SURVEI bangun LAGE (1)

Kamis, 20/09/2012 09:30 WIB

Foke Vs Jokowi, Kelas Menengah Pegang Kunci Siapa Juara di Jakarta

Indra Subagja - detikNews
Jakarta Siapa yang menjadi juara di Jakarta, Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli atau Joko Widodo-Basuki Tjahaya? Nah, kelas menengah memegang kunci. Suara mereka memberikan keuntungan bagi calon.

"Kelas menenah ini non partisan dan rasional. Mereka yang berdekatan langsung dengan problem-problem di Jakarta," kata pengamat politik dari Universitas Bakrie, Andika, saat berbincang, Kamis (20/9/2012).

Kelas menengah ini dikenal kritis. Biasanya, kalangan ini cuek terhadap proses pemilihan. Tapi kali ini, tingkat partisipasi mereka akan tinggi. Baik Foke, terutama Jokowi, membuat mereka bergerak ke TPS.

"Partisipasi kelas menengah kali ini diperkirakan cukup tinggi. Bahkan sekalipun ada hambatan dalam urusan administrasi, mereka akan berusaha tetap mendapatkan hak pilih," terang peraih master Ilmu Politik dari Jepang ini.

Kelas menengah ini yang biasa menjadi swing voters di pemilu. Mereka memberikan suara di saat-saat akhir. Suara mereka diperkirakan akan mengerek salah satu calon untuk memenangi Pilgub.

"Mereka kelas menengah yang menjadi penentu dan mereka ini kalangan progresif," tutur Andika.


(ndr/nrl)

Selasa, 18 September 2012 09:23:11

Rilis survei di masa tenang, Puskaptis dipanggil Dewan Etik


Reporter: Laurencius Simanjuntak


Rilis survei Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) soal elektabilitas pasangan calon di masa tenang Pilgub DKI berbuntut panjang. Puskaptis akan dipanggil oleh Dewan Etik Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (PSOPI).

"Kami akan panggil, pertemukan dengan dewan etik," kata Ketua Umum PSOPI, Andrinof Chaniago, saat dihubungi merdeka.com, Selasa (18/9). Puskaptis adalah salah satu anggota PSOPI.

Andrinof mengatakan, rilis survei elektabilitas pada masa tenang tidak boleh dilakukan. Selain melanggar Peraturan KPU, juga diduga melanggar kode etik yang dimiliki PSOPI. "Seharusnya kalau sudah tanggal 17 (September/masa tenang), tidak boleh (rilis)," ujarnya.

Kode etik PSOPSI, kata dia, sebagian besar diadopsi dari Kode Etik Profesional dan Praktik Ilmiah versi World Association for Public Opinion Research (WAPOR). "Dewan etik akan memeriksa ini," ujar Andrinof.

Seperti diketahui, beberapa lembaga survei tetap merilis hasil riset soal elektabilitas pada masa tenang Pilgub DKI, 17-19 September ini. Kemarin rilis dilakukan Puskaptis. Rencananya, hari ini Lingkaran Survei Indonesia (LSI) juga akan merilis hal yang sama. LSI pimpinan Denny JA merupakan anggota Asosiasi Riset Opini Publik Indonesia (AROPI).
[ren]Senin, 17 September 2012 | 15:56 WIB Rilis Survei, Puskaptis Tak Gubris Larangan KPU TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Pemilihan Umum dan Panitia Pengawas Pemilu DKI mengeluarkan imbauan agar lembaga survei tak merilis prediksi mereka pada masa tenang ini. Hal ini berlaku hingga hari pencoblosan, selepas penghitungan suara di tiap tempat pemungutan suara. Namun, pada hari pertama masa tenang ini, Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis merilis prediksinya yang menyebut pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja unggul dengan selisih hampir tiga persen. "Itu kan hanya imbauan, bukan larangan," ujar Direktur Eksekutif Puskaptis Husin Yazid, Senin, 17 September 2012. Ia menyebut rilis ini sebagai studi akademik yang menggambarkan peta perolehan suara para calon sesuai hari pensurveian. Ia menolak bila ini akan mengubah persepsi masyarakat pada hari pencoblosan. "Survei ini berlaku pada 10-14 September, nanti pada hari-H hasilnya pasti berbeda karena kan ada margin eror," ujarnya. Ia mengaku, menjelang pemilihan, tingkat keraguan masyarakat terhadap calonnya akan berkurang. Pada Agustus lalu, responden yang menjawab tak tahu mencapai 47,76, pada survei terakhir ini angkanya menyusut jadi 7,6 persen. Ia menjelaskan, meski dalam survei terjadi perbedaan yang lumayan, pada hari pencoblosan diperkirakan perolehan suara berlangsung ketat. "Selisihnya mungkin jadi tipis," ujarnya. Maka itu ia meminta penyelenggara dan pengawas pemilu bekerja profesional. "Karena tipis, potensi konflik akan tinggi. Pemilu harus digelar dengan baik," ujarnya. M. ANDI PERDANA
Senin, 17/09/2012 05:45 WIB

Selisih Perolehan Suara Pemenang Pilgub DKI Diprediksi Tak Terlalu Besar

Ahmad Toriq - detikNews
Jakarta Pertarungan sengit diprediksi akan terjadi antara cagub DKI petahana Fauzi Bowo (Foke) dan Joko Widodo (Jokowi) saat pemungutan suara 20 September mendatang. Siapapun pemenangnya diprediksi hanya akan menang dengan selisih persentase perolehan suara yang tipis.

"Pertarungan akan seru, akan sengit, dan siapapun pemenangnya mungkin selisihnya akan tipis," kata pengamat politik PRIDE Indonesia, Agus Herta Sumarto, saat berbincang, Minggu (16/9/2012) malam.

Menurut Agus, Foke akan memangkas selisih persentase perolehan suara pada putaran lalu. Dia meyakini usaha Foke meraih simpati warga DKI selepas pemungutan suara pada putaran pertama akan berhasil meningkatkan perolehan suara.

"Foke sudah menggunakan instrumen-instrumennya habis-habisan, tentu itu akan berpengaruh," ujarnya.

Senada dengan Agus, pengamat politik Charta Politika Arya Fernandes, yang dihubungi terpisah, juga memprediksi selisih perolehan suara yang tak begitu besar pada putaran kedua. Arya memprediksi selisih persentase perolehan suara dua cagub yang bertarung hanya sekitar 5 persen.

"Siapapun yang menang selisihnya 5-10 persen, karena kita lihat pada putaran pertama kalau eksistensi skema pilihan tetap, maka selisih hanya sekitar 5-10 persen," tutur Arya.

Arya menilai Jokowi masih berada di atas angin. Namun, dia mengatakan keseriusan Foke melakukan pendekatan pada rakyat di putaran kedua ini juga tidak bisa diremehkan.

"Masing-masing kandidat mempunyai peluang yang sama pada putaran kedua," imbuhnya.

(trq/trq)



Jokowi Diprediksi Ungguli Foke di Putaran 2
Kamis, 13 September 2012 | 18:33

[JAKARTA]- Hasil survei Indo Barometer memprediksi pasangan Jokowi-Ahok akan kembali unggul atas pasangan Fauzi Bowo-Nara dalam Pilkada DKI Jakarta putaran kedua pada 20 September 2012.

"Prediksi ini didasarkan atas hasil survei Kompas yang dirilis Kamis," kata Direktur Indo Barometer M Qodari di Jakarta, Kamis (13/9).  

Dalam analisis itu menyebutkan,  hasil survei tersebut menunjukkan keunggulan tipis sementara Jokowi-Ahok atas Foke-Nara.

Keunggulan tersebut, menurut pengamat politik sekaligus surveyor itu, dapat dilihat setidaknya dari dua aspek. Pertama, keunggulan elektabilitas Jokowi-Ahok yang diperkirakan mencapai 45,13 persen atas elektabilitas Foke-Nara yang hanya 37,53 persen.

"Angka ini saya proyeksikan dari persentase pilihan pada Jokowi-Ahok dan Foke-Nara di putaran pertama, dikalikan persentase pemilih loyal, ditambah persentase suara tambahan dari pendukung calon yang tidak lolos ke putaran, seperti hasil survei Kompas," kata Qodari.

Aspek kedua, kata Qodari, adalah data sikap positif dan penilaian kemampuan masyarakat terhadap Jokowi-Ahok yang lebih tinggi daripada Foke-Nara. Jokowi-Ahok unggul di semua strata masyarakat walaupun lebih besar di kalangan menengah atas.  

"Ini dilihat dari hasil survei bahwa kalangan masyarakat berpendidikan tinggi menilai kemampuan Foke-Nara lebih tinggi dari Jokowi-Ahok hanya 15 persen, Jokowi-Ahok lebih tinggi (45 persen) dan sama besar (40 persen)," katanya.  

Kalangan berpendidikan menengah juga menilai kemampuan Foke-Nara lebih tinggi dari Jokowi-Ahok hanya 25 persen, yang menyebut Jokowi-Ahok lebih tinggi (34 persen) dan sama saja (41 persen). Sementara kalangan berpendidikan rendah juga melihat kemampuan Foke-Nara lebih tinggi hanya 26 persen, yang melihat Jokowi Ahok lebih tinggi (35 persen) dan sama saja (39 persen).  

"Namun hati-hati, perubahan politik masih mungkin terjadi. Hal ini mengingat jumlah yang belum menentukan pilihan masih besar, yakni 17,34 persen," katanya.  

Qodari menambahkan, kalau tingkat golput yang mencapai 36,38 persen pada putaran pertama menurun karena salah satu calon berhasil memobilisasi pendukungnya, maka perubahan yang signifikan bisa terjadi.

"Kemampuan menggerakkan basis suara menjadi salah satu faktor kemenangan pada putaran kedua nanti," ujar Qodari yang lembaganya akan menyelenggarakan "quick count" Pilgub DKI pada 20 September.  

Survei yang telah dilakukan harian ibu kota itu menyebutkan bahwa pemilih Foke-Nara yang akan tetap memilih mereka sebesar 84 persen. Sebanyak 6 persen akan beralih ke Jokowi-Ahok dan 10 persen belum jelas. Adapun pemilih Jokowi-Ahok yang akan tetap memilih mereka sebanyak 85 persen. Berpindah ke Foke-Nara (8 persen) dan belum jelas (7 persen).  

Sementara pemilih calon lain di putaran pertama, pada putaran kedua yang akan memilih Foke-Nara sebesar 38 persen. Memilih Jokowi-Ahok (38 persen) dan belum jelas (24 persen). [Ant/L-8]
Jumat, 14/09/2012 15:55 WIB

Survei SSSG: Jokowi Ungguli Foke, 22% Responden Belum Tentukan Pilihan

Ramdhan Muhaimin - detikNews
Jakarta Setelah Indonesia Network Election Survei (INES), Soegeng Sarjadi School for Government (SSSG) juga mengumumkan hasil surveinya terkait Pilkada DKI putaran II. Hasil survei SSG: Jokowi mengungguli Foke. Namun, ada 22% responden yang belum menentukan pilihan.

Inti dari hasil survei SSSG hampir sama dengan survei INES: Jokowi menang. Namun, terjadi perbedaan jumlah prosentase suara, karena SSSG memasukkan unsur jumlah responden yang belum memutuskan memilih kandidat, responden yang golput dan responden yang tidak menjawab.

"Kesimpulannya, siapakah yang akan dipilih pada 20 September mendatang, menurut survei dari SSSG, pasangan Jokowi-Basuki Tjahaja Purnama memperoleh 36,74%. Pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli 29,47%," ujar Direktur Eksekutif SSSG, Fadjoel Rahman dalam jumpa pers di Warung Daun, Jalan Cikini Raya, Jakpus, Jumat (14/9/2012).

Dari survei itu, diketahui bahwa 22,04% responden masih belum memutuskan, 2,72% responden memilih golongan putih (golput) alias tidak memilih, dan 9,03% responden tidak menjawab.

Survei SSSG dilakukan sejak 4 hingga 12 September 2012 dengan metode pengumpulan data melalui wawancara via telepon dan analisa survei menggunakan google document. Survei dilakukan di lima wilayah DKI Jakarta terhadap 1.250 responden dengan tingkat kepercayaan 95 persen dan margin error kurang lebih 3 persen.

Mengenai riwayat responden, responden berusia 31-45 (29%), usia 17-30 (27%), usia 46-55 (22%), dan usia 56-keatas (21%).

Latar belakang agama, responden beragam Islam (82%), Protestan (8%), Katolik (4%), dan Buddha (5%).

Sementara latar belakang pekerjaan, profesional (30%), pegawai swasta (21%), PNS (11%), ibu rumah tangga (9%), dan lainnya (29%).

Sebelumnya INES mengumumkan hasil surveinya yang dilakukan 28 Agustus-9 September 2012 . Hasilnya sangat mengejutkan: Jokowi 72,48% dan Foke 27,52%.




(rmd/asy)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Allah di balik Sejarah: Penantian Baru BTP (hati nurani Pemilu 2024) #02

die hard of terrorism: final fate of ISiS (3): ISIS bukan ISLAM, menganut teologi PEMBUNUHAN

janji Jokowi (4) (ANTI GRATIFIKA$1): pilpres 2019