Radikalisme DITOLAK, Kekerasan DIBENCI (7)
JAKARTA, Sept 23, 2010 (AFP)
An Indonesian police officer who quit the force to become a terrorist said Thursday he was affiliated to Al-Qaeda and had trained about 170 militants to wage jihad, or "holy war".
Mohammed Sofyan Tsauri, 34, made the confession to reporters as he appeared at a Jakarta court for the start of his trial on terrorism-related charges.
"I'm affiliated with Al-Qaeda and in contact with Abu Sayyaf," he said, referring to Osama bin Laden's network and a Philippines-based Islamist militant outfit.
"I became a terrorist after I quit the police (in 2008)... What I've done isn't an act of terror, it's an obligatory religious activity ordered by God."
Tsauri, alias Abu Ayyash, was arrested earlier this year as part of a sweep of Islamist militants linked to a training camp that was discovered in February in Aceh province.
The camp was under the command of Indonesian terror mastermind Dulmatin, one of the architects of the 2002 Bali bombings which killed 202 people. Dulmatin was killed by police in March.
The former police officer could face the death sentence if convicted of charges including supplying weapons for terrorist acts.
Tsauri said God guided him to meet Dulmatin in 2008 and join his effort to set up a new terrorist network in Aceh province, the most devoutly Islamic part of the mainly Muslim archipelago.
His activities included recruiting former rebels from Aceh's disbanded separatist movement to the jihadists' cause, supplying weapons and conducting military-style training.
"I have trained about 100 people in early 2009 and on another occasion there were about 67 people," he said.
Indonesia's jihadist "factions" had agreed to change tactics from indiscriminate, Bali-style bombings to more focused gun attacks that would minimise Muslim casualties, he said.
Rabu, 22/09/2010 09:34 WIB
Polda Sumut: Penyerang Polsek Menembak Membabi Buta
E Mei Amelia R - detikNews
Polsek Hamparan Perak Diserang 3 Polisi Tewas
Medan - Empat dari 11 polisi piket tengah berjaga di Mapolsek Hamparan Perak, Deli Serdang, Sumut, ketika jam telah menunjuk angka 01.00 WIB. Tiba-tiba saja berondongan senjata terdengar dan 3 polisi meregang nyawa.
"Mereka langsung masuk dan menembak membabi buta," kata Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Baharudin Djafar kepada detikcom, Rabu (22/9/2010), di Medan.
Penyerang juga melemparkan barang semacam bom molotov. "2 (dilempar) ke SPK (Sentra Pelayanan Kepolisian) dan 1 ke mobil patroli," kata Baharudin.
Baharudin menegaskan malam tadi petugas piket di Mapolsek berjumlah 11 orang. Empat berjaga di kantor dan tujuh berpatroli di jalanan. Sedang korban tewas terdiri dari 3 orang, yaitu Aipda Deto Sutejo dan Aiptu B Sinulingga yang ada di pos penjagaan. Sementara Bripka Riswandi ada di ruang reserse.
Sementara dalam ruang tahanan Mapolsek, ada tiga tahanan. "Satu tahanan bernama Tamba melihat satu anggota di depan ruang tahanan ditembak mati," ungkapnya.
Berondongan yang membabi buta itu menyebabkan timah panas yang bersarang di tubuh korban cukup banyak. 6 Butir pelor bersarang di tubuh Bripda Riswanda, sedangkan dia dua korban lainnya bersarang 9 lubang peluru dan 4 peluru. (mpr/nrl)
JAKARTA, Sept 22, 2010 (AFP)
Suspected Islamic militants killed three police officers in Indonesia early Wednesday in apparent retaliation for the arrest and killing of members of their group, police said.
Twelve men surrounded a police station at Hamparan Perak, in Deli Serdang district of Sumatra island, and opened fire around 12:45 am (1745 GMT Tuesday), police spokesman Iskandar Hasan said.
"Three policemen were killed. It was a sudden attack and our officers weren't ready," he said.
Police believe the assailants were linked to a group targeted in a series of raids on Sunday, which resulted in the deaths of three alleged militants and the arrest of 15 others.
The group are suspected of killing a police officer in a spectacular bank robbery in Medan city last month to raise funds for terrorist attacks.
Police said 15 militants managed to escape Sunday's raids and remain at large.
JAT: Ustad Melarang Perampokan
Selasa, 21 September 2010 , 15:15:00 WIB
Laporan: Wahyu Sabda Kuncahyo
RMOL. Jamaah Anshorut Tauhid menyebut polisi merekayasa keterkaitan mereka dengan kelompok perampok di Medan.
"Itu memang rekayasa. JAT tidak punya cabang di Medan. Di luar Jawa baru ada di Bima, NTB. Mungkin nanti juga ada politikus yang dikaitkan terlibat JAT seperti rekayasa di Aceh. Kepolisian sendiri kan yang merekayasa," ujar pejabat sementara Amir JAT, Ustad Akhwan, kepada wartawan di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (21/9).
Ia yakin, dari antara 18 orang yang ditangkap Densus 88 di Medan dan Lampung karena diduga menjadi pelaku rangkaian perampokan bersenjata api di Medan, tidak ada salah satunya anggota JAT.
"Anggota JAT memerangi penyakit masyarakat. Ustad justru melarang anggotanya melakukan perampokan," jelas Akhwan.
Di samping itu, Akhwan mengaku bahwa Abu Tholud yang disebut polisi sebagai otak deretan perampokan di Medan dari April-Agustus, pernah menjadi anggota JAT binaan Abu Bakar Baasyir.
"Pernah bergabung di JAT, tapi karena tidak ada kesesuaian pikiran, Abu Tholud sudah lama tidak aktif," tegas Akhwan.
Dikatakannya, Abu Tholud sudah menyatakan mundur secara lisan dari JAT. Meski demikian, ia sudah tak diangap anggota JAT lagi.
"Itu (Abu Tholud mundur) sudah cukup lama. Tindakan beliau-beliau (perampok Medan) itu bukan atas nama JAT," jelasnya.[ald]
Metode Fai Jadi Penyumbang Terbesar Dana Teroris
SELASA, 21 SEPTEMBER 2010 | 07:44 WIB
ANTARA/str
TEMPO Interaktif, Jakarta - Pengamat teroris, Dino Crisbon menyatakan metode fai, atau merampas harta milik orang yang dianggap kafir, merupakan metode yang menyumbang pendanaan paling besar bagi kelompok mereka. "Karena itu metode ini sering digunakan," ujarnya ketika dihubungi via telepon. Ia juga mengingatkan bhwa modus perampokan bukanlah modus baru bagi kelompok ini,
Metode fai dihalalkan oleh kelompok teroris ini. "Karena ini adalah doktrin mereka, harta kafir adalah halal," ujarnya. Dino menjelaskan, dana hasil fai dari negara lain, seperti Malaysia maupun Filipina juga ada yang masuk ke Indonesia.
Dino mencontohkan, operasi teroris yang menggunakan dana fai antara lain Pemboman Natal tahun 2000, serta bom Bali I dan II.
Resiko yang besar dalam usaha melakukan perampokan, ujar Dino, tidak dianggap sebagai satu hal yang besar bagi anggota teroris tersebut. "Mereka semua punya kemampuan, dan bahkan intel untuk mengintai target," ujarnya menambahkan.
RATNANING ASIH
MUI: Merampok untuk Berjuang Tetap Haram
SELASA, 21 SEPTEMBER 2010 | 15:51 WIB
ANTARA/str
TEMPO Interaktif, SEMARANG - Sekretaris Majelis Ulama Indonesia Jawa Tengah Ahmad Rofiq menyatakan merampok untuk melakukan perjuangan sebuah organisasi masuk dalam kategori haram. "Sebab, dalam agama Islam ditegaskan bahwa mengambil harta atau barang milik orang lain adalah hukumnya haram," kata Ahmad Rofiq kepada Tempo di Semarang, Selasa 21 September 2010
Pernyataan Rofiq ini menanggapi adanya keyakinan para teroris yang melakukan perampokan harta milik bukan orang muslim adalah halal, seperti yang disampaikan eks pemimpin Jamaah Islamiyah, Nasir Abbas. Kegiatan itu dilakukan untuk menggalang dana guna membiayai aksi terorisme. Kelompok teroris meyakini uang rampokan sebagai fa'i atau pampasan perang, karena situasi saat ini dianggap perang. Fa'i pun halal diambil dari kelompok di luar mereka.
Rofiq yang juga Guru Besar Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Semarang ini memandang keyakinan para teroris itu sebagai hal yang aneh. "Susah ngikuti pikiran mereka (teroris). Pikiran mereka aneh sehingga perilakunya juga aneh,"kata Rofiq.
Apalagi, kata Rofiq, kami hidup Indonesia yang bukan negara Islam tapi negara yang penuh dengan keberagaman dan kemajemukan. "Kalau selain Islam dianggap paling benar dan sah untuk dirampas hartanya maka itu keterlaluan,"katanya.
Pada 18 Agustus silam, Bank CIMB Niaga di Jalan A.R. Hakim, Medan, dirampok oleh segerombolan pria. Mereka menggasak uang lebih dari Rp 300 juta dan mencabut nyawa Brigadir Satu Immanuel Simanjuntak, 28 tahun, anggota Brimob penjaga bank. Pada Ahad lalu, polisi berhasil membekuk 18 tersangka pelaku perampokan itu dan tiga di antaranya ditembak mati.
Kepala Kepolisian RI Jenderal Bambang Hendarso Danuri menyatakan perampokan itu digunakan untuk membiayai kegiatan terorisme, seperti membeli senjata dan mengongkosi kegiatan organisasi.
ROFIUDDIN
MEDAN, Indonesia, Sept 21, 2010 (AFP)
Indonesian police said Tuesday they were hunting terrorists who escaped a series of raids on the weekend targeting a group blamed for a spate of hold-ups carried out to fund future attacks.
The country's US-backed anti-terror police shot dead three suspects and arrested 15 others in operations Sunday on Sumatra island as part of ongoing investigations into bank robberies and terror-related activity.
Police said agents opened fire and killed two militants when they tried to use women and children as human shields after security forces surrounded a house in Tanjung Balai, North Sumatra province.
A third terrorist was killed in a separate raid, police said. The operations also netted three kilogrammes (6.6 pounds) of TNT explosives and weapons including an assault rifle.
Members of the elite Detachment 88 counter-terrorism squad would remain in and around the North Sumatra capital, Medan, where 15 militants who escaped the raids were believed to be at large.
"We believe that they are still in North Sumatra province," police chief Bambang Hendarso Danuri told reporters in Medan.
The Islamic militants are linked to regional extremist network Jemaah Islamiyah and unidentified foreign groups that are plotting attacks in the mainly Muslim archipelago, police said.
The group was also connected to militants who were discovered training in Aceh province, northern Sumatra, in February, leading to the killing and arrest of scores of suspects.
Police said they were behind crimes including a bank robbery in Medan on August 18 in which heavily armed gunmen escaped with around 40,000 dollars.
"They committed the robbery to collect funds to buy firearms, grenades and other weapons to commit terror acts in Indonesia, especially North Sumatra," Danuri said late Monday.
"We'll continue to investigate but we suspect they're supported by overseas networks," he added when asked if there was a link to Al-Qaeda.
Wearing motorcycle helmets and using hand signals to coordinate their movements, 16 gunmen killed a police officer and wounded two guards during the Medan heist, the most spectacular of a series of recent armed robberies.
Police said the thieves showed a level of training, discipline and ruthlessness that raised suspicions about links to terrorist groups.
TEMPO Interaktif, MEDAN - Amir Jamaah Anshorut Tauhid Abubakar Baasyir disebut ikut terkait dalam jaringan teroris sekaligus perampokan Bank CIMB Niaga di Medan, Sumatera Utara. Juru Bicara Mabes Polri Inspektur Jenderal Iskandar Hasan menyebut, Ba'asyir diduga memiliki keterkaitan dengan jaringan teroris Medan, yang satu per satu dibekuk polisi.
"Biaya pelatihan di Sinabung juga diduga berasal dari Ba'asyir," kata Iskandar dalam jumpa pers di Markas Kepolisian Daerah Sumatera Utara, Senin 20 September 2010. Yang dimaksudkan Iskandar adalah pelatihan militer kelompok Medan yang sebelumnya disebutkan Kepala Polri Jenderal Bambang Hendarso Danuri.
Kepada wartawan, Bambang mengungkapkan, para anggota jaringan teroris Al-Qaidah Tanzim Aceh tidak hanya pernah melakukan latihan militer di Jalin Jantho, Aceh Besar. Kelompok yang belakangan dituduh beraksi dalam sejumlah perampokan itu juga pernah menggelar latihan di Sinabung dan Deli Serdang, Sumatera Utara. "Kami luput dari informasi ini," kata Bambang dalam jumpa pers yang sama.
Menurut Bambang, pelatihan di Sinabung dan Deli Serdang baru diketahui saat para tersangka perampokan Bank CIMB Niaga Medan tertangkap. Menurut para tersangka, selain di Aceh, ada lokasi pelatihan di dua lokasi lain di Sumatera Utara.
Namun ihwal keterkaitan para teroris dengan jaringan Jamaah Ansharut Tauhid, yang didirikan Abu Bakar Ba'asyir, Bambang tak menjelaskan secara terperinci. "Masih didalami," kata dia.
Tadi malam, sekitar pukul 20.00 WIB, belasan aktivis Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) Sumatera Utara mendatangi markas Detasemen Khusus 88 Antiteror Polda Sumatera Utara. Penasihat hukum MMI, Julheri Sinaga, mengatakan mereka datang untuk mempertanyakan alasan penangkapan Bendahara MMI Kasman Hadiyono, 43 tahun.
Menurut Julheri, pihaknya menduga Kasman ditahan hanya karena memiliki kaitan sebagai abang ipar Marwan alias Nanong, yang tewas ditembak Densus 88 Antiteror Polri dalam penyergapan di Deli Serdang.
Namun, di Markas Densus 88, para anggota MMI ini tidak mendapatkan informasi tentang Kasman. Hal yang sama mereka alami ketika mendatangi Markas Polda Sumatera Utara sebelumnya. "Kami heran mengapa polisi begitu tertutup," kata Julheri. Dari markas Densus 88, belasan aktivis MMI itu berangkat menuju Rumah Sakit Bhayangkara untuk mengetahui keberadaan Kasman.
http://www.tempointeraktif.com/hg/hu...279319,id.html
Selasa, 21/09/2010 11:23 WIB
Jaringan Aceh Terus Lakukan Perekrutan
Ken Yunita - detikNews
Jakarta - 18 Orang yang diduga teroris yang terkait perampokan Bank CIMB Niaga Medan telah ditangkap. Meski begitu, kekuatan jaringan teroris Aceh tidak melemah, apalagi mereka akan terus melakukan perekrutan.
"Dalam buku handbook of Al Qaeda itu ada cara merekrut, cari dana, minta sumbangan dan merampok. Mereka akan terus melakukan itu," kata pengamat terorisme Mardigu saat berbincang dengan detikcom, Selasa (21/9/2010).
Mardigu mengatakan, kebiasaan merampok yang dilakukan teroris juga bukan barang baru. Sejak tahun 2000, para teroris memang selalu merampok untuk mengumpulkan dana yang akan digunakan untuk kegiatan mereka termasuk mengebom.
"Dulu mereka merampok toko handphone, toko emas. Di mana-mana," kata Mardigu.
Saat ini, bank-bank terutama milik asing memang menjadi sasaran para teroris. Namun bank-bank BUMN juga tidak luput dari incaran. "Karena pemerintah sekarang ini kan dianggap kafir, jadi ya diincar sama mereka," kata Mardigu.
Di mata para teroris itu, mengambil uang dari bank bukanlah merampok. Menurut mereka, mengambil harta milik orang-orang kafir dianggap bukan berdosa.
"Jadi menurut mereka itu kayak minta pajak saja," kata Mardigu.
Densus 88 Anti Teror sudah menangkap 18 tersangka terorisme di Sumatera Utara (Sumut), termasuk tiga tewas ditembak. Kini polisi mengembangkan penyelidikan untuk menangkap 15 lagi tersangka lainnya yang merupakan bagian dari kelompok Medan.
(ken/fay)
Selasa, 21/09/2010 11:07 WIB
Seberapa Berbahayakah Abu Tholut, Penggerak Teroris Medan?
Nurvita Indarini - detikNews
Jakarta - Sejumlah nama menjadi beken karena terkait kasus terorisme. Sebut saja Dr Azahari, Noordin M Top, dan Dulmatin. Kini nama Abu Tholut mencuat seiring digulungnya jaringan teroris di Medan. Seberapa berbahayakah Abu Tholut?
"Abu Tholut itu ahli dalam pengadaan senjata. Kalau ada orang yang begini berbahaya tidak?" cetus mantan Ketua Mantiqi III Jamaah Islamiyah (JI) Nasir Abas dalam perbincangan dengan detikcom, Selasa (21/9/2010).
Abu Tholut juga pernah ditangkap polisi dan di muka pengadilan mendapat vonis delapan tahun penjara karena kepemilikan senjata api dan bahan peledak. "Setelah bebas, dia membentuk kelompok di Aceh, melakukan pelatihan dan perampokan berdarah," sambung Nasir.
Apakah dia juga memiliki kemampuan merakit senjata maupun membuat peledak? "Bisa. Dia pernah menjadi pengajar atau instruktur bahan peledak di Afghanistan dari tahun 1987 sampai 1992," tutur pria berkacamata ini.
Ditambahkan Nasir, Abu Tholut juga pernah aktif di Mindanao, Filipina. Abu Tholut pernah menjadi pemimpin camp di Filipina pada 1999-2000. Karena inilah dia menengarai, Abu Tholut mudah mendapatkan pasokan senjata.
"Dia juga pernah memimpin JI di Poso dari tahun 2000 sampai 2002, jadi dia punya banyak chanel," sambungnya.
Terduga teroris yang ditangkap di Tanjung Balai, Medan, Sumatera Utara (Sumut) disinyalir digerakkan Abu Tholut. Abu Tholut pernah divonis 8 tahun, namun bebas karena mendapat remisi hingga 4 tahun. Abu Tholut mempunyai nama alias Mustofa. Selain mengejar Abu Tholut sebagai DPO, Mabes Polri juga masih mengejar 15 orang tersangka lagi. Total dalam kasus ini, polisi menangkap 33 orang, termasuk 3 orang yang tewas.
(vit/nrl)
Teroris juga Dilatih Merampok Bank dan Toko Emas
Selasa, 21 September 2010 - 09:25 wib
Anton Suhartono - Okezone
JAKARTA - Mabes Polri sudah memastikan bahwa para perampok Bank CIMB Niaga, Medan, yang berhasil ditangkap, ada kaitannya dengan aktivitas terorisme.
Pengamat terorisme Al Chaidar mengatakan merampok bank dan toko emas untuk membiayai operasional kegiatan kelompok teroris bukan hal baru di Indonesia. Cara ini sudah dilakukan sejak Bom Bali pertama.
Pria yang mengaku pernah dekat dengan kelompok radikal ini mengatakan tidak hanya pelatihan mengebom atau melakukan penyerangan bersenjata terhadap kepentingan asing, para teroris itu juga diajarkan cara-cara khusus untuk merampok.
“Pada tahun 2009 mereka ada tiga kali pelatihan di Aceh. Satu, untuk menyerang kepentingan asing di Aceh. Dua, latihan untuk merampok. Tiga, latihan perang gerilya,” beber Al Chaidar saat berbicang dengan okezone melalui sambungan telepon, Selasa (21/9/2010).
Al Chaidar menambahkan pelatihan untuk merampok bagi mereka tidak kalah penting sebagaimana menyerang kepentingan asing. Bahkan, menurutnya, mereka mendatangkan orang khusus dari Filipina sebagai pelatih.
“Mereka sudah berkali-kali latihan untuk perampokan. Pelatihannya sangat intensif dan serius. Pelatihnya juga berasal dari Filipina,” jelasnya.
(ton)
Selasa, 21/09/2010 09:50 WIB
Perampok yang Tertangkap Hanya Sebagian Kecil Jaringan Teroris
Ayu Fitriana - detikNews
Jakarta - Densus 88 Anti Teror berhasil menangkap 18 orang yang terkait dengan terorisme dan perampokan Bank CIMB Niaga di Medan. Mereka yang tertangkap ini hanya sebagian kecil dari jaringan terorisme.
"Para perampok ini hanya bagian kecil dari jaringan terorisme karena mereka hanya bertugas sebagai pencari dana saja," kata pengamat terorisme Mardigu saat berbincang dengan detikcom, Selasa (21/9/2010).
Menurutnya, modus perampokan yang dilakukan oleh para teroris merupakan hal biasa yang dilakukan dalam rangka mengumpulkan dana.
"Di dunia teroris itu kan ada yang memimpin, ada yang propaganda, ada yang mengumpulkan dana. Salah satu cara yang dilakukan dengan merampok," kata dia.
Pelaku teroris yang tertangkap ini, jelas dia masih merupakan jaringan Aceh yang merupakan fusi atau gabungan dari Negara Islam Indonesia (NII), Jamaah Islamiyah (JI), dan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT).
"Ini masih fusi dari semua itu, termasuk alumni dari Mindanao," ujarnya.
Mardigu menambahkan, mereka yang tergabung dalam jaringan terorisme ini sudah semakin dewasa serta memiliki kemampuan yang lebih baik.
"Semakin dewasa, kalau dulu hanya jadi pengantar Noordin M Top sekarang sudah bisa merakit bom," jelas dia.
(ayu/fay)
An Indonesian police officer who quit the force to become a terrorist said Thursday he was affiliated to Al-Qaeda and had trained about 170 militants to wage jihad, or "holy war".
Mohammed Sofyan Tsauri, 34, made the confession to reporters as he appeared at a Jakarta court for the start of his trial on terrorism-related charges.
"I'm affiliated with Al-Qaeda and in contact with Abu Sayyaf," he said, referring to Osama bin Laden's network and a Philippines-based Islamist militant outfit.
"I became a terrorist after I quit the police (in 2008)... What I've done isn't an act of terror, it's an obligatory religious activity ordered by God."
Tsauri, alias Abu Ayyash, was arrested earlier this year as part of a sweep of Islamist militants linked to a training camp that was discovered in February in Aceh province.
The camp was under the command of Indonesian terror mastermind Dulmatin, one of the architects of the 2002 Bali bombings which killed 202 people. Dulmatin was killed by police in March.
The former police officer could face the death sentence if convicted of charges including supplying weapons for terrorist acts.
Tsauri said God guided him to meet Dulmatin in 2008 and join his effort to set up a new terrorist network in Aceh province, the most devoutly Islamic part of the mainly Muslim archipelago.
His activities included recruiting former rebels from Aceh's disbanded separatist movement to the jihadists' cause, supplying weapons and conducting military-style training.
"I have trained about 100 people in early 2009 and on another occasion there were about 67 people," he said.
Indonesia's jihadist "factions" had agreed to change tactics from indiscriminate, Bali-style bombings to more focused gun attacks that would minimise Muslim casualties, he said.
Rabu, 22/09/2010 09:34 WIB
Polda Sumut: Penyerang Polsek Menembak Membabi Buta
E Mei Amelia R - detikNews
Polsek Hamparan Perak Diserang 3 Polisi Tewas
Medan - Empat dari 11 polisi piket tengah berjaga di Mapolsek Hamparan Perak, Deli Serdang, Sumut, ketika jam telah menunjuk angka 01.00 WIB. Tiba-tiba saja berondongan senjata terdengar dan 3 polisi meregang nyawa.
"Mereka langsung masuk dan menembak membabi buta," kata Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Baharudin Djafar kepada detikcom, Rabu (22/9/2010), di Medan.
Penyerang juga melemparkan barang semacam bom molotov. "2 (dilempar) ke SPK (Sentra Pelayanan Kepolisian) dan 1 ke mobil patroli," kata Baharudin.
Baharudin menegaskan malam tadi petugas piket di Mapolsek berjumlah 11 orang. Empat berjaga di kantor dan tujuh berpatroli di jalanan. Sedang korban tewas terdiri dari 3 orang, yaitu Aipda Deto Sutejo dan Aiptu B Sinulingga yang ada di pos penjagaan. Sementara Bripka Riswandi ada di ruang reserse.
Sementara dalam ruang tahanan Mapolsek, ada tiga tahanan. "Satu tahanan bernama Tamba melihat satu anggota di depan ruang tahanan ditembak mati," ungkapnya.
Berondongan yang membabi buta itu menyebabkan timah panas yang bersarang di tubuh korban cukup banyak. 6 Butir pelor bersarang di tubuh Bripda Riswanda, sedangkan dia dua korban lainnya bersarang 9 lubang peluru dan 4 peluru. (mpr/nrl)
JAKARTA, Sept 22, 2010 (AFP)
Suspected Islamic militants killed three police officers in Indonesia early Wednesday in apparent retaliation for the arrest and killing of members of their group, police said.
Twelve men surrounded a police station at Hamparan Perak, in Deli Serdang district of Sumatra island, and opened fire around 12:45 am (1745 GMT Tuesday), police spokesman Iskandar Hasan said.
"Three policemen were killed. It was a sudden attack and our officers weren't ready," he said.
Police believe the assailants were linked to a group targeted in a series of raids on Sunday, which resulted in the deaths of three alleged militants and the arrest of 15 others.
The group are suspected of killing a police officer in a spectacular bank robbery in Medan city last month to raise funds for terrorist attacks.
Police said 15 militants managed to escape Sunday's raids and remain at large.
JAT: Ustad Melarang Perampokan
Selasa, 21 September 2010 , 15:15:00 WIB
Laporan: Wahyu Sabda Kuncahyo
RMOL. Jamaah Anshorut Tauhid menyebut polisi merekayasa keterkaitan mereka dengan kelompok perampok di Medan.
"Itu memang rekayasa. JAT tidak punya cabang di Medan. Di luar Jawa baru ada di Bima, NTB. Mungkin nanti juga ada politikus yang dikaitkan terlibat JAT seperti rekayasa di Aceh. Kepolisian sendiri kan yang merekayasa," ujar pejabat sementara Amir JAT, Ustad Akhwan, kepada wartawan di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (21/9).
Ia yakin, dari antara 18 orang yang ditangkap Densus 88 di Medan dan Lampung karena diduga menjadi pelaku rangkaian perampokan bersenjata api di Medan, tidak ada salah satunya anggota JAT.
"Anggota JAT memerangi penyakit masyarakat. Ustad justru melarang anggotanya melakukan perampokan," jelas Akhwan.
Di samping itu, Akhwan mengaku bahwa Abu Tholud yang disebut polisi sebagai otak deretan perampokan di Medan dari April-Agustus, pernah menjadi anggota JAT binaan Abu Bakar Baasyir.
"Pernah bergabung di JAT, tapi karena tidak ada kesesuaian pikiran, Abu Tholud sudah lama tidak aktif," tegas Akhwan.
Dikatakannya, Abu Tholud sudah menyatakan mundur secara lisan dari JAT. Meski demikian, ia sudah tak diangap anggota JAT lagi.
"Itu (Abu Tholud mundur) sudah cukup lama. Tindakan beliau-beliau (perampok Medan) itu bukan atas nama JAT," jelasnya.[ald]
Metode Fai Jadi Penyumbang Terbesar Dana Teroris
SELASA, 21 SEPTEMBER 2010 | 07:44 WIB
ANTARA/str
TEMPO Interaktif, Jakarta - Pengamat teroris, Dino Crisbon menyatakan metode fai, atau merampas harta milik orang yang dianggap kafir, merupakan metode yang menyumbang pendanaan paling besar bagi kelompok mereka. "Karena itu metode ini sering digunakan," ujarnya ketika dihubungi via telepon. Ia juga mengingatkan bhwa modus perampokan bukanlah modus baru bagi kelompok ini,
Metode fai dihalalkan oleh kelompok teroris ini. "Karena ini adalah doktrin mereka, harta kafir adalah halal," ujarnya. Dino menjelaskan, dana hasil fai dari negara lain, seperti Malaysia maupun Filipina juga ada yang masuk ke Indonesia.
Dino mencontohkan, operasi teroris yang menggunakan dana fai antara lain Pemboman Natal tahun 2000, serta bom Bali I dan II.
Resiko yang besar dalam usaha melakukan perampokan, ujar Dino, tidak dianggap sebagai satu hal yang besar bagi anggota teroris tersebut. "Mereka semua punya kemampuan, dan bahkan intel untuk mengintai target," ujarnya menambahkan.
RATNANING ASIH
MUI: Merampok untuk Berjuang Tetap Haram
SELASA, 21 SEPTEMBER 2010 | 15:51 WIB
ANTARA/str
TEMPO Interaktif, SEMARANG - Sekretaris Majelis Ulama Indonesia Jawa Tengah Ahmad Rofiq menyatakan merampok untuk melakukan perjuangan sebuah organisasi masuk dalam kategori haram. "Sebab, dalam agama Islam ditegaskan bahwa mengambil harta atau barang milik orang lain adalah hukumnya haram," kata Ahmad Rofiq kepada Tempo di Semarang, Selasa 21 September 2010
Pernyataan Rofiq ini menanggapi adanya keyakinan para teroris yang melakukan perampokan harta milik bukan orang muslim adalah halal, seperti yang disampaikan eks pemimpin Jamaah Islamiyah, Nasir Abbas. Kegiatan itu dilakukan untuk menggalang dana guna membiayai aksi terorisme. Kelompok teroris meyakini uang rampokan sebagai fa'i atau pampasan perang, karena situasi saat ini dianggap perang. Fa'i pun halal diambil dari kelompok di luar mereka.
Rofiq yang juga Guru Besar Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Semarang ini memandang keyakinan para teroris itu sebagai hal yang aneh. "Susah ngikuti pikiran mereka (teroris). Pikiran mereka aneh sehingga perilakunya juga aneh,"kata Rofiq.
Apalagi, kata Rofiq, kami hidup Indonesia yang bukan negara Islam tapi negara yang penuh dengan keberagaman dan kemajemukan. "Kalau selain Islam dianggap paling benar dan sah untuk dirampas hartanya maka itu keterlaluan,"katanya.
Pada 18 Agustus silam, Bank CIMB Niaga di Jalan A.R. Hakim, Medan, dirampok oleh segerombolan pria. Mereka menggasak uang lebih dari Rp 300 juta dan mencabut nyawa Brigadir Satu Immanuel Simanjuntak, 28 tahun, anggota Brimob penjaga bank. Pada Ahad lalu, polisi berhasil membekuk 18 tersangka pelaku perampokan itu dan tiga di antaranya ditembak mati.
Kepala Kepolisian RI Jenderal Bambang Hendarso Danuri menyatakan perampokan itu digunakan untuk membiayai kegiatan terorisme, seperti membeli senjata dan mengongkosi kegiatan organisasi.
ROFIUDDIN
MEDAN, Indonesia, Sept 21, 2010 (AFP)
Indonesian police said Tuesday they were hunting terrorists who escaped a series of raids on the weekend targeting a group blamed for a spate of hold-ups carried out to fund future attacks.
The country's US-backed anti-terror police shot dead three suspects and arrested 15 others in operations Sunday on Sumatra island as part of ongoing investigations into bank robberies and terror-related activity.
Police said agents opened fire and killed two militants when they tried to use women and children as human shields after security forces surrounded a house in Tanjung Balai, North Sumatra province.
A third terrorist was killed in a separate raid, police said. The operations also netted three kilogrammes (6.6 pounds) of TNT explosives and weapons including an assault rifle.
Members of the elite Detachment 88 counter-terrorism squad would remain in and around the North Sumatra capital, Medan, where 15 militants who escaped the raids were believed to be at large.
"We believe that they are still in North Sumatra province," police chief Bambang Hendarso Danuri told reporters in Medan.
The Islamic militants are linked to regional extremist network Jemaah Islamiyah and unidentified foreign groups that are plotting attacks in the mainly Muslim archipelago, police said.
The group was also connected to militants who were discovered training in Aceh province, northern Sumatra, in February, leading to the killing and arrest of scores of suspects.
Police said they were behind crimes including a bank robbery in Medan on August 18 in which heavily armed gunmen escaped with around 40,000 dollars.
"They committed the robbery to collect funds to buy firearms, grenades and other weapons to commit terror acts in Indonesia, especially North Sumatra," Danuri said late Monday.
"We'll continue to investigate but we suspect they're supported by overseas networks," he added when asked if there was a link to Al-Qaeda.
Wearing motorcycle helmets and using hand signals to coordinate their movements, 16 gunmen killed a police officer and wounded two guards during the Medan heist, the most spectacular of a series of recent armed robberies.
Police said the thieves showed a level of training, discipline and ruthlessness that raised suspicions about links to terrorist groups.
TEMPO Interaktif, MEDAN - Amir Jamaah Anshorut Tauhid Abubakar Baasyir disebut ikut terkait dalam jaringan teroris sekaligus perampokan Bank CIMB Niaga di Medan, Sumatera Utara. Juru Bicara Mabes Polri Inspektur Jenderal Iskandar Hasan menyebut, Ba'asyir diduga memiliki keterkaitan dengan jaringan teroris Medan, yang satu per satu dibekuk polisi.
"Biaya pelatihan di Sinabung juga diduga berasal dari Ba'asyir," kata Iskandar dalam jumpa pers di Markas Kepolisian Daerah Sumatera Utara, Senin 20 September 2010. Yang dimaksudkan Iskandar adalah pelatihan militer kelompok Medan yang sebelumnya disebutkan Kepala Polri Jenderal Bambang Hendarso Danuri.
Kepada wartawan, Bambang mengungkapkan, para anggota jaringan teroris Al-Qaidah Tanzim Aceh tidak hanya pernah melakukan latihan militer di Jalin Jantho, Aceh Besar. Kelompok yang belakangan dituduh beraksi dalam sejumlah perampokan itu juga pernah menggelar latihan di Sinabung dan Deli Serdang, Sumatera Utara. "Kami luput dari informasi ini," kata Bambang dalam jumpa pers yang sama.
Menurut Bambang, pelatihan di Sinabung dan Deli Serdang baru diketahui saat para tersangka perampokan Bank CIMB Niaga Medan tertangkap. Menurut para tersangka, selain di Aceh, ada lokasi pelatihan di dua lokasi lain di Sumatera Utara.
Namun ihwal keterkaitan para teroris dengan jaringan Jamaah Ansharut Tauhid, yang didirikan Abu Bakar Ba'asyir, Bambang tak menjelaskan secara terperinci. "Masih didalami," kata dia.
Tadi malam, sekitar pukul 20.00 WIB, belasan aktivis Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) Sumatera Utara mendatangi markas Detasemen Khusus 88 Antiteror Polda Sumatera Utara. Penasihat hukum MMI, Julheri Sinaga, mengatakan mereka datang untuk mempertanyakan alasan penangkapan Bendahara MMI Kasman Hadiyono, 43 tahun.
Menurut Julheri, pihaknya menduga Kasman ditahan hanya karena memiliki kaitan sebagai abang ipar Marwan alias Nanong, yang tewas ditembak Densus 88 Antiteror Polri dalam penyergapan di Deli Serdang.
Namun, di Markas Densus 88, para anggota MMI ini tidak mendapatkan informasi tentang Kasman. Hal yang sama mereka alami ketika mendatangi Markas Polda Sumatera Utara sebelumnya. "Kami heran mengapa polisi begitu tertutup," kata Julheri. Dari markas Densus 88, belasan aktivis MMI itu berangkat menuju Rumah Sakit Bhayangkara untuk mengetahui keberadaan Kasman.
http://www.tempointeraktif.com/hg/hu...279319,id.html
Selasa, 21/09/2010 11:23 WIB
Jaringan Aceh Terus Lakukan Perekrutan
Ken Yunita - detikNews
Jakarta - 18 Orang yang diduga teroris yang terkait perampokan Bank CIMB Niaga Medan telah ditangkap. Meski begitu, kekuatan jaringan teroris Aceh tidak melemah, apalagi mereka akan terus melakukan perekrutan.
"Dalam buku handbook of Al Qaeda itu ada cara merekrut, cari dana, minta sumbangan dan merampok. Mereka akan terus melakukan itu," kata pengamat terorisme Mardigu saat berbincang dengan detikcom, Selasa (21/9/2010).
Mardigu mengatakan, kebiasaan merampok yang dilakukan teroris juga bukan barang baru. Sejak tahun 2000, para teroris memang selalu merampok untuk mengumpulkan dana yang akan digunakan untuk kegiatan mereka termasuk mengebom.
"Dulu mereka merampok toko handphone, toko emas. Di mana-mana," kata Mardigu.
Saat ini, bank-bank terutama milik asing memang menjadi sasaran para teroris. Namun bank-bank BUMN juga tidak luput dari incaran. "Karena pemerintah sekarang ini kan dianggap kafir, jadi ya diincar sama mereka," kata Mardigu.
Di mata para teroris itu, mengambil uang dari bank bukanlah merampok. Menurut mereka, mengambil harta milik orang-orang kafir dianggap bukan berdosa.
"Jadi menurut mereka itu kayak minta pajak saja," kata Mardigu.
Densus 88 Anti Teror sudah menangkap 18 tersangka terorisme di Sumatera Utara (Sumut), termasuk tiga tewas ditembak. Kini polisi mengembangkan penyelidikan untuk menangkap 15 lagi tersangka lainnya yang merupakan bagian dari kelompok Medan.
(ken/fay)
Selasa, 21/09/2010 11:07 WIB
Seberapa Berbahayakah Abu Tholut, Penggerak Teroris Medan?
Nurvita Indarini - detikNews
Jakarta - Sejumlah nama menjadi beken karena terkait kasus terorisme. Sebut saja Dr Azahari, Noordin M Top, dan Dulmatin. Kini nama Abu Tholut mencuat seiring digulungnya jaringan teroris di Medan. Seberapa berbahayakah Abu Tholut?
"Abu Tholut itu ahli dalam pengadaan senjata. Kalau ada orang yang begini berbahaya tidak?" cetus mantan Ketua Mantiqi III Jamaah Islamiyah (JI) Nasir Abas dalam perbincangan dengan detikcom, Selasa (21/9/2010).
Abu Tholut juga pernah ditangkap polisi dan di muka pengadilan mendapat vonis delapan tahun penjara karena kepemilikan senjata api dan bahan peledak. "Setelah bebas, dia membentuk kelompok di Aceh, melakukan pelatihan dan perampokan berdarah," sambung Nasir.
Apakah dia juga memiliki kemampuan merakit senjata maupun membuat peledak? "Bisa. Dia pernah menjadi pengajar atau instruktur bahan peledak di Afghanistan dari tahun 1987 sampai 1992," tutur pria berkacamata ini.
Ditambahkan Nasir, Abu Tholut juga pernah aktif di Mindanao, Filipina. Abu Tholut pernah menjadi pemimpin camp di Filipina pada 1999-2000. Karena inilah dia menengarai, Abu Tholut mudah mendapatkan pasokan senjata.
"Dia juga pernah memimpin JI di Poso dari tahun 2000 sampai 2002, jadi dia punya banyak chanel," sambungnya.
Terduga teroris yang ditangkap di Tanjung Balai, Medan, Sumatera Utara (Sumut) disinyalir digerakkan Abu Tholut. Abu Tholut pernah divonis 8 tahun, namun bebas karena mendapat remisi hingga 4 tahun. Abu Tholut mempunyai nama alias Mustofa. Selain mengejar Abu Tholut sebagai DPO, Mabes Polri juga masih mengejar 15 orang tersangka lagi. Total dalam kasus ini, polisi menangkap 33 orang, termasuk 3 orang yang tewas.
(vit/nrl)
Teroris juga Dilatih Merampok Bank dan Toko Emas
Selasa, 21 September 2010 - 09:25 wib
Anton Suhartono - Okezone
JAKARTA - Mabes Polri sudah memastikan bahwa para perampok Bank CIMB Niaga, Medan, yang berhasil ditangkap, ada kaitannya dengan aktivitas terorisme.
Pengamat terorisme Al Chaidar mengatakan merampok bank dan toko emas untuk membiayai operasional kegiatan kelompok teroris bukan hal baru di Indonesia. Cara ini sudah dilakukan sejak Bom Bali pertama.
Pria yang mengaku pernah dekat dengan kelompok radikal ini mengatakan tidak hanya pelatihan mengebom atau melakukan penyerangan bersenjata terhadap kepentingan asing, para teroris itu juga diajarkan cara-cara khusus untuk merampok.
“Pada tahun 2009 mereka ada tiga kali pelatihan di Aceh. Satu, untuk menyerang kepentingan asing di Aceh. Dua, latihan untuk merampok. Tiga, latihan perang gerilya,” beber Al Chaidar saat berbicang dengan okezone melalui sambungan telepon, Selasa (21/9/2010).
Al Chaidar menambahkan pelatihan untuk merampok bagi mereka tidak kalah penting sebagaimana menyerang kepentingan asing. Bahkan, menurutnya, mereka mendatangkan orang khusus dari Filipina sebagai pelatih.
“Mereka sudah berkali-kali latihan untuk perampokan. Pelatihannya sangat intensif dan serius. Pelatihnya juga berasal dari Filipina,” jelasnya.
(ton)
Selasa, 21/09/2010 09:50 WIB
Perampok yang Tertangkap Hanya Sebagian Kecil Jaringan Teroris
Ayu Fitriana - detikNews
Jakarta - Densus 88 Anti Teror berhasil menangkap 18 orang yang terkait dengan terorisme dan perampokan Bank CIMB Niaga di Medan. Mereka yang tertangkap ini hanya sebagian kecil dari jaringan terorisme.
"Para perampok ini hanya bagian kecil dari jaringan terorisme karena mereka hanya bertugas sebagai pencari dana saja," kata pengamat terorisme Mardigu saat berbincang dengan detikcom, Selasa (21/9/2010).
Menurutnya, modus perampokan yang dilakukan oleh para teroris merupakan hal biasa yang dilakukan dalam rangka mengumpulkan dana.
"Di dunia teroris itu kan ada yang memimpin, ada yang propaganda, ada yang mengumpulkan dana. Salah satu cara yang dilakukan dengan merampok," kata dia.
Pelaku teroris yang tertangkap ini, jelas dia masih merupakan jaringan Aceh yang merupakan fusi atau gabungan dari Negara Islam Indonesia (NII), Jamaah Islamiyah (JI), dan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT).
"Ini masih fusi dari semua itu, termasuk alumni dari Mindanao," ujarnya.
Mardigu menambahkan, mereka yang tergabung dalam jaringan terorisme ini sudah semakin dewasa serta memiliki kemampuan yang lebih baik.
"Semakin dewasa, kalau dulu hanya jadi pengantar Noordin M Top sekarang sudah bisa merakit bom," jelas dia.
(ayu/fay)
Komentar
Posting Komentar