damai lah (3)

Kamis, 21/10/2010 07:50 WIB
Setahun SBY-Boediono
Kekhawatiran Itu Tidak Terbukti
Mega Putra Ratya - detikNews



Aksi di Jl Diponegoro/ Reuters

BACA JUGA :
Setahun SBY-Boediono
Menteri-menteri Harus Bekerja Lebih Giat
Presiden Pimpin Rapat Paripurna Kabinet di Istana Bogor
Setahun SBY-Boediono
YLBHI: Polisi Berlebihan Menangani Demonstrasi Mahasiswa
Senyum SBY, Tangis Eriyanto dan Elusan Ibu Ani
Aksi Mahasiswa di Jl Diponegoro Berujung Bentrok
Aksi di Depan Istana Rusuh
Jakarta - Isu demonstrasi besar yang berniat untuk menggulingkan pemerintahan SBY pada 20 Oktober kemarin ternyata tidak terbukti. Meski ada kericuhan di sejumlah tempat, penyaluran aspirasi dengan massa banyak di jalan-jalan masih dinilai kondusif.

Gembar-gembor akan gelombang demonstrasi besar ini membuat sejumlah kalangan angkat bicara untuk menenangkan masyarakat yang khawatir terulangnya peristiwa Mei 1998. Dimana saat itu, banyak toko-toko dan perusahaan-perusahaan dihancurkan oleh amuk massa, terutama milik warga Indonesia keturunan Tionghoa.

Untuk mengamankan kegiatan ini, 2.776 personel yang terdiri dari 2.483 polisi dan 293 anggota TNI dikerahkan. Kepolisian Daerah Metro Jaya menegaskan akan menggunakan Peraturan Kapolri No 16 Tahun 2006 tentang pengendalian massa yang sudah terarah dan terukur. Polisi akan menggunakan Protap 01/X/2010 jika pendemo sudah mulai anarkis. Dimana tertuang dalam poin nomor 12, yaitu apabila pelaku tidak mengindahkan perintah petugas, maka segera dilakukan tindakan pelumpuhan.

"Dalam hal penanggulangan anarki, ya sesuai itu (Protap 01)," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Boy Rafli Amar kepada wartawan di kantornya, Selasa (19/10) lalu.

Setahun pemerintahan SBY-Boediono memang mendapat kritik tajam dari berbagai kalangan. Kritikan mulai dari kinerja menteri yang tidak becus, sejumlah permasalahan hukum yang tidak kunjung usai, hingga perekonomian bangsa yang belum juga dapat menuntaskan kemiskinan. Aksi demonstrasi dari hari ke hari pun tidak terhitung untuk mengingatkan penguasa yang berjalan dua periode ini.

Sebanyak 20 aksi unjuk rasa tercatat mewarnai Jakarta kemarin. Aksi terfokus di depan Istana Negara, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat. Bahkan sempat diberitakan, menurut beberapa informasi menyebut SBY tidak berada di Jakarta dan akan menggelar rapat di Istana Bogor. Namun hal itu dibantah oleh Juru Bicara Kepresidenan Bidang Dalam Negeri Julian Aldrin Pasha. SBY pun tetap menjalankan rutinitasnya sebagai kepala negara di Istana.

Gelombang massa siang itu mulai menyemut di depan Istana Negara. Bentrokan antara mahasiswa dan aparat kepolisian pun tidak terhindarkan. Aksi saling dorong, lempar batu dan penyemprotan air dengan water canon pun terjadi. Bahkan seorang mahasiswa Universitas Bung Karno (UBK) tertembak kakinya, menyusul bentrok antara mahasiswa dengan polisi di Jl Diponegoro, Jakarta Pusat. Sementara 3 mahasiswa lainnya diamankan polisi.

Menjelang sore, para demonstran itu mulai membubarkan diri. Sejumlah ruas jalan yang sempat ditutup telah dibuka kembali. Lalu-lintas mulai lancar dan kendaraan pun melenggang menuju tempat tujuannya.

Ternyata aksi hari itu berlangsung tidak seperti apa yang digembar-gemborkan sebelumnya. Ketegangan mereda menjelang matahari tenggelam. Suasana berangsur kondusif dan tenang.

Di sisi lain fenomena ini menunjukkan kian terbuka dan terjaminnya kebebasan bagi warga negara untuk menyampaikan pendapat. Kondisi demikian sangat berbeda dibanding pemerintahan di era-era sebelumnya.

"Salah satu capaian terpenting dalam setahun pemerintahan SBY-Boediono dalam bidang politik adalah semakin terbukanya ruang kebebasan berekspresi bagi masyarakat," kata Staf Khusus Presiden bidang Publikasi, Ahmad Yani Basuki beberapa waktu lalu.

(mpr/anw)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Allah di balik Sejarah: Penantian Baru BTP (hati nurani Pemilu 2024) #02

janji Jokowi (4) (ANTI GRATIFIKA$1): pilpres 2019

die hard of terrorism: final fate of ISiS (3): ISIS bukan ISLAM, menganut teologi PEMBUNUHAN