TIDAK LENGAH donK, teroris MASEH tuh ... 060912


Toriq Simpan Belasan Buku Jihad

Tribunnews.com - Kamis, 6 September 2012 14:15 WIB
KOMPAS.COM/RODERICK ADRIAN MOZES
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -Muhamad Thoriq (32) pemilik bahan peledak yang ditemukan di belakang rumahnya di Gang Terate VII, Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat, Rabu (5/9/2012) kemarin ternyata menyimpan belasan buku agama dan jihad di kamarnya.
Hal ini diutarakan oleh Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto, Kamis (6/9/2012) di Mapolda Metro Jaya.
"Saat digeledah dikamarnya juga ditemukan 11 buku tentang Jihad dan agama. Buku-buku itu juga ikut diamankan," ucap Rikwanto.
Lebih lanjut mengenai latar belakang pendidikan Thoriq menurut Rikwanto masih belum diketahui pasti. Lantaran sang istri, Sri Haryanti masih bungkam dan belum banyak informasi yang dapat digali dari sang istri.
Bayu: Warga Solo, Saya Minta Maaf Tribunnews.com - Kamis, 6 September 2012 13:20 WIB
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bayu Setiono (22) pria yang diduga terlibat dalam aksi teror di Solo,Jateng menyampaikan permintaan maaf kepada seluruh warga Solo. Permintaan maaf Bayu ini disampaikan melalui video yang diputar di Markas Besar Polri, Jakarta, Kamis (6/9/2012).
"Warga Kota Solo, saya minta maaf yang sebesar-besarnya atas kelakuan saya, apabila saya melakukan kesalahan. Saya ucapkan ini dari hati saya. Saya Ikhlas dan tanpa tekanan polisi," ucap Bayu dalam video tersebut. Dalam video testimoni tersebut, Bayu juga menyampaikan perannya dalam aksi teror di Solo. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar menjelaskan, video tersebut dibuat pada Rabu (5/9/2012) pagi. "Baru kemarin pagi, siangnya di bawa ke Jakarta," kata Boy. Setelah menjalani pemeriksaan di Jawa Tengah, Bayu telah digiring ke Markas Korps Brimob, Kelapa Dua, Depok, Rabu siang. Sebelumnya, Densus 88 menangkap Bayu dalam keadaan hidup dirumah mertuanya di Desa Bulurejo, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar, Jawa Tengah, Jumat (31/8/2012) malam. Berbeda dengan dua terduga lainnya yakni Farhan dan Mukhsin yang tewas dalam pernyergapan oleh Densus 88 di Jl Veteran, Solo, di hari yang sama. Bayu diduga terlibat dalam tiga penyerangan aparat kepolisian di Solo. Ia juga berperan membeli pelat nomor palsu untuk kendaraan motor roda dua yang digunakan dalam aksi penembakan. Ia bersama Firman melakukan survei untuk menentukan target penembakan di Solo. Dalam penembakan di Pos Pengamanan Lebaran, Jumat (17/8/2012), Bayu dan Mukhsin ikut melakukan pengamatan menggunakan sepeda motor berbeda. Bayu juga diketahui mengenal Sigit Qurdowi. Sigit merupakan anggota jaringan teroris yang melakukan aksi teror bom di gereja dan kantor Mapolsek Pasar Kliwon di Jawa Tengah pada Desember 2010, juga aksi teror di Cirebon, Jawa Barat. Sigit dan pengawalnya, Hendro, tewas saat baku tembak di Jalan Pelajar Pejuang, Cemani, Solo, Jawa Tengah, pada Mei 2011 lalu.

 

Farhan Ingin Penyerangan Terhadap Polisi Dipercepat

Tribunnews.com - Rabu, 5 September 2012 19:05 WIB

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebenarnya kelompok teroris Farhan Cs akan mencari dana terlebih dahulu sebelum melakukan aksi teror di sejumlah tempat di Solo. Tetapi Farhan rupanya lebih senang bila aksi penyerangan terhadap polisi langsung dilakukan dengan berbekal sebuah senjata api jenis pistol di tangannya.

Sebelum melakukan aksi teror terhadap sejumlah pos polisi, kelompok Farhan Cs yang tidak lebih dari 10 orang melakukan perencanaan terlebih dahulu di suatu tempat di Gunung Merbabu, Boyolali, Jawa Tengah seusai melakukan pelatihan militer. Saat itu, sempat tersirat mereka akan melakukan perampokan terlebih dahulu guna mendukung pendanaan aksi penyerangan terhadap anggota kepolisian.

"Untuk lokasi yang di survei, hampir semuanya (lokasi penyerangan) di survei. Satu yang tidak dilakukan (rencananya) adalah melakukan perampokan toko emas di Pasar Klewer. Ini sementara yang terungkap," ungkap Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (5/9/2012).

Terang Boy, kelompok Farhan Cs sebenarnya ingin mencari dana dengan merampok toko emas di pasar Klewer, Surakarta. Tapi hal tersebut dibatalkan karena dianggap risikonya lebih tinggi.

"Kemudian saudara Farhan lebih senang untuk langsung saja melakukan target-target dari jajaran kepolisian. Itulah yang kita terima dari proses penyidikan selama ini," ungkapnya.

Satu-satu hal yang bisa menjelaskan motif aksi penyerangan polisi yang dilakukan kelompok Farhan Cs adalah surat yang ditulis langsung dengan tangan Farhan yang ditemukan Densus 88 Anti Teror Polri didalam tas pinggang yang dipakai Farhan saat baku tembak dengan petugas di Jalan Veteran, Surakarta Jumat malam (31/9/2012).

"Surat itu yang ditemukan dalam tas sodara Farhan yang antara lain juga menyebutkan mereka bertanggungjawab pada penyerangan terhadap polisi. Mereka kecewa dan mereka ingin agar orang-orang yang ditahan sekarang (teroris yang ditangkap) untuk dibebaskan dari tuntutan hukum. Itu adalah fakta-fakta yang diperoleh," jelas Boy.

Kemudian setelah melakukan Survei, Farhan Cs pun melakukan aksi pertamanya pada 17 Agustus 2012. Waktu tersebut sudah direncanakan mereka matang-matang karena bertepatan dengan HUT Kemerdekaan RI. Tempat pertama yang diserang adalah Pospam 05 yang digunakan untuk Operasi Candi Ketupat (OCK) 2012 yang terletak di Serengan, Solo. Akibat serangan secara tiba-tiba tersebut dua polisi mengalami luka tembak. Dalam peristiwa tersebut Farhan merupakan eksekutor penembakan.

Kemudian esok harinya, Sabtu (18/9/2012) pukul 23.32 WIB giliran Pos Pengamanan Lebaran di Pos Gladag, Solo. Farhan saat itu melakukan pelemparan granat. Teror pun terus dilakukan, Kamis (30/8/2012) malam sekitar pukul 21.00 WIB Farhan Cs kembali melakukan aksi penembakan terhadap anggota kepolisian yang sedang berjaga di Pos Polisi Singosaren, Solo. Akibat satu anggota polisi terluka dan satu tewas.

Perjalanan aksi teror Farhan Cs pun akhirnya terungkap, pada 31 Agustus Tim Densus 88 melakukan penyergapan serentak di beberapa tempat, Farhan dan Muchlis tewas diterjang peluru petugas di Jalan Veteran, Surakarta. Kemudian tim Densus 88 menangkap hidup-hidup seorang pelakunya di Karang Anyar Jawa Tengah atas nama Bayu.
Tidak lama berselang, kemudian tim Densus 88 menyergap pelaku lainnya bernama Firman di Depok Jawa Barat, Rabu (5/9/2012) pagi.


BNPT: Bisa Jadi Toriq Terkait Jaringan Teroris Kemayoran

Tribunnews.com - Kamis, 6 September 2012 09:12 WIB


Laporan wartawan tribunnews.com : Adi Suhendi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mensinyalir bila M Toriq terkait dengan jaringan teroris. Namun hingga saat ini, BNPT sendiri belum mengetahui secara pasti apakah pembuat bom di Tambora, Jakarta Barat tersebut merakit bom untuk aksi teror atau tidak.

Ketua BNPT Irjen Pol (Purn) Ansyad Mbai dihubungi Tribunnews.com mengungkapkan bisa jadi M Toriq terkait dengan jaringan teroris, pasalnya di Jakarta Barat pernah dibekuk kelompok teroris.

"Bisa jadi (itu kelompok teroris), tapi kita tunggu saja hasil pengembangan lebih lanjut," ucap Ansyad kepada tribunnews.com, Kamis (6/9/2012).

Mengingat ditemukan sejumlah lembaran yang berisi petunjuk cara-cara membuat bom dan racun, Ansyad mensinyalir bahwa Toriq terkait dengan jaringan kelompok teroris Kemayoran yang berencana akan meracun aparat kepolisian pada tahun 2011 lalu.

"Bisa jadi (ia terkait dengan jaringan terori Kemayoran) yang ditangkap pada tahun sebanyak enam orang," ucap Ansyad.

Namun, ia belum mau memastikan kalau Toriq merupakan pelaku teror, pasalnya hingga saat ini pihaknya belum mendapatkan laporan terkait perakitan bom yang dilakukan Toriq. "Kita belum tahu lebih jauh tentang itu, kita belum mendapatkan laporanya," kata Ansyad.

Benda yang diduga bom rakitan setengah jadi menggemparkan warga di Jl Teratai 7 RT 02/04 Kel Jembatan Lima, Tambora , Jakarta Barat pukul 14.30 WIB, Rabu (5/9/2012).

Hal tersebut diketahui saat warga sekitar mendatangi rumah seorang warga bernama Iyot (60) di lokasi kejadian. Warga berbondong-bondong mendatangi rumah Iyot karena melihat ada kepulan asap dari rumah Iyot.

Warga sekitar langsung mendatangi rumah Iyot dan mendapati benda yang diduga bom setengah jadi. Benda itu diduga milik Muhamad Toriq (32), putra dari Iyot. Sementara Toriq saat ini buron, setelah dirinya melarikan diri ketika warga mendatangi kediamnya.

Toriq Juga Belajar Bikin 'Bubur California'

Tribunnews.com - Rabu, 5 September 2012 23:15 WIB

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto mengatakan, polisi tak hanya menemukan lembaran petunjuk merakit bom, tapi juga petunjuk membuat 'Bubur California' di rumah M Toriq, pemilik dugaan bom setengah jadi di Jalan Teratai 7, RT 02/04, Kelurahan Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat, Rabu (5/9/2012).
"Polisi juga menemukan detonator dan lembaran pembuatan racun yang disebut 'Bubur California', ujar Rikwanto dalam pesan singkatnya.
Rikwanto menambahkan, beberapa barang bukti yang disita polisi yakni detonator, bahan-bahan kimia yang diduga black powder, belerang, beberapa paku dan lima buah pipa paralon yang diisi paku.
Kemudian, Rikwanto juga menjelaskan jika ternyata Toriq merupakan seorang warga yang masuk dalam pantauan kepolisian. Toriq masuk dalam daftar roin al qiyadah buruj 08 siroj 04.
Seperti telah diberitakan sebelumnya, benda yang diduga bom rakitan setengah jadi menggemparkan warga di Jl Teratai 7 RT 02/04 Kel Jembatan Lima, Tambora , Jakarta Barat pukul 14.30 wib, Rabu (5/9/2012).
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto mengatakan kejadian berawal saat warga sekitar mendatangi rumah seorang warga bernama Iyot (60) di TKP. Warga berbondong-bondong mendatangi rumah Iyot karena melihat ada kepulan asap dari rumah Iyot.
Warga sekitar langsung mendatangi rumah Iyot dan mendapati benda yang diduga bom setengah jadi tersebut. Benda itu diduga milik Muhamad Toriq (32), putra Iyot. Sedangkan Toriq sendiri melarikan diri.
Tetangga: Toriq Kadang Suka Melawan Orangtua Tribunnews.com - Rabu, 5 September 2012 23:23 WIB TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Warga mempunyai penilaian tersendiri mengenai sosok Muhammad Toriq (32), pemilik benda yang diduga bom rakitan di Jalan Teratai 7, RT 02/04, Kelurahan Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat. Sri (42), mengaku mengenal sosok Toriq sebagai orang yang sopan kepada warga sekitar. Tapi, dia juga lebih sering melawan ibunya, Iyot. "Saya sama ibunya teman pengajian. Kalau pulang pengajian saya suka mampir, duduk di depan rumahnya. Mereka suka ngobrol, tapi si Toriqnya suka melawan omongan ibunya. Kan kasihan ibunya sudah tua," kata Sri. "Misalnya, ngomong kalau alis perempuan jangan dikerok, dilawan sama dia. Waktu ada yang beli pulsa, dia ngomongin yang jelek, sama ibunya dibilang jangan ngomong seperti itu, tapi dibantah sama Toriq. Kata Toriq, bukan itu jaminan masuk Surga," ujar Sri di lokasi kejadian, Tambora, Jakarta Barat, Rabu (5/9/2012) malam. Dede (29), warga yang rumahnya berada di belakang kediaman Toriq, mengaku melihat sejumlah keanehan pada diri Toriq beberapa hari sebelum kejadian. Menurut Dede, Toriq lebih sering memisahkan diri saat para warga shalat berjamaah di mushala. "Orangnya sopan, tapi terakhir-terakhir ini dia agak aneh. Shalatnya dia sendirian, enggak mau jamaah, padahal kita lagi sama-sama di mushala," ujar Dede. Keanehan lain, yakni adanya sejumlah rekan Toriq yang datang pada malam hari. "Suka datang temannya malam-malam, tapi ngomongnya bisik-bisik, padahal ada kita-kita di situ," imbuhnya.

Bibi Firman Histeris Didatangi Densus 88

Tribunnews.com - Rabu, 5 September 2012 19:13 WIB


TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA--Empat tembakan terdengar membahana di Perumahan Taman Anyelir 2 Blok E1 No 1, Kalimulya, Depok, Jawa Barat, Rabu (5/9/2012) pagi.
Sebuah rumah kosong di nomer F2/9 digerebek tim Detasemen Khusus 88 Polri. Polisi segera menggeledah seluruh sudut bangunan, namun tak ada buronan yang dicari di rumah itu.
Ketika polisi sedang melakukan penggeledahan, tiba-tiba terdengar teriakan perempuan di rumah seberang jalan. Polisi bergegas mendatangi rumah yang menjadi sumber suara, melakukan penggerebekan dan menangkap Firman, pemuda yang menjadi terduga teroris kasus Solo.
Seorang saksi mata, Mursid, petugas keamanan di perumahan itu, mengungkapkan, pada pukul 05.00 WIB, polisi melakukan pergerakan di kompleks perumahan. Rumah kosong F2/9 dicurigai aparat kepolisian karena terlihat sepi.
Hanya terdapat sepasang sandal di luar rumah dan kondisi gembok rumah yang tidak terkunci. Polisi sempat melepas tembakan sebanyak empat kali ke arah rumah kosong. Selain tembakan ke udara, polisi diduga juga mengeluarkan tembakan gas air mata di lokasi kejadian.
"Karena tidak ada respons juga, akhirnya tim Densus langsung menggerebek," ujar Mursid.
Suara pecahan kaca terdengar dipukul menggunakan benda padat. Saat sekitar 30 petugas bersenjata lengkap masuk ke dalam rumah itu, polisi tidak menemukan target buruan.
Sekitar 30 menit menyisir lokasi, tiba-tiba polisi dikejutkan suara teriakan histeris seorang wanita yang berasal dari rumah di depannya, Blok E1/1. Dengan cepat, petugas langsung bergerak ke arah rumah itu. Di dalam rumah, polisi berhasil menciduk Firman tanpa perlawanan.
"Ada 30 polisi yang mengapit dan menggiring keluar anak itu," kata Mursid.
Firman, yang diduga terlibat dalam kasus penembakan pos pengamanan Lebaran, pelemparan granat, dan penembakan pos polisi di Solo yang terjadi pada Agustus 2012, ditangkap anggota Densus 88 Polri di rumah paman dan bibinya, Nasuha (40) dan Imong Maodah (37).
Yendi, Koordinator Perumahan Taman Anyelir 2 Blok F1-F5, yang berada di lokasi saat penggerebekan berlangsung menyebut Imong, bibi Firman, histeris ketakutan. Ibu tiga anak ini bahkan sampai mendapat perawatan tim medis.
"Sepertinya rumah di F2 No 9 hanya digunakan untuk menakut-nakuti biar tersangka menyerahkan diri. Firman menyerahkan diri di rumah pamannya, Pak Nasuha," ujarnya.
Yendi menambahkan, sebelum peristiwa penggerebekan Firman datang ke rumah Nasuha, Selasa (4/9/2012) pukul 22.00 WIB. Pada Rabu (5/9/2012) pagi ini, warga dikejutkan penangkapan Firman oleh anggota Densus 88 Polri.
Manjur Butarbutar (45), warga yang tingal di Blok F2 No 8, mengaku dibangunkan oleh anggota polisi, Rabu dini hari. Polisi meminta Butarbutar beserta keluarganya bangun dan keluar rumah. Tak berselang lama setelah mereka keluar, empat tembakan terdengar.
Kondisi rumah di Blok F2 No 9 yang sempat digerebek Densus 88 rusak di bagian kaca jendela dan pintunya.
"Rumah sebelah (Blok F2 No 9) biasa ditempati Bohel, tukang yang mengerjakan renovasi rumah. Sepertinya sedang ditinggal Bohel saat penggerebekan," terang Butarbutar.
Penyergapan Teroris Diduga Tidak Terkait Penembakan Polisi Penulis : Christoporus Wahyu Haryo P | Selasa, 4 September 2012 | 09:32 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane menyatakan, pola penyerangan yang dilakukan pihak tertentu terhadap anggota polisi di lapangan perlu dicermati Polri secara jernih agar polisi-polisi di lapisan bawah tidak terus-menerus menjadi korban. Dalam pandangan IPW, penembakan terhadap polisi di Solo bukan dilakukan teroris yang selama ini disebut-sebut polisi.
"Ada hal yang sangat berbeda dan signifikan, yakni pelaku menembak polisi dari jarak dekat menggunakan senjata yang menurut polisi adalah FN. Fakta yang ada selama ini, para teroris selalu menyerang targetnya dari jarak jauh memakai remote control atau telepon seluler. Kalaupun ada serangan jarak dekat, hanya aksi bom bunuh diri," kata Neta, Selasa (4/9/2012). Menurut Neta, pelaku yang berani menembak polisi dari jarak dekat diduga orang-orang terlatih dan sudah terbiasa berada di lingkungan aparat keamanan. Oleh sebab itu, IPW menilai, antara penembakan polisi di Solo dan penyergapan polisi di Solo adalah dua hal yang berbeda. Seperti diberitakan sebelumnya, polisi antiteror pada Jumat malam lalu menyergap tiga orang yang diduga menembak Ajun Inspektur Dua (Anumerta) Dwi Data Subekti hingga tewas. Dua dari tiga terduga pelaku itu, yakni Farhan Mujahidin (19) dan Mukhsin Sanny Permadi (20), tewas dalam baku tembak di Jalan Veteran, Kelurahan Tipes, Solo. Satu lainnya, Bayu Setiono, warga Tipes, ditangkap di kediaman mertuanya di Desa Bulurejo, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar, Jawa Tengah. Editor : Rusdi Amral
Selasa, 4 September 2012 07:48:04

ABG dipilih jaringan teroris karena tak punya beban



Reporter: Hery H Winarno


Aksi teroris hingga kini masih terus terjadi. Meski sudah puluhan orang diringkus dan dijebloskan ke penjara, namun sel-sel jaringan teroris terus berkembang.

Bahkan kini para teroris semakin berani dengan menyerang langsung anggota polisi yang sedang bertugas. Teranyar aksi penembakan oleh para teroris di Solo menewaskan seorang anggota polisi yang sedang bertugas.

Densus 88 kemudian berhasil mengejar pelaku, dua orang pelaku Farhan dan Mukhlis pun tewas diterjang peluru petugas. Satu orang komplotan teroris Bayu kini menjalani pemeriksaan setelah ditangkap hidup-hidup.

Ketiganya diketahui masih remaja, Farhan dan Muklis berusia 19 tahun sedangkan Bayu diketahui berusia 16 tahun. Lalu mengapa jaringan teroris memilih ABG?

Pola teroris yang menggunakan ABG sebenarnya bukan hal baru. Perekrutan ABG untuk dijadikan teroris sudah terjadi sejak tahun 2006. Remaja dipilih karena mereka tidak ada tanggungan keluarga sehingga bisa melancarkan aksinya dengan baik. Sementara kelompok tua bertugas merekrut pelaku-pelaku baru.

"Anak muda direkrut karena mereka tidak punya tanggungan sehingga bisa all out untuk melakukan aksinya," ujar pengamat Wawan Purwanto.

Meski demikian kini ada pola baru dalam jaringan teroris. Aksi yang dilakukan tidak lagi menggunakan bahan peledak seperti bom.

"Tetapi langsung melakukan penembakan kepada target seperti polisi. Kalau dulu aksi dilakukan dengan menggunakan bahan peledak," terangnya.

Seperti diketahui dalam aksi baku tembak di Jalan Veteran, Surakarta, Jumat (31/8/2012) malam. Dalam penyergapan tersebut anggota Densus 88 Anti Teror Polri Bripda Suherman tewas terkena tembakan teroris, sementara anggota terori Farhan dan Mukhlis pun tewas diterjang peluru petugas. Satu orang komplotan teroris Bayu kini menjalani pemeriksaan setelah ditangkap. Para pelaku yang dibekuk tersebut terlibat dalam sejumlah aksi teror di kota Solo.

Sebelumnya jelang lebaran, Solo dua kali mendapatkan teror secara berturut-turut. Aksi teror pertama terjadi pada Jumat (17/8) dini hari terjadi aksi tembakan membabi buta. Dua orang dengan menunggangi satu sepeda motor melakukan penembakan ke arah Pospam 05 yang digunakan untuk Operasi Candi Ketupat (OCK) 2012 yang terletak di Serengan, Solo. Akibat penembakan tersebut dua polisi mengalami luka tembak.

Lalu pada Sabtu (18/8) terjadi pelemparan granat di Pos Pengamanan Lebaran di Pos Gladag, Solo. Aksi teror tersebut dilakukan dua orang tak dikenal dengan berboncengan melempar granat ke arah pos pengamanan Lebaran yang berlokasi di bundaran Gladag, di Jalan Jenderal Sudirman, Solo.

Dan pada Kamis (30/8) malam, sekitar pukul 21.00 WIB kembali terjadi aksi penembakan terhadap anggota kepolisian yang sedang berjaga di Pos Polisi Singosaren, Solo. Akibat aksi tersebut satu anggota polisi terluka dan satu tewas akibat diterjang peluru para pelaku.
[has]Senin, 03/09/2012 11:51 WIB Ini Saran Ponpes Ngruki ke Densus untuk Memotong Rantai Terorisme Muchus Budi R. - detikNews
Direktur Ponpes Al-Mukmin Ngruki, Ustaz Wahyuddin Solo Selalu dikait-kaitkan dengan terorisme membuat Ponpes Al Mukmin Ngruki, Sukoharjo, jengah juga. Mereka punya saran ke polisi atau Densus agar terorisme tidak berkembang. Apa saran mereka?
"Ke depan polisi, khususnya Densus 88/AT, tidak menerapkan cara-cara represif dengan gampang melakukan penghilangan nyawa terhadap orang-orang yang dicurigai melakukan teror," kata Direktur Ponpes Al-Mukmin Ngruki, Wahyuddin, di kantornya di Dusun Ngruki, Cemani, Grogol, Sukoharjo, Senin (3/9/2012).
Wahyudin mengatakan, sebaiknya orang yang dicurigai terlibat terorisme, ditangkap hidup-hidup. Dengan demikian, orang tersebut bisa dikorek informasinya dan dicarikan solusi persoalannya. "Lebih baik kalau bisa dikorek informasinya. Dengan begitu maka akan bisa ketemu obat yang tepat untuk mengurai akar persoalannya. Kalau ditembak mati seperti itu kan akan menimbulkan sakit hati dan dendam kesumat di kemudian harinya," ujar Wahyudin.
Sementara itu, dalam jumpa pers, Wahyudin menegaskan, ponpes yang dikelolanya sama sekali tidak terlibat dalam terorisme. Namun, ia memohon maaf sekiranya ada beberapa alumni atau jebolan ponpes yang terlibat. Pihak ponpes tidak bisa mengontrol kegiatan alumni atau jebolan selepas dari ponpes.
Dua terduga teroris yang tewas ditembak di Solo, Farhan Mujahid dan Muchsin Tsani, diakui pernah nyantri di Ponpes Ngruki. Keduanya dinilai bermasalah karena tak menyelesaikan administrasi dan biaya sekolah. Hingga kini, ijazah keduanya masih ditahan. (try/nrl)
Senin, 03/09/2012 11:11 WIB
Polri: Terduga Teroris di Solo Pakai Sandi 'Main Bola'
Ahmad Toriq - detikNews Jakarta Main bola. Itulah kata sandi yang dipakai terduga teroris saat melancarkan aksi balas dendam terhadap aparat kepolisian di Solo. Aksi teror itu sangat terencana.
"Balas dendam kepada anggota kepolisian, itu sandinya main bola," kata Karo Penmas Mabes Polri, Brigjen Boy Rafli Amar, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (3/9/2012). Boy berada di Senayan untuk menghadiri rapat evaluasi tentang mudik Lebaran 2012 bersama Komisi V DPR.
Kode 'main bola' itu terungkap ketika polisi menemukan surat berlembar-lembar yang salah satunya, terungkap ada kode penyerangan kepada kepolisian yakni main bola. Menurut dia, serangkaian aksi teror itu dilakukan dengan sangat terencana. "Mereka sangat teliti sampai menentukan hari pun mereka sangat memikirkannya. Itulah fakta sementara yang ada," ujar Boy. Boy menambahkan Polri masih mengembangkan penyidikan terhadap kasus ini. Salah satunya adalah keterkaitan jaringan ini dengan jaringan lain. "Kelompok apanya ini nanti memang kita melihat siapa, apakah ada lagi pihak lain yang dominan pada mereka ini. Ini adalah bagian dari pengembangan lebih lanjut," kata Boy. Surat berlembar-lembar sebelumnya ditemukan saat Farhan, terduga teroris di Solo, tewas ditembak. Surat itu berisi tujuan aksi yakni ingin menegakkan Syariat Islam dan melancarkan balas dendam dengan kepolisian. (aan/nrl)
Senin, 03/09/2012 10:35 WIB Ponpes Ngruki: Farhan & Muchsin Santri Bermasalah Muchus Budi R. - detikNews
Ijazah Farhan Mujahid yang hingga kini masih ditahan Ponpes Al Mukmin Ngruki (muchus br/detikcom) Solo Pesantren Al-Mukmin Ngruki, Sukoharjo, mengakui terduga teroris yang ditembak mati Densus 88 di Solo, Farhan Mujahid dan Muchsin Tsani, pernah menjadi santri di pesantren tersebut. Keduanya dinilai bermasalah. Ijazah keduanya hingga saat ini masih ditahan karena belum melunasi biaya pendidikan.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Ponpes Al-Mukmin Ngruki, Ustaz Wahyuddin, dalam keterangan pers di Pesantren Al-Mukmin Ngruki, Sukoharjo, Senin (3/9/2012). Dari catatan yang ada di pesantrennya, papar Wahyuddin, Farhan adalah remaja kelahiran 14 Nopember 1993, anak dari seorang lelaki bernama Muh Aris. Namun ketika masuk Madrasah Tsanawiyyah/MTs (setingkat SMP) di Ngruki tahun 2005, Farhan menggunakan ijazah SD dari sebuah SD swasta di Pulau Sebatik, Kalimantan.
Namun diketahui kemudian bahwa ayah Farhan meninggal. Keluarga itu mengalami kesulitan ekonomi. Namun demikian Farhan didaftarkan di Ngruki dengan program reguler sehingga harus membayar semua biaya pendidikan secara utuh. Karena itulah dia mengalami kesulitan.
"Karena itu semenjak di lulus MTs tahun 2008 hingga saat ini, ijazahnya masih ditahan pesentren karena dia belum membayar administrasi pendidikan. Dulu seharusnya dia masuk dengan jalur khusus untuk keluarga mampu, sehingga akan diupayakan sebagai anak asuh," ujar Wahyuddin.
Kondisi serupa juga dialami oleh Muchsin Tsani. Muchsin tercatat sebagai anak seorang bernama Muslimin di Jalan Batu Ampar, Keramatjati, Jaktim. Dia lulusan SMPN 126 Jakarta lalu masuk Kuliyyatul Mu'alimin Al-Islamiyyah (KMA, sekolah khusus agama setingkat SLTA) Ngruki. Karena dia berasal dari sekolah umum maka dia harus terlebih dulu mengikuti pendidikan takhassus (persiapan) selama setahun.
"Tapi ijazah KMA dia juga masih berada disini, karena dia belum melunasi admintrasi hingga hampir 12 juta. Dia juga belum mengikuti program dakwah selama setahun setelah lulus KMA. Karena itulah untuk kedua anak ini (Farhan dan Muchsin) kami sebut sebagai jebolan, bukan lulusan," ujar Wahyuddin. Lebih lanjut, Wahyuddin, mengatakan pihaknya tidak tahu-menahu dan tidak lagi bertanggungjawab dengan kegiatan keduanya setelah keluar dari pesantren yang diasuhnya. Mungkin saja selama bergaul di luar pesantren setelah itu, Farhan dan Muchsin menjalin hubungan dengan banyak orang dan mempunyai bermacam pengalaman dari pergaulan itu.
"Kami tidak tahu secara pasti kegiatannya. Ada yang menyebut saat itu bahwa setelah keluar dari pesantren kami, dia (Farhan) kembali ke Kalimantan di Pulau Sebatik. Ada pula yang mengatakan dia menyeberang ke Filipina, katanya bergabung di wilayah konflik di Minadanao. Tapi kami tidak tahu secara pasti. Mungkin saja dengan semangat anak remaja seperti dia ingin menunjukkan bisa ini itu," kata dia.
Sedangkan mengenai Bayu Setiono yang ditangkap di Karanganyar, Wahyuddin memastikan bahwa orang tersebut bukan alumnus atau pernah belajar di Al-Mukmin Ngruki. Wahyuddin mengaku tidak punya catatan sama sekali mengenai orang tersebut. (mbr/try)
Minggu, 02/09/2012 17:16 WIB Inilah Usulan Agar Kasus Wiji Tak Berefek Buruk pada Densus 88 Gagah Wijoseno - detikNews Berbagi informasi terkini dari detikcom bersama teman-teman Anda Wajah Wiji Jakarta Densus 88 antiteror mungkin punya alasan tersendiri ketika menghajar Wiji Siswo Suwito (65) yang belakangan diketahui sebagai tindakan salah sasaran. Namun masyarakat mungkin bisa punya pandangan berbeda atas penderitaan ayah mertua dari terduga teroris Bayu Setiono. Pengamat dari Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF), Mustofa B. Nahrawardaya, mengemukakan 10 poin agar Densus 88 tidak menjadi kontraproduktif dengan upaya pemberantasan terorisme. Inilah catatan yang diberikan Mstofa dalam rilis yang diterima detikcom, Minggu (2/9/2012). 1. Densus 88 tak perlu lakukan aksi kekerasan berlebihan pada masyarakat, karena hanya akan membuat trauma baru, sakit hati baru, dan dendam kesumat dari keluarga korban yang semestinya tidak terjadi. Dendam kesumat itulah yang sangat berpotensi menelorkan pelaku-pelaku baru terorisme. 2. Jadi, munculnya pelaku-pelaku baru terorisme, kadang sama sekali tidak disebabkan oleh ide besar teroris untuk mendirikan Negara Islam, ataupun niat besar mengubah Pancasila dengan ideologi lain. Tetapi hanya disebabkan oleh perilaku aparat yang sewenang-wenang tanpa tanggungjawab. 3. Kita patut berbangga dengan prestasi Densus 88 yang tegas dan keras serta tidak kompromi terhadap teroris. Namun apabila salah sasaran, ini yang berbahaya. Jika semula tidak ada rasa benci pada aparat, gara-gara salah sasaran, maka rasa benci akan terasa sampai ubun-ubun dari korban kekerasan aparat, termasuk Densus 88. 4. Nah, sebaiknya Densus meminta maaf kepada korban dan mengobatinya sampai sembuh, serta melakukan pendampingan psikologi terhadap korban kekerasan korps berlambang burung hantu itu, hingga tidak lagi trauma. 5. Jika tidak, maka rasa benci tidak hanya dirasakan oleh korban, bahkan akan dirasakan pula oleh anak cucunya. Ini yang akan terjadi pada korban semacam Wiji Siswo. Maka dari itu, meski yang mendapatkan perilaku keji hanya Wiji Siswo, namun rasa dendam akan disimpan oleh anak cucunya. 6. Apabila hal itu dibiarkan, jangan salahkan apabila suatu saat, anak cucu korban itu kemudian bisa diprovokasi oleh pihak tak bertanggungjawab untuk membalas dendam pada aparat yang mudah dijumpai di tempat umum, termasuk polisi yang paling mudah. 7. Solo bukanlah zona perang. Tetapi Densus menggunakan pola perang, sehingga menimbulkan kesan tidak aman di negeri ini. Menciptakan rasa takut dan rasa khawatir yang cukup mengerikan akibat penggambaran aksi Densus yang berlebihan bagaikan di zona perang di Afganistan, Palestina, atau negara Timur Tengah lain yang sedang dilanda konflik. 8. Yang janggal, meski bukan di zona perang, ternyata tak sekalipun Densus menggunakan cara humanis untuk melumpuhkan teroris, meski hal itu mudah dilakukan dan sangat efektif. Katakanlah dengan menggunakan bom asap, gas air mata, dan lain-lain. Densus justru lakukan aksi kekerasan terstruktur dan ada kesan tidak mengenal HAM. Hajar dulu, urusan belakangan. 9. Untuk itu, penting bagi Densus dan BNPT agar lakukan rehabilitasi bagi korban kekerasan oleh dirinya. Tidak hanya ganti rugi, tapi juga permintaan maaf yang serius. Jika perlu, permintaan maaf dan rehabilitasi disampaikan/dilakukan di depan publik, melalui jumpa pers, agar masyarakat luas menghormati polisi, Densus, maupun BNPT. Itulah yang selama ini tidak mereka lakukan.
10.
Jika tidak dilakukan, jangan harap masyarakat menghormati korp berlambang burung hantu maupun korp baju coklat tersebut
. Aksi-aksi heroik memberantas teroris, akhirnya hanya akan dianggap sebagai adegan pencitraan aparat, dan tidak lagi memiliki nilai positif di mata masyarakat.
(gah/try)
Minggu, 02/09/2012 06:29 WIB Membaca Sel Kelompok Teroris Solo Andri Haryanto - detikNews
Jakarta Datasemen Khusus (88) Antiteror Polri berhasil mengungkap tiga terduga teroris di Solo, Jawa Tengah. Satu dari dua terduga tersebut diyakini sebagai Farhan.
Remaja 19 tahun ini adalah anak tiri Abu Omar, teroris yang pernah bergabung di Filipina Selatan dan dikenal sebagai pemasok senjata dari Filipina.
Satu demi satu Polri mengungkap sel-sel jaringan kelompok garis keras tersebut. Meski semuanya mengenakan 'baju' yang berlainan, namun semuanya memiliki hubungan antara sel satu dengan lainnya. Selama rentang tahun 2012, serangkaian penangkapan dilakukan terhadap kelompok teror ini, mulai dari penangkapan lima terduga teroris di Gambir, 11 orang di Palembang, Medan, dan Poso.
"Soal nama organisasi enggak terlalu penting, kalau ditanya mereka tidak akan mengaku dari mana. Tapi faktanya mereka saling terhubung dari sel-sel ini," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Irjen Pol (Pur) Ansyaad Mbai, saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (1/9/2012) malam.
"Jaringan Solo ini tidak berdiri sendiri, mereka besar," ujarnya.
Meski terlahir atau berada di dalam bendera yang berbeda dimana mereka bernaung, tegas Ansyaad, mereka memiliki satu tujuan, yaitu melakukan teror kepada masyarakat.
Beragam cara mereka lakukan untuk mengisi amunisi 'perjuangan' versi kelompok teror, termasuk mencari pendanaan kelompok dengan menyusup ke situs trading forex untuk mencuri aset yang ada di situs tersebut.
Hasilnya digunakan untuk pembelian senjata yang didatangkan dari Filipina Selatan, daerah yang dikenal dengan kelompok garis kerasnya dalam perjuangan negara Islam. Melalui peran seorang Abu Omar, kelompok ini dipasok senjata. Omar sendiri ditangkap Densus 88 Juli 2011 di Jakarta. Ansyaad juga menyebut kelompok Cibiru merupakan kaki tangan Abu Omar. Kelompok ini telah menyiapkan bom mobil dalam rencana aksinya. Selain itu, seorang warga negara Perancis, Frederick Jean Salvi, juga pernah tergabung dalam kelompok Cibiru. Salvi diduga menjadi dalang pemboman KBRI Paris, 2004 dan 2011 lalu. Hingga saat ini polisi Perancis terus mengejar Salvi yang memiliki sel kelompok radikal di Paris. Selain membeli senjata dari uang yang didapatkan melalui kejahatan IT, kelompok ini melakukan pelatihan di Poso. Logistik pelatihan paramiliter ini juga didanai dari hasil kejahatan serupa. "Sudah 50-an lebih orang-orang yang dilatih di Poso, termasuk juga pelatihan merakit bom," beber Ansyaad. Dalam penyergapan Jumat (31/8), 2 tersangka yang melawan dengan melepaskan tembakan di Jalan Veteran, berhasil dilumpuhkan hingga tewas. Sedangkan seorang lainnya yang ditangkap di lokasi lain yang di Desa Bulurejo, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar, ditangkap dalam kondisi hidup. Saat ini kedua jasad terduga teroris berinisial M dan F berada di RS Sukanto Bhayangkara Polri, Kramat Jati. Jasad keduanya tiba kemarin sore untuk menjalani autopsi. (ahy/fdn)
Sabtu, 01/09/2012 20:42 WIB Farhan Teroris Solo yang Tewas Ditembak, Anak Tiri Abu Omar Andri Haryanto - detikNews
Jakarta Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menegaskan bila tiga tersangka teroris, dua tersangka tewas, termasuk dalam kelompok garis keras. Ketiganya bukan kelompok baru dalam setiap aksi teror.
Pernyataan tersebut disampaikan Kepala BNPT Ansyaad Mbai saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (1/9/2012). Menurut Ansyaad, meski usia dua pelaku teror tersebut terbilang remaja, mereka memiliki garis keturunan yang dikenal mengajarkan kekerasan.
"Farhan itu adalah kelompok Hisbah di Solo. Hisbah adalah sayap dari JAT (Jamaah Ansharut Tauhid), anak buah Sigit Qardhawi yang tewas dulu," jelas Ansyaad.
Kelompok Hisbah merupakan kelompok Tandzim yang bergerak dalam memberantas kemaksiatan. Kelompok lokal Solo ini kemudian dalam perjalanannya terpecah, satu kelompok tetap dalam kegiatan nahi mungkar, sementara lainnya melakukan jihad. Farhan juga pernah tergabung dalam kelompok Majelis Mujahiddin Indonesia (MMI) pimpinan Abu Omar. Seperti diketahui, Abu Omar alias Indra Kusuma alias Andi Yunus alias Nico Salman ditangkap Juli 2011 di Jakarta. Perannya adalah menyelundupkan senjata dari Filipina selatan ke Indonesia. "Farhan adalah anak tiri Abu Omar," ujarnya.
Ayah Farhan juga dikenal dekat dengan Abu Omar, Sartono. Ayah kandung Farhan ini bersama Zulfikar adalah pelaku yang pernah melakukan upaya pembunuhan terhadap Matori Abdul Jalil, yang saat itu menjabat sebagai Wakil Ketua MPR.
"Ayahnya itu Sartono, bersama Abu Omar yang dulu mau membunuh Matori Abdul Jalil," terang Ansyaad.
Farhan mengenyam pendidikan di pondok pesantren pimpinan Ustadz Abu Bakar Baasyir. Bukan hanya Farhan, kedua teroris yang ditangkap dan ditembak, Jumat (31/8), juga berasal dari Ngruki. "Semuanya dari Ngruki," ujarnya. (ahy/fdn)
SABTU, 01 SEPTEMBER 2012 | 16:00 WIB Pengamat: Motif Teror Solo Berkaitan Dumaltin
TEMPO.CO, Jakarta -Motif aksi teror penembakan polisi di Solo diduga terkait dengan kematian Dulmatin pada tahun 2010. “Sejak kematian Dulmatin, ada perbedaan sasaran yang dilakukan oleh kelompok teroris,” ujar Pengamat Pertahanan dan Keamanan asal Universitas Indonesia, Andi Widjajanto, saat dihubungi Tempo, Sabtu, 1 September 2012.
Jika sebelumnya kelompok teroris menyasar sasaran klasik seperti rumah ibadah, simbol komersial yang mewakili asing, ataupun warga negara asing, kini mereka cenderung mengincar aparat pemerintahan. “Siapapun yang dianggap bertanggung jawab atas kematian Dulmatin dan dua rekannya,” kata dia.
Dulmatin merupakan tokoh teroris paling diburu. Dia tewas dalam sebuah penyergapan di Pamulang, Tangerang. Tersangka Bom Bali I ini tewas diberondong peluru Detasemen Khusus 88 Antiteror. Menurut Andi, kelompok teror Solo bukanlah faksi baru. “Pelaku-pelakuknya memang orang baru, tapi dilatih dan direkrut oleh orang lama,” kata dia. Dia menyebut kelompok teror ini terkait dengan Kelompok Teroris 5 dan 11 yang terdiri atas alumni teroris di Medan dan Poso. “Salah satu dari pelaku kemungkinan juga terkait dengan jaringan Ngruki sehingga punya akses logistik ke Filipina,” dia menambahkan.
Rangkaian penembakan di Solo menurut Andi, hanyalah sebuah serangan awal. “Selalu ada peningkatan aksi teror di bulan September hingga akhir tahun menuju sasaran utama,” katanya. Kelompok teroris, hendak memberikan pesan yang lebih luas bahwa mereka masih eksis. “Selain itu, ini adalah isyarat untuk kelompok lain agar mulai bergerak dan melakukan konsolidasi.”
Untuk itu, intelijen wajib bekerja dengan cepat untuk segera mengidentifikasi sasaran utama para teroris. “Anggota polisi hanyalah sasaran antara para pelaku teror,” kata Andi.
Jum’at malam terjadi baku tembak antara Densus 88 dengan kelompok teroris di Jalan Veteran, Solo. Seorang pengendara sepeda motor disergap petugas Densus di tengah jalan. Pengendara tersebut melawan dengan tembakan. Tiga orang tewas dalam baku tembak tersebut, satu diantaranya polisi Densus 88 atas nama Bripda Suherman.
MK Diduga Terlibat Kelompok Teroris Rizki Gunawan Headline
Oleh: Renny Sundayani nasional - Jumat, 31 Agustus 2012 | 17:50 WIB
INILAH.COM, Jakarta - MK, terduga teroris yang ditangkap Densus 88 Antiteror memiliki keterlibatan dengan kelompok teroris yang ditangkap beberapa waktu lalu Rizki Gunawan, yakni pembobol situs investasi online lebih dari Rp6 miliar.
”Diperkirakan uang yang berhasil diraup kelompok Rizki Gunawan lebih dari Rp6 miliar, yang kemarin ditangkap diduga sebagai pemberi pengetahuan untuk menghack situs,“ kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Boy Rafli di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (31/8/2012).
Boy mengatakan, MK disinyalir memberi bantuan kepada Rizki dalam tindakan penjebolan situs investasi online. ”Kita terus telusuri terhadap kelompok yang memberi bantuan teror dan rencana teror,“ kata Boy.
Bot menjelaskan, dari hasil meretas situs tersebut, Rizki membelikan properti, selain itu dananya dikirim ke Poso untuk biaya melakukan aksi teror. Rizki merupakan anggota teroris jaringan Poso. Dia berperan sebagai penyandang dana untuk jaringan terorisnya. Dia ditangkap Densus di Jalan Ekawarni III No 4A, Medan Johor, Kamis (21/6/2012). Seperti diberitakan sebelumnya, Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri menangkap seorang terduga teroris, MK di Bandung, Kamis (30/8/2012). MK yang merupakan karyawan di sebuah perusahaan komputer ini ditangkap di kantornya, Jagadara Informatika di Jalan Golf 3 B4-26, Kota Bandung Saat menggerebek rumahnya di kawasan Arcamanik, Bandung, Kamis (30/8/2012), Densus menyita satu unit CPU yang diduga milik pelaku. Selain itu, disita pula barang-barang lain seperti 60 keping CD, dua handphone, tiga rekening Bank Mandiri, satu unit Mobil Nissan, satu berkas STNK dan BPKB mobil. [mvi] Rekomendasi Untuk Anda
Jumat, 31/08/2012 17:24 WIB Ini Dia Jejak Prestasi Terduga Teroris MK Baban Gandapurnama - detikBandung
Bandung - Tak tersirat kalau pria jebolan Universitas Komputer (Unikom) Bandung ini mesti dibekuk Densus 88 Antiteror Mabes Polri lantaran diduga terlibat teroris jaringan Medan. Sosok MK selama kuliah dikenal supel dan berpredikat baik. Secara akademis, MK lulus menyabet nilai IPK 2,94.
Bapak satu anak ini dikenal andal dalam urusan bidang teknologi informatika. Jejak prestasi yang pernah dirasakan pria kelahiran Karawang 14 September 1981 ini ialah sebagai salah satu nominator Indonesia Information Communication Technology (ICT) Award (INAICTA) pada 2009. Ajang tersebut digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
"Aplikasi buatannya (MK) masuk nominasi," ungkap Ketua Prodi TI Universitas Komputer Indonesia (Unikom), Mira Kania Sabariah, saat ditemui wartawan di Kampus Unikom, Jalan Dipatiukur, Kota Bandung, Jumat (31/8/2012).
Diceritakan Mira, dalam ajang tersebut MK mengandalkan software bertema pengelolaan dokumen proyek untuk memudahkan suatu perusahaan. Meski masuk nominator, karya MK tidak lolos.
Pihak Unikom mengapresiasi positif dan merasa bangga kendati hasil karya MK belum meraih hasil memuaskan dalam Ajang INAICTA 2009. Walau gagal, semua itu dianggap suatu prestasi. Kisah itulah yang mengingatkan Mira kepada sosok MK.
"Waktu itu, dia (MK) menyapa saya. Saya senang karena banyak alumni (Unikom) ikut INAICTA," ujar Mira yang pernah mengajar langsung MK di Unikom. "Dia supel dan humoris. Tracknya selama ini positif. Saat melihat berita (penangkapan MK oleh Densus 88), saya kaget," tambah Mira. (bbn/ern)
Kamis, 30/08/2012 17:50 WIB Warga Tonton Rumah Terduga Teroris Inisial MK di Bandung Baban Gandapurnama - detikBandung

Bandung - Puluhan warga berbondong-bondong melihat rumah terduga teroris, MK (27), di komplek Cluster Pawenang, RT 3 RW 5, Kelurahan Cisaranten Bina Harapan, Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung. Rumah type 45 berkonsep minimalis itu dihuni MK bersama istri dan satu anaknya. Pantauan detikbandung, Kamis (30/8/2012), sekitar pukul 17.00 WIB, warga melihat dari jarak sekitar 20 meter atau tepatnya di gerbang komplek tersebut. MK menempati rumah bernomor A3.
Warga dari kalangan dewasa dan anak-anak berkerumun lantaran Densus 88 Antiteror Mabes Polri menggeledah rumah bercat cokelat muda itu. Di depan rumah tersebut, terparkir satu mobil Nissan March hitam bernopol D 1288 PE, dan satu sepeda anak-anak. Mobil tersebut ditutup menggunakan sarung mobil berwarna perak.
"Kalau biasanya, dia (MK) kerja ke kantor pakai sepeda motor," jelas salah satu tetangga, Ade Jauhari (37), saat ditemui di lokasi.
Sepengatahuan Ade, selama ini MK bekerja sebagai programmer di perusahaan bidang informasi dan teknologi yang berlokasi di kawasan Arcamanik, Kota Bandung. "Berangkat kerja pagi, kalau pulangnya selepas magrib," ucap Ade. Sekitar pukul 14.00 WIB, tim densus 88 menggeledah rumah MK selama 1 jam. MK dibawa ke Jakarta menggunakan sebuah mobil sekitar pukul 14.55 WIB. Tim densus juga menyita dua unit CPU dari rumah dan kantor MK. Tak hanya itu sejumlah berkas dan buku juga disita. (bbn/ern)
Kamis, 30/08/2012 16:12 WIB 1 Terduga Teroris yang Ditangkap di Bandung Dibawa ke Jakarta Baban Gandapurnama - detikNews
Jakarta MK (27), terduga teroris yang ditangkap di Bandung, sudah dibawa ke Jakarta. Dia ditangkap pagi tadi oleh Tim Densus 88 Mabes Polri.
"Tersangka langsung dibawa ke Jakarta untuk disidik lebih lanjut oleh Mabes Polri," kata Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Martinus Sitompul saat dikonfirmasi, Kamis (30/8/2012).
Setelah melakukan penangkapan pada MK, Densus 88 kemudian melakukan penggeledahan di sebuah lokasi di Arcamanik, Bandung, yang juga tempat perusahaan software.
"Polda Jabar sendiri hanya diminta bantuan untuk pengamanan wilayah pada saat penangkapan dan penggeledahan," tuturnya. Belum diketahui dari jaringan apa dan dugaan pidana yang dilakukan MK. (ndr/nrl)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Allah di balik Sejarah: Penantian Baru BTP (hati nurani Pemilu 2024) #02

die hard of terrorism: final fate of ISiS (3): ISIS bukan ISLAM, menganut teologi PEMBUNUHAN

janji Jokowi (4) (ANTI GRATIFIKA$1): pilpres 2019