kelangsungan dan pelaksanaan

Yudhoyono, Bali, dan Gerakan 9/12
Rabu, 09 Desember 2009 | 21:58 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta -Rabu sore itu (9/12), menjelang matahari tenggelam, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyempatkan diri untuk menikmati keindahan pantai Pulau Dewata. Mengenakan kaos berkerah biru tua, dipadu celana training biru muda, Yudhoyono tampak santai duduk di kursi pantai.

Sesekali ia melemparkan senyum kepada Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono yang tengah menikmati deburan ombak lembut dan pasir pantai yang putih.

Yudhoyono pun sepertinya ingin lepas dari protokoler yang ketat. Ia melarang pasukan pengamanan presiden untuk membatasi wisatawan yang tengah menikmati Pulau Dewata karena kehadirannya.

Pantai di The Laguna Resort yang terletak di kawasan Nusa Dua itu memang indah. Ombaknya tidak terlalu besar, suasananya pun tenang di padu dengan pemandangan indah khas Pulau Bali.

Presiden mungkin tengah mencoba menenangkan diri dan rehat sejenak di tengah pekerjaan dan tekanan yang menumpuk. Akhir-akhir ini, suasana memang cukup tak mengenakan bagi dirinya.

Awal pemerintahan periode kedua Yudhoyono langsung didera berbagai kasus. Mulai dugaan kriminalisasi atas pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah hingga mega kasus Bank Century yang mulai menyangkut-paut orang-orang dekat Yudhoyono dan Partai Demokrat.

Hari ini, Ibu Kota Jakarta pun panas. Demonstran merangsek di mana-mana. Dengan tajuk, peringatan Hari Antikorupsi Sedunia, puluhan ribu aktivis turun ke jalan menuntut pemerintah lebih trengginas menggilas koruptor.

Suasana memang semakin memanas ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melontarkan pernyataan yang mencurigai aksi sosial, yang kemudian dikenal dengan Gerakan 9 Desember itu, ditunggangi oleh kepentingan-kepentingan politik. Yudhoyono, bahkan merasa ada yang hendak menggulingkan pemerintahan periode keduanya yang belum genap berusia 100 hari.

Namun, tepat ditengah puncak perayaan Hari Anti Korupsi itu digelar di berbagai kota di Indonesia, termasuk di Ibu Kota Jakarta. Presiden justru memilih untuk berada di Pulau Dewata, Bali.

Pagi tadi, presiden menyempatkan diri untuk meresmikan Pembukaan Workshop Nasional Revitalisasi Industri Pertahanan di Istana Negara. Siangnya, presiden bertolak ke Bali melalui Bandara Halim Perdanakusuma.

Sebelumnya, dijadwalkan penerbangan dengan pesawat khusus Garuda Boeing 737-500 akan berangkat pada pukul 11.30 WIB. Namun, karena hujan deras yang mengguyur Jakarta penerbangan ditunda hingga pukul 13.00 WIB.

Presiden dan rombongan kemudian sampai di Bandara Internasional Ngurah Rai sekitar pukul 15.00 WITA. Setelah istirahat sejenak di ruang VVIP, rombongan kemudian menuju The Laguna Resort, Nusa Dua tempat presiden dan rombongan akan menginap hingga 11 Desember mendatang.

Salah satu acara yang akan dihadirinya adalah Bali Democracy Forum II. Acara dengan tema "Promoting Sinergy Between Democracy and Development in Asia" itu baru akan dimulai besok (10/12).

Turut serta dalam rombongan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri Perindusrian MS Hidayat dan Menteri Lingkungan Hidup Gusti M Hatta.

Jadi, di saat demonstran berjibaku di jalanan tadi, termasuk di Jakarta, sepertinya seruan mereka tidak didengar langsung oleh Presiden. Sumber Tempo di Istana menyebutkan Yudhoyono hanya memantau jalannya demo lewat telepon dan SMS.

Gunanto E S

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Allah di balik Sejarah: Penantian Baru BTP (hati nurani Pemilu 2024) #02

die hard of terrorism: final fate of ISiS (3): ISIS bukan ISLAM, menganut teologi PEMBUNUHAN

janji Jokowi (4) (ANTI GRATIFIKA$1): pilpres 2019