tempat IBADAH tempat PEMUJAAN SANG PENCIPTA, DIA bukan MAHA pembunuh

SBY: Jangan Jadikan Masjid untuk Provokasi Kekerasan
Jum'at, 1 Oktober 2010 - 14:12 wib

Maria Ulfa Eleven Safa - Okezone

JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengimbau kepada siapa pun untuk tidak mengotori masjid dengan seruan atau provokasi tindakan kekerasan.

“Masjid adalah pusat kebaikan dan pusat kebajikan. Kita bisa menaburkan salam dan keteduhan dan kedamaian untuk siapa pun, dan tidak menjadikan masjid sebagai ajang untuk memprovokasi atau menyerukan tindakan kekerasan,” ujar Presiden SBY seusai meresmikan Masjid Baiturrahim di Kompleks Istana Negara, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, Jumat (1/10/2010).

Presiden menambahkan, masjid didirikan tidak hanya sebagai tempat ibadah, namun juga meningkatkan keimanan dan ketakwaan. “Kami bisa meluruskan akidah dan menjaga kemurnian ajaran Islam berdasarkan Alquran dan Sunnah. Bisa juga membasuh kalbu dan menjaga kebersihan hati,” jelas Presiden.

Melalui masjid, kata Presiden, jalinan tali silaturahim dan persaudaraan antar-sesama muslim bisa diperkuat.

“Kami bisa meningkatkan komitmen dan amal kita untuk membantu kaum duafa, kaum miskin yang membutuhkan bantuan kita. Bisa membulatkan tekad kita untuk membangun
bangsa lebih keras lagi menuju kesejahteraan rakyat kita semua,” imbuhnya.

Kamis, 23/09/2010 19:06 WIB
Penangkapan di Sumut
Nibras Menjadi Radikal Sepulang Hijrah dari Malaysia
Eko Febrianto - detikSurabaya





Pasuruan - Ulah Nibras Hud yang menjadi radikal diduga setelah pemuda berusia 22 tahun itu belajar ilmu agama di sebuah pomdok pesantren di Madura. Selain itu, kedekatannya dengan tokoh-tokoh Islam radikal diduga juga setelah Nibras pergi ke Malaysia.

Menurut Syahid Abdullah Musa, paman Nibras, setelah mengeyam pendidikan agama di Madura, Nibras kemudian hijrah ke Malaysia. Sepulang dari Malaysia, Nibras kemudian menjalani pendidikan di Ma'had Umar Bin Al-Khattab Surabaya.

Pada saat itu, papar Syahid, Nibras kerap pulang pergi Pasuruan-Surabaya untuk menghadiri ceramah agama di Surabaya. Namun saat itu anggota keluarganya tidak mengetahui pendalaman kajian keagamaan macam apa yang dipelajari Nibras.

"Karena sudah curiga, keluarganya selalu memperingatkannya agar tidak mendekati
jaringan radikalisme," ujar Syahid Abdullah Musa, kepada detikdurabaya.com di rumahnya jalan Anggur 622 RT 1 RW 3 Kelurahan Kidul Dalem, Bangil, Pasuruan, Kamis (23/9/2010).

Latar belakang Nibras Hud juga disampaikan oleh Zainal, bekas pegawai penerbit Al Muslimun milik keluarga Nibras. Ia memperkirakan Nibras masuk jaringan terorisme sejak menjadi santri Pondok Pesantren Islam di Kabupaten Sampang.

"Keluarga ibunya, banyak menetap di Malaysia," katan Zainal.

Ia menduga, saat di Malaysia itulah Nibras kerap berkomunikasi dengan pimpinan Jamaah
Islamiah di Malaysia. Selain itu Nibras juga kerap menggunakan jaringan internet, yang diduga untuk berkomunikasi dengan jaringan terorisme.

(bdh/bdh)

(ton)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

die hard of terrorism: final fate of ISiS (3): ISIS bukan ISLAM, menganut teologi PEMBUNUHAN

Allah di balik Sejarah: Penantian Baru BTP (hati nurani Pemilu 2024) #02

janji Jokowi (4) (ANTI GRATIFIKA$1): pilpres 2019