damai lah (3)
DAWAM RAHARDJO
Orang Islam Harus Introspeksi Diri
Selasa, 5 Oktober 2010 | 19:07 WIB
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG
Cendekiawan dan budayawan Dawam Rahardjo, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Komaruddin Hidayat, moderator Lies Marchoes, Dekan FISIP UIN Bahtiar Effendy, dan Direktur Pascasarjana UIN Azyumardi Azra (kiri ke kanan) menjadi pembicara dalam seminar "Islam dan Masyarakat: Dasar-dasar Pemikiran Politik Islam Indonesia Kontemporer" di Kampus UIN, Jakarta, Senin (14/12). Seminar itu merupakan rangkaian dari acara Penghargaan FISIP UIN 2009 kepada tokoh yang berkontribusi dalam perkembangan pemikiran keislaman dan kemodernan, yaitu Fachry Ali, Harun Nasution, dan Nurcholish Madjid.
TERKAIT:
Ormas Radikal Hanya Paham Islam Parsial
Indonesia Hadiri Pertemuan Ekonomi OKI
Islam Ajarkan Toleransi
Hina Islam, Wilders Diadili
More and More Militants Killed in Indonesia
JAKARTA, KOMPAS.com - Cendekiawan muslim, Dawam Rahardjo, meminta umat Muslim untuk berintrospeksi diri mengingat belakangan semakin banyak terjadi tindak kekerasan atas nama agama yang menyerang kelompok agama lain. Umat muslim harus bersikap toleran dan memahami pluralisme yang ada di negeri ini.
"Saya pikir bahwa orang-orang yang beragama itu introspeksi terutama Islam karena pada kenyataannya mereka melakukan kekerasan walaupun bilangnya damai," ujar Dawam, Selasa (5/10/2010), usai bedah buku "5 Penggerak Bangsa yang Terlupa: Nasionalisme Minoritas Kristen", di Gedung Djoeang 45, Jakarta.
Menurut Dawam, umat Islam harus mulai berpikir jujur bahwa pada kenyataannya beberapa kelompok memang ada yang tidak toleran dan tidak menyetujui pluralisme.
"Ini kenyataan, umat Islam harus berpikir jujur. Mereka bilang damai, tapi nyatanya tidak damai," ujarnya.
Tindak kekerasan yang kerap dilakukan ormas agama menurut Dawam merupakan imbas dari kebebasan dan menyebabkan timbulnya perasaan dominan.
"Hasutan-hasutan juga memprovokasi kelompok-kelompok garis keras melakukan kekerasan dan mengancam kerukunan," ungkap Dawam kepada Kompas.com. Dengan hasutan tersebut, lanjut Dawam, pola pikir masyarakat terindoktrinasi sehingga muncullah fanatisme yang luar biasa.
"Apalagi, didukung dengan sistem pendidikan yang tidak pluralis," ujarnya. Untuk mengatasi konflik-konflik antar golongan, etnis, dan agama ini, ungkap Dawam, Indonesia harus mulai menggarap serius pola pendidikan yang berbasis pluralisme.
"Pendidikan yang ada harus toleran yang plural, damai, dan menghargai demokrasi," tandasnya.
Orang Islam Harus Introspeksi Diri
Selasa, 5 Oktober 2010 | 19:07 WIB
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG
Cendekiawan dan budayawan Dawam Rahardjo, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Komaruddin Hidayat, moderator Lies Marchoes, Dekan FISIP UIN Bahtiar Effendy, dan Direktur Pascasarjana UIN Azyumardi Azra (kiri ke kanan) menjadi pembicara dalam seminar "Islam dan Masyarakat: Dasar-dasar Pemikiran Politik Islam Indonesia Kontemporer" di Kampus UIN, Jakarta, Senin (14/12). Seminar itu merupakan rangkaian dari acara Penghargaan FISIP UIN 2009 kepada tokoh yang berkontribusi dalam perkembangan pemikiran keislaman dan kemodernan, yaitu Fachry Ali, Harun Nasution, dan Nurcholish Madjid.
TERKAIT:
Ormas Radikal Hanya Paham Islam Parsial
Indonesia Hadiri Pertemuan Ekonomi OKI
Islam Ajarkan Toleransi
Hina Islam, Wilders Diadili
More and More Militants Killed in Indonesia
JAKARTA, KOMPAS.com - Cendekiawan muslim, Dawam Rahardjo, meminta umat Muslim untuk berintrospeksi diri mengingat belakangan semakin banyak terjadi tindak kekerasan atas nama agama yang menyerang kelompok agama lain. Umat muslim harus bersikap toleran dan memahami pluralisme yang ada di negeri ini.
"Saya pikir bahwa orang-orang yang beragama itu introspeksi terutama Islam karena pada kenyataannya mereka melakukan kekerasan walaupun bilangnya damai," ujar Dawam, Selasa (5/10/2010), usai bedah buku "5 Penggerak Bangsa yang Terlupa: Nasionalisme Minoritas Kristen", di Gedung Djoeang 45, Jakarta.
Menurut Dawam, umat Islam harus mulai berpikir jujur bahwa pada kenyataannya beberapa kelompok memang ada yang tidak toleran dan tidak menyetujui pluralisme.
"Ini kenyataan, umat Islam harus berpikir jujur. Mereka bilang damai, tapi nyatanya tidak damai," ujarnya.
Tindak kekerasan yang kerap dilakukan ormas agama menurut Dawam merupakan imbas dari kebebasan dan menyebabkan timbulnya perasaan dominan.
"Hasutan-hasutan juga memprovokasi kelompok-kelompok garis keras melakukan kekerasan dan mengancam kerukunan," ungkap Dawam kepada Kompas.com. Dengan hasutan tersebut, lanjut Dawam, pola pikir masyarakat terindoktrinasi sehingga muncullah fanatisme yang luar biasa.
"Apalagi, didukung dengan sistem pendidikan yang tidak pluralis," ujarnya. Untuk mengatasi konflik-konflik antar golongan, etnis, dan agama ini, ungkap Dawam, Indonesia harus mulai menggarap serius pola pendidikan yang berbasis pluralisme.
"Pendidikan yang ada harus toleran yang plural, damai, dan menghargai demokrasi," tandasnya.
Komentar
Posting Komentar