dengan MATA TERBELALAK

'Mata Tertutup': Kemiskinan dan Akar Lain Radikalisme Agama Is Mujiarso - detikhot Jumat, 16/03/2012 17:36 WIB Jakarta - Meskipun hanya diberi jatah 4 layar di jaringan bioskop 21 Jakarta, karya terbaru Garin Nugroho 'Mata Tertutup' akhirnya bisa disaksikan publik secara luas. Itupun disertai dengan insiden "kekurangan administrasi" dari Lembaga Sensor Film yang membuat penayangannya sempat tersendat di hari pertama, Kamis (15/3/2012) kemarin. Film hasil kerja sama dengan Maarif Institut itu tayang perdana November 2011 dan selama ini hanya diputar di berbagai forum-forum terbatas. Penayangannya secara reguler di bioskop merupakan kesempatan bagi masyarakat untuk menontonnya karena film ini memang dimaksudkan sebagai pendidikan kewarganegaraan terutama bagi anak-anak muda dan orangtuanya. Dibuat berdasarkan riset yang dilakukan Maarif Institut, film ini mengikuti perjalanan tiga anak muda berbeda latar belakang pendidikan dan kelas sosial. Namun, mereka memiliki kesamaan problem: sama-sama krisis eksistensi, mencari pelarian, dan terjebak. Jebakan itu adalah ideologi fundamentalisme (agama) yang penuh rayuan membebaskan jiwa. Judul 'Mata Tertutup' boleh jadi merupakan metafor bagi ideologi yang membutakan anak-anak muda "putus harapan" itu. Namun, secara harfiah "mata tertutup" juga menjadi cara bagi kelompok-kelompok fundamentalis itu ketika merekrut anggota baru. Dikisahkan, Rima (Eka Nusa Pertiwi) adalah seorang mahasiswa yang pintar dan gelisah. Pencariannya bermuara pada organisasi Negara Islam Indonesia (NII) yang memberinya panggung untuk mewadahi kegelisahannya itu. Rima tumbuh menjadi anggota yang berprestasi, handal dalam merekrut anggota-anggota baru, namun kemudian kecewa karena organisasi itu tak seperti yang dibayangkannya. Pada sisi lain, penonton diberi "imbangan" cerita dari sisi seorang ibu (diperankan Jajang C Noer) yang kehilangan anaknya, yang diduga --dan belakangan memang terbukti-- karena direkrut NII. Beiringan dengan dua sub-plot itu, penonton mendapat satu personifikasi lagi dari sosok Jabir (M Dinu Imansyah) untuk melengkapi gambaran mengenai bagaimana ideologi fundamentalisme (Islam) di Indonesia bekerja pada anak-anak muda. Bila Rima dan satu lagi si anak hilang tadi mewakili kelas sosial menengah yang terpelajar, maka Jabir mengkonfirmasi salah satu stereotip yang berkembang selama ini bahwa kemiskinan merupakan akar dari keterjerumusan anak-anak muda dalam gerakan radikal agama. Jabir yang terpaksa meninggalkan pesantren karena sudah lama menunggak bayaran, dalam perjalanannya kembali ke kampung bertemu dengan seorang pria misterius. Pria itulah yang kemudian membawanya masuk ke sebuah kelompok radikal Islam yang biasa berjihad dengan bom. Adegan-adegan yang melibatkan Jabir memberi sentuhan humor segar bagi film ini, lewat sahabat Jabir yang selalu ceria. Syuting di Yogyakarta, Garin menampilkan para pemain teater setempat sebagai para pemeran utama film ini. Hasilnya adalah paduan akting yang natural dan ciamik. Mereka tampak lebih banyak berimprovisasi secara bebas, ketimbang digerakkan oleh sebuah skenario yang "jadi" dari awal. Meskipun sepi dari simbol-simbol dam metafora rumit seperti film-film sebelumnya, Garin tetap mempersembahkan gambar-gambar artistik yang telah menjadi ciri khasnya. Mungkin memang inilah film Garin yang paling "mudah" ditonton. Kendati sejak awal dibuat dengan tujuan untuk pendidikan dan kampanye nilai-nilai anti-fundamentalisme, 'Mata Tertutup' tak seperti film propaganda yang verbal dan kaku. Sebaliknya, film ini berhasil menjadi sebuah karya yang bagus. Bahkan, tak berlebihan rasanya menyebut 'Mata Tertutup' sebagai salah satu film terbaik pada 2012 ini. Wajib ditonton! (mmu/mmu)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu ITU PALING AROGAN, tidak ada yang lebih arogan

janji Jokowi (4) (ANTI GRATIFIKA$1): pilpres 2019

Allah di balik Sejarah: Penantian Baru BTP (hati nurani Pemilu 2024) #02