TM maseh menjadi M0M0k
17 JANUARI 2011
Menghadang Tayangan Tuan Tan
AGUS Setiawan mengaku dari Komando Daerah Militer Brawijaya, Surabaya, datang ke kantor televisi Madura Channel di Sumenep, Senin pekan lalu. Di kantor stasiun milik politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Said Abdullah, tersebut anggota tentara itu bertemu dengan Manajer Program Madura Channel Hidayat Rahman, meminta kerja sama" tidak menayangkan Opera Tan Malaka. Saya bilang kepada Agus, saya tak punya wewenang, soal tayang atau tidak, harus diputuskan di meja redaksi," kata Hidayat kepada Musthofa Bishri dari Tempo.
Di Batu, Jawa Timur, anggota TNI bernama Sukis dari Komando Distrik Militer 0818/wilayah Batu, Malang, dan Winarto yang mengaku dari Komando Resor Militer 083/Baladhika Jaya, Malang, juga datang ke kantor Batu TV dengan himbauan" sama. Namun Komandan Kodim 0818/Kabupaten Malang Letnan Kolonel Infanteri Heri Pribadi membantah jika dikatakan anak buahnya mendatangi kantor Batu TV. Tidak ada anggota kami yang mendatangi kantor Batu TV untuk mengimbau, menyensor, atau melarang," katanya. Apalagi kalau itu demi kepentingan sejarah berdirinya republik kita. Sudah ada Undang-Undang Pers dan Undang-Undang Penyiaran. Kalau kami melarang, nanti justru kami yang dinilai melanggar undang-undang," kata Heri.
Di Kediri, orang-orang yang mengaku intelijen dari Kodim dan Korem juga mendatangi stasiun televisi Kilisuci Televisi (KSTV). Mereka meminta stasiun televisi itu tidak menayangkan Opera Tan Malaka. Saya hanya mengimbau agar itu tidak ditayangkan, demi keamanan bersama," kata Komandan Kodim 0809 Letnan Kolonel (Art) Bambang Sudarmanto kepada para jurnalis.
Bambang beralasan kondisi keamanan Kota Kediri, tempat Tan Malaka diduga ditembak mati pada 1949, sedang kondusif. Itu yang menjadi pertimbangan utama saya dalam mengambil keputusan," ujarnya, Selasa pekan lalu. Namun Bambang menolak menjelaskan alasannya lebih detail. Dia hanya tidak ingin pemutaran Opera Tan Malaka memicu gangguan keamanan di Kota Kediri. Intinya, keputusan ini saya ambil demi menjaga situasi kondusif jangan sampai hilang."
Perwira TNI berpangkat melati dua di pundak itu mengaku belum melihat tayangan tersebut. Tapi, dengan tidak melihat tayangannya, kita sudah bisa meraba. Kalau masih ingat pelajaran sejarah, siapa Tan Malaka. Bagaimana aliran politiknya? Semua sudah jelas," kata Bambang.
Direktur Operasional Kilisuci Televisi Mufti Ali berpendapat tidak ada yang berbahaya dari isi Opera Tan Malaka. Tinggal nanti tergantung apresiasi penonton," ujarnya. Tapi, karena permintaan itu,penayangannya yang seharusnya pada 9 dan 16 Januari batal.
Karena ada imbauan Komandan Kodim, plus dukungan kelompok kecil masyarakat yang menamakan diri Center for Indonesia Community Studies Jawa Timur dan Laskar Ampera Arif Rahman Hakim Angkatan 66 Jawa Timur, pihak KSTV urung menayangkannya. Dengan berbagai pertimbangan, masukan dari masyarakat dan aparat, sementara kami batalkan dulu," ujar Mufti.
Polisi juga mendatangi kantor Batu TV. Menurut Kepala Kepolisian Resor Batu Gatot Sugeng, pihaknya hanya ingin memeriksa siaran Opera Tan Malaka yang rencananya akan ditayangkan Batu TV. Pemeriksaan itu dilakukan karena polisi mendapat informasi yang menyebutkan tayangan Opera Tan Malaka bisa mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat. Justru kami ingin tahu kontennya seperti apa. Sebagai penanggung jawab keamanan, kami ingin mengerti isinya," ujarnya.
Menurut Gatot, keputusan batal menayangkan Opera Tan Malaka diambil manajemen Batu TV. Kami baru datang, tapi Batu TV bilang tidak jadi menyiarkan. Kami berhenti. Kalau memang nanti mau disiarkan, akan kami cek lagi," katanya.
Hadangan memang kadang bukan dari luar institusi saja, tapi juga dari stasiun televisi itu sendiri. Duta TV Banjarmasin, Kalimantan Selatan, tak jadi menayangkan Opera Tan Malaka dengan alasan teknis. Materinya panjang. Tidak ada yang menekan kami," kata Direktur Duta TV Banjarmasin Saefudin kepada Khaidir Rahman dari Tempo.
Padahal Duta TV termasuk 10 dari 45 televisi lokal dalam jaringan Tempo TV yang menerima tawaran menayangkan Opera Tan Malaka. Kami tidak memaksa. Kami tawarkan, mereka terima, ini program gratis," kata Direktur Utama Tempo TV Santoso.
Saefudin mengaku belum menyaksikan atau mengetahui isi Opera Tan Malaka. Namun ia telah meminta kru Duta TV menyaksikannya. "Jika isinya sesuai dengan visi dan misi Duta TV, kami akan menayangkan. Kami masih mengkaji," ujarnya.
Sebenarnya yang berencana menayangkan Opera Tan Malaka di televisi pertama kali adalah Metro TV. Televisi berita berskala nasional itu memang bekerja sama dengan Salihara dan sebuah perusahaan rokok. Sebagai rangkaian Festival Salihara pada pertengahan Oktober tahun lalu, pertunjukan Opera Tan Malaka menjadi puncak acara. "Metro TV yang merekam sendiri acara itu," ujar Manajer Komunikasi Pemasaran Salihara Rama Thaharani.
Rencana tayang sudah diiklankan di Metro TV, tapi batal nongol pada hari yang dijanjikan. "Katanya ada masalah editing," ujar Rama. Ketika itu Metro TV tak menjelaskan alasannya. Namun, Rabu pekan lalu, pemilik Metro TV, Surya Paloh, kepada Tempo lewat telepon seluler mengaku sudah bertanya kepada redaksi tentang batal tayangnya Opera Tan Malaka. Keputusan redaksi, menurut Surya, karena tayangan itu akan menimbulkan pro-kontra di masyarakat. "Daripada menghabiskan energi untuk hal-hal begitu mending tak usah ditayangkan. Kita gunakan energi untuk yang lebih berguna bagi kemajuan bangsa ini," ujarnya.
Tak semua stasiun televisi tak menayangkan Opera Tan Malaka. Salah satunya Taz TV, Tasikmalaya, Jawa Barat. "Kalau enggak suka, matikan saja televisinya," ujar Direktur Utama Taz TV Sigit Wahyu Nandhika.
Seorang warga Tasikmalaya, Tahyudin Ali Mursyid, yang menonton pertunjukan di Taz TV yang radius siarnya menjangkau sampai Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, menyatakan salut terhadap televisi lokal yang menampilkan acara tentang sosok pahlawan yang dibenci Belanda dan Partai Komunis Indonesia pada masanya itu. "Seharusnya kita bisa lebih menghormati hasil karya orang lain," ujar Tahyudin.
Tayangan dalam Opera Tan Malaka yang berdurasi hampir dua jam dibuka dengan pengibaran bendera merah dengan sekilas tampak gambar palu-arit berwarna kuning dalam kegelapan. Suara-suara nyanyian seriosa terdengar silih berganti.
Alasan kandungan komunisme dalam tayangan opera tersebut memang tidak pernah dimunculkan secara eksplisit oleh pihak-pihak yang mengimbau" tidak menyiarkan. Namun, menurut Koordinator Isi Siaran Komisi Penyiaran Indonesia Ezki Suyanto, soal ideologi tidak termasuk dalam larangan pada pedoman perilaku penyiaran peraturan KPI. "Seks atau cabul, kekerasan, dan mistik justru yang harus diperhatikan sebelum menayangkan sesuatu," ujarnya.
Lagi pula, menurut Ezki, tayangan mendapat peringatan jika sudah muncul di televisi dan mendapat protes dari masyarakat. "Pihak televisi jangan takut menayangkan sesuatu, asal sudah sesuai dengan pedoman yang kami keluarkan," ujarnya. Keberanian harus datang dari pihak media itu sendiri untuk melawan sensor dan pembredelan.
Ahmad Taufik, Abdi Purmono (Malang), Hari Tri Wasono (Kediri), Jayadi Supriyadin (Tasikmalaya)
Selasa, 11/01/2011 20:45 WIB
'Opera Tan Malaka' Dilarang Diputar
KPID Juga akan Klarifikasi ke Pangdam V dan Kapolda Jatim
Rois Jajeli - detikSurabaya
Surabaya - Selain melakukan klarifikasi terhadap pimpinan 3 stasiun televisi lokal di Jawa Timur, Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jatim juga akan menanyakan ke aparat keamanan seperti Kapolda Jatim, Pangdam V atas pelarangan penanyangan Opera Tan Malaka.
"Kita akan bertemu dengan pihak-pihak keamanan, baik kapolda maupun pangdam, untuk mengklarifikasi terkait pelarangan penayangan Opera Tan Malaka," kata
Kepala Bidang Pengawasan Isi Siaran KPID Jatim, Maulana Arief, saat dihubungi detiksurabaya.com, Selasa (11/1/2011).
Donny mengaku belum bisa memberikan kepastian waktu pertemuan dengan Kapolda Jatim Irjen Pol Badrodin Haiti maupun Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Gatot Nurmantyo.
Pihaknya akan melakukan koordinasi terlebih dahulu dengan KPI Pusat, serta mengutamakan mengklarifikasi terhadap 3 pimpinan stasiun televisi lokal, seperti Kilisuci Televisi (KSTV) Kediri, Batu TV dan Madura Channel.
"Kita belum putusakan kapan akan bertemu dengan pihak-pihak yang mempermasalahkan. Kita akan analisa dulu hasil klarifikasi dari 3 pimpinan stasiun televisi itu, baru ke kapolda, pangdam atau pihak-pihak terkait untuk meluruskan masalah ini," jelasnya.
'Opera Tan Malaka' sendiri merupakan buah karya Tempo TV dan rencananya akan diputar di 19 stasiun televisi lokal se Indonesia. Namun sejauh ini baru terealisasi di 17 lokasi. Selain Batu TV, 2 stasiun televisi lainnya yang juga dilarang memutar 'Opera Tan Malaka' adalah Kilisuci Teve (KSTV) Kediri, dan Madura Channel.
(bdh/bdh)
Menghadang Tayangan Tuan Tan
AGUS Setiawan mengaku dari Komando Daerah Militer Brawijaya, Surabaya, datang ke kantor televisi Madura Channel di Sumenep, Senin pekan lalu. Di kantor stasiun milik politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Said Abdullah, tersebut anggota tentara itu bertemu dengan Manajer Program Madura Channel Hidayat Rahman, meminta kerja sama" tidak menayangkan Opera Tan Malaka. Saya bilang kepada Agus, saya tak punya wewenang, soal tayang atau tidak, harus diputuskan di meja redaksi," kata Hidayat kepada Musthofa Bishri dari Tempo.
Di Batu, Jawa Timur, anggota TNI bernama Sukis dari Komando Distrik Militer 0818/wilayah Batu, Malang, dan Winarto yang mengaku dari Komando Resor Militer 083/Baladhika Jaya, Malang, juga datang ke kantor Batu TV dengan himbauan" sama. Namun Komandan Kodim 0818/Kabupaten Malang Letnan Kolonel Infanteri Heri Pribadi membantah jika dikatakan anak buahnya mendatangi kantor Batu TV. Tidak ada anggota kami yang mendatangi kantor Batu TV untuk mengimbau, menyensor, atau melarang," katanya. Apalagi kalau itu demi kepentingan sejarah berdirinya republik kita. Sudah ada Undang-Undang Pers dan Undang-Undang Penyiaran. Kalau kami melarang, nanti justru kami yang dinilai melanggar undang-undang," kata Heri.
Di Kediri, orang-orang yang mengaku intelijen dari Kodim dan Korem juga mendatangi stasiun televisi Kilisuci Televisi (KSTV). Mereka meminta stasiun televisi itu tidak menayangkan Opera Tan Malaka. Saya hanya mengimbau agar itu tidak ditayangkan, demi keamanan bersama," kata Komandan Kodim 0809 Letnan Kolonel (Art) Bambang Sudarmanto kepada para jurnalis.
Bambang beralasan kondisi keamanan Kota Kediri, tempat Tan Malaka diduga ditembak mati pada 1949, sedang kondusif. Itu yang menjadi pertimbangan utama saya dalam mengambil keputusan," ujarnya, Selasa pekan lalu. Namun Bambang menolak menjelaskan alasannya lebih detail. Dia hanya tidak ingin pemutaran Opera Tan Malaka memicu gangguan keamanan di Kota Kediri. Intinya, keputusan ini saya ambil demi menjaga situasi kondusif jangan sampai hilang."
Perwira TNI berpangkat melati dua di pundak itu mengaku belum melihat tayangan tersebut. Tapi, dengan tidak melihat tayangannya, kita sudah bisa meraba. Kalau masih ingat pelajaran sejarah, siapa Tan Malaka. Bagaimana aliran politiknya? Semua sudah jelas," kata Bambang.
Direktur Operasional Kilisuci Televisi Mufti Ali berpendapat tidak ada yang berbahaya dari isi Opera Tan Malaka. Tinggal nanti tergantung apresiasi penonton," ujarnya. Tapi, karena permintaan itu,penayangannya yang seharusnya pada 9 dan 16 Januari batal.
Karena ada imbauan Komandan Kodim, plus dukungan kelompok kecil masyarakat yang menamakan diri Center for Indonesia Community Studies Jawa Timur dan Laskar Ampera Arif Rahman Hakim Angkatan 66 Jawa Timur, pihak KSTV urung menayangkannya. Dengan berbagai pertimbangan, masukan dari masyarakat dan aparat, sementara kami batalkan dulu," ujar Mufti.
Polisi juga mendatangi kantor Batu TV. Menurut Kepala Kepolisian Resor Batu Gatot Sugeng, pihaknya hanya ingin memeriksa siaran Opera Tan Malaka yang rencananya akan ditayangkan Batu TV. Pemeriksaan itu dilakukan karena polisi mendapat informasi yang menyebutkan tayangan Opera Tan Malaka bisa mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat. Justru kami ingin tahu kontennya seperti apa. Sebagai penanggung jawab keamanan, kami ingin mengerti isinya," ujarnya.
Menurut Gatot, keputusan batal menayangkan Opera Tan Malaka diambil manajemen Batu TV. Kami baru datang, tapi Batu TV bilang tidak jadi menyiarkan. Kami berhenti. Kalau memang nanti mau disiarkan, akan kami cek lagi," katanya.
Hadangan memang kadang bukan dari luar institusi saja, tapi juga dari stasiun televisi itu sendiri. Duta TV Banjarmasin, Kalimantan Selatan, tak jadi menayangkan Opera Tan Malaka dengan alasan teknis. Materinya panjang. Tidak ada yang menekan kami," kata Direktur Duta TV Banjarmasin Saefudin kepada Khaidir Rahman dari Tempo.
Padahal Duta TV termasuk 10 dari 45 televisi lokal dalam jaringan Tempo TV yang menerima tawaran menayangkan Opera Tan Malaka. Kami tidak memaksa. Kami tawarkan, mereka terima, ini program gratis," kata Direktur Utama Tempo TV Santoso.
Saefudin mengaku belum menyaksikan atau mengetahui isi Opera Tan Malaka. Namun ia telah meminta kru Duta TV menyaksikannya. "Jika isinya sesuai dengan visi dan misi Duta TV, kami akan menayangkan. Kami masih mengkaji," ujarnya.
Sebenarnya yang berencana menayangkan Opera Tan Malaka di televisi pertama kali adalah Metro TV. Televisi berita berskala nasional itu memang bekerja sama dengan Salihara dan sebuah perusahaan rokok. Sebagai rangkaian Festival Salihara pada pertengahan Oktober tahun lalu, pertunjukan Opera Tan Malaka menjadi puncak acara. "Metro TV yang merekam sendiri acara itu," ujar Manajer Komunikasi Pemasaran Salihara Rama Thaharani.
Rencana tayang sudah diiklankan di Metro TV, tapi batal nongol pada hari yang dijanjikan. "Katanya ada masalah editing," ujar Rama. Ketika itu Metro TV tak menjelaskan alasannya. Namun, Rabu pekan lalu, pemilik Metro TV, Surya Paloh, kepada Tempo lewat telepon seluler mengaku sudah bertanya kepada redaksi tentang batal tayangnya Opera Tan Malaka. Keputusan redaksi, menurut Surya, karena tayangan itu akan menimbulkan pro-kontra di masyarakat. "Daripada menghabiskan energi untuk hal-hal begitu mending tak usah ditayangkan. Kita gunakan energi untuk yang lebih berguna bagi kemajuan bangsa ini," ujarnya.
Tak semua stasiun televisi tak menayangkan Opera Tan Malaka. Salah satunya Taz TV, Tasikmalaya, Jawa Barat. "Kalau enggak suka, matikan saja televisinya," ujar Direktur Utama Taz TV Sigit Wahyu Nandhika.
Seorang warga Tasikmalaya, Tahyudin Ali Mursyid, yang menonton pertunjukan di Taz TV yang radius siarnya menjangkau sampai Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, menyatakan salut terhadap televisi lokal yang menampilkan acara tentang sosok pahlawan yang dibenci Belanda dan Partai Komunis Indonesia pada masanya itu. "Seharusnya kita bisa lebih menghormati hasil karya orang lain," ujar Tahyudin.
Tayangan dalam Opera Tan Malaka yang berdurasi hampir dua jam dibuka dengan pengibaran bendera merah dengan sekilas tampak gambar palu-arit berwarna kuning dalam kegelapan. Suara-suara nyanyian seriosa terdengar silih berganti.
Alasan kandungan komunisme dalam tayangan opera tersebut memang tidak pernah dimunculkan secara eksplisit oleh pihak-pihak yang mengimbau" tidak menyiarkan. Namun, menurut Koordinator Isi Siaran Komisi Penyiaran Indonesia Ezki Suyanto, soal ideologi tidak termasuk dalam larangan pada pedoman perilaku penyiaran peraturan KPI. "Seks atau cabul, kekerasan, dan mistik justru yang harus diperhatikan sebelum menayangkan sesuatu," ujarnya.
Lagi pula, menurut Ezki, tayangan mendapat peringatan jika sudah muncul di televisi dan mendapat protes dari masyarakat. "Pihak televisi jangan takut menayangkan sesuatu, asal sudah sesuai dengan pedoman yang kami keluarkan," ujarnya. Keberanian harus datang dari pihak media itu sendiri untuk melawan sensor dan pembredelan.
Ahmad Taufik, Abdi Purmono (Malang), Hari Tri Wasono (Kediri), Jayadi Supriyadin (Tasikmalaya)
Selasa, 11/01/2011 20:45 WIB
'Opera Tan Malaka' Dilarang Diputar
KPID Juga akan Klarifikasi ke Pangdam V dan Kapolda Jatim
Rois Jajeli - detikSurabaya
Surabaya - Selain melakukan klarifikasi terhadap pimpinan 3 stasiun televisi lokal di Jawa Timur, Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jatim juga akan menanyakan ke aparat keamanan seperti Kapolda Jatim, Pangdam V atas pelarangan penanyangan Opera Tan Malaka.
"Kita akan bertemu dengan pihak-pihak keamanan, baik kapolda maupun pangdam, untuk mengklarifikasi terkait pelarangan penayangan Opera Tan Malaka," kata
Kepala Bidang Pengawasan Isi Siaran KPID Jatim, Maulana Arief, saat dihubungi detiksurabaya.com, Selasa (11/1/2011).
Donny mengaku belum bisa memberikan kepastian waktu pertemuan dengan Kapolda Jatim Irjen Pol Badrodin Haiti maupun Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Gatot Nurmantyo.
Pihaknya akan melakukan koordinasi terlebih dahulu dengan KPI Pusat, serta mengutamakan mengklarifikasi terhadap 3 pimpinan stasiun televisi lokal, seperti Kilisuci Televisi (KSTV) Kediri, Batu TV dan Madura Channel.
"Kita belum putusakan kapan akan bertemu dengan pihak-pihak yang mempermasalahkan. Kita akan analisa dulu hasil klarifikasi dari 3 pimpinan stasiun televisi itu, baru ke kapolda, pangdam atau pihak-pihak terkait untuk meluruskan masalah ini," jelasnya.
'Opera Tan Malaka' sendiri merupakan buah karya Tempo TV dan rencananya akan diputar di 19 stasiun televisi lokal se Indonesia. Namun sejauh ini baru terealisasi di 17 lokasi. Selain Batu TV, 2 stasiun televisi lainnya yang juga dilarang memutar 'Opera Tan Malaka' adalah Kilisuci Teve (KSTV) Kediri, dan Madura Channel.
(bdh/bdh)
Komentar
Posting Komentar