER 2010 | 21:10 WIB
ANTARA/Prasetyo Utomo
TEMPO Interaktif, Depok - Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis), salah satu lembaga yang menginisiasi hitung cepat Pilkada Depok, menyatakan tingkat golput (tak menggunakan hak pilih) mencapai 37,5 persen.
“Golput itu terjadi karena dua hal. Pertama memang karena keinginan sendiri, yang kedua karena sistem. Maksudnya, banyak calon pemilih yang sudah terdaftar tetapi tidak mendapat undangan untuk memilih,” kata Husin Yazid, Direktur Puskaptis.
Puskaptis melakukan hitung cepat dengan metode multistage random sampling. Puskaptis menyebar 125 relawan di 11 kecamatan, 33 kelurahan berbeda. Dari 125 TPS pantauan Puskaptis, terhitung 37,5 persen golput.
Soal golput ini juga diakui oleh Nur Mahmudi Ismail, calon wali kota incumbent nomor urut tiga. Ia mengatakan di Tempat Pemungutan Sementara (TPS) 125, tempat ia mencoblos, 45 persen dari warga yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) tidak menggunakan hak suaranya.
“TPS di tempat saya itu hingga 45 persen yang golput. Di tempat lain itu ada yang hingga 85 persen. Prediksi dari omong-omongan orang, ini karena diadakan hari Sabtu, banyak orang Depok yang masih kerja di Jakarta tentu memprioritaskan kerja,” kata Nur Mahmudi.
Nur Mahmudi juga mengakui adanya golput yang disebabkan oleh sistem. Banyak calon pemilih yang tak dapat menggunakan hak suaranya karena tak terdaftar di DPT. Ia mengatakan semua pihak akan dirugikan dengan adanya masalah itu.
“Secara makro semua dirugikan. Yang kejadian di saya, saya yang dirugikan. Ada yang melapor tak dapat memilih, katanya mau coblos Nur Mahmudi–Idris. Di tempat lain bisa berbeda (mencoblos orang lain),” kata Nur Mahmudi.
Meski demikian, Nur Mahmudi menilai tingkat partisipasi 60 persen tidak tergolong buruk. “Yang hadir di TPS itu sampai 60-70 persen, berarti tetap baik,” tambah Nur Mahmudi.
ANANDA BADUDU
Komentar
Posting Komentar