pengakuan, akhirnya
Islah di PKS Bagus Tapi Salah Konteks
Oleh: R Ferdian Andi R
Nasional - Jumat, 25 Maret 2011 | 21:20 WIB
INILAH.COM, Jakarta - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) termasuk partai politik yang rapih dalam sistem internalnya. Hingga persoalan internalnya tak banyak diketahui oleh publik. Kemunculan Yusuf Supendi tak ubahnya membuka kotak pandora di PKS. Menariknya, konflik antarpolitisi PKS tak terkoneksi satu sama lain.
Petinggi PKS selalu wanti-wanti, persoalan Yusuf Supendi bukanlah masalah perbedaan pendapat di internal partai. Namun, persoalan Yusuf adalah persoalan pelanggaran. Oleh karenanya, islah atau rekonsiliasi tak dapat dilakukan.
"Islah bagus, tapi salah konteks. Ini pelanggaran, bukan perbedaan pendapat. Ini orang punya pelanggaran, ya dipecat," ujar Sekjen DPP PKS Anis Matta kepada INILAH.COM di Jakarta, Jumat (25/3/2011).
Anis menegaskan di PKS, individu harus menjaga jarak dengan organisasi. Langkah ini ditempuh agar individu tidak kebih kuat dari organisasi. Ini sejalan dengan demokrasi, sambung Anis, yang menghilangkan privilege individu. "Karena jika individu lebih besar dari organisasi, organisasi itu akan mati muda," papar Anis.
Dia pun menegaskan jabatan di PKS bukan berarti menjadi imunitas bagi seseorang. Dia menyebutkan, kasus yang menimpa Yusuf Supendi yang pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Syariah PKS, serta mantan Wakil Presiden PK Syamsul Balda adalah bukti sistem yang bekerja di PKS.
"Kita memecat mantan Wapres PK, anggota Majelis Syura. Bayangkan saat itu kita baru membentuk partai baru (dari PK ke PKS), tapi pelanggaran ya pelanggaran," tegasnya. Konflik di internal PKS dengan sanksi pemecatan terhadap kader yang bermasalah sejatinya tidak memiliki koneksi satu dengan lainnya, semua berdiri sendiri.
Jika belakangan mereka yang bermasalah di PKS, tak lebih sekadar hubungan taktis. Seperti hubungan Yusuf Supendi dengan mantan Wakil Presiden PK Syamsul Balda. Pemecatan Syamsul Balda dari PKS justru diteken Yusuf Supendi dalam kapasitasnya sebagai Ketua Dewan Syariah. "Yang pecat Syamsul ya Yusuf Supendi," seloroh Anis.
Mantan Wakil Presiden Partai Keadilan (PK) Syamsul Balda menyebutkan dirinya sama sekali tidak dipecat PKS. "Saya tidak pernah dipecat dari PKS, namun mengundurkan diri. Arsip pengunduran dirinya masih ada," akunya. Mereka yang dipecat PKS menurut Samsul tidak menerima surat pemecatan tapi hanya dibacakan surat pemecatannya saja.
Beberapa nama yang dipecat sejak era PK hingga PKS di antaranya, Mashadi, Habibullah, Sigit Pramono dan Didin Hafiduddin. "Mereka dipecat karena kritis di partai," katanya. Syamsul mengakui, setiap kader yang dipecat dari PKS tidak berhubungan satu dengan yang lainnya.
Mashadi saat dihubungi enggan berkomentar banyak terkait kisruh di internal PKS. Dia mengaku tidak lagi mengikuti perkembangan PKS sejak dirinya keluar dari PKS. "Saya tidak tahu," elaknya.
Kasus pemecatan kader PKS berbeda satu dengan lainnya dan tidak saling terkoneksi. Samsul mengaku sama sekali tidak berhubungan dengan Yusuf Supendi 10 tahun terakhir. "Saya sudah lama tidak berhubungan dengan Ustadz Yusuf," akunya. Namun, seiring bergulirnya kasus Yusuf Supendi, bisa saja mereka yang dipecat berkonsolidasi.
PKS Terancam Retak
Oleh: R Ferdian Andi R
Nasional - Selasa, 22 Maret 2011 | 20:43 WIB
INILAH.COM, Jakarta - Manuver mantan pendiri Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Yusuf Supendi berdampak pada perbedaan sikap kader di tingkat akar rumput. Jika kasus ini tak segera diselesaikan, bukan mustahil PKS akan pecah.
Bagaimanapun, posisi yang ditinggalkan Yusuf Supendi di PKS cukup tinggi. Setidaknya beberapa jabatan penting di PKS pernah ia emban. Dia pernah menjabat sebagai anggota Majelis Syura PKS, Ketua Dewan Syariah PKS, serta mantan anggota DPR dari PKS periode 2004-2009.
Bahkan Sekjen DPP PKS Anis Matta mengakuinya sebagai guru. "Beliau guru saya," aku Anis. Posisi dan kapasitas Yusuf Supendi ini jelas memiliki tempat tersendiri di internal kader PKS. Aksi Yusuf Supendi ini kendati mendapat reaksi beragam dari internal kader PKS, tapi diam-diam ada pula kader yang mendukung.
"Banyak dukungan yang mengalir ke Ustadz Yusuf Supendi dari berbagai daerah," ujar orang dekat Yusuf Supendi, Adi Kurniawan, di Jakarta, Selasa (22/3/2011). Namun Adi menegaskan, tindakan Yusuf sama sekali tidak ditujukan untuk merusak PKS. Apa yang dilakukan Yusuf, sambung Adi, untuk memperbaiki PKS. "Tidak ada niat untuk merusak PKS. Kita cinta PKS. Ini untuk perbaikan," jelasnya.
Situasi saat ini tampaknya cukup disadari oleh elit PKS. Wakil Sekjen DPP PKS Mahfudz Siddiq menuturkan pihaknya telah mengecek ke seluruh daerah terkait soliditas kader PKS. "Umumnya kader PKS solid. Dan melihat ini rangkaian operasi untuk fitnah ke PKS," kata Mahfudz.
Umumnya, sambung Mahfudz, kader PKS meminta agar DPP PKS agar menjelaskan terkait tudingan Yusuf Supendi yang kini telah masuk wilayah publik. "Sebagian kader menginginkan perlu ada penjelasan," terangnya.
Namun Mahfudz tidak menampik jika terdapat kader yang mempercayai tudingan Yusuf Supendi. Menurut dia, kader yang percaya tudingan itu adalah mereka yang tidak memiliki informasi yang cukup. "Dan ada masalah pribadi," sebut Mahfudz.
Sementara terpisah, mantan Presiden PKS Tifatul Sembiring menyebutkan tidak ada perpecahan di internal PKS. Menurut Tifatul, struktur PKS dari pusat sampai daerah tetap solid. "1,5 juta orang kader PKS semua solid, tidak ada kepemimpinan ganda. Bukan konflik internal, tapi ada gugatan dari salah seorang yang merasa hukuman yang diberikan atas yang bersangkutan tidak tepat," paparnya.
Kondisi demikian, menurut Menteri Komunikasi dan Informatika ini, apa yang terjadi saat ini bisa menjadi masukan dan instrospeksi bagi pembinaan kader PKS ke depan. "Para pengurus PKS pusat sangat dituntut, kesabaran dan kearifannya menghadapi berbagai masalah," imbau Tifatul.
Sebelumnya, gurubesar politik Islam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bachtiar Effendi menyebutkan PKS akan mengalami perpecahan jika pada akhirnya elit PKS tidak bisa menyelesaikan persoalan yang kini dihadapi.
Pencitraan PKS sebagai partai 'bersih, peduli, dan profesional' akan terganggu. "Meski secara ideologi kuat, PKS terancam perpecahan jika tak mampu mengelola masalah ini," ingatnya. [mdr]
Senin, 21/03/2011 08:35 WIB
Kolom Djoko Suud
PKS Bukan Partai Putih
Djoko Suud Sukahar - detikNews
Jakarta - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) terbelit masalah. Yusuf Supendi yang dipecat balik menggugat. Membuka aib para tokoh yang berkuasa di partai ini. Dan itu implisit memberi pemahaman pada rakyat, ternyata 'Partai Putih' ini juga tidak bersih.
Kilas balik, ketika PKS dideklarasikan, saya bangga dan berharap banyak terhadap partai ini. Jargon sebagai partai bersih memikat konstituen luas. Ini penyebab PKS menang di beberapa tempat. Dia mampu menggaet massa tak memiliki pilihan untuk memilih.
Sosok Hidayat Nur Wahid sebagai presiden partai mendukung langkah PKS. Sikapnya yang santun dan bersih memperkuat atribut partai ini. Partai yang 'tidak banyak' anggota ini tampil sebagai partai besar. Kebesarannya itu terbangun dari watak pengurus. Dan diapresiasi siapa saja yang mendambakan ditegakkannya hukum dan keadilan.
Tatkala PKS menjalankan partai dengan penuh amanat itu saya teringat tentang tokoh Sariman dalam Hikayat Kadiroen. Tokoh yang ibadahnya kuat (Islam) tetapi jadi pemimpin Partai Komunis itu tak mau kompromi dengan KKN. Haram terima uang haram, apalagi menggerogoti uang partai dan uang rakyat.
Dia rela menjadi pengemis ketika terdesak kebutuhan ekonomi rumahtangga. Dia rela melepas jabatan di pemerintahan ketimbang mengingkari perjuangan rakyat. Penulisnya, Semaun, sadar kemiskinan adalah resiko berbakti. Dan bakti itu yang dibayar kesetiaan rakyat.
Gaya politik PKS juga mengingatkan akan kerapian dan kejeniusan Masyumi pasca tahun 1955. Tak banyak bicara tapi berbuat. Perbuatan yang dilakukan dihitung jeli. Dan setiap person yang berbuat dibekali kejujuran, tawaddu', dan cerdas. Itu yang menghipnotis kalangan muda dan disegani partai lain.
Etalase partai ini bukan gembar-gembor. Bukan diplomasi Sophia. Dan bukan pula perdebatan yang membenar-benarkan kesalahan. Etalase partai ini adalah sikap dan perbuatan. Citra itu dibangun dengan sempurna. Sampai-sampai dalam kolom ini saya pernah menulis, jangan calonkan Hidayat Nur Wahid sebagai presiden. Sebab bagi saya, tokoh ini milik umat. Terlalu kecil kalau dia ditampilkan sebagai umaroh.
Tapi setelah Hidayat Nur Wahid lengser, beberapa problem mulai bermunculan. Ada ta'mir masjid yang terusik dengan kader PKS. Ada ulama yang tersentak dengan isi ceramah. Dan perkara itu berulang terjadi yang mengerucut pada statement dua organisasi keagamaan yang menyebut PKS beraliran Wahabi.
Saya masih permisif terhadap penyebutan ini. Bagi saya, apa pun keyakinan dan motif di balik sebuah organisasi sah untuk diperjuangkan. Tapi ketika kader PKS ada yang tersandung korupsi, terindikasi berjudi, dan sekarang YS membukai borok yang tertutupi, maka rasanya telah hilang sudah simpati itu. Saya tak lagi bisa membayangkan prospek partai ini di tahun 2014 nanti. Partai ini sudah tidak eksklusif lagi. Partai ini memberi pembenaran Lord Acton, bahwa berkuasa itu cenderung korup.
Hampir pasti PKS membantah semua itu. Tapi kelesak-kelesik di berbagai daerah yang 'dibangun' para kader yang belum istiqomah telah meluaskan nila setitik itu demi setitik mengotori kebersihannya. Nila itu berubah amuba, mengalami akselerasi karena PKS dikemas sebagai partai putih. Partai yang tak boleh kotor, apalagi dosa.
Yusuf Supendi, lepas nanti yang ditudingkan itu benar atau tidak, tapi ini penguat, bahwa desas-desus yang menyebut PKS bukan lagi sebagai partai bersih adalah benar. Kebenaran itu tersalahkan jika PKS mampu menunjukkan bukti tudingan Yusuf itu tidak benar. Jika itu tidak mampu dilakukan PKS, maka para pejuang kebenaran, para pencari keadilan, harapan rakyat suaranya diperjuangkan, yang selama ini disandarkan pada partai ini ada kemungkinan kabur colong playu.
Pembersihan noda PKS itu tak hanya menangkis tudingan pendiri partai ini saja. Gerak langkah seluruh kader PKS juga harus ditertibkan. Begitu pula 'bisnis' para petingginya yang diasumsikan jauh menyimpang dari 'putihnya' slogan partai yang mulai banyak terkotori itu.
Jangan berpikir rakyat tidak tahu semua itu. Jangan beranggapan rakyat tidak memberi catatan tentang gerak langkah itu. Termasuk manuver-manuver terkini yang telanjang, gampang dibaca arah dan motivasi gerakannya. Sebab jika tidak, maka ini akan menjadi blunder. Partai ini dijauhi pemilihnya, massa mengambang yang selama ini terbanyak memberinya suara.
Inilah sulitnya partai program. Tidak hanya butuh kejeniusan untuk memprogram, tetapi dibutuhkan satunya sikap dan perbuatan.
*) Djoko Suud adalah pemerhati budaya, tinggal di Jakarta.
(vit/vit)
Yusuf Tuduh PKS Terima Dana Timur Tengah
Menanggapi rentetan tuduhan ini, Luthfi mengaku baru mendengar laporan itu dari media.
KAMIS, 17 MARET 2011, 15:58 WIB Ismoko Widjaya
VIVAnews - Salah satu pendiri Partai Keadilan (PK), cikal bakal Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Yusuf Supendi, melaporkan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq ke Badan Kehormatan DPR. Tidak hanya itu, Yusuf juga menuding partai ini mendapat pasokan dana dari Timur Tengah.
"Dulu, dana sebesar-besarnya diterima dari negara-negara Muslim di Timur Tengah," kata Yusuf Supendi usai melaporkan Luthi Hasan Ishaaq ke Badan Kehormatan DPR, Kamis, 17 Maret 2011.
"Jadi, waktu masih menjadi Partai Keadilan, itu mencari dananya dari luar. Itu juga masih sampai sekarang. Kader PKS itu untuk urusan beribadah memang lebih hebat dari yang lain. Soal berinteraksi dengan wanita lebih hebat dari yang lain. Begitu juga untuk soal uang, kader PKS lebih hebat dari yang lain," Yusuf menuding.
Tuduhan Yusuf dapat memiliki implikasi serius karena UU Partai Politik No. 2/2008 pasal 40 ayat 3 melarang partai politik untuk "menerima dari atau memberikan kepada pihak asing sumbangan dalam bentuk apa pun yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan."
Bagaimana dengan tuduhan PKS menerima dana dari Timur Tengah itu?
"Saya malah tidak tahu itu. Kami tidak ingin asal komentar, asal bunyi, nanti tidak baik," kata Luthfi kepada VIVAnews.com.
Selain soal dana itu, Yusuf juga mempersoalkan keputusan mengenai sistem keanggotaan partai, apakah terbuka atau tertutup. Dia juga melaporkan Luthfi karena telah mengancam dirinya. "Karena melanggar kode etik, masih pantas dan patutkah dia menjadi anggota DPR?" kata Yusuf.
Menanggapi rentetan tuduhan ini, Luthfi mengaku baru mendengarnya saat ia dikonfirmasi media.
Begitu juga soal tuduhan telah mengancam Yusuf, Luthfi menyatakan belum bisa memberikan banyak pernyataan. Dia mengaku akan mempelajari terlebih dulu isi laporan itu. "Saya juga belum mengerti soal itu," kata dia. (Laporan: Harwanto Bimo Pratomo | kd)
• VIVAnews
Kamis, 17/03/2011 14:35 WIB
Pendiri Partai Keadilan: Dana Awal PKS Dari Timur Tengah
Elvan Dany Sutrisno - detikNews
Jakarta - Pendiri Partai Keadilan (PK) cikal bakal PKS, Yusuf Supendi, yang sudah dipecat dari PKS mengungkap rahasia sumber dana PKS. Mayoritas sumber dana untuk kegiatan PKS, disebutkannya berasal dari Timur Tengah.
"Sumber dana PKS besar-besaran dari Timur Tengah, negara teluk. Itu fakta sejarah," ujar Yusuf usai melapor ke BK DPR, kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (17/3/2011).
Menurutnya, pada waktu PKS berdiri, waktu itu namanya Partai Keadilan, gencar mencari dana ke Timur Tengah. Kala itu PKS belum menjadi partai kaya raya seperti sekarang.
"PKS itu Partai Keadilan sekaligus Partai Sejahtera. Jadi waktu partai keadilan memang cari dana dari luar. Itu juga sampai sekarang," tuturnya.
Yusuf menuturkan, PKS membawa ajaran Ikhwanul Muslim. Sekalipun partai ini tidak sepenuhnya mengaplikasikan hal tersebut.
"Kalau sejarahnya memang Ikhwanul Muslim tapi kesini sudah tidak. Jadi jalan PKS tidak sepenuhnya berubah dari jalurnya," tuturnya.
Namun Yusuf tak mau mengungkap apa kepentingan negara Timur Tengah yang disisipkan melalui PKS.
"Kader PKS itu urusan beribadah lebih hebat dari yang lain, soal interaksi wanita lebih hebat dari yang lain, tapi soal uang juga kader PKS lebih hebat dari yang lain," tutur Yusuf.
Sebelumnya petinggi PKS melawan tudingan Yusuf. Apa yang dilakukan Yusuf disebut sebagai fitnah. Dia sakit hati karena dipecat dari PKS.
"Itu fitnah," kata Ketua Majelis Syuro PKS Hilmi Aminudin saat dihubungi wartawan, Kamis (17/3/2011).
Hal senada juga ditegaskan Wasekjen PKS Mahfudz Siddik. "Pak Yusuf sudah dipecat dari PKS setahun yang lalu karena sejumlah pelanggaran berat. Beliau memang salah satu dari beberapa pendiri PKS mungkin sedang sakit hati," tegas Mahfudz.
(van/ndr)
Oleh: R Ferdian Andi R
Nasional - Jumat, 25 Maret 2011 | 21:20 WIB
INILAH.COM, Jakarta - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) termasuk partai politik yang rapih dalam sistem internalnya. Hingga persoalan internalnya tak banyak diketahui oleh publik. Kemunculan Yusuf Supendi tak ubahnya membuka kotak pandora di PKS. Menariknya, konflik antarpolitisi PKS tak terkoneksi satu sama lain.
Petinggi PKS selalu wanti-wanti, persoalan Yusuf Supendi bukanlah masalah perbedaan pendapat di internal partai. Namun, persoalan Yusuf adalah persoalan pelanggaran. Oleh karenanya, islah atau rekonsiliasi tak dapat dilakukan.
"Islah bagus, tapi salah konteks. Ini pelanggaran, bukan perbedaan pendapat. Ini orang punya pelanggaran, ya dipecat," ujar Sekjen DPP PKS Anis Matta kepada INILAH.COM di Jakarta, Jumat (25/3/2011).
Anis menegaskan di PKS, individu harus menjaga jarak dengan organisasi. Langkah ini ditempuh agar individu tidak kebih kuat dari organisasi. Ini sejalan dengan demokrasi, sambung Anis, yang menghilangkan privilege individu. "Karena jika individu lebih besar dari organisasi, organisasi itu akan mati muda," papar Anis.
Dia pun menegaskan jabatan di PKS bukan berarti menjadi imunitas bagi seseorang. Dia menyebutkan, kasus yang menimpa Yusuf Supendi yang pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Syariah PKS, serta mantan Wakil Presiden PK Syamsul Balda adalah bukti sistem yang bekerja di PKS.
"Kita memecat mantan Wapres PK, anggota Majelis Syura. Bayangkan saat itu kita baru membentuk partai baru (dari PK ke PKS), tapi pelanggaran ya pelanggaran," tegasnya. Konflik di internal PKS dengan sanksi pemecatan terhadap kader yang bermasalah sejatinya tidak memiliki koneksi satu dengan lainnya, semua berdiri sendiri.
Jika belakangan mereka yang bermasalah di PKS, tak lebih sekadar hubungan taktis. Seperti hubungan Yusuf Supendi dengan mantan Wakil Presiden PK Syamsul Balda. Pemecatan Syamsul Balda dari PKS justru diteken Yusuf Supendi dalam kapasitasnya sebagai Ketua Dewan Syariah. "Yang pecat Syamsul ya Yusuf Supendi," seloroh Anis.
Mantan Wakil Presiden Partai Keadilan (PK) Syamsul Balda menyebutkan dirinya sama sekali tidak dipecat PKS. "Saya tidak pernah dipecat dari PKS, namun mengundurkan diri. Arsip pengunduran dirinya masih ada," akunya. Mereka yang dipecat PKS menurut Samsul tidak menerima surat pemecatan tapi hanya dibacakan surat pemecatannya saja.
Beberapa nama yang dipecat sejak era PK hingga PKS di antaranya, Mashadi, Habibullah, Sigit Pramono dan Didin Hafiduddin. "Mereka dipecat karena kritis di partai," katanya. Syamsul mengakui, setiap kader yang dipecat dari PKS tidak berhubungan satu dengan yang lainnya.
Mashadi saat dihubungi enggan berkomentar banyak terkait kisruh di internal PKS. Dia mengaku tidak lagi mengikuti perkembangan PKS sejak dirinya keluar dari PKS. "Saya tidak tahu," elaknya.
Kasus pemecatan kader PKS berbeda satu dengan lainnya dan tidak saling terkoneksi. Samsul mengaku sama sekali tidak berhubungan dengan Yusuf Supendi 10 tahun terakhir. "Saya sudah lama tidak berhubungan dengan Ustadz Yusuf," akunya. Namun, seiring bergulirnya kasus Yusuf Supendi, bisa saja mereka yang dipecat berkonsolidasi.
PKS Terancam Retak
Oleh: R Ferdian Andi R
Nasional - Selasa, 22 Maret 2011 | 20:43 WIB
INILAH.COM, Jakarta - Manuver mantan pendiri Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Yusuf Supendi berdampak pada perbedaan sikap kader di tingkat akar rumput. Jika kasus ini tak segera diselesaikan, bukan mustahil PKS akan pecah.
Bagaimanapun, posisi yang ditinggalkan Yusuf Supendi di PKS cukup tinggi. Setidaknya beberapa jabatan penting di PKS pernah ia emban. Dia pernah menjabat sebagai anggota Majelis Syura PKS, Ketua Dewan Syariah PKS, serta mantan anggota DPR dari PKS periode 2004-2009.
Bahkan Sekjen DPP PKS Anis Matta mengakuinya sebagai guru. "Beliau guru saya," aku Anis. Posisi dan kapasitas Yusuf Supendi ini jelas memiliki tempat tersendiri di internal kader PKS. Aksi Yusuf Supendi ini kendati mendapat reaksi beragam dari internal kader PKS, tapi diam-diam ada pula kader yang mendukung.
"Banyak dukungan yang mengalir ke Ustadz Yusuf Supendi dari berbagai daerah," ujar orang dekat Yusuf Supendi, Adi Kurniawan, di Jakarta, Selasa (22/3/2011). Namun Adi menegaskan, tindakan Yusuf sama sekali tidak ditujukan untuk merusak PKS. Apa yang dilakukan Yusuf, sambung Adi, untuk memperbaiki PKS. "Tidak ada niat untuk merusak PKS. Kita cinta PKS. Ini untuk perbaikan," jelasnya.
Situasi saat ini tampaknya cukup disadari oleh elit PKS. Wakil Sekjen DPP PKS Mahfudz Siddiq menuturkan pihaknya telah mengecek ke seluruh daerah terkait soliditas kader PKS. "Umumnya kader PKS solid. Dan melihat ini rangkaian operasi untuk fitnah ke PKS," kata Mahfudz.
Umumnya, sambung Mahfudz, kader PKS meminta agar DPP PKS agar menjelaskan terkait tudingan Yusuf Supendi yang kini telah masuk wilayah publik. "Sebagian kader menginginkan perlu ada penjelasan," terangnya.
Namun Mahfudz tidak menampik jika terdapat kader yang mempercayai tudingan Yusuf Supendi. Menurut dia, kader yang percaya tudingan itu adalah mereka yang tidak memiliki informasi yang cukup. "Dan ada masalah pribadi," sebut Mahfudz.
Sementara terpisah, mantan Presiden PKS Tifatul Sembiring menyebutkan tidak ada perpecahan di internal PKS. Menurut Tifatul, struktur PKS dari pusat sampai daerah tetap solid. "1,5 juta orang kader PKS semua solid, tidak ada kepemimpinan ganda. Bukan konflik internal, tapi ada gugatan dari salah seorang yang merasa hukuman yang diberikan atas yang bersangkutan tidak tepat," paparnya.
Kondisi demikian, menurut Menteri Komunikasi dan Informatika ini, apa yang terjadi saat ini bisa menjadi masukan dan instrospeksi bagi pembinaan kader PKS ke depan. "Para pengurus PKS pusat sangat dituntut, kesabaran dan kearifannya menghadapi berbagai masalah," imbau Tifatul.
Sebelumnya, gurubesar politik Islam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bachtiar Effendi menyebutkan PKS akan mengalami perpecahan jika pada akhirnya elit PKS tidak bisa menyelesaikan persoalan yang kini dihadapi.
Pencitraan PKS sebagai partai 'bersih, peduli, dan profesional' akan terganggu. "Meski secara ideologi kuat, PKS terancam perpecahan jika tak mampu mengelola masalah ini," ingatnya. [mdr]
Senin, 21/03/2011 08:35 WIB
Kolom Djoko Suud
PKS Bukan Partai Putih
Djoko Suud Sukahar - detikNews
Jakarta - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) terbelit masalah. Yusuf Supendi yang dipecat balik menggugat. Membuka aib para tokoh yang berkuasa di partai ini. Dan itu implisit memberi pemahaman pada rakyat, ternyata 'Partai Putih' ini juga tidak bersih.
Kilas balik, ketika PKS dideklarasikan, saya bangga dan berharap banyak terhadap partai ini. Jargon sebagai partai bersih memikat konstituen luas. Ini penyebab PKS menang di beberapa tempat. Dia mampu menggaet massa tak memiliki pilihan untuk memilih.
Sosok Hidayat Nur Wahid sebagai presiden partai mendukung langkah PKS. Sikapnya yang santun dan bersih memperkuat atribut partai ini. Partai yang 'tidak banyak' anggota ini tampil sebagai partai besar. Kebesarannya itu terbangun dari watak pengurus. Dan diapresiasi siapa saja yang mendambakan ditegakkannya hukum dan keadilan.
Tatkala PKS menjalankan partai dengan penuh amanat itu saya teringat tentang tokoh Sariman dalam Hikayat Kadiroen. Tokoh yang ibadahnya kuat (Islam) tetapi jadi pemimpin Partai Komunis itu tak mau kompromi dengan KKN. Haram terima uang haram, apalagi menggerogoti uang partai dan uang rakyat.
Dia rela menjadi pengemis ketika terdesak kebutuhan ekonomi rumahtangga. Dia rela melepas jabatan di pemerintahan ketimbang mengingkari perjuangan rakyat. Penulisnya, Semaun, sadar kemiskinan adalah resiko berbakti. Dan bakti itu yang dibayar kesetiaan rakyat.
Gaya politik PKS juga mengingatkan akan kerapian dan kejeniusan Masyumi pasca tahun 1955. Tak banyak bicara tapi berbuat. Perbuatan yang dilakukan dihitung jeli. Dan setiap person yang berbuat dibekali kejujuran, tawaddu', dan cerdas. Itu yang menghipnotis kalangan muda dan disegani partai lain.
Etalase partai ini bukan gembar-gembor. Bukan diplomasi Sophia. Dan bukan pula perdebatan yang membenar-benarkan kesalahan. Etalase partai ini adalah sikap dan perbuatan. Citra itu dibangun dengan sempurna. Sampai-sampai dalam kolom ini saya pernah menulis, jangan calonkan Hidayat Nur Wahid sebagai presiden. Sebab bagi saya, tokoh ini milik umat. Terlalu kecil kalau dia ditampilkan sebagai umaroh.
Tapi setelah Hidayat Nur Wahid lengser, beberapa problem mulai bermunculan. Ada ta'mir masjid yang terusik dengan kader PKS. Ada ulama yang tersentak dengan isi ceramah. Dan perkara itu berulang terjadi yang mengerucut pada statement dua organisasi keagamaan yang menyebut PKS beraliran Wahabi.
Saya masih permisif terhadap penyebutan ini. Bagi saya, apa pun keyakinan dan motif di balik sebuah organisasi sah untuk diperjuangkan. Tapi ketika kader PKS ada yang tersandung korupsi, terindikasi berjudi, dan sekarang YS membukai borok yang tertutupi, maka rasanya telah hilang sudah simpati itu. Saya tak lagi bisa membayangkan prospek partai ini di tahun 2014 nanti. Partai ini sudah tidak eksklusif lagi. Partai ini memberi pembenaran Lord Acton, bahwa berkuasa itu cenderung korup.
Hampir pasti PKS membantah semua itu. Tapi kelesak-kelesik di berbagai daerah yang 'dibangun' para kader yang belum istiqomah telah meluaskan nila setitik itu demi setitik mengotori kebersihannya. Nila itu berubah amuba, mengalami akselerasi karena PKS dikemas sebagai partai putih. Partai yang tak boleh kotor, apalagi dosa.
Yusuf Supendi, lepas nanti yang ditudingkan itu benar atau tidak, tapi ini penguat, bahwa desas-desus yang menyebut PKS bukan lagi sebagai partai bersih adalah benar. Kebenaran itu tersalahkan jika PKS mampu menunjukkan bukti tudingan Yusuf itu tidak benar. Jika itu tidak mampu dilakukan PKS, maka para pejuang kebenaran, para pencari keadilan, harapan rakyat suaranya diperjuangkan, yang selama ini disandarkan pada partai ini ada kemungkinan kabur colong playu.
Pembersihan noda PKS itu tak hanya menangkis tudingan pendiri partai ini saja. Gerak langkah seluruh kader PKS juga harus ditertibkan. Begitu pula 'bisnis' para petingginya yang diasumsikan jauh menyimpang dari 'putihnya' slogan partai yang mulai banyak terkotori itu.
Jangan berpikir rakyat tidak tahu semua itu. Jangan beranggapan rakyat tidak memberi catatan tentang gerak langkah itu. Termasuk manuver-manuver terkini yang telanjang, gampang dibaca arah dan motivasi gerakannya. Sebab jika tidak, maka ini akan menjadi blunder. Partai ini dijauhi pemilihnya, massa mengambang yang selama ini terbanyak memberinya suara.
Inilah sulitnya partai program. Tidak hanya butuh kejeniusan untuk memprogram, tetapi dibutuhkan satunya sikap dan perbuatan.
*) Djoko Suud adalah pemerhati budaya, tinggal di Jakarta.
(vit/vit)
Yusuf Tuduh PKS Terima Dana Timur Tengah
Menanggapi rentetan tuduhan ini, Luthfi mengaku baru mendengar laporan itu dari media.
KAMIS, 17 MARET 2011, 15:58 WIB Ismoko Widjaya
VIVAnews - Salah satu pendiri Partai Keadilan (PK), cikal bakal Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Yusuf Supendi, melaporkan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq ke Badan Kehormatan DPR. Tidak hanya itu, Yusuf juga menuding partai ini mendapat pasokan dana dari Timur Tengah.
"Dulu, dana sebesar-besarnya diterima dari negara-negara Muslim di Timur Tengah," kata Yusuf Supendi usai melaporkan Luthi Hasan Ishaaq ke Badan Kehormatan DPR, Kamis, 17 Maret 2011.
"Jadi, waktu masih menjadi Partai Keadilan, itu mencari dananya dari luar. Itu juga masih sampai sekarang. Kader PKS itu untuk urusan beribadah memang lebih hebat dari yang lain. Soal berinteraksi dengan wanita lebih hebat dari yang lain. Begitu juga untuk soal uang, kader PKS lebih hebat dari yang lain," Yusuf menuding.
Tuduhan Yusuf dapat memiliki implikasi serius karena UU Partai Politik No. 2/2008 pasal 40 ayat 3 melarang partai politik untuk "menerima dari atau memberikan kepada pihak asing sumbangan dalam bentuk apa pun yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan."
Bagaimana dengan tuduhan PKS menerima dana dari Timur Tengah itu?
"Saya malah tidak tahu itu. Kami tidak ingin asal komentar, asal bunyi, nanti tidak baik," kata Luthfi kepada VIVAnews.com.
Selain soal dana itu, Yusuf juga mempersoalkan keputusan mengenai sistem keanggotaan partai, apakah terbuka atau tertutup. Dia juga melaporkan Luthfi karena telah mengancam dirinya. "Karena melanggar kode etik, masih pantas dan patutkah dia menjadi anggota DPR?" kata Yusuf.
Menanggapi rentetan tuduhan ini, Luthfi mengaku baru mendengarnya saat ia dikonfirmasi media.
Begitu juga soal tuduhan telah mengancam Yusuf, Luthfi menyatakan belum bisa memberikan banyak pernyataan. Dia mengaku akan mempelajari terlebih dulu isi laporan itu. "Saya juga belum mengerti soal itu," kata dia. (Laporan: Harwanto Bimo Pratomo | kd)
• VIVAnews
Kamis, 17/03/2011 14:35 WIB
Pendiri Partai Keadilan: Dana Awal PKS Dari Timur Tengah
Elvan Dany Sutrisno - detikNews
Jakarta - Pendiri Partai Keadilan (PK) cikal bakal PKS, Yusuf Supendi, yang sudah dipecat dari PKS mengungkap rahasia sumber dana PKS. Mayoritas sumber dana untuk kegiatan PKS, disebutkannya berasal dari Timur Tengah.
"Sumber dana PKS besar-besaran dari Timur Tengah, negara teluk. Itu fakta sejarah," ujar Yusuf usai melapor ke BK DPR, kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (17/3/2011).
Menurutnya, pada waktu PKS berdiri, waktu itu namanya Partai Keadilan, gencar mencari dana ke Timur Tengah. Kala itu PKS belum menjadi partai kaya raya seperti sekarang.
"PKS itu Partai Keadilan sekaligus Partai Sejahtera. Jadi waktu partai keadilan memang cari dana dari luar. Itu juga sampai sekarang," tuturnya.
Yusuf menuturkan, PKS membawa ajaran Ikhwanul Muslim. Sekalipun partai ini tidak sepenuhnya mengaplikasikan hal tersebut.
"Kalau sejarahnya memang Ikhwanul Muslim tapi kesini sudah tidak. Jadi jalan PKS tidak sepenuhnya berubah dari jalurnya," tuturnya.
Namun Yusuf tak mau mengungkap apa kepentingan negara Timur Tengah yang disisipkan melalui PKS.
"Kader PKS itu urusan beribadah lebih hebat dari yang lain, soal interaksi wanita lebih hebat dari yang lain, tapi soal uang juga kader PKS lebih hebat dari yang lain," tutur Yusuf.
Sebelumnya petinggi PKS melawan tudingan Yusuf. Apa yang dilakukan Yusuf disebut sebagai fitnah. Dia sakit hati karena dipecat dari PKS.
"Itu fitnah," kata Ketua Majelis Syuro PKS Hilmi Aminudin saat dihubungi wartawan, Kamis (17/3/2011).
Hal senada juga ditegaskan Wasekjen PKS Mahfudz Siddik. "Pak Yusuf sudah dipecat dari PKS setahun yang lalu karena sejumlah pelanggaran berat. Beliau memang salah satu dari beberapa pendiri PKS mungkin sedang sakit hati," tegas Mahfudz.
(van/ndr)
Komentar
Posting Komentar