YTH: Mr Taji Ana$

Anas Panik, Demokrat Terkena 'Demam' Politik Oleh: Herdi Sahrasad nasional - Selasa, 19 Juni 2012 | 17:56 WIB INILAH.COM, Jakarta - Pernyataan Anas Urbaningrum yang meminta pemerintahan Yudhoyono meningkatkan kinerja demi memenuhi kepuasan publik mencerminkan kepanikan. Boleh jadi dia ketrucut berbicara, sehingga menimbulkan spekulasi bahwa Anas secara santun sedang melawan Presiden SBY. Tapi benarkah itu? Berbagai kalangan melihat pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat itu sebagai bentuk perlawanan terhadap SBY, sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat. Seperti sebuah perang terbuka dan dianggap tidak wajar. “Anas mungkin panik, lalu ketrucut ngomong begitu. Maksudnya, mungkin dia meminta para menteri bekerja optimal membantu SBY, bukan mendesak SBY memperbaiki kinerja,” kata Abas Jauhari MA, pengajar sosiologi UIN Jakarta, di Jakarta, Selasa (19/6). Pernyataan Anas mengejutkan banyak pihak karena sebelumnya pekan lalu, Susilo Bambang Yudhoyono meminta kader Partai Demokrat yang tidak mau menjalankan politik secara bersih, cerdas, dan santun untuk keluar dari partai. Sementara Anas Urbaningrum justru mendesak SBY memperbaiki kinerjanya. Desakan Anas dilontarkan kemarin, menanggapi hasil survei yang menunjukkan partainya terus meredup. Survei teranyar dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyebutkan tingkat elektabilitas Demokrat turun menyentuh level 11,3% di bawah Partai Golkar dan PDI Perjuangan. Para loyalis Anas Urbaningrum tak terima Anas disebut ikut menjadi penyebab merosotnya tingkat keterpilihan (elektabilitas) Partai Demokrat. Pengurus juga diminta tetap solid bukan malah berkomentar yang memperkeruh situasi internal partai. Sekretaris DPD PD DKI Jakarta, Irfan Gani misalnya, menyesalkan adanya komentar negatif mengenai elektabilitasDemokrat. Dia menyebut komentar anggota Dewan Pembina Hayono Isman agar posisi Anas sebagai Ketum ditinjau ulang, terlalu berlebihan. Hayono disarankan ikut bekerja mendongkrak elektabilitas partai. Selain itu Hayono diminta membantu DPP memberikan saran atas persoalan di internal partai untuk memperkuat kinerja pengurus Demokrat. Pengamat politik J Kristiadi dari CSIS menilai posisi Anas masih kuat dengan jaringan dan loyalisnya.Sementara para loyalis SBY tidak begitu berdaya untuk menggeser Anas dengan berbagai cara. Ini menjadi fakta bahwa ketegangan dan kepanikan mungkin melanda kalangan internal Demokrat yang dilanda demam ‘malaria politik’. Jadi, jangan panik. Rabu, 20 Juni 2012 | 23:10 WIB Ruhut: Pulang dari Meksiko SBY Tindak Anas TEMPO.CO, Jakarta- Ketua Partai Demokrat Bidang Komunikasi Publik Ruhut Sitompul membantah bahwa Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono sudah tak lagi memiliki taji di partainya. Menurut dia, sepulang dari Konferensi Tingkat Tinggi G20, SBY akan mengambil tindakan terhadap Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum. "Tunggu saja Pak SBY pulang. Ini ada tahapan-tahapannya, kemarin kansudah dengan bahasa tubuh, terus dengan ucapan, selanjutnya dengan tindakan," ujarnya di Komplek Parlemen Senayan, Rabu 20 Juni 2012. Ruhut mengucapkan ini untuk menanggapi sikap Anas Urbaningrum yang tak juga mengundurkan diri. Meskipun SBY dalam pidatonya pekan lalu secara tersurat meminta Anas dan sejumlah kader Partai Demokrat yang bermasalah turun, hingga saat ini tak ada langkah konkret dari Anas dan kawan-kawan. Ruhut menegaskan bahwa pidato SBY jelas diarahkan kepada Anas. Menurut dia, langkah mundur harus segera dilakukan oleh Anas dan kawan-kawan. Menurut dia, jika langkah ini tak segera diambil maka bisa dipastikan Partai Demokrat akan tenggelam dalam pemilu 2014. "Tenggelam kapal ini kalau menunggu asas praduga tak bersalah,” kata dia. Menurut Ruhut, Partai Demokrat tak bisa menunggu proses hukum yang dijalankan Komisi Pemberantasan Korupsi. Proses hukum di KPK yang cenderung berjalan lamban justru akan menyandera Partai Demokrat lebih lama. Karena itu, langkah Kongres Luar Biasa juga tak bisa diambil oleh SBY. "Tidak bisa KLB. Karena kalau KLB harus menunggu Anas jadi tersangka dulu," katanya. Namun, ia melanjutkan, partainya tak memandang KPK sengaja mengulur-ulur waktu dalam mengusut peran Anas dalam kasus Hambalang. Ia pun memaklumi proses yang dijalani KPK. "Kalau kami lihat kasus Miranda Goeltom. Nama dia sudah disebut sejak awal 2008. Tapi ini banyak yang sudah jadi tersangka dan bebas dia baru jadi tersangka. Angie saja, bisa keputusan inkrah baru sekitar 2015," katanya. FEBRIYAN

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu ITU PALING AROGAN, tidak ada yang lebih arogan

janji Jokowi (4) (ANTI GRATIFIKA$1): pilpres 2019

Allah di balik Sejarah: Penantian Baru BTP (hati nurani Pemilu 2024) #02