radikalisme ditolak kekerasan dibenci (8)
07/10/2010 - 19:38
[increase] [decrease]
Pelatihan Teroris Aceh Bikin Warga Trauma
Renny Sundayani
(IST)
INILAH.COM, Jakarta - Kasat Intel Apriyandi mengatakan bahwa pelatihan teroris di pegunungan Jalin Jhanto, Aceh Besar kerap meresahkan Masyarakat.
"Langsung dari masyarakat, mereka jadi takut dan trauma akan konflik, warga jadi tak bisa berkebun lagi,"katanya pada saat bersaksi di Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Kamis (7/10/2010).
Pasalnya, lanjutnya, warga sekitar bergantung dengan mata pencaharian dengan berkebun.
"Karena kan kawasan lembah dan di sana ada sungai, masyarakat biasa mencari ikan, rotan dan rusa untuk cari makan," katanya kepada Majelis Hakim.
Berdasarkan pengamatan masyarakat lanjutnya, kelompok teroris yang menggunakan senjata api tersebut, sudah bermukim selama 1 bulan lamanya.
"Semenjak adanya mereka,masyarakat tidak pernah lagi ke kawasan pegunungan itu lagi," katanya. [mah]
Kubu Ba'asyir Bantah Anjuran Merampok
Pengacara mempersilakan kepolisian terus bernyanyi.
Kamis, 7 Oktober 2010, 16:05 WIB
Ita Lismawati F. Malau
VIVAnews - Pimpinan Jamaah Ansharut Tauhid, Abu Bakar Ba'asyir, melalui pengacara Mahendradata membantah pernah ke Hamparan Perak, Deli Serdang, Sumatera Utara. Pengacara mempersilakan kepolisian terus bernyanyi.
"Tapi, pembuktian nanti di pengadilan. Kami tidak percaya pada keterangan saksi yang diperiksa polisi karena tidak ada yang melihat seperti apa pemeriksaan itu," kata Mahendradata saat dihubungi VIVAnews, Kamis 7 Oktober 2010.
Pernyataan ini menanggapi pernyataan Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Pol Iskandar Hasan yang menyatakan Ba'asyir pernah ke Hamparan Perak dan menganjurkan kelompok bersenjata itu merampok.
"Kami percaya dengan keterangan saksi ini jika mereka diperiksa di muka umum dalam keadaan bebas. Kalau begini, kita tidak pernah bisa mengonfimasi kepada saksi. Hanya dari omongan polisi," kata pengacara Tim Pembela Muslim (TPM) ini.
Alasan inilah yang jadi dasar mengapa Abu Bakar Ba'asyir tidak akan menjawab pertanyaan penyidik, sampai perkaranya tiba di pengadilan. "Kalau di pengadilan, hakim boleh saja berpihak, tapi kan masyarakat bisa menilai sendiri," tegasnya.
Untuk itu, Mahendradata mempersilakan kepolisian mengatakan apapun, namun keputusan ada di pengadilan. "Silakan bernyanyi."
Dalam kesempatan itu, Mahendrata juga mengatakan Abu Bakar hanya pernah ke Medan. "Kalau ke Hamparan Perak, terlalu jauh." (umi)
• VIVAnews
Ba'asyir Anjurkan Komplotan Medan Merampok?
"Informasi itu dari keterangan mereka yang tertangkap."
Kamis, 7 Oktober 2010, 15:49 WIB
Ita Lismawati F. Malau, Eko Huda S
Abu Bakar Ba'asyir (VIVANews/ Tri Saputro)
VIVAnews - Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Pol Iskandar Hasan mengatakan amir Jama'ah Ansharut Tauhid, Abu Bakar Ba'asyir pernah mengunjungi Hamparan Perak, Medan. Dalam kunjungan itu, kata dia, Ba'asyir memberikan anjuran pada komplotan bersenjata di Medan untuk melakukan perampokan.
"Informasi itu dari keterangan mereka yang tertangkap, Abu Bakar Ba'asyir paling tidak dua kali mengunjungi Hamparan Perak itu," kata Iskandar usai menghadiri acara penandatanganan nota kesepahaman antara Kapolri dan Menakertrans di gedung Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Jakarta, Kamis 7 Oktober 2010.
Iskandar mengatakan kunjungan Ba'asyir ke Hamparan Perak itu dilakukan pada awal tahun ini. Ba'asyir, kata dia, juga turut merekrut jaringan teroris Medan.
"Dan mengajak orang-orang yang kami tangkap ini. Walau pun tidak langsung dia datang memberikan motivasi. Terbukti kan dengan kejadian ini," kata dia.
Tak hanya memberikan motivasi, pengasuh Pondok Pesantren Ngruki, Solo, Jawa Tengah itu juga diduga telah menganjurkan kepada komplotan ini untuk melakukan jihad dengan cara negatif.
"Dakwah agama sih boleh saja. Tapi kalau mengajak kejahatan, mengajak berjihad, mengajak merampok. Ini kan pemahaman mereka yang keliru," kata dia.
"Sehingga apa yang kami tangkap kemarin itu, sembahyang lima waktu lengkap, enggak tahu juga. Makanya mereka segitu gampangnya menerima yang negatif," ujar Iskandar. (umi)
• VIVAnews
TERORISME DAN PERAMPOKAN
Peluru CIMB dan Hamparan Perak Sama
Selasa, 5 Oktober 2010 | 15:30 WIB
Kompas/Mohammad Hilmi Faiq
JAKARTA, KOMPAS.com - Puslabfor Polri menemukan kesamaan senjata yang ditemukan dari salah seorang pelaku baku tembak Serdang Bedagai dengan yang dipakai untuk merampok Bank CIMB Niaga, Medan. Hal ini disampaikan Wakadiv Humas Polri, Brigjen Ketut Untung Yoga Ana siang ini di Mabes Polri, Jakarta Selatan (5/10/2010).
Senjata M16 yang ditemukan dari Taufik telah ditembakkan untuk penyerangan Polsek Hamparan Perak dan perampokan Bank CIMB
"Hasil pemeriksaan balistik puslabfor diindikasikan senjata M16 yang ditemukan dari Taufik telah ditembakkan untuk penyerangan Polsek Hamparan Perak dan perampokan Bank CIMB," jelasnya.
Yoga juga menegaskan bahwa peluru yang ditembakkan di Polsek Hamparan perak terdapat kesamaan dengan peluru di Bank CIMB Niaga. "Dilakukan dengan pencocokan dari peluru yang bersarang di anggota Polisi Hamparan Perak sama dengan peluru yang bersarang di Brimob yang jaga di CIMB Medan. Ada 14 tembakan yang identik," ujarnya.
Hal ini menguatkan indikasi adanya hubungan langsung antara kejadian-kejadian yang berlangsung di Sumatera Utara dalam kurun waktu satu bulan terakhir. "Memang ada hubungan secara langsung antara CIMB dan Polsek Hamparan Perak," ungkap Yoga.
Menurut Yoga, temuan tersebut menyimpulkan bahwa kelompok ini memang terorisme. "Semua bermotif terorisme karena cocok dengan temuan Aceh," jelasnya.
Saat ini, Polda Sumatera Utara telah mengamankan barang bukti dari tersangka berupa satu pucuk senjata laras panjang M16, satu pucuk AK47, satu pucuk pistol, amunisi dengan kaliber 7,62, 5,65, 45 dan 38.
Jakarta - Perampokan atas nama agama yang dilakukan oleh teroris dinilai tidak mencerminkan Islam yang mengajarkan kasih sayang. Dalam pandangan teroris, perampokan menjadi halal karena mereka tak mengakui negara yang tidak sesuai dengan konsep mereka.
"Itu tidak mencerminkan sikap umat Islam di mana Islam yang mengajarkan kasih sayang," kata tokoh Muhammadiyah, Abdul Mu'thi saat berbincang dengan detikcom, Senin (27/9/2010).
Padahal, dalam Islam, pada kondisi perang pun dilarang merusak fasilitas vital seperti sumber makanan. Tak hanya itu, anak-anak dan orang tua juga tak boleh disakiti atau dibunuh. "Apalagi kondisi damai," tambahnya.
Menurutnya, sikap teroris ini muncul karena teroris tidak mengakui pemerintahan yang tidak sesuai dengan konsep mereka. Karena tidak mengakui, maka produk hukum yang dibuat oleh pemerintah tidak harus dipatuhi. "Oleh karena itu mereka menganggap perbuatan tersebut sebagai sesuatu yang sah," beber Mu'thi.
Meski perbuatan tersebut mengakibatkan kematian orang yang tak bersalah, teroris menilai itu konsekuensi logis dari perjuangan. "Seperti kata Imam Samudra, kalau ada yang meninggal dari kalangan Islam akibat aksi mereka, cukup meminta maaf," tutup Mu`thi.
Pada Jumat lalu, Kapolri Jenderal BHD membeberkan aksi perampokan termasuk yang terakhir menimpa Bank CIMB Niaga di Medan, Sumatera Utara (Sumut), dilakukan oleh para tersangka teroris. Bagi mereka, merampok merupakan pekerjaan halal.
"Bagi mereka, merampok, fa'i, itu sah dan halal, karena harta itu didapat dari orang kafir," kata Kapolri.
Selain CIMB Niaga, Kapolri menyebutkan, para teroris yang sebagian telah ditangkap diketahui adalah pelaku beberapa aksi perampokan sebelumnya. Sebut saja perampokan uang Rp 57 juta di sebuah warnet, uang Rp 600 juta dari money changer, serta uang Rp 75 juta dari Bank Sumut. Semuanya terjadi di Medan.
Uang dari hasil perampokan itu dipakai untuk membiayai operasi dan pedirian kamp-kamp pelatihan. Selain itu, uang tersebut digunakan untuk membeli senjata api.
(asp/nrl)
Polri: Perampok Padang spesialis pembobol ATM
Selasa, 28/09/2010 15:55:10 WIB
Oleh: A. Azis Faradi
JAKARTA: Polri menyatakan pelaku pembobolan dua ATM di kompleks Universitas Bung Hatta, Padang, Sumatra Barat (Sumbar) merupakan spesialis pembobolan ATM.
Wakil Kepala Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Pol. Ketut Untung Yoga mengatakan aksi pelaku pembobolan kedua ATM pada akhir pekan lalu, sebelumnya telah melakukan aksi serupa mulai Desember 2009.
"Pada Desember 2009, pelaku berhasil membobol ATM BNI di kompleks Akper Padang dengan kerugian mencapai Rp300 juta dengan pelaku tujuh orang," ujarnya, hari ini.
Mereka, lanjutnya, antara lain Aceng, Eko, Aseng, Sake, Anif, Syamsul dan Ikhsan Gafar.
Selanjutnya pada April 2010 pelaku melakukan pembobolan ATM BNI di kompleks kampus Unand Padang dan berhasil membawa uang sebesar Rp500 juta sedangkan pelakunya delapan orang. Kedelapan orang tersebut adalah Leo, Iwan, Ikhsan Gafar, Andi, Sulaiman, dan Pak De, Bento, Sudirman (tewas dalam penyergapan pembobolan ATM Bukopin dan ATM Bank Nagari pada 25 September).
Jenderal bintang satu itu menambahkan setelah itu, pelaku kembali melakukan aksinya pada Agustus 2010 di ATM Bank Mandiri di kompleks Telkom Padang dengan kerugian Rp170 juta dengan pelaku berjumlah enam orang yakni Ikhsan Gafar, Khairul, Iwan Gonggong, Rahmad, Sudirman, dan Hendra.
"Pelaku inti selalu sama, hanya saja berganti pasangan," katanya.
Pada bulan yang sama (Agustus) kelompok tersebut juga telah berencana membobol ATM Mandiri di jalan Joni Padang, tetapi aksi tersebut gagal karena masyarakat sekitar curiga.
Setelah itu, pada akhir pekan kemarin, melakukan perampokan di kompleks Universitas Bung Hatta. Adapun barang bukti terbaru yang berhasil di temukan adalah tiga tas, tas pertama berisi 11 item perlengkapan bepergian seperti deodoran dan sejenisnya.
Di tas kedua ditemukan 21 amunisi kaliber berukuran 9 milimeter, satu ATM BCA, kartu Alfamart, KTP atas nama Rusdianto, dompet berisi uang sebesar Rp1,3 juta, tas pinggang, dan handphone merek nokia berwarna biru.
Dalam tas ketiga ditemukan uang sebesar Rp135 juta pecahan limapuluh ribuan, serta dompet berisi uang sebesar Rp2,9 juta, Rp1,5 juta, dan KTP atas nama Khairul dan satu anggota LSM. (swi)
Kelompok Abu Tholut Haramkan Bom Bunuh Diri
Sabtu, 25 September 2010 - 08:39 wib
Muhammad Saifullah - Okezone
JAKARTA- Kelompok teroris Medan diduga kuat merupakan anak didik Abu Tholut, mantan narapidana kasus terorisme yang pernah divonis 8,5 tahun penjara.
Pentolan teroris itu kini masih bebas berkeliaran dan diduga tengah merencanakan aksi teror lanjutan di Tanah Air, setelah menyerang Mapolsek Hamparan Perak di Deli Serdang.
Pengamat intelijen Dynno Cressbon mengungkapkan Abu Tholut sedikit berbeda paham dengan mendiang Noordin M Top dan Dr Azhari. Abu Tholut dengan tegas menolak penggunaan bom bunuh diri dalam aksinya.
Sementara Noordin M Top dan Dr Azhari menilai metode tersebut yang paling tepat untuk mencapai tujuannya. “Mereka menyatakan haram terhadap metode bom bunuh diri,” ujarnya.
Hanya saja, saat Abu Tholut berada di penjara, Noordin M Top dan kelompoknya berhasil menyakinkan pengikut Abu Tholut agar menggunakan bom bunuh diri dalam melancarkan aksinya. Peristiwa pengeboman Hotel JW Marriot pada 2003 silam oleh Asmar latin Sani. “Dia merupakan anak buah Abu Tholut,” ujarnya.
Disebutkan, Abu Tholut sempat marah karena anak buahnya terpengaruh cara-cara Noordin M Top. Dia pun lantas memboikot pasokan logistik ke kelompok Noordin M Top. Metode teror menggunakan bom bunuh diri dianggap tidak efektif karena berpotensi menimbulkan korban di luar sasaran. Sehingga memunculkan antipati dari publik.
Kelompok Abu Tholut lebih memilih metode serangan terukur terhadap pihak-pihak yang dianggap sebagai musuh Islam. Yaitu dengan cara menggunakan bom mobil dan serangan langsung seperti di Mapolsek Hamparan Perak.
“Mereka tercatat pernah menyarang pos-pos polisi di Ambon, Poso, dan di Jawa Tengah dan terakhir di Sumatera Utara,” sebutnya.(ful)
"Abu Tholut Masih Punya 108 Sel Jaringan Teroris"
Minggu, 26 September 2010 | 16:47 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta - Pengamat terorisme, Al Chaidar, menyatakan jaringan teroris pimpinan Musthofa alias Abu Tholut masih bertaring. Berdasarkan informasi yang diperolehnya, polisi baru melumpuhkan enam sel dari 114 sel jaringan teroris yang dibentuk Abu Tholut.
“Meski sebagian sudah dilumpuhkan di Sumatera, selnya masih sangat kuat. Masih tersisa seratus lebih,” kata Chaidar saat dihubungi, Ahad (26/9). Dengan modal jaringan yang kuat itu, menurut Chaidar, bukan tak mungkin Abu Tholut dan kelompoknya bakal beraksi lagi.
Menurut Chaidar, sebagai bekas Ketua Mantiqi III Jamaah Islamiyah, Abu Tholut memiliki jaringan luas untuk membentuk sel-sel teroris baru. Selain itu, jabatannya sebagai instruktur perang di kamp Hudaibiyah di Mindanao, Filipina, menyebabkan dia punya banyak murid.
Lantaran ahli perang itulah, kata Chaidar, jaringan Abu Tholut memiliki pola serangan yang berbeda dengan kelompok Noor Din M. Top. “Polanya serangan terbuka karena Abu Tholut ahli perang kota,” kata Chaidar.
Sejumlah teroris yang dilumpuhkan di Sumatera Utara dan Lampung, Ahad pekan lalu, diduga merupakan bagian jaringan Abu Tholut. Saat ini polisi masih memburu lelaki yang pernah menghuni Lembaga Pemasyarakatan Cipinang selama empat tahun tersebut.
ANTON SEPTIAN
[ Sabtu, 25 September 2010 ]
Teroris Undang Gerilyawan Mujahidin Iraq dan Afghanistan
Kapolri Akan Libatkan Pasukan Khusus TNI
JAKARTA - Polisi rupanya tak boleh meremehkan kekuatan jaringan teroris di Indonesia. Meski para tokoh kunci seperti Noordin M. Top, Dulmatin, dan Dr Azhari sudah tewas ditembak, sel-sel teroris di negeri ini masih berbahaya. Bahkan, dari pengakuan para tersangka yang ditangkap di Medan, kelompok tersebut sudah bersiap mendatangkan bala bantuan dari luar negeri.
Mereka akan mengundang para gerilyawan mujahidin Iraq dan Afghanistan yang terlatih berperang kota untuk ''berjihad'' di Indonesia. ''Mereka sudah melakukan kontak (dengan pihak asing). Itu pengakuan mereka. Strategi yang digunakan persis di wilayah-wilayah Iraq, Afghanistan, dan Pakistan. Yakni, gerilya di perkotaan,'' ujar Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri (BHD) di Ruang Rupatama Mabes Polri Jakarta kemarin (24/9).
BHD yang kemarin mengenakan seragam lengkap itu didampingi Kabareskrim Komjen Ito Sumardi yang berbaju batik. Kelompok perampok Bank CIMB Niaga Medan dan penyerang Polsek Hamparan Perak juga sudah berkomunikasi dengan jaringan di luar Sumatera. ''Serangan (ke polsek) itu merupakan kode, isyarat untuk asykari (kelompok militer) mereka di daerah lain,'' jelas alumnus Akpol 1974 tersebut.
Dia menjelaskan, dari hasil pemeriksaan sementara, jaringan itu mempunyai dukungan dana dan hubungan dengan organisasi serupa di luar negeri. ''Caranya sama, yakni menciptakan chaos sehingga ada delegitimasi pemerintahan. Wibawa negara jatuh dan mereka mengambil alih,'' katanya.
Saat ini, polisi terus mengejar salah seorang warga asing berkebangsaan Prancis bernama Frederic Jean Salvi. Dia diduga menjadi penghubung untuk mendatangkan para gerilyawan asing dari Iraq dan Afghanistan. Frederic yang akrab disapa Ali itu juga memberikan sebuah mobil Mitsubishi Gallant yang akan digunakan untuk melakukan serangan pengeboman di Cibiru, Bandung.
Sebelumnya, seorang warga Arab Saudi bernama Ali Abdullah juga disangka membantu teroris Syaifuddin Zuhri (tewas) dalam pengeboman JW Marriott dan Ritz-Carlton. Namun, di pengadilan, dia hanya divonis pelanggaran imigrasi.
Menurut BHD, jalur-jalur senjata dan amunisi teroris juga dimungkinkan berasal dari luar negeri. Misalnya, Moro di Filipina Selatan atau perbatasan darat Indonesia-Malaysia. Saat ini, anggota Densus 88 juga ditugaskan untuk melacak orang sekaligus jalur senjata tersebut di luar negeri. ''Anak-anak bekerja tanpa istirahat, tak pernah berhenti,'' ungkapnya.
BHD memastikan bahwa seluruh komando jaringan tersebut sekarang dipegang Abu Tholut, mantan ketua mantiki III (wilayah) Jamaah Islamiyah. Alumnus kamp Afghanistan itu menguasai teknik perang gerilya kota atau urban guerilla warfare. ''Dia itu sangat-sangat berbahaya,'' tegasnya sembari meminta Kadivhumas Irjen Iskandar Hasan menunjukkan foto Tholut kepada wartawan.
Polri menyatakan siap bekerja sama dengan TNI untuk memerangi kelompok tersebut. ''Dalam striking force (pasukan penyerang) nanti, kami libatkan Denjaka, Denbravo, dan Gultor dari Kopassus,'' katanya. Denjaka adalah pasukan khusus TNI-AL, Denbravo (pasukan khusus TNI-AU), dan Gultor (pasukan khusus dari Kopassus TNI-AD).
Pernyataan BHD soal kerja sama itu merupakan ucapan resmi pertama soal keterlibatan TNI dalam penanggulangan teror. Selama ini, sejak terorisme marak pada 2000, TNI selalu duduk manis. Mereka tak pernah sekalipun dilibatkan, apalagi saat penyerangan.
Menurut informasi yang dihimpun Jawa Pos, beberapa jam setelah ada pernyataan Kapolri soal keinginan melibatkan TNI, Komandan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI Mayjen Geerhan Lantara sudah berada di Medan, Sumatera Utara.
BHD juga menjelaskan, kelompok teroris terlatih itu memang punya agenda melakukan assassination (pembunuhan) secara mendadak dan menunggu kelengahan aparat. ''Sasarannya adalah pos-pos TNI dan polisi yang sepi dan jauh dari permukiman,'' katanya.
Mereka mempunyai doktrin yang menghalalkan darah para polisi karena dianggap thaghut (lawan) yang sah untuk diperangi. ''Perampokan bagi mereka juga halal sebagai cara mencari dana,'' ujarnya.
Kelompok tersebut juga merekrut para pemuda dan preman serta mantan-mantan bandit di penjara. Tujuannya, selepas dari penjara, mereka mau bergabung. ''Sebagian pelaku di Medan adalah residivis kasus pidana umum,'' jelasnya.
Kapolri meminta masyarakat menghargai kinerja Densus 88. Dia membantah anak buahnya melanggar hak asasi manusia (HAM). ''Kejahatan terorisme berbeda dari tindak pidana umum. Jika diperlakukan sama, misalnya mengajak RT setempat (sebelum menangkap), bisa-bisa sudah habis (polisi) diserang duluan,'' tegasnya.
Sejak 2000, sebanyak 563 teroris telah diajukan ke pengadilan, 44 tewas ditembak, dan 10 orang bunuh diri. Menurut BHD, saat ini sedang berlangsung sidang 66 teroris yang dibagi dalam 33 berkas perkara terorisme. Para terdakwa itu merupakan hasil penggerebekan oleh Densus 88 Antiteror di Aceh.
Di antara 563 teroris yang diadili, lanjut Kapolri yang sebentar lagi pensiun itu, 471 terdakwa telah dijebloskan ke penjara. Namun, 245 di antaranya sudah bebas. ''Yang sudah bebas itu menjadi warning kita semua. Sebab, yang militan akan kembali bergabung dengan kelompok mereka,'' katanya.
Di tempat terpisah, pengamat terorisme Noor Huda Ismail menilai, langkah Polri menggandeng TNI bisa membuat blunder karena dianggap sebagai tantangan bagi kelompok itu. ''Istilahnya, lu jual gua beli,'' ujar alumnus St Andrew University Skotlandia itu.
Dia menjelaskan, sebenarnya pola serangan menembak polisi dan merampok dilakukan kelompok teroris itu sejak lama. Misalnya, pada 2005, sempalan anggota Kompak di bawah komando Asep Djaja menyerang pos Brimob di Loki, Seram. Dalam wawancara, Asep menjelaskan bahwa aksi mereka didasari keinginan untuk qishos (membalas) aparat kepolisian yang, menurut dia, lebih berpihak kepada kelompok lawan mereka ketika konflik komunal di Ambon terjadi.
Lalu, 2002, jaringan Imam Samudra merampok toko emas di Serang untuk mendanai aksi bom Bali pertama. Pada tahun yang sama, Abu Tholut sudah berencana merampok mobil pemerintah daerah Poso yang membawa uang. Namun, rencana itu ditolak salah seorang anggota senior kelompok Tholut. Juli 2003, Tholut ditangkap dan rencana perampokan diteruskan oleh anak buahnya. ''Ini sebenarnya hanya mengulangi pola lama,'' katanya.
Di bagian lain, untuk mencegah penyakit kambuhan narapidana teroris, dalam waktu dekat Kemenkum HAM menyiapkan pembinaan khusus bagi terpidana kasus kejahatan tersebut. ''Saya kira, untuk teroris, perlu kita pikirkan dengan cara tersendiri. Itu yang sedang saya pikirkan karena saya juga baru tahu Abu Tholut. Tampaknya, terapi kita memang belum mantap,'' papar Menkum HAM Patrialis Akbar di kantornya kemarin.
Dia menuturkan, selama ini pihaknya melalui Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) sudah memberikan pembinaan yang cukup kepada para narapidana terorisme. Para napi tersebut telah diberi pemahaman kewarganegaraan agar konsep agama yang terdistorsi bisa diluruskan. ''Katakan dia seorang muslim. Perintah di Alquran kan jelas, tidak boleh bunuh orang,'' ujarnya. (rdl/ken/c5/iro)
Sabtu, 25/09/2010 17:03 WIB
Kabareskrim: Belum Ada Indikasi Perampok ATM di Padang Terkait Teroris
Indra Subagja - detikNews
Jakarta - Kabareskrim Komjen Pol Ito Sumardi mengatakan belum ditemukan indikasi keterkaitan perampokan 3 ATM di Padang, Sumatera Barat, dengan aksi terorisme di Medan.
"Belum ada," kata Ito singkat saat ditanya seputar keterkaitan perampok ATM di Padang dengan pelaku terorisme di Medan, kepada detikcom, Sabtu (25/8/2010).
Dikatakan dia, pelaku perampokan di ATM Padang berjumlah 8 orang. Perampok menggunakan 2 unit kendaraan roda empat jenis Toyota Avanza dan Suzuki APV.
"4 Pelaku tertangkap di Bukit Tinggi dalam keadaan 2 orang meninggal dunia, dan 2 orang luka tembak karena terjadi kontak tembak antara pelaku dengan petugas dari Polda," papar Ito.
Menurut dia, 1 orang pelaku ditangkap di Pariaman, dan 3 orang pelaku lainnya masih dalam pengejaran ke arah Anai, Sumatera Barat.
(aan/gah)
Sabtu, 25/09/2010 16:40 WIB
Polisi Sita Rp 30 Juta di Kantung Plastik dari Perampok di Padang
Niken Widya Yunita - detikNews
Jakarta - 2 Pelaku perampokan 3 ATM di Padang masih dikejar di hutan. Polisi menyita Rp 30 juta dari perampok di kantung plastik berwarna hitam.
"Kita menemukan uang Rp 30 juta di sebuah kantong plastik," ujar Kapolresta Bukit Tinggi AKBP Wisnu Andayana kepada detikcom, Sabtu (25/9/2010).
Menurut Wisnu, uang Rp 30 juta bukan total uang yang dirampok. Wisnu menduga, para perampok sudah membagi-bagikan uang hasil rampokan.
"Sepertinya uangnya sudah dibagi-bagikan," imbuhnya.
(nik/gah)
Sabtu, 25/09/2010 16:20 WIB
Densus 88 Selidiki Keterkaitan Perampok di Padang dengan Teroris
Niken Widya Yunita - detikNews
Jakarta - Kepolisian belum tahu apakah ada keterkaitan antara perampok ATM di Padang dengan teroris. Pihak Densus 88 nantinya yang akan menyelidiki keterkaitan hal itu.
"Teroris apa bukan saya belum tahu. Pihak Densus 88 nanti yang menyelidikinya," ujar Kapolresta Bukit Tinggi AKBP Wisnu Andayana kepada detikcom , Sabtu (25/9/2010).
Menurut Wisnu, pihaknya masih mengepung 2 perampok yang kabur ke hutan di Bukit Tinggi. (nik/gah)
Empat Pembobol ATM Ditembak di Agam
Sabtu, 25 September 2010 | 15:24 WIB
TERKAIT:
Pencuri ATM Bawa Mesin Las
PADANG, KOMPAS.com - Usai membobol tiga mesin ATM di Universitas Bung Hatta (UBH), Padang, Sumatera Barat, Sabtu (25/9/2010) dini hari, sebanyak empat dari lebih 10 pelaku pembobol berhasil ditembak polisi di Malalak, Kabupaten Agam. Dua di antaranya tewas dan dua lagi mengalami luka-luka.
Pelaku juga sempat menyekap tiga orang satpam kampus, serta dua orang penjaga mesjid yang saat kejadian berada di dalam kampus.
-- AKBP Wisnu handoko
Kawanan perampok yang diburu Reserse Mobil Polda Sumbar, Polres Kota Pariaman dan Polres Kota Bukittinggi, juga berhasil membekuk empat pelaku. Sebanyak dua orang perampok dibekuk di Pauh oleh jajaran Polres Kota Pariaman dan dua lagi di Malalak, Kabupaten Agam, setelah sebelumnya terjadi aksi tembak menembak.
"Masjid dikepung karena perampok bersembunyi di situ, ada beberapa kali letusan terdengar," ujar seorang warga di sebuah masjid di daerah Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman.
Pengejaran kawanan perampok spesialis ATM ini, bermula dari aksi perampokan tiga ATM di UBH Padang. ATM Bank Bukopin, Bank Nagari (BPD Sumbar) dan Bank BNI dibobol lebih 10 orang pelaku, Sabtu (25/9/2010), sekitar pukul 04.00 dengan menggunakan senjata api dan peralatan las.
"Pelaku juga sempat menyekap tiga orang satpam kampus, serta dua orang penjaga mesjid yang saat kejadian berada di dalam kampus. Mereka diancam ditembak," kata kata Wakapolresta Padang AKBP Wisnu Handoko.
Modus operandi yang dilakukan perampok, katanya, persis sama dengan perampokan empat ATM lainnya di wilayah hukum Kota Padang sebelum ini. "Kali ini mereka menggunakan dua mobil, yakni jenis Avanza dan AVP," kata Wisnu.
Akibat pembobolan ATM tersebut, pihak Bukopin menderita kerugian Rp 172 juta sedangkan Bank Nagari BPD Sumbar rugi sekitar Rp 200 juta. "ATM BNI baru sempat dirusak, kawanan itu tidak berhasil membawa uang," ujarnya.
Editor: I Made Asdhiana | Sumber : Tribunnews.com
Kapolri: Abu Tholud pemimpin baru teroris
Jumat, 24/09/2010 16:35:13 WIB
Oleh: A. Aziz Faradi
JAKARTA: Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri mengungkapkan saat ini Abu Tholud merupakan pimpinan baru kelompok teroris Indonesia.
"Dia (Abu Tholud) dulu pernah di tahan, tapi sekarang perannya cukup strategis di kelompok teroris," ujarnya dalam konfrensi pers, hari ini.
Peran teroris yang memiliki nama asli Mustofa itu, menurut dia, antara lain sebagai koordinator kelompok teroris Sumatera, dan memiliki keahlian dalam mengkoordinasi kelompok teroris Aceh, Medan, dan Bandar Lampung.
Kapolri menambahkan Abu Tholud yang merupakan alumni latihan Afganistan, kini memiliki persan aktor intelektual teroris di Indonesia.
"Sekarang dia jadi daftar pencarian orang (DPO). Dia (Abu Tholud) memerintahkan melakukan perampokan di Bank CIMB Niaga Medan beberapa waktu lalu," paparnya.
Penyewa Rumah Teroris Tulis '99 Alasan Soeharto Masuk Neraka'
28/09/2010 - 18:10
Inilah Kronologi Khairul Ditembak Saat Salat (1)
Irvan Ali Fauzi & Abdullah Mub
INILAH.COM, Jakarta - Sebuah surat elektronik berisi pengakuan istri Khairul Ghazali, Kartini Panggabean beredar di kalangan pers.
Dalam surat elektronik itu Kartini membeberkan peristiwa penyergapan suaminya saat sedang salat oleh Densus 88 Polri pada Minggu 19 September 2010.
Berikut petikan pengakuan Kartini dalam keterangan tertulis yang diterima INILAH.COM:
Nama saya Kartini Panggabean, kelahiran 20 Februari 1980. Panggilan saya Cici, anak-anak memanggil saya Ummi. Saya adalah istri dari Ustadz Ghazali, anak-anak memanggilnya Buya, saya memanggilnya Bang Jali.
Saya tinggal bersama suami saya di di Jalan Bunga Tanjung Gang Sehat, saya bersama Bang Jali tinggal bersama empat anak kami. (Umar Shiddiq, Raudah Atika Husna dan Ahmad Yasin dan Fathurrahman).
Di saat waktu Magrib, hari Minggu sekitar jam 18.45 WIB menjelang Senin malam, tanggal 19 September 2010. Saya, bayi saya, dua perempuan dewasa (istri Abu dan teman Deni), Buya, Dani, Deni, Alek, Abdullah dan 2 orang lagi anak tamu.(salah satu dari dua perempuan dewasa).
Jadi, ada di dalam rumah tersebut 10 orang, terdiri dari 5 laki-laki dewasa, 3 perempuan dewasa, 3 anak-anak. Saat adzan Magrib terdengar, Bang Jali bersiap-siap melaksanakan salat Magrib berjamaah. Bang Jali, Deni, Deden, Alek, Abu mengambil wudu. Saya bilang kepada Bang Jali, Buya bajunya diganti saja, basah kena air wudu. Saya berada di ruang tamu, menyusukan anak saya Fathur.
Bersama saya dua perempuan dewasa. Di dekat pintu depan rumah, pintu rumah kami hanya di depan, rumah kami tidak ada pintu belakang. Saya memanggil ketiga anak untuk pulang ke rumah, karena sudah masuk waktu Magrib. Bang Jali dan empat temannya mulai melaksanakan sholat Magrib berjamaah dengan Bang Jali sebagai imamnya. Mereka salat di ruang belakang dekat dapur.
Dani, usianya sekitar dua puluh lima tahun tahun adalah murid mengaji Bang Jali. Kerjanya sehari-hari menjahit gorden, dia tinggal di Tanjung Balai. Dani membawa dua orang temannya, Alek (30 tahun) dan Deni (20 tahun) ke rumah. Bang Jali sebelumnya tidak mengenal kedua orang itu. Sejak saat itu, Deni dan Alek menginap di rumah. Tapi Dani tidak menginap di rumah. sedangkan alek dan deni saya tidak mengenalnya.
Mengenai Abu, atau Abdullah (35 tahun), saya tidak jelas orang mana berasalnya. Jadi Deni dan Alek sudah menginap 2 minggu di rumah kami, kedatangan mereka ke Tanjungbalai karena rencana mau cari kerja, saat itu mau hari hari raya. Bang Jali bilang ini sudah dekat hari raya, tidak mungkin ada kerjaan.
Tiba-tiba sebuah mobil datang, terdengar suara dari luar ada orang berteriak, “Keluar!” Saat itu ketiga anak saya masih bermain di rumah tetangga. Saya mau memanggil anak-anak untuk pulang, saya pun berjalan menuju pintu depan rumah. Saya menyuruh mereka masuk, tapi mereka tidak mau masuk, saya sempat melihat wajah mereka seperti ketakutan. Saya terkejut karena pas saya di depan pintu saya lihat sudah turun dari mobil 30 orang bersenjata.
Anak-anak saya diam tak bersuara. Densus 88 langsung saja menerobos masuk ke dalam rumah dengan bersenjata. Mereka semuanya ada sekitar 30 orang membawa senjata. Mereka dari samping sebagian, masuk ke dalam rumah sebagian, sambil melepaskan tembakan.
Saya sambil menggendong bayi saya, dua perempuan dewasa serta anak-anaknya ditodongkan senjata sama Densus 88. Sepasang daun pintu rumah kami ditendang sama Densus 88. Tidak ada baku tembak, tidak ada perlawanan dari dalam rumah, karena Bang Jali sedang salat, sedang membaca surah Al Quran sehabis membaca surah Al Fatihah.
Tiba-tiba tiga makmum (Alek, Deni dan Dani) keluar dari shaff (membatalkan sholat mereka) karena mendengar suara ribut tembakan dan segera mengetahui datangnya orang-orang bersenjata. Alek, Dani dan Deni lari menuju kamar mandi. Alek keluar dengan membobol seng kamar mandi. Orang-orang yang sudah masuk rumah menembaki mereka Deni dan Dani ditembaki secara membabi buta sewaktu mereka di depan kamar mandi.
Saya, dua perempuan dewasa yang bersama saya, bayi saya yang berumur 20 hari, dan anak tetangga yang balita itu menyaksikan kejadian itu. Jadi dua orang ditembak di kamar mandi, satu orang lagi lari. Bang Jali dan seorang makmumnya, Abu masih tetap melanjutkan salat, walaupun orang-orang bersenjata itu sudah masuk ke dalam rumah, di ruang belakang dekat dapur. Bang Jali tetap melanjutkan membaca surah Al Quran.
Tapi orang-orang bersenjata itu langsung menarik paksa Bang Jali, salat Bang Jali dihentikan secara paksa. Buya ditendang saat salat kemudian dipijak-pijak (diinjak-injak) hingga babak belur. Saya kasihan melihat Bang Jali karena saat itu dia sedang sakit batuk. Bang Jali diseret sama Densus, Bang Jali tak henti-hentinya meneriakkan takbir, Allahu Akbar, Allahu Akbar. [bersambung/mah]
28/09/2010 - 18:45
Inilah Kronologi Khairul Ditembak Saat Salat (2)
Irvan Ali Fauzi & Abdullah Mub
INILAH.COM, Jakarta - Istri Khairul Ghazali, Kartini Panggabean, menyaksikan secara langsung suaminya ditembaki saat sedang salat oleh Densus 88 Polri.
Anak-anak Ghazali-Kartini turut menyaksikan 'keganasan' Densus 88 dalam penyergapan pada Minggu 19 September 2010. Berikut kutipan lanjutan peristiwa Ghazali ditembaki kala salat:
Saya masih dalam todongan senjata bersama dua perempuan dan tiga anak-anak. Kami langsung disuruh ke rumah tetangga sambil ditodong. Saya digiring ke rumah tetangga sambil ditodong senjata, di rumah tetangga. Anak-anak saya dari tadi memang berada di situ. Saya dan anak-anak saya bisa mengintip (melihat dari sela-sela atau lobang) kejadian yang terjadi di rumah kami dari rumah tetangga. Anak-anak saya berteriak-teriak tidak tak henti-hentinya.
“Ummi, Ummi itu Buya, itu Buya.” Anak-anak memberitahu saya mereka melihat Buya mereka dipijak-pijak (diinjak-injak). Mereka menembaki rumah kami dengan membabi buta, walaupun saya sangat yakin Bang Jali tidak ada senjata. Bang Jali hanya terus bertakbir, Allahu akbar, hanya itu yang bisa Bang Jali lakukan.
Mereka menembaki saja walau tidak ada perlawanan. Dari luar mereka menembaki, di dalam juga menembaki, mereka dalam waktu satu jam itu menembak terus dengan membabi buta. Tiba-tiba ada yang menggiring saya keluar, saya dibawa ke mobil Densus 88.
Saya terus menengok (melihat) ke arah Bang Jali tapi sudah tidak terlihat. Saya tengok (lihat) suami kawan saya (Abu) dibawa ke mobil tak berapa lama. Densus membentak saya menanya saya di mana tas Bang Jali. Saya jawab (katakan), “Tengok saja sendiri.” Mereka semua penakut, saya yang disuruh mengambil tas Bang Jali, mereka takut granat, padahal tidak apa-apa di tas Bang Jali.
Satu jam kemudian polisi (dari Polresta Tanjung Balai) datang ke sana, polisi pun rupanya tahu apa-apa mengenai kejadian itu. Densus pergi begitu saja. Saya tidak tahu informasi ke mana Bang Jali dibawa, apakah Bang Jali dibawa ke Medan atau kemana.
Dari pihak Polres malah menanyakan sama saya ke mana Bang Jali dibawa Densus. Saya dinaikkan ke mobil Patroli Polresta Tanjungbalai dibawa ke kantor Polresta Tanjungbalai. Saya tidak dikasih pulang ke rumah.
Esok hari, tanggal 20 September, saya masih tidak dikasih pulang. Sebagian besar anggota Polres Tanjung Balai memperlakukan saya dengan baik, mereka kasihan melihat saya karena menengok anak saya kecil (bayi), tapi ada juga polisi di sini yang jahat dan memperlakukan saya sewenang-wenang.
Saya ingin tahu kabar suami saya. Saya lihat ada koran, saya ambil untuk saya baca. Polisi berpakaian preman itu merampas koran itu dari tangan saya. Hati saya sangat sakit, tapi saya diam saja. Kapolresta baik sama saya. Dia menanyakan saya, apakah mau pulang ke rumah mengambil baju?
Saya sudah bilang sama penyidik cemana ini, Pak, kalau saya masuk tahanan jelas status saya, tapi di sini saya tidak jelas sebagai apa, saya tidak tahu apa-apa. Kata penyidik tunggu kabar dari Medan saja, baru saya kasih informasi disini.
Saya sedih karena Bang Jali tak bisa dijumpai, karena dia sudah babak belur dipijak-pijak dua puluhan orang. Mereka main serbu saja, mereka itu begitu datang tak ada basa-basi lagi. Dinding rumah kami rusak. Polisi pun tidak boleh lewat-lewat di situ selama satu jam itu.
Padahal kan semua pakai peraturan. Polresta Tanjungbalai membantu saya mempertemukan saya dengan keluarga saya agar anak-anak saya yang empat orang tidak tinggal di tahanan. Saya dipinjamkan telepon sama Polisi untuk menelepon adiknya agar saya bisa menitipkan anak-anak saya kepada keluarga kecuali yang bayi tetap bersama saya, karena dia masih saya susukan umurnya kan baru 3 minggu.
Pada 20 September 2010 sekitar jam 09.00 WIB pagi saya pertama kali menghubungi keluarga. Saya mengasih tahu, saya sekarang di Polresta Tanjung Balai, tidak boleh keluar dari sini karena saya kata polisi dijadikan saksi. Adik saya ke ke Tanjung Balai hari Senin, 20 September itu juga, adik saya menjenguk saya. Kondisi saya sudah beberapa hari tetap tak jelas, tidak dikasih pulang, padahal saya sudah di BAP hari Minggu sampai sekarang tidak keluar-keluar.
Tidak jelas, tidak boleh pulang, soalnya tidak ada yang mau datang menjenguk saya, adik saya pun hanya datang untuk mengambil si Umar, dibawa ke sana, kasihan Bang Jali. Di sini saya bayi saya tidur dan hidup di sebuah ruangan yang menyerupai gudang kertas-kertas, hanya beralas tikar plastik, kasihan Fathur (bayi saya), baru 3 minggu usianya. [mah]
JUM'AT, 24 SEPTEMBER 2010 | 00:30 WIB
ANTARA/Irsan Mulyadi
TEMPO Interaktif, Medan - Siapa Khairul Ghajali, 47 tahun, warga Jalan Sehat, Kelurahan Bunga Tanjung, Kecamatan Datuk Bandar Timur, Kota Tanjung Balai? Warga sekitar mengenalnya adalah ustad dan ahli bekam. Namun, Ghajali semasa tahun 1990-an pernah menerbitkan buku soal figur Presiden Soeharto, dengan titel buku, 99 Alasan Soeharto Masuk Neraka.
Sosok ayah dari empat anak ini menggegerkan warga, Ahad 19 September 2010. Belasan anggota Detasemen Khusus 88 Antiteror Kepolisian Republik Indonesia, pukul 17.30 WIB, menggerebek rumah Ghajali di Jalan Sehat, Lingkungan 2, Kelurahan Bunga Tanjung, Kecamatan Datuk Bandar Timur, Kota Tanjung Balai, Sumatera Utara. . Ia disangkakan sebagai jaringan teroris.
Namun, Kepala Polri Jenderal Bambang Hendarso Danuri dalam keterangan pers, Senin, 20 September, di Markas Kepolisian Dasar Sumatera Utara Jalan Sisingamangaraja Kilometer 10,5 Medan, tak menyebut kapasitas Ghajali dalam jaringan teroris di Medan yang dipimpin Mustofa alias Abu Tholut.
Adik kandung Ghajali, Ahmad Sofyan, dalam perbincangan melalui telepon kepada Tempo, menyebutkan kakak keduanya dari empat bersaudara itu adalah penulis buku. Kebanyakan buku menyoal agama yang dipasarkan dan diterbitkan penerbit di Malaysia. “50 judul buku sudah diterbitkan, dua di antaranya oleh penerbit Mizan, saya lupa judulnya,” kata Ahmad.
Aktivitas menulis Ghajzali, lanjut Ahmad, cukup mengejutkan. Sebab, Ghajali hanya menamatkan pendidikan hingga sekolah dasar. “SMP dia pernah tinggal kelas 2 kali. Dan, tidak melanjutkan pendidikan karena protes celana seragam sekolah yang dianggap tidak menutup aurat,” kata Ahmad.
Meski tidak lulus sekolah, Ahmad menceritakan, Ghajali mulai aktif menulis cerita-cerita remaja untuk media lokal. Menginjak usia 18 tahun, Ghajali menghilang pada 1980-an dan keluarga tidak mengetahui keberadaannya. Keberadaan Ghajali baru diketahui pada 1996. “Dia ke Malaysia, dan 1996-2000 menetap di Medan,” kata Ahmad.
Empat tahun kemudian, Ghajali kembali ke Malaysia. “Di sana dia sempat bekerja sebagai penulis. Dan 2004-2010 kembali dan menetap di Tanjung Balai,” ujar Ahmad. Selama tinggal di sana, Ahmad menyebutkan, Ghajali juga membuka praktik perobatan tradisional. “Berprofesi sebagai bekam,” kata Ahmad.
Dua buku yang ditulis Ghajali, diterbitkan di Indonesia di antaranya mengenai mantan Presiden Soeharto. “Di antaranya, 99 Alasan Soeharto Masuk Neraka,” kata Ahmad.
SOETANA MONANG HASIBUAN
Ini Dia Nama Terduga Teroris Tewas & Ditangkap
Jum'at, 24 September 2010 - 02:23 wib
Tri Kurniawan - Okezone
JAKARTA - Polisi sudah melumpuhkan 21 terduga teroris yang juga terkait dengan perampokan Bank CIMB Niaga, Medan, dalam penggerebekan di Sumatera Utara dan Lampung.
Sebanyak 11 terduga dibawa ke Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Kamis kemarin. Sementara lima korban tewas dan luka dirawat di RS Polri Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Berikut nama-nama teroris seperti dirilis Divisi Humas Mabes Polri, Kamis, 23 September.
Tersangka teroris ditangkap di Medan dan ditahan di Mako Brimob, Kelapa Dua:
1. Jumirin alias Sobirin alias Abu Azam
2. Khairul Gazali alias Abu Yasin
3. Anton Sujarwo alias Supriyadi
4. Kasman Hadiyaono
5. Agus Sunyoto alias Gaplek
6. Bagas alias Deri
7. Nibras alias Arab alias Amir
8. Suraji alias Agus Iwan
9. Fero Risky Adrian alias Eki
10.Dicky Ilvan Alidin
11.Jaja Miharja alias Syafrizal
Tersangka teroris meninggal dunia dan masih di RS Polri, Jakarta Timur:
1. Dani alias Ajo
2. Yuki Wantoro alias Rozak
3. Ridwan alias Iwan
Tersangka teroris luka dirawat di RS Polri, Jakarta Timur:
1. Marwan alias Waknong alias Wak Geng
2. Suryo Saputro alias Umar alias Siam
3. Beben Khairul Rizal alias Abah alias Abu Jihad alias Ijal.
Tersangka teroris ditangkap di Lampung:
1. Hendri Susanto
2. Heri Kuswanto alias Ari
3. Wahono alias Bawor
4. Abdul Haris Munandar alias Aris.
(ton)
[increase] [decrease]
Pelatihan Teroris Aceh Bikin Warga Trauma
Renny Sundayani
(IST)
INILAH.COM, Jakarta - Kasat Intel Apriyandi mengatakan bahwa pelatihan teroris di pegunungan Jalin Jhanto, Aceh Besar kerap meresahkan Masyarakat.
"Langsung dari masyarakat, mereka jadi takut dan trauma akan konflik, warga jadi tak bisa berkebun lagi,"katanya pada saat bersaksi di Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Kamis (7/10/2010).
Pasalnya, lanjutnya, warga sekitar bergantung dengan mata pencaharian dengan berkebun.
"Karena kan kawasan lembah dan di sana ada sungai, masyarakat biasa mencari ikan, rotan dan rusa untuk cari makan," katanya kepada Majelis Hakim.
Berdasarkan pengamatan masyarakat lanjutnya, kelompok teroris yang menggunakan senjata api tersebut, sudah bermukim selama 1 bulan lamanya.
"Semenjak adanya mereka,masyarakat tidak pernah lagi ke kawasan pegunungan itu lagi," katanya. [mah]
Kubu Ba'asyir Bantah Anjuran Merampok
Pengacara mempersilakan kepolisian terus bernyanyi.
Kamis, 7 Oktober 2010, 16:05 WIB
Ita Lismawati F. Malau
VIVAnews - Pimpinan Jamaah Ansharut Tauhid, Abu Bakar Ba'asyir, melalui pengacara Mahendradata membantah pernah ke Hamparan Perak, Deli Serdang, Sumatera Utara. Pengacara mempersilakan kepolisian terus bernyanyi.
"Tapi, pembuktian nanti di pengadilan. Kami tidak percaya pada keterangan saksi yang diperiksa polisi karena tidak ada yang melihat seperti apa pemeriksaan itu," kata Mahendradata saat dihubungi VIVAnews, Kamis 7 Oktober 2010.
Pernyataan ini menanggapi pernyataan Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Pol Iskandar Hasan yang menyatakan Ba'asyir pernah ke Hamparan Perak dan menganjurkan kelompok bersenjata itu merampok.
"Kami percaya dengan keterangan saksi ini jika mereka diperiksa di muka umum dalam keadaan bebas. Kalau begini, kita tidak pernah bisa mengonfimasi kepada saksi. Hanya dari omongan polisi," kata pengacara Tim Pembela Muslim (TPM) ini.
Alasan inilah yang jadi dasar mengapa Abu Bakar Ba'asyir tidak akan menjawab pertanyaan penyidik, sampai perkaranya tiba di pengadilan. "Kalau di pengadilan, hakim boleh saja berpihak, tapi kan masyarakat bisa menilai sendiri," tegasnya.
Untuk itu, Mahendradata mempersilakan kepolisian mengatakan apapun, namun keputusan ada di pengadilan. "Silakan bernyanyi."
Dalam kesempatan itu, Mahendrata juga mengatakan Abu Bakar hanya pernah ke Medan. "Kalau ke Hamparan Perak, terlalu jauh." (umi)
• VIVAnews
Ba'asyir Anjurkan Komplotan Medan Merampok?
"Informasi itu dari keterangan mereka yang tertangkap."
Kamis, 7 Oktober 2010, 15:49 WIB
Ita Lismawati F. Malau, Eko Huda S
Abu Bakar Ba'asyir (VIVANews/ Tri Saputro)
VIVAnews - Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Pol Iskandar Hasan mengatakan amir Jama'ah Ansharut Tauhid, Abu Bakar Ba'asyir pernah mengunjungi Hamparan Perak, Medan. Dalam kunjungan itu, kata dia, Ba'asyir memberikan anjuran pada komplotan bersenjata di Medan untuk melakukan perampokan.
"Informasi itu dari keterangan mereka yang tertangkap, Abu Bakar Ba'asyir paling tidak dua kali mengunjungi Hamparan Perak itu," kata Iskandar usai menghadiri acara penandatanganan nota kesepahaman antara Kapolri dan Menakertrans di gedung Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Jakarta, Kamis 7 Oktober 2010.
Iskandar mengatakan kunjungan Ba'asyir ke Hamparan Perak itu dilakukan pada awal tahun ini. Ba'asyir, kata dia, juga turut merekrut jaringan teroris Medan.
"Dan mengajak orang-orang yang kami tangkap ini. Walau pun tidak langsung dia datang memberikan motivasi. Terbukti kan dengan kejadian ini," kata dia.
Tak hanya memberikan motivasi, pengasuh Pondok Pesantren Ngruki, Solo, Jawa Tengah itu juga diduga telah menganjurkan kepada komplotan ini untuk melakukan jihad dengan cara negatif.
"Dakwah agama sih boleh saja. Tapi kalau mengajak kejahatan, mengajak berjihad, mengajak merampok. Ini kan pemahaman mereka yang keliru," kata dia.
"Sehingga apa yang kami tangkap kemarin itu, sembahyang lima waktu lengkap, enggak tahu juga. Makanya mereka segitu gampangnya menerima yang negatif," ujar Iskandar. (umi)
• VIVAnews
TERORISME DAN PERAMPOKAN
Peluru CIMB dan Hamparan Perak Sama
Selasa, 5 Oktober 2010 | 15:30 WIB
Kompas/Mohammad Hilmi Faiq
JAKARTA, KOMPAS.com - Puslabfor Polri menemukan kesamaan senjata yang ditemukan dari salah seorang pelaku baku tembak Serdang Bedagai dengan yang dipakai untuk merampok Bank CIMB Niaga, Medan. Hal ini disampaikan Wakadiv Humas Polri, Brigjen Ketut Untung Yoga Ana siang ini di Mabes Polri, Jakarta Selatan (5/10/2010).
Senjata M16 yang ditemukan dari Taufik telah ditembakkan untuk penyerangan Polsek Hamparan Perak dan perampokan Bank CIMB
"Hasil pemeriksaan balistik puslabfor diindikasikan senjata M16 yang ditemukan dari Taufik telah ditembakkan untuk penyerangan Polsek Hamparan Perak dan perampokan Bank CIMB," jelasnya.
Yoga juga menegaskan bahwa peluru yang ditembakkan di Polsek Hamparan perak terdapat kesamaan dengan peluru di Bank CIMB Niaga. "Dilakukan dengan pencocokan dari peluru yang bersarang di anggota Polisi Hamparan Perak sama dengan peluru yang bersarang di Brimob yang jaga di CIMB Medan. Ada 14 tembakan yang identik," ujarnya.
Hal ini menguatkan indikasi adanya hubungan langsung antara kejadian-kejadian yang berlangsung di Sumatera Utara dalam kurun waktu satu bulan terakhir. "Memang ada hubungan secara langsung antara CIMB dan Polsek Hamparan Perak," ungkap Yoga.
Menurut Yoga, temuan tersebut menyimpulkan bahwa kelompok ini memang terorisme. "Semua bermotif terorisme karena cocok dengan temuan Aceh," jelasnya.
Saat ini, Polda Sumatera Utara telah mengamankan barang bukti dari tersangka berupa satu pucuk senjata laras panjang M16, satu pucuk AK47, satu pucuk pistol, amunisi dengan kaliber 7,62, 5,65, 45 dan 38.
Jakarta - Perampokan atas nama agama yang dilakukan oleh teroris dinilai tidak mencerminkan Islam yang mengajarkan kasih sayang. Dalam pandangan teroris, perampokan menjadi halal karena mereka tak mengakui negara yang tidak sesuai dengan konsep mereka.
"Itu tidak mencerminkan sikap umat Islam di mana Islam yang mengajarkan kasih sayang," kata tokoh Muhammadiyah, Abdul Mu'thi saat berbincang dengan detikcom, Senin (27/9/2010).
Padahal, dalam Islam, pada kondisi perang pun dilarang merusak fasilitas vital seperti sumber makanan. Tak hanya itu, anak-anak dan orang tua juga tak boleh disakiti atau dibunuh. "Apalagi kondisi damai," tambahnya.
Menurutnya, sikap teroris ini muncul karena teroris tidak mengakui pemerintahan yang tidak sesuai dengan konsep mereka. Karena tidak mengakui, maka produk hukum yang dibuat oleh pemerintah tidak harus dipatuhi. "Oleh karena itu mereka menganggap perbuatan tersebut sebagai sesuatu yang sah," beber Mu'thi.
Meski perbuatan tersebut mengakibatkan kematian orang yang tak bersalah, teroris menilai itu konsekuensi logis dari perjuangan. "Seperti kata Imam Samudra, kalau ada yang meninggal dari kalangan Islam akibat aksi mereka, cukup meminta maaf," tutup Mu`thi.
Pada Jumat lalu, Kapolri Jenderal BHD membeberkan aksi perampokan termasuk yang terakhir menimpa Bank CIMB Niaga di Medan, Sumatera Utara (Sumut), dilakukan oleh para tersangka teroris. Bagi mereka, merampok merupakan pekerjaan halal.
"Bagi mereka, merampok, fa'i, itu sah dan halal, karena harta itu didapat dari orang kafir," kata Kapolri.
Selain CIMB Niaga, Kapolri menyebutkan, para teroris yang sebagian telah ditangkap diketahui adalah pelaku beberapa aksi perampokan sebelumnya. Sebut saja perampokan uang Rp 57 juta di sebuah warnet, uang Rp 600 juta dari money changer, serta uang Rp 75 juta dari Bank Sumut. Semuanya terjadi di Medan.
Uang dari hasil perampokan itu dipakai untuk membiayai operasi dan pedirian kamp-kamp pelatihan. Selain itu, uang tersebut digunakan untuk membeli senjata api.
(asp/nrl)
Polri: Perampok Padang spesialis pembobol ATM
Selasa, 28/09/2010 15:55:10 WIB
Oleh: A. Azis Faradi
JAKARTA: Polri menyatakan pelaku pembobolan dua ATM di kompleks Universitas Bung Hatta, Padang, Sumatra Barat (Sumbar) merupakan spesialis pembobolan ATM.
Wakil Kepala Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Pol. Ketut Untung Yoga mengatakan aksi pelaku pembobolan kedua ATM pada akhir pekan lalu, sebelumnya telah melakukan aksi serupa mulai Desember 2009.
"Pada Desember 2009, pelaku berhasil membobol ATM BNI di kompleks Akper Padang dengan kerugian mencapai Rp300 juta dengan pelaku tujuh orang," ujarnya, hari ini.
Mereka, lanjutnya, antara lain Aceng, Eko, Aseng, Sake, Anif, Syamsul dan Ikhsan Gafar.
Selanjutnya pada April 2010 pelaku melakukan pembobolan ATM BNI di kompleks kampus Unand Padang dan berhasil membawa uang sebesar Rp500 juta sedangkan pelakunya delapan orang. Kedelapan orang tersebut adalah Leo, Iwan, Ikhsan Gafar, Andi, Sulaiman, dan Pak De, Bento, Sudirman (tewas dalam penyergapan pembobolan ATM Bukopin dan ATM Bank Nagari pada 25 September).
Jenderal bintang satu itu menambahkan setelah itu, pelaku kembali melakukan aksinya pada Agustus 2010 di ATM Bank Mandiri di kompleks Telkom Padang dengan kerugian Rp170 juta dengan pelaku berjumlah enam orang yakni Ikhsan Gafar, Khairul, Iwan Gonggong, Rahmad, Sudirman, dan Hendra.
"Pelaku inti selalu sama, hanya saja berganti pasangan," katanya.
Pada bulan yang sama (Agustus) kelompok tersebut juga telah berencana membobol ATM Mandiri di jalan Joni Padang, tetapi aksi tersebut gagal karena masyarakat sekitar curiga.
Setelah itu, pada akhir pekan kemarin, melakukan perampokan di kompleks Universitas Bung Hatta. Adapun barang bukti terbaru yang berhasil di temukan adalah tiga tas, tas pertama berisi 11 item perlengkapan bepergian seperti deodoran dan sejenisnya.
Di tas kedua ditemukan 21 amunisi kaliber berukuran 9 milimeter, satu ATM BCA, kartu Alfamart, KTP atas nama Rusdianto, dompet berisi uang sebesar Rp1,3 juta, tas pinggang, dan handphone merek nokia berwarna biru.
Dalam tas ketiga ditemukan uang sebesar Rp135 juta pecahan limapuluh ribuan, serta dompet berisi uang sebesar Rp2,9 juta, Rp1,5 juta, dan KTP atas nama Khairul dan satu anggota LSM. (swi)
Kelompok Abu Tholut Haramkan Bom Bunuh Diri
Sabtu, 25 September 2010 - 08:39 wib
Muhammad Saifullah - Okezone
JAKARTA- Kelompok teroris Medan diduga kuat merupakan anak didik Abu Tholut, mantan narapidana kasus terorisme yang pernah divonis 8,5 tahun penjara.
Pentolan teroris itu kini masih bebas berkeliaran dan diduga tengah merencanakan aksi teror lanjutan di Tanah Air, setelah menyerang Mapolsek Hamparan Perak di Deli Serdang.
Pengamat intelijen Dynno Cressbon mengungkapkan Abu Tholut sedikit berbeda paham dengan mendiang Noordin M Top dan Dr Azhari. Abu Tholut dengan tegas menolak penggunaan bom bunuh diri dalam aksinya.
Sementara Noordin M Top dan Dr Azhari menilai metode tersebut yang paling tepat untuk mencapai tujuannya. “Mereka menyatakan haram terhadap metode bom bunuh diri,” ujarnya.
Hanya saja, saat Abu Tholut berada di penjara, Noordin M Top dan kelompoknya berhasil menyakinkan pengikut Abu Tholut agar menggunakan bom bunuh diri dalam melancarkan aksinya. Peristiwa pengeboman Hotel JW Marriot pada 2003 silam oleh Asmar latin Sani. “Dia merupakan anak buah Abu Tholut,” ujarnya.
Disebutkan, Abu Tholut sempat marah karena anak buahnya terpengaruh cara-cara Noordin M Top. Dia pun lantas memboikot pasokan logistik ke kelompok Noordin M Top. Metode teror menggunakan bom bunuh diri dianggap tidak efektif karena berpotensi menimbulkan korban di luar sasaran. Sehingga memunculkan antipati dari publik.
Kelompok Abu Tholut lebih memilih metode serangan terukur terhadap pihak-pihak yang dianggap sebagai musuh Islam. Yaitu dengan cara menggunakan bom mobil dan serangan langsung seperti di Mapolsek Hamparan Perak.
“Mereka tercatat pernah menyarang pos-pos polisi di Ambon, Poso, dan di Jawa Tengah dan terakhir di Sumatera Utara,” sebutnya.(ful)
"Abu Tholut Masih Punya 108 Sel Jaringan Teroris"
Minggu, 26 September 2010 | 16:47 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta - Pengamat terorisme, Al Chaidar, menyatakan jaringan teroris pimpinan Musthofa alias Abu Tholut masih bertaring. Berdasarkan informasi yang diperolehnya, polisi baru melumpuhkan enam sel dari 114 sel jaringan teroris yang dibentuk Abu Tholut.
“Meski sebagian sudah dilumpuhkan di Sumatera, selnya masih sangat kuat. Masih tersisa seratus lebih,” kata Chaidar saat dihubungi, Ahad (26/9). Dengan modal jaringan yang kuat itu, menurut Chaidar, bukan tak mungkin Abu Tholut dan kelompoknya bakal beraksi lagi.
Menurut Chaidar, sebagai bekas Ketua Mantiqi III Jamaah Islamiyah, Abu Tholut memiliki jaringan luas untuk membentuk sel-sel teroris baru. Selain itu, jabatannya sebagai instruktur perang di kamp Hudaibiyah di Mindanao, Filipina, menyebabkan dia punya banyak murid.
Lantaran ahli perang itulah, kata Chaidar, jaringan Abu Tholut memiliki pola serangan yang berbeda dengan kelompok Noor Din M. Top. “Polanya serangan terbuka karena Abu Tholut ahli perang kota,” kata Chaidar.
Sejumlah teroris yang dilumpuhkan di Sumatera Utara dan Lampung, Ahad pekan lalu, diduga merupakan bagian jaringan Abu Tholut. Saat ini polisi masih memburu lelaki yang pernah menghuni Lembaga Pemasyarakatan Cipinang selama empat tahun tersebut.
ANTON SEPTIAN
[ Sabtu, 25 September 2010 ]
Teroris Undang Gerilyawan Mujahidin Iraq dan Afghanistan
Kapolri Akan Libatkan Pasukan Khusus TNI
JAKARTA - Polisi rupanya tak boleh meremehkan kekuatan jaringan teroris di Indonesia. Meski para tokoh kunci seperti Noordin M. Top, Dulmatin, dan Dr Azhari sudah tewas ditembak, sel-sel teroris di negeri ini masih berbahaya. Bahkan, dari pengakuan para tersangka yang ditangkap di Medan, kelompok tersebut sudah bersiap mendatangkan bala bantuan dari luar negeri.
Mereka akan mengundang para gerilyawan mujahidin Iraq dan Afghanistan yang terlatih berperang kota untuk ''berjihad'' di Indonesia. ''Mereka sudah melakukan kontak (dengan pihak asing). Itu pengakuan mereka. Strategi yang digunakan persis di wilayah-wilayah Iraq, Afghanistan, dan Pakistan. Yakni, gerilya di perkotaan,'' ujar Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri (BHD) di Ruang Rupatama Mabes Polri Jakarta kemarin (24/9).
BHD yang kemarin mengenakan seragam lengkap itu didampingi Kabareskrim Komjen Ito Sumardi yang berbaju batik. Kelompok perampok Bank CIMB Niaga Medan dan penyerang Polsek Hamparan Perak juga sudah berkomunikasi dengan jaringan di luar Sumatera. ''Serangan (ke polsek) itu merupakan kode, isyarat untuk asykari (kelompok militer) mereka di daerah lain,'' jelas alumnus Akpol 1974 tersebut.
Dia menjelaskan, dari hasil pemeriksaan sementara, jaringan itu mempunyai dukungan dana dan hubungan dengan organisasi serupa di luar negeri. ''Caranya sama, yakni menciptakan chaos sehingga ada delegitimasi pemerintahan. Wibawa negara jatuh dan mereka mengambil alih,'' katanya.
Saat ini, polisi terus mengejar salah seorang warga asing berkebangsaan Prancis bernama Frederic Jean Salvi. Dia diduga menjadi penghubung untuk mendatangkan para gerilyawan asing dari Iraq dan Afghanistan. Frederic yang akrab disapa Ali itu juga memberikan sebuah mobil Mitsubishi Gallant yang akan digunakan untuk melakukan serangan pengeboman di Cibiru, Bandung.
Sebelumnya, seorang warga Arab Saudi bernama Ali Abdullah juga disangka membantu teroris Syaifuddin Zuhri (tewas) dalam pengeboman JW Marriott dan Ritz-Carlton. Namun, di pengadilan, dia hanya divonis pelanggaran imigrasi.
Menurut BHD, jalur-jalur senjata dan amunisi teroris juga dimungkinkan berasal dari luar negeri. Misalnya, Moro di Filipina Selatan atau perbatasan darat Indonesia-Malaysia. Saat ini, anggota Densus 88 juga ditugaskan untuk melacak orang sekaligus jalur senjata tersebut di luar negeri. ''Anak-anak bekerja tanpa istirahat, tak pernah berhenti,'' ungkapnya.
BHD memastikan bahwa seluruh komando jaringan tersebut sekarang dipegang Abu Tholut, mantan ketua mantiki III (wilayah) Jamaah Islamiyah. Alumnus kamp Afghanistan itu menguasai teknik perang gerilya kota atau urban guerilla warfare. ''Dia itu sangat-sangat berbahaya,'' tegasnya sembari meminta Kadivhumas Irjen Iskandar Hasan menunjukkan foto Tholut kepada wartawan.
Polri menyatakan siap bekerja sama dengan TNI untuk memerangi kelompok tersebut. ''Dalam striking force (pasukan penyerang) nanti, kami libatkan Denjaka, Denbravo, dan Gultor dari Kopassus,'' katanya. Denjaka adalah pasukan khusus TNI-AL, Denbravo (pasukan khusus TNI-AU), dan Gultor (pasukan khusus dari Kopassus TNI-AD).
Pernyataan BHD soal kerja sama itu merupakan ucapan resmi pertama soal keterlibatan TNI dalam penanggulangan teror. Selama ini, sejak terorisme marak pada 2000, TNI selalu duduk manis. Mereka tak pernah sekalipun dilibatkan, apalagi saat penyerangan.
Menurut informasi yang dihimpun Jawa Pos, beberapa jam setelah ada pernyataan Kapolri soal keinginan melibatkan TNI, Komandan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI Mayjen Geerhan Lantara sudah berada di Medan, Sumatera Utara.
BHD juga menjelaskan, kelompok teroris terlatih itu memang punya agenda melakukan assassination (pembunuhan) secara mendadak dan menunggu kelengahan aparat. ''Sasarannya adalah pos-pos TNI dan polisi yang sepi dan jauh dari permukiman,'' katanya.
Mereka mempunyai doktrin yang menghalalkan darah para polisi karena dianggap thaghut (lawan) yang sah untuk diperangi. ''Perampokan bagi mereka juga halal sebagai cara mencari dana,'' ujarnya.
Kelompok tersebut juga merekrut para pemuda dan preman serta mantan-mantan bandit di penjara. Tujuannya, selepas dari penjara, mereka mau bergabung. ''Sebagian pelaku di Medan adalah residivis kasus pidana umum,'' jelasnya.
Kapolri meminta masyarakat menghargai kinerja Densus 88. Dia membantah anak buahnya melanggar hak asasi manusia (HAM). ''Kejahatan terorisme berbeda dari tindak pidana umum. Jika diperlakukan sama, misalnya mengajak RT setempat (sebelum menangkap), bisa-bisa sudah habis (polisi) diserang duluan,'' tegasnya.
Sejak 2000, sebanyak 563 teroris telah diajukan ke pengadilan, 44 tewas ditembak, dan 10 orang bunuh diri. Menurut BHD, saat ini sedang berlangsung sidang 66 teroris yang dibagi dalam 33 berkas perkara terorisme. Para terdakwa itu merupakan hasil penggerebekan oleh Densus 88 Antiteror di Aceh.
Di antara 563 teroris yang diadili, lanjut Kapolri yang sebentar lagi pensiun itu, 471 terdakwa telah dijebloskan ke penjara. Namun, 245 di antaranya sudah bebas. ''Yang sudah bebas itu menjadi warning kita semua. Sebab, yang militan akan kembali bergabung dengan kelompok mereka,'' katanya.
Di tempat terpisah, pengamat terorisme Noor Huda Ismail menilai, langkah Polri menggandeng TNI bisa membuat blunder karena dianggap sebagai tantangan bagi kelompok itu. ''Istilahnya, lu jual gua beli,'' ujar alumnus St Andrew University Skotlandia itu.
Dia menjelaskan, sebenarnya pola serangan menembak polisi dan merampok dilakukan kelompok teroris itu sejak lama. Misalnya, pada 2005, sempalan anggota Kompak di bawah komando Asep Djaja menyerang pos Brimob di Loki, Seram. Dalam wawancara, Asep menjelaskan bahwa aksi mereka didasari keinginan untuk qishos (membalas) aparat kepolisian yang, menurut dia, lebih berpihak kepada kelompok lawan mereka ketika konflik komunal di Ambon terjadi.
Lalu, 2002, jaringan Imam Samudra merampok toko emas di Serang untuk mendanai aksi bom Bali pertama. Pada tahun yang sama, Abu Tholut sudah berencana merampok mobil pemerintah daerah Poso yang membawa uang. Namun, rencana itu ditolak salah seorang anggota senior kelompok Tholut. Juli 2003, Tholut ditangkap dan rencana perampokan diteruskan oleh anak buahnya. ''Ini sebenarnya hanya mengulangi pola lama,'' katanya.
Di bagian lain, untuk mencegah penyakit kambuhan narapidana teroris, dalam waktu dekat Kemenkum HAM menyiapkan pembinaan khusus bagi terpidana kasus kejahatan tersebut. ''Saya kira, untuk teroris, perlu kita pikirkan dengan cara tersendiri. Itu yang sedang saya pikirkan karena saya juga baru tahu Abu Tholut. Tampaknya, terapi kita memang belum mantap,'' papar Menkum HAM Patrialis Akbar di kantornya kemarin.
Dia menuturkan, selama ini pihaknya melalui Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) sudah memberikan pembinaan yang cukup kepada para narapidana terorisme. Para napi tersebut telah diberi pemahaman kewarganegaraan agar konsep agama yang terdistorsi bisa diluruskan. ''Katakan dia seorang muslim. Perintah di Alquran kan jelas, tidak boleh bunuh orang,'' ujarnya. (rdl/ken/c5/iro)
Sabtu, 25/09/2010 17:03 WIB
Kabareskrim: Belum Ada Indikasi Perampok ATM di Padang Terkait Teroris
Indra Subagja - detikNews
Jakarta - Kabareskrim Komjen Pol Ito Sumardi mengatakan belum ditemukan indikasi keterkaitan perampokan 3 ATM di Padang, Sumatera Barat, dengan aksi terorisme di Medan.
"Belum ada," kata Ito singkat saat ditanya seputar keterkaitan perampok ATM di Padang dengan pelaku terorisme di Medan, kepada detikcom, Sabtu (25/8/2010).
Dikatakan dia, pelaku perampokan di ATM Padang berjumlah 8 orang. Perampok menggunakan 2 unit kendaraan roda empat jenis Toyota Avanza dan Suzuki APV.
"4 Pelaku tertangkap di Bukit Tinggi dalam keadaan 2 orang meninggal dunia, dan 2 orang luka tembak karena terjadi kontak tembak antara pelaku dengan petugas dari Polda," papar Ito.
Menurut dia, 1 orang pelaku ditangkap di Pariaman, dan 3 orang pelaku lainnya masih dalam pengejaran ke arah Anai, Sumatera Barat.
(aan/gah)
Sabtu, 25/09/2010 16:40 WIB
Polisi Sita Rp 30 Juta di Kantung Plastik dari Perampok di Padang
Niken Widya Yunita - detikNews
Jakarta - 2 Pelaku perampokan 3 ATM di Padang masih dikejar di hutan. Polisi menyita Rp 30 juta dari perampok di kantung plastik berwarna hitam.
"Kita menemukan uang Rp 30 juta di sebuah kantong plastik," ujar Kapolresta Bukit Tinggi AKBP Wisnu Andayana kepada detikcom, Sabtu (25/9/2010).
Menurut Wisnu, uang Rp 30 juta bukan total uang yang dirampok. Wisnu menduga, para perampok sudah membagi-bagikan uang hasil rampokan.
"Sepertinya uangnya sudah dibagi-bagikan," imbuhnya.
(nik/gah)
Sabtu, 25/09/2010 16:20 WIB
Densus 88 Selidiki Keterkaitan Perampok di Padang dengan Teroris
Niken Widya Yunita - detikNews
Jakarta - Kepolisian belum tahu apakah ada keterkaitan antara perampok ATM di Padang dengan teroris. Pihak Densus 88 nantinya yang akan menyelidiki keterkaitan hal itu.
"Teroris apa bukan saya belum tahu. Pihak Densus 88 nanti yang menyelidikinya," ujar Kapolresta Bukit Tinggi AKBP Wisnu Andayana kepada detikcom , Sabtu (25/9/2010).
Menurut Wisnu, pihaknya masih mengepung 2 perampok yang kabur ke hutan di Bukit Tinggi. (nik/gah)
Empat Pembobol ATM Ditembak di Agam
Sabtu, 25 September 2010 | 15:24 WIB
TERKAIT:
Pencuri ATM Bawa Mesin Las
PADANG, KOMPAS.com - Usai membobol tiga mesin ATM di Universitas Bung Hatta (UBH), Padang, Sumatera Barat, Sabtu (25/9/2010) dini hari, sebanyak empat dari lebih 10 pelaku pembobol berhasil ditembak polisi di Malalak, Kabupaten Agam. Dua di antaranya tewas dan dua lagi mengalami luka-luka.
Pelaku juga sempat menyekap tiga orang satpam kampus, serta dua orang penjaga mesjid yang saat kejadian berada di dalam kampus.
-- AKBP Wisnu handoko
Kawanan perampok yang diburu Reserse Mobil Polda Sumbar, Polres Kota Pariaman dan Polres Kota Bukittinggi, juga berhasil membekuk empat pelaku. Sebanyak dua orang perampok dibekuk di Pauh oleh jajaran Polres Kota Pariaman dan dua lagi di Malalak, Kabupaten Agam, setelah sebelumnya terjadi aksi tembak menembak.
"Masjid dikepung karena perampok bersembunyi di situ, ada beberapa kali letusan terdengar," ujar seorang warga di sebuah masjid di daerah Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman.
Pengejaran kawanan perampok spesialis ATM ini, bermula dari aksi perampokan tiga ATM di UBH Padang. ATM Bank Bukopin, Bank Nagari (BPD Sumbar) dan Bank BNI dibobol lebih 10 orang pelaku, Sabtu (25/9/2010), sekitar pukul 04.00 dengan menggunakan senjata api dan peralatan las.
"Pelaku juga sempat menyekap tiga orang satpam kampus, serta dua orang penjaga mesjid yang saat kejadian berada di dalam kampus. Mereka diancam ditembak," kata kata Wakapolresta Padang AKBP Wisnu Handoko.
Modus operandi yang dilakukan perampok, katanya, persis sama dengan perampokan empat ATM lainnya di wilayah hukum Kota Padang sebelum ini. "Kali ini mereka menggunakan dua mobil, yakni jenis Avanza dan AVP," kata Wisnu.
Akibat pembobolan ATM tersebut, pihak Bukopin menderita kerugian Rp 172 juta sedangkan Bank Nagari BPD Sumbar rugi sekitar Rp 200 juta. "ATM BNI baru sempat dirusak, kawanan itu tidak berhasil membawa uang," ujarnya.
Editor: I Made Asdhiana | Sumber : Tribunnews.com
Kapolri: Abu Tholud pemimpin baru teroris
Jumat, 24/09/2010 16:35:13 WIB
Oleh: A. Aziz Faradi
JAKARTA: Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri mengungkapkan saat ini Abu Tholud merupakan pimpinan baru kelompok teroris Indonesia.
"Dia (Abu Tholud) dulu pernah di tahan, tapi sekarang perannya cukup strategis di kelompok teroris," ujarnya dalam konfrensi pers, hari ini.
Peran teroris yang memiliki nama asli Mustofa itu, menurut dia, antara lain sebagai koordinator kelompok teroris Sumatera, dan memiliki keahlian dalam mengkoordinasi kelompok teroris Aceh, Medan, dan Bandar Lampung.
Kapolri menambahkan Abu Tholud yang merupakan alumni latihan Afganistan, kini memiliki persan aktor intelektual teroris di Indonesia.
"Sekarang dia jadi daftar pencarian orang (DPO). Dia (Abu Tholud) memerintahkan melakukan perampokan di Bank CIMB Niaga Medan beberapa waktu lalu," paparnya.
Penyewa Rumah Teroris Tulis '99 Alasan Soeharto Masuk Neraka'
28/09/2010 - 18:10
Inilah Kronologi Khairul Ditembak Saat Salat (1)
Irvan Ali Fauzi & Abdullah Mub
INILAH.COM, Jakarta - Sebuah surat elektronik berisi pengakuan istri Khairul Ghazali, Kartini Panggabean beredar di kalangan pers.
Dalam surat elektronik itu Kartini membeberkan peristiwa penyergapan suaminya saat sedang salat oleh Densus 88 Polri pada Minggu 19 September 2010.
Berikut petikan pengakuan Kartini dalam keterangan tertulis yang diterima INILAH.COM:
Nama saya Kartini Panggabean, kelahiran 20 Februari 1980. Panggilan saya Cici, anak-anak memanggil saya Ummi. Saya adalah istri dari Ustadz Ghazali, anak-anak memanggilnya Buya, saya memanggilnya Bang Jali.
Saya tinggal bersama suami saya di di Jalan Bunga Tanjung Gang Sehat, saya bersama Bang Jali tinggal bersama empat anak kami. (Umar Shiddiq, Raudah Atika Husna dan Ahmad Yasin dan Fathurrahman).
Di saat waktu Magrib, hari Minggu sekitar jam 18.45 WIB menjelang Senin malam, tanggal 19 September 2010. Saya, bayi saya, dua perempuan dewasa (istri Abu dan teman Deni), Buya, Dani, Deni, Alek, Abdullah dan 2 orang lagi anak tamu.(salah satu dari dua perempuan dewasa).
Jadi, ada di dalam rumah tersebut 10 orang, terdiri dari 5 laki-laki dewasa, 3 perempuan dewasa, 3 anak-anak. Saat adzan Magrib terdengar, Bang Jali bersiap-siap melaksanakan salat Magrib berjamaah. Bang Jali, Deni, Deden, Alek, Abu mengambil wudu. Saya bilang kepada Bang Jali, Buya bajunya diganti saja, basah kena air wudu. Saya berada di ruang tamu, menyusukan anak saya Fathur.
Bersama saya dua perempuan dewasa. Di dekat pintu depan rumah, pintu rumah kami hanya di depan, rumah kami tidak ada pintu belakang. Saya memanggil ketiga anak untuk pulang ke rumah, karena sudah masuk waktu Magrib. Bang Jali dan empat temannya mulai melaksanakan sholat Magrib berjamaah dengan Bang Jali sebagai imamnya. Mereka salat di ruang belakang dekat dapur.
Dani, usianya sekitar dua puluh lima tahun tahun adalah murid mengaji Bang Jali. Kerjanya sehari-hari menjahit gorden, dia tinggal di Tanjung Balai. Dani membawa dua orang temannya, Alek (30 tahun) dan Deni (20 tahun) ke rumah. Bang Jali sebelumnya tidak mengenal kedua orang itu. Sejak saat itu, Deni dan Alek menginap di rumah. Tapi Dani tidak menginap di rumah. sedangkan alek dan deni saya tidak mengenalnya.
Mengenai Abu, atau Abdullah (35 tahun), saya tidak jelas orang mana berasalnya. Jadi Deni dan Alek sudah menginap 2 minggu di rumah kami, kedatangan mereka ke Tanjungbalai karena rencana mau cari kerja, saat itu mau hari hari raya. Bang Jali bilang ini sudah dekat hari raya, tidak mungkin ada kerjaan.
Tiba-tiba sebuah mobil datang, terdengar suara dari luar ada orang berteriak, “Keluar!” Saat itu ketiga anak saya masih bermain di rumah tetangga. Saya mau memanggil anak-anak untuk pulang, saya pun berjalan menuju pintu depan rumah. Saya menyuruh mereka masuk, tapi mereka tidak mau masuk, saya sempat melihat wajah mereka seperti ketakutan. Saya terkejut karena pas saya di depan pintu saya lihat sudah turun dari mobil 30 orang bersenjata.
Anak-anak saya diam tak bersuara. Densus 88 langsung saja menerobos masuk ke dalam rumah dengan bersenjata. Mereka semuanya ada sekitar 30 orang membawa senjata. Mereka dari samping sebagian, masuk ke dalam rumah sebagian, sambil melepaskan tembakan.
Saya sambil menggendong bayi saya, dua perempuan dewasa serta anak-anaknya ditodongkan senjata sama Densus 88. Sepasang daun pintu rumah kami ditendang sama Densus 88. Tidak ada baku tembak, tidak ada perlawanan dari dalam rumah, karena Bang Jali sedang salat, sedang membaca surah Al Quran sehabis membaca surah Al Fatihah.
Tiba-tiba tiga makmum (Alek, Deni dan Dani) keluar dari shaff (membatalkan sholat mereka) karena mendengar suara ribut tembakan dan segera mengetahui datangnya orang-orang bersenjata. Alek, Dani dan Deni lari menuju kamar mandi. Alek keluar dengan membobol seng kamar mandi. Orang-orang yang sudah masuk rumah menembaki mereka Deni dan Dani ditembaki secara membabi buta sewaktu mereka di depan kamar mandi.
Saya, dua perempuan dewasa yang bersama saya, bayi saya yang berumur 20 hari, dan anak tetangga yang balita itu menyaksikan kejadian itu. Jadi dua orang ditembak di kamar mandi, satu orang lagi lari. Bang Jali dan seorang makmumnya, Abu masih tetap melanjutkan salat, walaupun orang-orang bersenjata itu sudah masuk ke dalam rumah, di ruang belakang dekat dapur. Bang Jali tetap melanjutkan membaca surah Al Quran.
Tapi orang-orang bersenjata itu langsung menarik paksa Bang Jali, salat Bang Jali dihentikan secara paksa. Buya ditendang saat salat kemudian dipijak-pijak (diinjak-injak) hingga babak belur. Saya kasihan melihat Bang Jali karena saat itu dia sedang sakit batuk. Bang Jali diseret sama Densus, Bang Jali tak henti-hentinya meneriakkan takbir, Allahu Akbar, Allahu Akbar. [bersambung/mah]
28/09/2010 - 18:45
Inilah Kronologi Khairul Ditembak Saat Salat (2)
Irvan Ali Fauzi & Abdullah Mub
INILAH.COM, Jakarta - Istri Khairul Ghazali, Kartini Panggabean, menyaksikan secara langsung suaminya ditembaki saat sedang salat oleh Densus 88 Polri.
Anak-anak Ghazali-Kartini turut menyaksikan 'keganasan' Densus 88 dalam penyergapan pada Minggu 19 September 2010. Berikut kutipan lanjutan peristiwa Ghazali ditembaki kala salat:
Saya masih dalam todongan senjata bersama dua perempuan dan tiga anak-anak. Kami langsung disuruh ke rumah tetangga sambil ditodong. Saya digiring ke rumah tetangga sambil ditodong senjata, di rumah tetangga. Anak-anak saya dari tadi memang berada di situ. Saya dan anak-anak saya bisa mengintip (melihat dari sela-sela atau lobang) kejadian yang terjadi di rumah kami dari rumah tetangga. Anak-anak saya berteriak-teriak tidak tak henti-hentinya.
“Ummi, Ummi itu Buya, itu Buya.” Anak-anak memberitahu saya mereka melihat Buya mereka dipijak-pijak (diinjak-injak). Mereka menembaki rumah kami dengan membabi buta, walaupun saya sangat yakin Bang Jali tidak ada senjata. Bang Jali hanya terus bertakbir, Allahu akbar, hanya itu yang bisa Bang Jali lakukan.
Mereka menembaki saja walau tidak ada perlawanan. Dari luar mereka menembaki, di dalam juga menembaki, mereka dalam waktu satu jam itu menembak terus dengan membabi buta. Tiba-tiba ada yang menggiring saya keluar, saya dibawa ke mobil Densus 88.
Saya terus menengok (melihat) ke arah Bang Jali tapi sudah tidak terlihat. Saya tengok (lihat) suami kawan saya (Abu) dibawa ke mobil tak berapa lama. Densus membentak saya menanya saya di mana tas Bang Jali. Saya jawab (katakan), “Tengok saja sendiri.” Mereka semua penakut, saya yang disuruh mengambil tas Bang Jali, mereka takut granat, padahal tidak apa-apa di tas Bang Jali.
Satu jam kemudian polisi (dari Polresta Tanjung Balai) datang ke sana, polisi pun rupanya tahu apa-apa mengenai kejadian itu. Densus pergi begitu saja. Saya tidak tahu informasi ke mana Bang Jali dibawa, apakah Bang Jali dibawa ke Medan atau kemana.
Dari pihak Polres malah menanyakan sama saya ke mana Bang Jali dibawa Densus. Saya dinaikkan ke mobil Patroli Polresta Tanjungbalai dibawa ke kantor Polresta Tanjungbalai. Saya tidak dikasih pulang ke rumah.
Esok hari, tanggal 20 September, saya masih tidak dikasih pulang. Sebagian besar anggota Polres Tanjung Balai memperlakukan saya dengan baik, mereka kasihan melihat saya karena menengok anak saya kecil (bayi), tapi ada juga polisi di sini yang jahat dan memperlakukan saya sewenang-wenang.
Saya ingin tahu kabar suami saya. Saya lihat ada koran, saya ambil untuk saya baca. Polisi berpakaian preman itu merampas koran itu dari tangan saya. Hati saya sangat sakit, tapi saya diam saja. Kapolresta baik sama saya. Dia menanyakan saya, apakah mau pulang ke rumah mengambil baju?
Saya sudah bilang sama penyidik cemana ini, Pak, kalau saya masuk tahanan jelas status saya, tapi di sini saya tidak jelas sebagai apa, saya tidak tahu apa-apa. Kata penyidik tunggu kabar dari Medan saja, baru saya kasih informasi disini.
Saya sedih karena Bang Jali tak bisa dijumpai, karena dia sudah babak belur dipijak-pijak dua puluhan orang. Mereka main serbu saja, mereka itu begitu datang tak ada basa-basi lagi. Dinding rumah kami rusak. Polisi pun tidak boleh lewat-lewat di situ selama satu jam itu.
Padahal kan semua pakai peraturan. Polresta Tanjungbalai membantu saya mempertemukan saya dengan keluarga saya agar anak-anak saya yang empat orang tidak tinggal di tahanan. Saya dipinjamkan telepon sama Polisi untuk menelepon adiknya agar saya bisa menitipkan anak-anak saya kepada keluarga kecuali yang bayi tetap bersama saya, karena dia masih saya susukan umurnya kan baru 3 minggu.
Pada 20 September 2010 sekitar jam 09.00 WIB pagi saya pertama kali menghubungi keluarga. Saya mengasih tahu, saya sekarang di Polresta Tanjung Balai, tidak boleh keluar dari sini karena saya kata polisi dijadikan saksi. Adik saya ke ke Tanjung Balai hari Senin, 20 September itu juga, adik saya menjenguk saya. Kondisi saya sudah beberapa hari tetap tak jelas, tidak dikasih pulang, padahal saya sudah di BAP hari Minggu sampai sekarang tidak keluar-keluar.
Tidak jelas, tidak boleh pulang, soalnya tidak ada yang mau datang menjenguk saya, adik saya pun hanya datang untuk mengambil si Umar, dibawa ke sana, kasihan Bang Jali. Di sini saya bayi saya tidur dan hidup di sebuah ruangan yang menyerupai gudang kertas-kertas, hanya beralas tikar plastik, kasihan Fathur (bayi saya), baru 3 minggu usianya. [mah]
JUM'AT, 24 SEPTEMBER 2010 | 00:30 WIB
ANTARA/Irsan Mulyadi
TEMPO Interaktif, Medan - Siapa Khairul Ghajali, 47 tahun, warga Jalan Sehat, Kelurahan Bunga Tanjung, Kecamatan Datuk Bandar Timur, Kota Tanjung Balai? Warga sekitar mengenalnya adalah ustad dan ahli bekam. Namun, Ghajali semasa tahun 1990-an pernah menerbitkan buku soal figur Presiden Soeharto, dengan titel buku, 99 Alasan Soeharto Masuk Neraka.
Sosok ayah dari empat anak ini menggegerkan warga, Ahad 19 September 2010. Belasan anggota Detasemen Khusus 88 Antiteror Kepolisian Republik Indonesia, pukul 17.30 WIB, menggerebek rumah Ghajali di Jalan Sehat, Lingkungan 2, Kelurahan Bunga Tanjung, Kecamatan Datuk Bandar Timur, Kota Tanjung Balai, Sumatera Utara. . Ia disangkakan sebagai jaringan teroris.
Namun, Kepala Polri Jenderal Bambang Hendarso Danuri dalam keterangan pers, Senin, 20 September, di Markas Kepolisian Dasar Sumatera Utara Jalan Sisingamangaraja Kilometer 10,5 Medan, tak menyebut kapasitas Ghajali dalam jaringan teroris di Medan yang dipimpin Mustofa alias Abu Tholut.
Adik kandung Ghajali, Ahmad Sofyan, dalam perbincangan melalui telepon kepada Tempo, menyebutkan kakak keduanya dari empat bersaudara itu adalah penulis buku. Kebanyakan buku menyoal agama yang dipasarkan dan diterbitkan penerbit di Malaysia. “50 judul buku sudah diterbitkan, dua di antaranya oleh penerbit Mizan, saya lupa judulnya,” kata Ahmad.
Aktivitas menulis Ghajzali, lanjut Ahmad, cukup mengejutkan. Sebab, Ghajali hanya menamatkan pendidikan hingga sekolah dasar. “SMP dia pernah tinggal kelas 2 kali. Dan, tidak melanjutkan pendidikan karena protes celana seragam sekolah yang dianggap tidak menutup aurat,” kata Ahmad.
Meski tidak lulus sekolah, Ahmad menceritakan, Ghajali mulai aktif menulis cerita-cerita remaja untuk media lokal. Menginjak usia 18 tahun, Ghajali menghilang pada 1980-an dan keluarga tidak mengetahui keberadaannya. Keberadaan Ghajali baru diketahui pada 1996. “Dia ke Malaysia, dan 1996-2000 menetap di Medan,” kata Ahmad.
Empat tahun kemudian, Ghajali kembali ke Malaysia. “Di sana dia sempat bekerja sebagai penulis. Dan 2004-2010 kembali dan menetap di Tanjung Balai,” ujar Ahmad. Selama tinggal di sana, Ahmad menyebutkan, Ghajali juga membuka praktik perobatan tradisional. “Berprofesi sebagai bekam,” kata Ahmad.
Dua buku yang ditulis Ghajali, diterbitkan di Indonesia di antaranya mengenai mantan Presiden Soeharto. “Di antaranya, 99 Alasan Soeharto Masuk Neraka,” kata Ahmad.
SOETANA MONANG HASIBUAN
Ini Dia Nama Terduga Teroris Tewas & Ditangkap
Jum'at, 24 September 2010 - 02:23 wib
Tri Kurniawan - Okezone
JAKARTA - Polisi sudah melumpuhkan 21 terduga teroris yang juga terkait dengan perampokan Bank CIMB Niaga, Medan, dalam penggerebekan di Sumatera Utara dan Lampung.
Sebanyak 11 terduga dibawa ke Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Kamis kemarin. Sementara lima korban tewas dan luka dirawat di RS Polri Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Berikut nama-nama teroris seperti dirilis Divisi Humas Mabes Polri, Kamis, 23 September.
Tersangka teroris ditangkap di Medan dan ditahan di Mako Brimob, Kelapa Dua:
1. Jumirin alias Sobirin alias Abu Azam
2. Khairul Gazali alias Abu Yasin
3. Anton Sujarwo alias Supriyadi
4. Kasman Hadiyaono
5. Agus Sunyoto alias Gaplek
6. Bagas alias Deri
7. Nibras alias Arab alias Amir
8. Suraji alias Agus Iwan
9. Fero Risky Adrian alias Eki
10.Dicky Ilvan Alidin
11.Jaja Miharja alias Syafrizal
Tersangka teroris meninggal dunia dan masih di RS Polri, Jakarta Timur:
1. Dani alias Ajo
2. Yuki Wantoro alias Rozak
3. Ridwan alias Iwan
Tersangka teroris luka dirawat di RS Polri, Jakarta Timur:
1. Marwan alias Waknong alias Wak Geng
2. Suryo Saputro alias Umar alias Siam
3. Beben Khairul Rizal alias Abah alias Abu Jihad alias Ijal.
Tersangka teroris ditangkap di Lampung:
1. Hendri Susanto
2. Heri Kuswanto alias Ari
3. Wahono alias Bawor
4. Abdul Haris Munandar alias Aris.
(ton)
Komentar
Posting Komentar