JANGAN LENGAH (waspadai radikalisme dan kekerasan) (17)
Solidaritas Yogya Gelar Salat Gaib buat Jemaah Ahmadiyah
Senin, 07 Februari 2011 | 21:51 WIB
TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Ratusan orang yang tergabung dalam Solidaritas Yogya untuk Ahmadiyah mengadakan salat gaib mendoakan tiga warga Ahmadiyah yang tewas di Kecamatan Cikeusik, Pandeglang, Banten, di Tugu Yogyakarta, Senin malam, (7/2).
Salat untuk mendoakan para arwah dan meminta agar kekerasan berkedok agama tidak terjadi lagi di Indonesia.
Mereka yang tergabung dalam solidaritas ini dari sejumlah Ornop, lembaga pers dan lembaga kemasyarakatan, seperti Yayasan Lembaga Kajian Islam dan Sosial (YLKiS), Komnas Perempuan, Lembaga Studi Islam dan Politik (LSIP) Yogyakarta, Interfidei, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta, Forum Persaudaraan Umat Beriman (FPUB) Yogyakarta.
Para peserta menyalakan lilin di sekitar tugu dan memasang pita hitam di lengan atau kepala sebagai tanda berduka untuk peristiwa berdarah ini. Sebelum melakukan salat gaib selama beberapa menit, para peserta secara bergantian menyampaikan orasinya. Turut menyampaikan orasi Alisa Wahid, putri pertama Mantan presiden Abdurrahman Wahid yang akrab disapa Gus Dur.
Adapun Alissa Wahid dalam orasinya menyampaikan keprihatinannya atas kekerasan yang merenggut nyawa. "Kebangsaan sedang dikoyak-koyak karena tidak dihargainya perbedaan sesama manusia," kata Alissa dengan lantang. Dia meminta agar semua rakyat Indonesia saling merapatkan barisan untuk memperjuangkan Indonesia.
Menurut Alissa, kebhinekaan Indonesia juga perlu dipertanyakan jika kekerasan masih kerap terjadi di Indonesia. "Yang kita tangisi adalah rasa aman sebagai warga negara dan rasa kemanusiaan yang kian memudar," kata Alissa.
Peristiwa pembunuhan ini menurut Alissa merupakan titik balik bagi bangsa Indonesia untuk berefleksi. "Tidak boleh ada yang meninggal sia-sia," ujarnya.
Koordinator lapangan, Pedro Indharto dalam orasinya menyampaikan Yogyakarta merasa berduka atas peristiwa ini. "Duka Ahmadiyah, duka untuk Yogyakarta, katanya. Solidaritas Yogya untuk Ahmadiyah juga mengutuk keras aksi penyerangan dan pembunuhan jemaah Ahmadiyah karena merupakan tindakan biadab dan anti kemanusiaan."
Menurut salah satu peserta aksi, Tri Wahyu K peristiwa berdarah yang telah menelan korban nyawa itu menggambarkan kegagalan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melindungi hak asasi manusia.
Menurut Tri, kekerasan yang kerap berulang pada Ahmadiyah menunjukkan bahwa SBY telah berbohong ketika menyatakan tidak ada pelanggaran HAM. "Anda bohong SBY kalau mengatakan tidak ada pelanggaran HAM," teriak Tri.
Agar pemerintah serius menyelesaikan kasus ini, Solidaritas Yogya untuk Ahmadiyah akan meminta Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) segera menginvestigasi pelanggaran HAM terkait kekerasan warga Ahmadiyah.
BERNADA RURIT
Nama-nama Jemaah Ahmadiyah yang Tewas
Warga memperingatkan para jemaah Ahamdiyah untuk tidak melakukan aktivitas pengajian lagi.
Minggu, 6 Februari 2011, 17:31 WIB
Arry Anggadha
Demo menuntut pembubaran Ahmadiyah (http://hizbut-tahrir.or.id)
VIVAnews - Tiga warga Ahmadiyah tewas mengenaskan setelah bentrok dengan warga Kampung umbulan, Desa Dalung, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Banten Minggu 06 Pebruari 2011 sekitar pukul 10.00 WIB.
Ketiga orang yang tewas yakni Roni (20 tahun) warga Jakarta, luka bacok. Parno (35), dan Mulyadi (35). Selain mengakibatkan tiga orang warga Ahmadiyah tewas, lima orang lainnya juga dilarikan ke RSUD Malingping dalam keadaan kritis.
Kelimanya yakni Pipip (22) warga Cilegon, Feradias, Muhamad Ahmad, Deden Remawan (48) alamat Jakarta, dan Ahmad M (22) warga Ciledug.
Unformasi yang dihimpun, ribuan masa yang mengatasnamakan Gerakan Muslim Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Minggu 6 Pebruari sekitar pukul 10.00 WIB mengepung rumah milik Suparman. Karena warga tak terima adanya aktivitas pengajian Ahmadiyah yang kerap di laksanakan di rumah Suparman.
Sebelum aksi tersebut warga memperingatkan para jemaah Ahamdiyah untuk tidak melakukan aktivitas pengajian, karena menurut mereka pengajian Ahmadiyah bertentangan dengan aqidah Islam yang selama ini warga yakini. Namun, peringatan warga tidak digubris.
Puncaknya ketika warga mengetahui ada dua buah mobil yang mengangkut jemaah Ahmadiyah kembali melakukan pengajian di rumah Suparman. Sehingga warga pun berang dan emosi, sehingga langsung menyerang jemaah Ahmadiyah. Seketika itu juga, tiga jemaah tewas di tempat dan lima orang luka berat dilarikan ke RSUD Malingping.
Kapolres Pandeglang Ajun Komisaris Besar Polisi (AKP) Alex Fauzi mengatakan, dalam bentrok antara warga Ahmadiyah dan warga, tidak hanya melibatkan warga setempat.
"Tetapi juga dari beberapa wilayah terdekat seperti Munjul dan Malingping," ujarnya.
Laporan: AA | Pandeglang, umi
• VIVAnews
Senin, 07 Februari 2011 | 21:51 WIB
TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Ratusan orang yang tergabung dalam Solidaritas Yogya untuk Ahmadiyah mengadakan salat gaib mendoakan tiga warga Ahmadiyah yang tewas di Kecamatan Cikeusik, Pandeglang, Banten, di Tugu Yogyakarta, Senin malam, (7/2).
Salat untuk mendoakan para arwah dan meminta agar kekerasan berkedok agama tidak terjadi lagi di Indonesia.
Mereka yang tergabung dalam solidaritas ini dari sejumlah Ornop, lembaga pers dan lembaga kemasyarakatan, seperti Yayasan Lembaga Kajian Islam dan Sosial (YLKiS), Komnas Perempuan, Lembaga Studi Islam dan Politik (LSIP) Yogyakarta, Interfidei, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta, Forum Persaudaraan Umat Beriman (FPUB) Yogyakarta.
Para peserta menyalakan lilin di sekitar tugu dan memasang pita hitam di lengan atau kepala sebagai tanda berduka untuk peristiwa berdarah ini. Sebelum melakukan salat gaib selama beberapa menit, para peserta secara bergantian menyampaikan orasinya. Turut menyampaikan orasi Alisa Wahid, putri pertama Mantan presiden Abdurrahman Wahid yang akrab disapa Gus Dur.
Adapun Alissa Wahid dalam orasinya menyampaikan keprihatinannya atas kekerasan yang merenggut nyawa. "Kebangsaan sedang dikoyak-koyak karena tidak dihargainya perbedaan sesama manusia," kata Alissa dengan lantang. Dia meminta agar semua rakyat Indonesia saling merapatkan barisan untuk memperjuangkan Indonesia.
Menurut Alissa, kebhinekaan Indonesia juga perlu dipertanyakan jika kekerasan masih kerap terjadi di Indonesia. "Yang kita tangisi adalah rasa aman sebagai warga negara dan rasa kemanusiaan yang kian memudar," kata Alissa.
Peristiwa pembunuhan ini menurut Alissa merupakan titik balik bagi bangsa Indonesia untuk berefleksi. "Tidak boleh ada yang meninggal sia-sia," ujarnya.
Koordinator lapangan, Pedro Indharto dalam orasinya menyampaikan Yogyakarta merasa berduka atas peristiwa ini. "Duka Ahmadiyah, duka untuk Yogyakarta, katanya. Solidaritas Yogya untuk Ahmadiyah juga mengutuk keras aksi penyerangan dan pembunuhan jemaah Ahmadiyah karena merupakan tindakan biadab dan anti kemanusiaan."
Menurut salah satu peserta aksi, Tri Wahyu K peristiwa berdarah yang telah menelan korban nyawa itu menggambarkan kegagalan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melindungi hak asasi manusia.
Menurut Tri, kekerasan yang kerap berulang pada Ahmadiyah menunjukkan bahwa SBY telah berbohong ketika menyatakan tidak ada pelanggaran HAM. "Anda bohong SBY kalau mengatakan tidak ada pelanggaran HAM," teriak Tri.
Agar pemerintah serius menyelesaikan kasus ini, Solidaritas Yogya untuk Ahmadiyah akan meminta Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) segera menginvestigasi pelanggaran HAM terkait kekerasan warga Ahmadiyah.
BERNADA RURIT
Nama-nama Jemaah Ahmadiyah yang Tewas
Warga memperingatkan para jemaah Ahamdiyah untuk tidak melakukan aktivitas pengajian lagi.
Minggu, 6 Februari 2011, 17:31 WIB
Arry Anggadha
Demo menuntut pembubaran Ahmadiyah (http://hizbut-tahrir.or.id)
VIVAnews - Tiga warga Ahmadiyah tewas mengenaskan setelah bentrok dengan warga Kampung umbulan, Desa Dalung, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Banten Minggu 06 Pebruari 2011 sekitar pukul 10.00 WIB.
Ketiga orang yang tewas yakni Roni (20 tahun) warga Jakarta, luka bacok. Parno (35), dan Mulyadi (35). Selain mengakibatkan tiga orang warga Ahmadiyah tewas, lima orang lainnya juga dilarikan ke RSUD Malingping dalam keadaan kritis.
Kelimanya yakni Pipip (22) warga Cilegon, Feradias, Muhamad Ahmad, Deden Remawan (48) alamat Jakarta, dan Ahmad M (22) warga Ciledug.
Unformasi yang dihimpun, ribuan masa yang mengatasnamakan Gerakan Muslim Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Minggu 6 Pebruari sekitar pukul 10.00 WIB mengepung rumah milik Suparman. Karena warga tak terima adanya aktivitas pengajian Ahmadiyah yang kerap di laksanakan di rumah Suparman.
Sebelum aksi tersebut warga memperingatkan para jemaah Ahamdiyah untuk tidak melakukan aktivitas pengajian, karena menurut mereka pengajian Ahmadiyah bertentangan dengan aqidah Islam yang selama ini warga yakini. Namun, peringatan warga tidak digubris.
Puncaknya ketika warga mengetahui ada dua buah mobil yang mengangkut jemaah Ahmadiyah kembali melakukan pengajian di rumah Suparman. Sehingga warga pun berang dan emosi, sehingga langsung menyerang jemaah Ahmadiyah. Seketika itu juga, tiga jemaah tewas di tempat dan lima orang luka berat dilarikan ke RSUD Malingping.
Kapolres Pandeglang Ajun Komisaris Besar Polisi (AKP) Alex Fauzi mengatakan, dalam bentrok antara warga Ahmadiyah dan warga, tidak hanya melibatkan warga setempat.
"Tetapi juga dari beberapa wilayah terdekat seperti Munjul dan Malingping," ujarnya.
Laporan: AA | Pandeglang, umi
• VIVAnews
Komentar
Posting Komentar