TUD1NG4N itu
TEMPO.CO, Jakarta
- Indonesia Corruption Watch menilai Komisi Pemilihan Umum dan Panitia
Pengawas Pemilu tidak maksimal dalam menindaklanjuti laporan soal
pelanggaran batasan sumbangan dana kampanye dalam Pemilihan Gubernur
Jakarta tahun ini. ICW pernah melaporkan banyaknya sumbangan tidak
jelas ke KPU dan Panwaslu, dan sampai sekarang tidak jelas kelanjutan
penanganan kasus itu.
"Akibat lemahnya tindak lanjut dari
penyelenggara pemilu, kerja pengawasan pun belum maksimal," ujar Ade
Irawan, Koordinator Divisi Korupsi Politik ICW dalam konferensi pers di
Cikini, Jakarta Pusat, Senin, 17 September 2012.Menurut Ade, ICW pernah melaporkan ada manipulasi dana kampanye yang dilakukan pasangan calon ke KPU Jakarta. Terutama dalam selisih dana penggunaan biaya iklan dan belanja aktualnya. Hal ini dilakukan dua pasangan calon yang lolos ke putaran dua Fauzi - Nachrowi dan Jokowi - Basuki.
Pasangan Foke-Nara ditenggarai memanipulasi laporan dengan menghilangkan dana Rp 3,4 miliar biaya iklan dari laporan mereka. "Mereka laporkan ke KPUD pengeluaran dana kampanye sebesar Rp 10,4 miliar, namun belanja aktualnya Rp 13,8 miliar," ujarnya. Biaya aktual ini dihitung dari penelusuran KPU atas biaya iklan dari Komisi Penyiaran Indonesia Daerah dan lembaga rating Nielsen.
Sementara Jokowi-Basuki manipulasinya tercatat lebih besar. ICW mencatat ada selisih Rp 5,1 miliar. Dalam audit pasangan ini hanya menyetor Rp 517 juta biaya iklan, padahal dalam kenyataannya biaya iklan mereka mencapai miliaran. Hal ini dihitung juga dengan dana iklan yang mencantumkan beberapa tokoh seperti Prabowo yang mengampanyekan pasangan tersebut. "Harusnya itu juga dilaporkan," ujarnya.
Ketua Pokja Kampanye KPU DKI Jakarta, Sumarno, saat dihubungi mengaku belum mendapat info ini. "Kami tunggu laporannya," ujar ia singkat.
M. ANDI PERDANA
Selasa, 18 September 2012 10:51:51
Jelang Pilgub, rumah elite di Jakbar dicoreti tulisan rasial
Reporter: Eko Prasetya
Jelang pemungutan suara Pilgub DKI,
kompleks perumahan Puri Kembangan, Jalan Puri Indah, Jakarta Barat,
dicoret-coret oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Coretan itu
bernada rasial. Ada juga yang bertuliskan 'Anti-Ahok'.
Pantauan merdeka.com, Selasa (18/9), sedikitnya dua puluh rumah elite di kompleks itu dicoret-coret. Coretan dengan cat semprot berwarna hitam itu dibuat di pagar depan rumah.
Petugas sekuriti kompleks, Mursan, mengatakan kemungkinan coretan dibuat semalam atau pagi tadi. "Soalnya kemarin nggak ada," ujar Mursan di lokasi.
Karena coretan itu, kata Mursan, warga pemilik rumah mengadu ke ketua rukun tetangga (RT) setempat. "Dan pihak keamanan yang kena semprot deh," keluhnya.
"Biasalah mau pilkada, suka muncul yang aneh-aneh," ujar Mursan mengakui kompleks perumahan yang ia jaga banyak dihuni oleh etnis Tionghoa.
Hingga berita ini diturunkan, coretan belum dihapus. Kompleks perumahan juga tampak sepi. Belum ada pemilik rumah yang bisa diwawancarai soal peristiwa ini.
Sementara itu, Pengadilan Agama yang tak jauh dari lokasi perumahan juga dicoret dengan tulisan serupa.
[ren]
Pantauan merdeka.com, Selasa (18/9), sedikitnya dua puluh rumah elite di kompleks itu dicoret-coret. Coretan dengan cat semprot berwarna hitam itu dibuat di pagar depan rumah.
Petugas sekuriti kompleks, Mursan, mengatakan kemungkinan coretan dibuat semalam atau pagi tadi. "Soalnya kemarin nggak ada," ujar Mursan di lokasi.
Karena coretan itu, kata Mursan, warga pemilik rumah mengadu ke ketua rukun tetangga (RT) setempat. "Dan pihak keamanan yang kena semprot deh," keluhnya.
"Biasalah mau pilkada, suka muncul yang aneh-aneh," ujar Mursan mengakui kompleks perumahan yang ia jaga banyak dihuni oleh etnis Tionghoa.
Hingga berita ini diturunkan, coretan belum dihapus. Kompleks perumahan juga tampak sepi. Belum ada pemilik rumah yang bisa diwawancarai soal peristiwa ini.
Sementara itu, Pengadilan Agama yang tak jauh dari lokasi perumahan juga dicoret dengan tulisan serupa.
Komentar
Posting Komentar