khalafisme universal: Yes!

Ulil Abshar Kritisi Kebangkitan Agama Islam
Rabu, 03 Maret 2010 06:50 WIB 42 Dibaca | 4 Komentar

ANTARA/Zarqoni Maksum
JAKARTA--MI: Tokoh muda Nahdlatul Ulama Ulil Abshar Abdhalla tampil membawakan pidato budaya. Pidatonya yang diberi judul, Sejumlah refleksi tentang kehidupan sosial-keagamaan kita saat ini dipenuhi penonton.

Pidatonya menyinggung kebangkitan agama dalam gelanggang sosial politik modern sudah merupakan fakta yang tak bisa ditolak lagi. Harapan untuk memasukkan kembali agama ke dalam ruang privat dan tidak mengganggu kehidupan umum atau yang biasa disebut sekularisme dinilainya tak bisa lagi dipaksakan, melainkan harus dihadapi dengan sikap positif sekaligus kritis.

"Positif dalam pengertian bahwa kita menerimanya sebagai fakta sosial yangtak mungkin lagi ditolak. Kritis dalam pengertian bahwa kita harus selalu awas akan dampak-dampak negatif dari fenomena kembalinya agama itu," ujarnya di Jakarta, Selasa (2/3).

Ia menyebutkan ada dua arah kebangkitan agama. Pertama, kebangkitan yang mengambil bentuk kembali kepada apa yang disebut pristin yang dianggap mewakili suatu bentuk model keagamaan yang relatif ideal dan sempurna. Kedua, kebangkitan yang mengambil bentuk reintrepertasi dan konstektualisasi ajaran Islam.

Kesalahan fatal, sahut dia, adalah meninjau kebangkitan Islam semata-mata dari aspek kembali ke masa lampau. "Seolah-olah yang pantas disebut sebagai kebangkitaN Islam adalah gerak kembali kepada Alquran dan sunnah, kepada generasi salaf atau kuno yang diandaikan terbebas dari segala bentuk korupsi ajaran," tukasnya.

Atas aliran tersebut, ia menilai ada beberapa kelemahan dalam aliran salaf. Kelemahan pertama adalah adanya asumsi bahwa ajaran-ajaran dari masa lampau seluruhnya masih memadai untuk menjawab masalah yang dihadapi oleh masyarakat saat ini.

Kelemahan kedua adalah anggapan bahwa sebuah teks adalah terang benderang. Kelemahan ketiga adalah adanya kecenderungan ke arah absolutisme penafsiran.

Atas ketiga kelemahan tersebut, ia menilai salafisme bukanlah pilihan yang ideal. "Dalam pandangan saya, kebangkitan agama tidak semata-mata bisa diterjemahkan melalui bentuk salafisme. Ada bentuk lain yang ingin saya sebut sebagai khalafisme," tandasnya.

Khalaf artinya era kontemporer. Khalafisme, sahut dia, adalah cara pandang keagamaan terus tumbuh seturut dengan perkembangan peradaban manusia. Kata kunci pokoknya bukan kembali pada Alquran dan sunnah, tetapi memahami kedua sumber itu berdasarkan tuntutan zaman yang terus berubah. (DM/OL-03)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu ITU PALING AROGAN, tidak ada yang lebih arogan

janji Jokowi (4) (ANTI GRATIFIKA$1): pilpres 2019

Allah di balik Sejarah: Penantian Baru BTP (hati nurani Pemilu 2024) #02