keberagamaan BUKAN KEMUTLAKAN
Jumat, 18/02/2011 03:17 WIB
PBNU: Sesat atau Tidak Allah yang Menentukan
Hery Winarno - detikNews
dalam sejarah indonesia kontemporer, pernah ada satu fase SATU SERAGAM buat SEMUA, yaitu BERAGAMA ITU MUTLAK
saat itu BERAGAMA BERARTI DI LUAR PENJARA DAN DIBERI HAK AZASI
saat itu KEKERASAN NEGARA MENJAMIN KEBERAGAMAAN
saat itu PIRAMIDA KEKERASAN TERBALIK, YAITU NEGARA PALING SERING MENGGUNAKAN KEKERASAN
saat itu BERAGAMA PUN DIBATASI SUPAYA TIDAK MENJADI NEGARA AGAMA
saat itu BERAGAMA ADALAH ALAT PEMBANGUNAN, YANG MEMBERI KEUNTUNGAN EKONOMI
saat itu BERAGAMA ADALAH PELARIAN DARI KESUMPEKAN PEMBANGUNAN
saat itu KEKELAMAN SEJARAH JUGA TERKAIT KEBERAGAMAAN YANG MUTLAK tersebut
saat itu KESESATAN KEBERAGAMAAN MENYESATKAN SEJARAH KEBANGSAAN juga
saat ini :
Jakarta - Majelis Ulama Indonesia secara tegas menyatakan bahwa Ahmadiyah sesat karena ajarannya menyimpang dari akidah Islam. Namun tidak demikian dengan Nahdatul Ulama (NU).
Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Masdar Farid Mas'udi menyatakan bahwa Ahmadiyah belum tentu sesat. Sesat atau tidak, menurut Masdar bukan manusia yang menentukan.
"Sesat atau tidak, yang paling tahu itu adalah Allah," ujar Masdar saat rapat dengar pendapat antara Komisi VIII DPR dengan para pemuka Agama di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (17/2/2011) dini hari.
Menurut Masdar, agama seharusnya dijadikan landasan untuk kehidupan yang lebih damai. Untuk bisa mewujudkan hal tersebut diperlukan peran dan tugas tokoh serta pemimpin umat beragama untuk menjaga kerukunan.
"Kerukunan adalah tanggung jawab pemimpin umat beragama. Yang menentukan wajah umatnya adalah pemimpinnya," terangnya.
Terkait kekerasan dan aksi main hakim sendiri yang berbalut busana agama, Masdar mendesak pemerintah mengusut para pelakuknya. Ia pun mengusulkan agar pelaku dihukum lebih berat.
"Kekerasan atas nama agama, saya kira layak diberi hukuman dua kali lipat, yaitu untuk kezaliman dan atas penodaan agama yang diklaimnya," imbuhnya.
(her/anw)
Biaran Kekerasan, Negara Sudah Kriminal
D
Oleh: Renny Sundayani
Nasional - Sabtu, 19 Februari 2011 | 22:01 WIB
INILAH.COM, Jakarta - Negara Indonesia dinilai sudah menjadi negara kriminal. Setelah pembiaran atas berbagai kekerasan, negara juga membiarkan ancaman makar yang dilakukan sejumlah organisasi kemasyarakatan.
Hal ini disampaikan Direktur Eksekutif Reform Institute Yudi Latief usai acara diskusi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Sabtu (19/2/2011).
Yudi menegaskan Presiden bisa disebut berbohong jika dalam beberapa waktu ke depan, pemerintah tidak juga membubarkan ormas anarkis."Presiden lagi-lagi berbohong. Dan lebih dari itu, itu artinya Presiden melakukan dua kesalahan fatal sekaligus," ujar Yudi.
Menurutnya, Presiden juga membiarkan negara menjadi negara kriminal dengan mengacuhkan ancaman makar dari sejumlah pihak.
"Kesalahan pertama bahwa jelas-jelas pernyataan ormas ini akan menggulingkan Presiden, ini kan makar sebenarnya. Kedua, Presiden melakukan kesalahan dengan dia yang lebih berpihak pada organisasi-organisasi kekerasan," imbuhnya. (mvi)
PBNU: Sesat atau Tidak Allah yang Menentukan
Hery Winarno - detikNews
dalam sejarah indonesia kontemporer, pernah ada satu fase SATU SERAGAM buat SEMUA, yaitu BERAGAMA ITU MUTLAK
saat itu BERAGAMA BERARTI DI LUAR PENJARA DAN DIBERI HAK AZASI
saat itu KEKERASAN NEGARA MENJAMIN KEBERAGAMAAN
saat itu PIRAMIDA KEKERASAN TERBALIK, YAITU NEGARA PALING SERING MENGGUNAKAN KEKERASAN
saat itu BERAGAMA PUN DIBATASI SUPAYA TIDAK MENJADI NEGARA AGAMA
saat itu BERAGAMA ADALAH ALAT PEMBANGUNAN, YANG MEMBERI KEUNTUNGAN EKONOMI
saat itu BERAGAMA ADALAH PELARIAN DARI KESUMPEKAN PEMBANGUNAN
saat itu KEKELAMAN SEJARAH JUGA TERKAIT KEBERAGAMAAN YANG MUTLAK tersebut
saat itu KESESATAN KEBERAGAMAAN MENYESATKAN SEJARAH KEBANGSAAN juga
saat ini :
Jakarta - Majelis Ulama Indonesia secara tegas menyatakan bahwa Ahmadiyah sesat karena ajarannya menyimpang dari akidah Islam. Namun tidak demikian dengan Nahdatul Ulama (NU).
Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Masdar Farid Mas'udi menyatakan bahwa Ahmadiyah belum tentu sesat. Sesat atau tidak, menurut Masdar bukan manusia yang menentukan.
"Sesat atau tidak, yang paling tahu itu adalah Allah," ujar Masdar saat rapat dengar pendapat antara Komisi VIII DPR dengan para pemuka Agama di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (17/2/2011) dini hari.
Menurut Masdar, agama seharusnya dijadikan landasan untuk kehidupan yang lebih damai. Untuk bisa mewujudkan hal tersebut diperlukan peran dan tugas tokoh serta pemimpin umat beragama untuk menjaga kerukunan.
"Kerukunan adalah tanggung jawab pemimpin umat beragama. Yang menentukan wajah umatnya adalah pemimpinnya," terangnya.
Terkait kekerasan dan aksi main hakim sendiri yang berbalut busana agama, Masdar mendesak pemerintah mengusut para pelakuknya. Ia pun mengusulkan agar pelaku dihukum lebih berat.
"Kekerasan atas nama agama, saya kira layak diberi hukuman dua kali lipat, yaitu untuk kezaliman dan atas penodaan agama yang diklaimnya," imbuhnya.
(her/anw)
Biaran Kekerasan, Negara Sudah Kriminal
D
Oleh: Renny Sundayani
Nasional - Sabtu, 19 Februari 2011 | 22:01 WIB
INILAH.COM, Jakarta - Negara Indonesia dinilai sudah menjadi negara kriminal. Setelah pembiaran atas berbagai kekerasan, negara juga membiarkan ancaman makar yang dilakukan sejumlah organisasi kemasyarakatan.
Hal ini disampaikan Direktur Eksekutif Reform Institute Yudi Latief usai acara diskusi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Sabtu (19/2/2011).
Yudi menegaskan Presiden bisa disebut berbohong jika dalam beberapa waktu ke depan, pemerintah tidak juga membubarkan ormas anarkis."Presiden lagi-lagi berbohong. Dan lebih dari itu, itu artinya Presiden melakukan dua kesalahan fatal sekaligus," ujar Yudi.
Menurutnya, Presiden juga membiarkan negara menjadi negara kriminal dengan mengacuhkan ancaman makar dari sejumlah pihak.
"Kesalahan pertama bahwa jelas-jelas pernyataan ormas ini akan menggulingkan Presiden, ini kan makar sebenarnya. Kedua, Presiden melakukan kesalahan dengan dia yang lebih berpihak pada organisasi-organisasi kekerasan," imbuhnya. (mvi)
Komentar
Posting Komentar