jangan LENGAH ( tetap waspadai radikalisme dan kekerasan) (10)
Kamis, 27/01/2011 20:04 WIB
BNPT: Teroris Klaten Terkait Dengan Pelaku Perampokan CIMB Medan
Mega Putra Ratya - detikNews
Jakarta - Kelompok teroris yang ditangkap di Sukoharjo dan Klaten Jawa Tengah ternyata memiliki hubungan dengan salah seorang terduga teroris yang tewas di Medan dalam kasus perampokan Bank CIMB. Namun kelompok ini tidak terkait dengan teroris pelatihan militer di Aceh.
"Jadi salah satu yang ada hubungan dengan grup ini, salah satunya pernah terlibat dengan CIMB (Medan) tetapi yang sudah meninggal," kata Deputi Penindakan BNPT Brigjen Pol Petrus R Golose, di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta, Kamis (27/1/2011).
Petrus mengatakan kelompok tersebut merupakan kelompok lokal yang hanya beraksi di wilayah Yogya dan Jawa Tengah. "Tidak (terlibat dalam pelatihan militer di Aceh), yang jelas mereka dari lokal grup Solo. Mencoba untuk eksis untuk membuat ini sehingga dikenal orang," terangnya.
Kelompok ini, lanjut Petrus, sebelumnya memang sudah mendapatkan pendidikan dan pelatihan mengenai aksi-aksi terorisme. Meski keberadaannya hanya bersifat lokal tapi aktivitas mereka dapat dinilai cukup berbahaya bagi keamanan di wilayah tersebut.
"Sebelum itu, memang sudah ada training-training itu dipantau, tapi tahu-tahu karena memang melakukan aksi di masjid, di Polsek, walaupun tidak besar kapasitasnya tetapi kuantitasnya cukup berbahaya," ungkapnya.
Petrus juga mengatakan, keahlian merakit bom atau bahan peledak yang dimiliki oleh orang-orang ini adalah hasil dari kreatifitas sendiri dan bukan didapat dari pelatihan khusus untuk merakit bahan peledak. Leader atau otak dari kelompok ini diketahui Atok yang juga sudah diamankan bersama enam anggota lainnya dalam penangkapan di Klaten dan Sukoharjo pada Selasa (25/1) lalu.
"Lagi dikembangkan, si Atok ini jaringannya, ya dia leadernya lah," paparnya.
(mpr/ape)
7 Teroris Murid Azhari Ditangkap
KLATEN-Satu per satu jaringan teroris di tanah air dipereteli. Kemarin (25/1), tim Densus 88 Mabes Polri berhasil menangkap tujuh orang yang diduga sebagai teroris. Mereka juga ditengarai sebagai pelaku dalam rentetan teror di Jawa Tengah sejak 1 Desember 2010. Penangkapan tujuh terduga teroris itu dilakukan tim gabungan Mabes Polri dan Polda Jawa Tengah.
Mabes Polri menyatakan, para pemuda itu merupakan jaringan hasil didikan tersangka teror asal Malaysia, Dr Azhari Kabag Penerangan Umum Divhumas Mabes Polri Kombespol Boy Rafli Amar menjelaskan, sebelum meninggal, Dr Azhari yang mempunyai banyak pengikut mewariskan keahliannya dalam merakit bom.
Salah seorang pengikutnya adalah Heri Sigu alias Sogir, terdakwa terorisme yang ditangkap di Klaten bersama Abdullah Sonata pada 2010. Polri menyebutkan, Sogirlah yang membina tujuh tersangka itu. Melalui Sogirlah kemampuan merakit bom tersebut diturunkan. ’’Mereka itu binaan orang yang dulu ikut Azhari,’’ tegas Boy di Mabes Polri kemarin sore. Polisi tidak butuh waktu lama untuk meringkus mereka. Penggerebekan di lima lokasi itu hanya membutuhkan waktu sekitar tiga jam. Penggerebekan pertama dilakukan di Dusun Krapyak, Desa Merbung, Kecamatan Klaten Selatan. Di sebuah rumah kontrakan milik warga setempat bernama Ambar, tim Densus menangkap tiga orang yang diduga terkait dengan jaringan teroris. Seorang di antaranya bernama Agung, 21, yang merupakan anak Subandi, 50.
Bersama dua temannya, Yudi Angoro, 21, dan Dodi Aparisanto, 21, Agung ditangkap tim Densus sekitar pukul 10.00. Penangkapan yang berlangsung cepat tersebut mengejutkan warga sekitar. Ketika itu, mereka melihat beberapa mobil menuju gang rumah kontrakan. Setelah mobil berhenti, beberapa orang yang merupakan anggota tim Densus keluar dan langsung mengepung rumah yang ditempati Agung. Selang beberapa menit kemudian, polisi bersenjata lengkap sudah membawa ke luar empat orang dari dalam rumah. Mereka kemudian dimasukkan ke mobil Isuzu Elf berwarna metalik. Polisi kemudian menggeledah rumah nomor dua dari gang dusun tersebut. Namun, penggeledahan tidak berlangsung lama. Ada kekhawatiran adanya bahan peledak (handak) di dalam rumah. Karena itu, polisi menunggu tim Gegana dari Polda Jawa Tengah untuk menggeledah lebih lanjut.
Tentu saja, banyaknya polisi di sekitar lokasi kejadian mengundang perhatian ratusan warga sekitar. ’’Saya kaget saat ada mobil yang parkir dekat warung saya. Polisi berlari menuju rumah yang ditempati Pak Bandi. Saya tidak tahu berapa orang yang dibawa polisi,’’ ujar Sunarto, 45, salah seorang warga. Penangkapan kemudian berlanjut ke Desa Buntalan, Kecamatan Klaten Tengah. Di lokasi tersebut, polisi menangkap Arga Wiratama, 21, yang masih kelas tiga SMKN di Klaten. Perburuan belum berhenti di situ. Polisi terus bergerak untuk menangkap terduga lainnya. Mereka menuju ke arah timur, yaitu Kecamatan Trucuk. Di Desa Karangpakel, polisi berhasil menangkap seorang terduga teroris yang bernama Joko Lelono, 19.
Dia juga masih berstatus pelajar SMKN di Klaten. Polisi terus berkoordinasi untuk menangkap tersangka lain. Daerah yang dituju berikutnya adalah Desa Mutihan, Kecamatan Gantiwarno. Di daerah yang merupakan perbatasan dengan Kabupaten Gunung Kidul, Jogjakarta, tersebut, tim Densus berhasil meringkus seorang tersangka bernama Nugoro Budi Santoso. Sama seperti terduga teroris sebelumnya, dia masih remaja, yaitu berusia 21 tahun. Nugoro juga merupakan siswa SMKN di Klaten. Penangkapan terus berlanjut. Kali ini, aparat kembali ke wilayah Klaten Kota. Di Desa Jomboran, Kecamatan Klaten Tengah, polisi berhasil menangkap Tri Budi Santoso, 20. Polisi juga mengamankan seperangkat komputer, yaitu satu unit CPU dan monitor.
Perangkat tersebut diduga sebagai salah satu alat untuk merangkai bahan peledak. Kapolda Jawa Tengah Irjen Edward Aritonang mengungkapkan, tujuh tersangka yang ditangkap tersebut merupakan satu jaringan. Mereka adalah pelaku teror yang sebulan terakhir terjadi di tujuh lokasi di wilayah Klaten. ’’Selama sebulan menyelidiki, kami berhasil menemukan bukti untuk menangkap jaringan tersebut. Apakah berkaitan dengan jaringan lain, kami masih mendalami,’’ ujarnya saat ekspose pasca penangkapan. Penangkapan jaringan teroris di Solo dan Klaten itu membuktikan ideologi terorisme terus hidup. ’’Kalau dilihat dari usianya yang muda-muda, sekitar 17 hingga 19 tahun, mereka diduga rekrutan baru,’’ ujar Kadivhumas Mabes Polri Irjen Pol Anton Bachrul Alam di Jakarta kemarin (25/01). Polisi hingga kini belum menemukan keterkaitan kelompok Solo itu dengan jaringan lama yang sudah diungkap sebelumnya. ’’Di antara delapan yang diamankan, yang paling tua adalah Antok. Dia yang mengorganisasi,’’ kata mantan Kapolda Jatim itu. (rdl/c4/oh/jpnn/c5/iro)
Terduga Teroris yang Ditangkap Rata-rata ABG
Ada yang baru tamat SMA, ada juga yang masuk duduk di bangku SMP.
SELASA, 25 JANUARI 2011, 16:37 WIB Ita Lismawati F. Malau, Eko Huda S
VIVAnews - Jumlah terduga teroris yang ditangkap Detasemen Khusus 88 Anti-teror di Sukoharjo, Jawa Tengah terus bertambah. Hingga saat ini, ada delapan orang ditangkap dengan dugaan terlibat jaringan teroris.
Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Pol Anton Bachrul Alam mengatakan, penangkapan kedelapan orang ini diawali dengan penangkapan Roki Apres Giyanto aliar Atok.
"Pertama ditangkap Atok atau Roki berusia 28 tahun. Dia dibantu oleh beberapa rekannya, Agung, Joko Lelono, Nugroho, Argo, Tri Budi, Sigit Purnomo, Yudo Anggoro," kata Anton di Mabes Polri, Jakarta, Selasa 25 Januari 2011.
"Yang aneh di sini mereka masih remaja. Ada yang baru tamat SMA, SMP. Usianya ada yang 18 tahun, 19 tahun, yang paling tua Atok 28 tahun," kata dia.
Menurut Anton, delapan orang ini ditangkap dalam tempo satu jam, antara pukul 09.00 WIB sampai 10.00 WIB di Desa Waru Kecamatan Baki Sukoharjo. Kepolisian menduga para tersangka merupakan pelaku teror bom pada Desember 2010 dan awal Januari 2011 di wilayah Jawa Tengah. "(Saat itu) Ditemukan rakitan bom yang ada di masjid, gereja, dan pospol," kata dia.
Anton menambahkan, kedelapan orang yang ditangkap itu masih berada di Jawa Tengah untuk proses pengembangan. Dari penangkapan itu, Densus juga menyita beberapa barang bukti. "Ada bahan rakitan bom seperti black powder, potasium klorat, detonator dan rangkaian kabel-kabel," kata dia. (umi)
• VIVAnews
BNPT: Teroris Klaten Terkait Dengan Pelaku Perampokan CIMB Medan
Mega Putra Ratya - detikNews
Jakarta - Kelompok teroris yang ditangkap di Sukoharjo dan Klaten Jawa Tengah ternyata memiliki hubungan dengan salah seorang terduga teroris yang tewas di Medan dalam kasus perampokan Bank CIMB. Namun kelompok ini tidak terkait dengan teroris pelatihan militer di Aceh.
"Jadi salah satu yang ada hubungan dengan grup ini, salah satunya pernah terlibat dengan CIMB (Medan) tetapi yang sudah meninggal," kata Deputi Penindakan BNPT Brigjen Pol Petrus R Golose, di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta, Kamis (27/1/2011).
Petrus mengatakan kelompok tersebut merupakan kelompok lokal yang hanya beraksi di wilayah Yogya dan Jawa Tengah. "Tidak (terlibat dalam pelatihan militer di Aceh), yang jelas mereka dari lokal grup Solo. Mencoba untuk eksis untuk membuat ini sehingga dikenal orang," terangnya.
Kelompok ini, lanjut Petrus, sebelumnya memang sudah mendapatkan pendidikan dan pelatihan mengenai aksi-aksi terorisme. Meski keberadaannya hanya bersifat lokal tapi aktivitas mereka dapat dinilai cukup berbahaya bagi keamanan di wilayah tersebut.
"Sebelum itu, memang sudah ada training-training itu dipantau, tapi tahu-tahu karena memang melakukan aksi di masjid, di Polsek, walaupun tidak besar kapasitasnya tetapi kuantitasnya cukup berbahaya," ungkapnya.
Petrus juga mengatakan, keahlian merakit bom atau bahan peledak yang dimiliki oleh orang-orang ini adalah hasil dari kreatifitas sendiri dan bukan didapat dari pelatihan khusus untuk merakit bahan peledak. Leader atau otak dari kelompok ini diketahui Atok yang juga sudah diamankan bersama enam anggota lainnya dalam penangkapan di Klaten dan Sukoharjo pada Selasa (25/1) lalu.
"Lagi dikembangkan, si Atok ini jaringannya, ya dia leadernya lah," paparnya.
(mpr/ape)
7 Teroris Murid Azhari Ditangkap
KLATEN-Satu per satu jaringan teroris di tanah air dipereteli. Kemarin (25/1), tim Densus 88 Mabes Polri berhasil menangkap tujuh orang yang diduga sebagai teroris. Mereka juga ditengarai sebagai pelaku dalam rentetan teror di Jawa Tengah sejak 1 Desember 2010. Penangkapan tujuh terduga teroris itu dilakukan tim gabungan Mabes Polri dan Polda Jawa Tengah.
Mabes Polri menyatakan, para pemuda itu merupakan jaringan hasil didikan tersangka teror asal Malaysia, Dr Azhari Kabag Penerangan Umum Divhumas Mabes Polri Kombespol Boy Rafli Amar menjelaskan, sebelum meninggal, Dr Azhari yang mempunyai banyak pengikut mewariskan keahliannya dalam merakit bom.
Salah seorang pengikutnya adalah Heri Sigu alias Sogir, terdakwa terorisme yang ditangkap di Klaten bersama Abdullah Sonata pada 2010. Polri menyebutkan, Sogirlah yang membina tujuh tersangka itu. Melalui Sogirlah kemampuan merakit bom tersebut diturunkan. ’’Mereka itu binaan orang yang dulu ikut Azhari,’’ tegas Boy di Mabes Polri kemarin sore. Polisi tidak butuh waktu lama untuk meringkus mereka. Penggerebekan di lima lokasi itu hanya membutuhkan waktu sekitar tiga jam. Penggerebekan pertama dilakukan di Dusun Krapyak, Desa Merbung, Kecamatan Klaten Selatan. Di sebuah rumah kontrakan milik warga setempat bernama Ambar, tim Densus menangkap tiga orang yang diduga terkait dengan jaringan teroris. Seorang di antaranya bernama Agung, 21, yang merupakan anak Subandi, 50.
Bersama dua temannya, Yudi Angoro, 21, dan Dodi Aparisanto, 21, Agung ditangkap tim Densus sekitar pukul 10.00. Penangkapan yang berlangsung cepat tersebut mengejutkan warga sekitar. Ketika itu, mereka melihat beberapa mobil menuju gang rumah kontrakan. Setelah mobil berhenti, beberapa orang yang merupakan anggota tim Densus keluar dan langsung mengepung rumah yang ditempati Agung. Selang beberapa menit kemudian, polisi bersenjata lengkap sudah membawa ke luar empat orang dari dalam rumah. Mereka kemudian dimasukkan ke mobil Isuzu Elf berwarna metalik. Polisi kemudian menggeledah rumah nomor dua dari gang dusun tersebut. Namun, penggeledahan tidak berlangsung lama. Ada kekhawatiran adanya bahan peledak (handak) di dalam rumah. Karena itu, polisi menunggu tim Gegana dari Polda Jawa Tengah untuk menggeledah lebih lanjut.
Tentu saja, banyaknya polisi di sekitar lokasi kejadian mengundang perhatian ratusan warga sekitar. ’’Saya kaget saat ada mobil yang parkir dekat warung saya. Polisi berlari menuju rumah yang ditempati Pak Bandi. Saya tidak tahu berapa orang yang dibawa polisi,’’ ujar Sunarto, 45, salah seorang warga. Penangkapan kemudian berlanjut ke Desa Buntalan, Kecamatan Klaten Tengah. Di lokasi tersebut, polisi menangkap Arga Wiratama, 21, yang masih kelas tiga SMKN di Klaten. Perburuan belum berhenti di situ. Polisi terus bergerak untuk menangkap terduga lainnya. Mereka menuju ke arah timur, yaitu Kecamatan Trucuk. Di Desa Karangpakel, polisi berhasil menangkap seorang terduga teroris yang bernama Joko Lelono, 19.
Dia juga masih berstatus pelajar SMKN di Klaten. Polisi terus berkoordinasi untuk menangkap tersangka lain. Daerah yang dituju berikutnya adalah Desa Mutihan, Kecamatan Gantiwarno. Di daerah yang merupakan perbatasan dengan Kabupaten Gunung Kidul, Jogjakarta, tersebut, tim Densus berhasil meringkus seorang tersangka bernama Nugoro Budi Santoso. Sama seperti terduga teroris sebelumnya, dia masih remaja, yaitu berusia 21 tahun. Nugoro juga merupakan siswa SMKN di Klaten. Penangkapan terus berlanjut. Kali ini, aparat kembali ke wilayah Klaten Kota. Di Desa Jomboran, Kecamatan Klaten Tengah, polisi berhasil menangkap Tri Budi Santoso, 20. Polisi juga mengamankan seperangkat komputer, yaitu satu unit CPU dan monitor.
Perangkat tersebut diduga sebagai salah satu alat untuk merangkai bahan peledak. Kapolda Jawa Tengah Irjen Edward Aritonang mengungkapkan, tujuh tersangka yang ditangkap tersebut merupakan satu jaringan. Mereka adalah pelaku teror yang sebulan terakhir terjadi di tujuh lokasi di wilayah Klaten. ’’Selama sebulan menyelidiki, kami berhasil menemukan bukti untuk menangkap jaringan tersebut. Apakah berkaitan dengan jaringan lain, kami masih mendalami,’’ ujarnya saat ekspose pasca penangkapan. Penangkapan jaringan teroris di Solo dan Klaten itu membuktikan ideologi terorisme terus hidup. ’’Kalau dilihat dari usianya yang muda-muda, sekitar 17 hingga 19 tahun, mereka diduga rekrutan baru,’’ ujar Kadivhumas Mabes Polri Irjen Pol Anton Bachrul Alam di Jakarta kemarin (25/01). Polisi hingga kini belum menemukan keterkaitan kelompok Solo itu dengan jaringan lama yang sudah diungkap sebelumnya. ’’Di antara delapan yang diamankan, yang paling tua adalah Antok. Dia yang mengorganisasi,’’ kata mantan Kapolda Jatim itu. (rdl/c4/oh/jpnn/c5/iro)
Terduga Teroris yang Ditangkap Rata-rata ABG
Ada yang baru tamat SMA, ada juga yang masuk duduk di bangku SMP.
SELASA, 25 JANUARI 2011, 16:37 WIB Ita Lismawati F. Malau, Eko Huda S
VIVAnews - Jumlah terduga teroris yang ditangkap Detasemen Khusus 88 Anti-teror di Sukoharjo, Jawa Tengah terus bertambah. Hingga saat ini, ada delapan orang ditangkap dengan dugaan terlibat jaringan teroris.
Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Pol Anton Bachrul Alam mengatakan, penangkapan kedelapan orang ini diawali dengan penangkapan Roki Apres Giyanto aliar Atok.
"Pertama ditangkap Atok atau Roki berusia 28 tahun. Dia dibantu oleh beberapa rekannya, Agung, Joko Lelono, Nugroho, Argo, Tri Budi, Sigit Purnomo, Yudo Anggoro," kata Anton di Mabes Polri, Jakarta, Selasa 25 Januari 2011.
"Yang aneh di sini mereka masih remaja. Ada yang baru tamat SMA, SMP. Usianya ada yang 18 tahun, 19 tahun, yang paling tua Atok 28 tahun," kata dia.
Menurut Anton, delapan orang ini ditangkap dalam tempo satu jam, antara pukul 09.00 WIB sampai 10.00 WIB di Desa Waru Kecamatan Baki Sukoharjo. Kepolisian menduga para tersangka merupakan pelaku teror bom pada Desember 2010 dan awal Januari 2011 di wilayah Jawa Tengah. "(Saat itu) Ditemukan rakitan bom yang ada di masjid, gereja, dan pospol," kata dia.
Anton menambahkan, kedelapan orang yang ditangkap itu masih berada di Jawa Tengah untuk proses pengembangan. Dari penangkapan itu, Densus juga menyita beberapa barang bukti. "Ada bahan rakitan bom seperti black powder, potasium klorat, detonator dan rangkaian kabel-kabel," kata dia. (umi)
• VIVAnews
Komentar
Posting Komentar