BAHA$A KEKERA$AN @ambon, lagi

Nasional
Jawa Timur
Polisi Temukan Bom Rakitan di Gereja Ambon
Polisi memastikan bahwa benda mencurigakan itu adalah bom.
Senin, 26 September 2011, 07:32 WIB
Ismoko Widjaya


VIVAnews - Selang sehari setelah insiden bom bunuh diri terjadi di Solo, Jawa Tengah, ancaman bom melanda Ambon. Polres Maluku hari ini menemukan bom rakitan aktif di depan Gereja Maranata, Jalan Pattimura, Ambon, sekitar pukul 08.30 WIT. Bom yang terbuat dari pipa besi itu ditemukan warga sekitar dua jam sebelumnya.

"Itu memang bom, tapi kami belum tahu bom itu dirangkai dan dibuat oleh bahan apa saja," kata Kapolres Ambon dan Pulau-pulau Lease, Ajun Komisaris Besar Polisi Djoko Susilo di lokasi kejadian, Jalan Pattimura, Ambon, Senin pagi 26 September 2011.

Menurut Djoko, awalnya masyarakat mengaku melihat benda mencurigakan itu yang terletak hanya sekitar 20 meter dari gereja induk umat protestan Ambon itu. Lalu, warga melapor polisi.

Setelah polisi mengolah tempat kejadian perkata, Djoko memastikan bahwa benda mencurigakan yang tertutup bahan plastik putih itu merupakan bom aktif. "Kami tidak tahu motifnya apa," kata Djoko.

Apakah bom ini terkati bom bunuh diri Solo kemarin siang? "Kami belum bisa memastikan. Motif ancaman bom ini juga belum diketahui," kata Djoko.

Menurut Djoko, polisi belum bisa mengambil kesimpulan bahwa bom ini terkait bom bunuh di Solo. Semua masih dalam penyelidikan. Djoko membantah kecolongan karena ditemukannya bom rakitan. (Laporan: Abdul Karim, Ambon)
• VIVAnews
Ratusan Pendeta Berdoa untuk Perdamaian Ambon "Kami berharap konflik di Ambon dan daerah lainnya di Indonesia bisa segera berakhir." Selasa, 20 September 2011, 21:40 WIB Eko Huda S VIVANews – Ratusan pendeta berkumpul di Bali dalam rangka konferensi Sinoda. Di sela konfrensi tersebut, ratusan pendeta se-Indonesia itu menggelar doa bersama untuk perdamaian di Ambon. "Kami berharap konflik di Ambon dan konflik daerah lainnya di Indonesia bisa segera berakhir. Harus ada pemahaman bersama bahwa dalam hidup bermasyarakat berbeda satu sama lain," kata Ketua Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB) Pendeta Mth Manuhutu di Denpasar, Selasa 20 September 2011. Menurut dia, kerusuhan yang terjadi di Ambon dan konflik bernuansa SARA lainnya harus segera menjadi perhatian semua pihak baik pemerintah, masyarakat, dan para pemuka agama. Diakuinya, sejak konflik pecah di Ambon, GPIB yang banyak beranggotakan warga asal Maluku itu terus berupaya meredam provokasi yang muncul. "Kami instruksikan seluruh anggota terus mengedepankan cara-cara perdamaian dan terus berdoa agar konflik di Ambon segera berakhir," katanya. Manuhutu menambahkan, daerah konflik ada baiknya meniru Bali yang dinilai mampu secara damai mengembangkan semangat pluralisme. Rusuh Ambon sendiri, kata dia, tak menjadi isu utama dalam pertemuan yang dihadiri 400 pendeta se-Indonesia ini. Namun, isu itu tetap menjadi keprihatinan mereka. Selain itu, dia juga mengaku saat ini memang belum ada penyikapan secara resmi dari GPIB atas kerusuhan Ambon. Namun secara prinsip, pihaknya mendorong arah penyelesaian masalah secara damai. Dalam konferensi Sinodal Gereja Masyarakat (Germasa) ini diharapkan mampu menelorkan pemikiran bagaimana para pendeta di gereja masing-masing dapat mengembangkan sikap hidup damai dan kesetiakawanan sosial. "Pertemuan ini juga untuk merumuskan bagaimana hubungan antara gereja dengan masyarakat, gereja dengan pemerintah dan gereja dan gereja," imbuhnya. Konferensi Sinodal ini berlangsung selama tiga hari, menghadirkan para pembicara seperti menteri, akademisi, intelektual dan tokoh lintas agama. Laporan: Bobby Andalan l Bali • VIVAnews Polisi Akan Otopsi Jenazah Tukang Ojek di Ambon Fahmi Firdaus - Okezone Kamis, 15 September 2011 00:29 wib JAKARTA- Polisi menyatakan siap melakukan otopsi jenazah Darfin Saiman, tukang ojek yang disebut-sebut sebagai penyebab awal bentrok di Ambon. Hal itu akan dilakukan jika pengusutan terkait meninggalnya Darfin masih dinilai meragukan. “Karena kondisinya masih belum stabil maka distabilkan dulu dan saya telah mengirim tim, ada 13 orang ke sana untuk mengungkap semua,” kata Kabareskrim Komjen Sutarman, di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Rabu (14/9/2011). Ditegaskannya, otopsi ulang dilakukan jika kematian Darfin masih diragukan. “Jika penyidik disana belum melakukan otopsi, maka tim yang ke sana akan otopsi ulang. Kalau seandainya penyebab kematiannya masih meragukan. Tapi tergantung. Kemarin kami juga masih akan melihat apakah sudah dilakukan otopsi atau belum,” pungkasnya Dijelaskan Sutarman, pecahnya bentrokan akhir pekan lalu disebabkan karena adanya perbedaan persepsi tentang penyebab tewasnya Darfin. “Ada perbedaan pesepsi penilaian tentang kasus kecelakaan yang terjadi. Mungkin dihembuskan seseorang, ada yang bilang pasti dibunuh, misalnya seperti itu. Kami juga akan melakukan penyidikan siapa yang menghembuskan seperti itu,” paparnya. Selain itu, Sutarman mengatakan dari data yang diperoleh hingga saat ini jumlah korban tewas berjumlah enam orang. “Kami belum identifikasi keseluruhan karena ada di beberapa Rumah Sakit,” ujarnya. (ugo) Kepala BIN Tak Mau Ungkit SMS Pemicu Konflik Ambon Misbahol Munir - Okezone Rabu, 14 September 2011 05:00 wib JAKARTA - Kepala Badan Intelegen Nasional (BIN) Sutanto tak ingin mengungkit penyebab konflik antar warga di Ambon yang dikabarkan dipicu oleh provokasi melalui SMS. Dia mengimbau agar semua pihak untuk menjaga situasi Ambon semakin kondusif. "Menjaga agar suasana ke depannya berlangsung tertib dan aman situasi di sana sudah mulai normal kembali begitu ya, itu yang penting kita jaga," ujar Sutanto kepada wartawan di saat menghadiri Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi I DPR, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (13/9/2011). Perihal dugaan pemicu konflik yang disebabkan SMS itu, pihaknya tak ingin mengungkitnya kembali. "Jangan diungkit-ungkit lagi yang sudah-sudah, kita harus jaga situasi agar tetap aman," kata dia. Bahkan, saat ditanya apakah aktor penyebar SMS itu sudah ditemukan, mantan Kapolri itu juga tak mau menjawabnya. "Jangan diungkit-ungkit lagi, nanti terus apa, masyarakat masih trauma, tolong, kita harus punya empati dengan masyarakat, jangan disini kita asyik-asyik dengan berita-berita yang justru dapat membahayakan, tolong di itu ya. Ingat saudara-saudara kita di sana jangan sampai terjadi hal-hal seperti lalu," jelasnya. Sutanto memastikan konflik Ambon tidak ada kaitannya dengan keterlibatan pihak asing. Hal yang paling utama kata Sutanto, kondisi Ambon sudah kondusif. "Tidak ada itu tidak ada gitu-gituan jangan dikembang-kembangkan yang gitu-gituan, yang penting sekarang aman," pungkasnya. (abe) Jangan Lagi Ada Prahara Selasa, 13 September 2011 - 10:17 wib Konflik terjadi di beberapa daerah di Kota Ambon, Maluku, Minggu (11/9/2011), sehari setelah tukang ojek asal Waihoang, Kecamatan Nusaniwe, Darmin Saiman, meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas tunggal di kawasan Gunung Nona. Warga asal tempat tinggalnya menerima informasi menyesatkan melalui pesan singkat berantai bahwa Darmin dibunuh. Konflik antarmasyarakat pun begitu cepat menyebar dari daerah Mangga Dua, Tugu Trikora, Batu Merah, Diponegoro, dan Talake. Ini bukan pertama kali konflik terjadi di Ambon. Beberapa pekan lalu juga terjadi kerusuhan besar di Universitas Pattimura (Unpatti) di Ambon pascapengumuman hasil ujian masuk universitas tersebut. Kerusuhan yang sampai membakar sebagian ruangan di Kampus Unpatti terjadi karena ada isu tiadanya keadilan dalam persentase penerimaan mahasiswa baru antara mereka yang beragama Islam dan Kristen. Sampai saat ini penerimaan pegawai pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota, dosen, atau mahasiswa atas dasar agama kadang dijadikan alasan terjadi konflik di Maluku. Padahal, Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu sudah berupaya keras untuk melakukan program afirmatif agar ada keseimbangan antaragama dalam penerimaan pegawai pemda atau penentuan jabatan di pemda. Namun, pada tingkatan universitas, persoalan ketidakseimbangan antarpemeluk agama kadang masih muncul. Kata-kata bertuah seperti “Kitorang Samua Basudara” atau “Pela Gandong” seakan tak bermakna lagi sejak terjadi konflik di Ambon 12 tahun lalu yang pemicunya amat sepele yakni ada seorang preman di Hari Raya Idul Fitri 1999 yang memalak seorang sopir angkot di Ambon. Konflik itu begitu cepat meluas bukan saja di Kota Ambon, melainkan juga sampai ke Maluku Utara dan Maluku Tenggara. Bukan saja harta yang hangus terbakar pada kerusuhan 12 tahun silam itu,melainkan juga tidak sedikit nyawa yang hilang. Ribuan orang mengungsi dari tempat tinggalnya, bahkan sampai ke luar dari Ambon, Ternate, atau Bacan. Hingga kini masih banyak dari mereka yang terpaksa mengungsi itu yang belum kembali ke rumah lama karena sudah rata dengan tanah atau masih ada rasa takut serta trauma yang mendalam. Saat kerusuhan di Unpatti bulan lalu sebenarnya juga ada upaya untuk mengipas-ngipas masyarakat agar konflik membesar. Namun, upaya mereka yang menginginkan Ambon rusuh ternyata tidak berhasil. Kini hanya karena isu dibunuhnya seorang tukang ojek,kerusuhan kembali terjadi di Ambon. Ini menunjukkan masih ada rasa saling tidak percaya di kalangan masyarakat bawah di Ambon atau bahkan di Maluku secara keseluruhan. Tanda Tanya Jika penulis membandingkan apa yang terjadi di Unpatti bulan lalu dan di Nusaniwe, Minggu lalu, ada satu pertanyaan mendasar yang tebersit di benak penulis. Mengapa kalangan intelijen keamanan atau intelijen Kodam tidak cepat mencium akan ada kerusuhan besar Minggu lalu? Apakah memang terjadi kelalaian dari aparat intelijen untuk menjaring informasi dan mencegah terjadi pendadakan strategis dari mereka yang memang ingin “membakar Ambon”? Mengapa pula polisi seolah tidak berdaya dan terlambat dalam melokalisasi bentrokan massa di Ambon? Apakah memang polisi jumlahnya amat terbatas sehingga membutuhkan bantuan pasukan tambahan 200 orang pasukan Brimob dari Makassar? Mengapa pula konflik begitu mudah terjadi pada masyarakat Ambon atau Maluku? Apakah memang sudah tidak ada lagi rasa persaudaraan di antara mereka, atau memang masih ada orang-orang yang ingin mengail di air keruh atau menjadikan konflik sebagai lahan subur untuk mendapatkan keuntungan materi atau kekuasaan? Jika itu benar-benar terjadi, betapa teganya para arsitek konflik itu terhadap masyarakat Ambon yang sedang berupaya keras membangun tali persaudaraan di antara mereka, terlebih lagi hubungan di antara sesama saudara yang berlainan agama. Dua belas tahun sudah konflik besar di Maluku berlalu. Sudah sering pula kalangan masyarakat sipil berupaya untuk terus saling bekerja sama setelah baku bae Maluku dilakukan secara bertahap dari Denpasar, Bali, ke Kota Palu di Sulawesi Tengah, sampai ke Malino di Sulawesi Selatan dan kembali ke Ambon. Penulis menjadi saksi dari upaya awal baku bae Maluku di Denpasar dan di Palu yang mempertemukan antarpara Panglima Perang dari Ambon 12 tahun lalu. Tak sedikit pula upaya mama-mama Ambon untuk membangun kembali tali persaudaraan dan kerja sama melalui pembukaan kembali pasar di Kota Ambon yang mempertemukan berbagai etnik dan agama. Intinya, mereka ingin agar Ambon khususnya dan Maluku serta Maluku Utara pada umumnya menjadi daerah yang nyaman untuk berkehidupan bersama. Satu hal yang menarik, di depan Gedung Grahadi, Surabaya, Senin (12/9/2011) malam, terjadi suatu gerakan pengibaran bendera Merah Putih sepanjang 100 meter yang dibawa kalangan mahasiswa, seniman, dan masyarakat umum serta menyerukan agar kedamaian di Ambon tercipta kembali. Hal yang menarik, para aktivis gerakan tersebut menggunakan pakaian adat dan agama mereka masing-masing. Ini menunjukkan betapa masih ada asa pada masyarakat kita untuk tetap menegakkan empat pilar penopang bangunan keindonesiaan yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika,dan NKRI. Ajakan dari Kota Pahlawan, Surabaya, mengandung suatu nilai luhur kebangsaan kita bahwa kita adalah satu bangsa yang tidak bisa dikotak-kotakkan oleh perbedaan etnis, agama, kepercayaan, atau aliran apa pun. Sebagai sesama anak bangsa, kita tentu tidak ingin melihat Ambon membara kembali, yang dapat menimbulkan prahara baru di Maluku. Rasa sakit yang dialami orang Ambon tentu dirasakan pula oleh kita semua karena bagaimanapun kita adalah sesama anak bangsa yang bersaudara dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai ke Pulau Rote. Jangan ada lagi prahara di Ambon atau tempat lain di Republik ini! IKRAR NUSA BHAKTI Profesor Riset Bidang Intermestic Affairs LIPI Ambon Berdamailah M Budi Santosa Senin, 12 September 2011 - 10:35 wib KOTA Ambon mencekam. Dalam situasi ini, warga kocar-kacir setelah terdengar suara tembakan di Kota Ambon, Maluku. Polisi yang hanya berjumlah beberapa orang itu, terpaksa melepaskan tembakan ke udara untuk membubarkan kerumunan massa yang membawa senjata tajam saat bentrokan meletus di pusat kota. Suara tembakan itu terdengar dari kawasan Diponegoro, Pohon Pule, Airmata Cina, dan Talake. Warga makin banyak yang mengungsi di masjid, dan lokasi lainnya yang dinilai aman. Dilaporkan di sejumlah titik di kota Ambon, massa bentrok karena dipicu tewasnya seorang warga berprofesi sebagai tukang ojek, bernama Darmin Saiman dengan sejumlah luka di tubuhnya. Dalam bentrokan itu, massa sempat membakar sejumlah kendaraan roda dua dan merusak kendaraan roda empat. Selain di kawasan Mangga Dua, bentrokan ternyata meluas ke sejumlah titik di Kota Ambon, di antaranya kawasan Tugu Trikora, Kota Ambon. Kabar terakhir jumlah korban tewas menjadi lima orang. Paragraf di atas adalah petikan dari salah satu berita di Okezone.com dan Sindonews.com. Narasi itu menggambarkan kerusuhan yang pecah pada akhir pekan kemarin. Setelah ditelisik, akar kerusuhan itu adalah tewasnya seorang tukang ojek yang sebelumnya dikabarkan dibunuh. Namun, kini sudah terkonfirmasi bahwa tukang ojek itu tewas karena kecelakaan tunggal. Namun, informasi salah yang kadung berembus itu sudah menaikkan tensi berbagai kelompok di Kota Ambon. Kerusuhan pun pecah. Kini, situasi di Ambon berangsur pulih. Aparat Kepolisian dan TNI, bahu membahu dengan tokoh masyarakat dan aparat pemerintah daerah terus mendekati kelompok-kelompok yang bersitegang. Diharapkan dengan pendekatan persuasif dan penyampaian informasi yang benar, maka kerusuhan tidak akan berlanjut. Belajar dari kasus serupa yang terjadi beberapa tahun silam, maka aparat keamanan dan kepolisian harus bekerja sigap. Mereka harus bisa memisahkan kelompok yang berseteru. Kelompok-kelompok itu juga harus segera didamaikan. Korban tewas dan korban luka harus diberikan kompensasi dan layanan kesehatan yang memadai. Masing-masing pihaknya pun diimbau untuk menahan diri dan tidak mudah terprovokasi oleh informasi-informasi sesat yang memang sengaja dihembuskan oleh pihak-pihak yang menginginkan Ambon membara kembali. Langkah tepat dan cepat dari aparat, sikap dewasa warga dan tokoh masyarakat, tidak mudah terpancing provokasi, adalah dosis yang tepat untuk segera menyelesaikan kerusuhan ini. Kita berharap jangan lagi Ambon membara. Sudah cukup korban tewas dan korban luka sebagai tumbal. Jangan biarkan warga tak bersalah saling serang karena provokasi yang tidak jelas. Ibunda Yakin Darfin Tewas Dibunuh Bukan Kecelakaan Selasa, 13 September 2011 06:35 wib okezone AMBON - Darfin Saiman seorang tukang ojek yang tewas di kawasan Gunung Nona Ambon Sabtu malam lalu, masih meninggalkan tanda tanya. Namun pihak keluarga yakin, almarhum meninggal akibat di bunuh. Ibunda korban, Halimah Jogja yakin jika putranya tersebut tewas dibunuh, saat pulang mengantar penumpang di kawasan Gunung Nona Ambon. Bukan kecelakaan lalu lintas sebagaimana kabar yang berkembang di masyarakat. Keyakinannya bukan tanpa alasan karena masih meninggalkan tanda Tanya bagi keluarga. “Pakaian yang dikenakan nampak jelas sobekan benda tajam yang menembus bagian belakang. Selain itu, helm dan motor juga tidak menunjukan tanda tanda kecelakaan lalu lintas, seperti yang di kemukakan polisi,” kata Halimah kepada wartawan, Senin (12/9/2011) malam. Halimah dan keluarga menginginkan polisi melakukan penyelidikan lebih jauh atas kematian anaknya tersebut. Menurutnya, jika polisi lebih transparan atas kasus kematian anaknya, kerusuhan antar warga Minggu sore bisa saja tidak terjadi. Almarhum Darfin meninggalkan seorang istri dan seorang putra yang kini duduk di bangku kelas II Sekolah Dasar. Setelah kepergian almarhum, Halimah harus menghidupi cucunya dan istri almarhum. (put) (Wahyudi Mirahadi/SUN TV/hri) Pemuda Maluku Harap Warga Tak Terprovokasi Nurul Hidayat | Hery Prasetyo | Senin, 12 September 2011 | 03:24 WIB JAKARTA-KOMPAS.com - Pemuda Maluku Indonesia Bersatu menyatakan keprihatinan atas terjadinya bentrokan di Kota Ambon. "Kami bersama para tokoh-tokoh agama dan masyarakat Ambon menyatakan keprihatinan kita atas kejadian yang baru saja terjadi hari ini di kota Ambon," ujar Ketua Umum Pemuda Maluku Indonesia Bersatu, Ronald A Syauta dalam jumpa persnya di Senayan, Jakarta, Minggu (11/9/2011). Lebih lanjut Ronald berharap agar masyarakat Maluku menahan diri agar tidak mudah terprovokasi. Ronald juga menghimbau agar tokoh-tokoh agama dan masyarakat memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang hal ini. "Kami di sini berharap agar masyarakat Maluku, khususnya di Ambon, jangan terprovokasi oleh situasi yang berkembang serta mengharapkan peran serta tokoh-tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk segera memberikan pemahaman kepada masyarakat agar bisa menahan diri," tambahnya. Seperti pemberitaan sebelumnya, Kota Ambon, Minggu (11/9/2011), dilanda ketegangan akibat terjadinya bentrokan dua kelompok massa di sejumlah titik di kota itu. Massa tidak hanya saling berhadapan dan melempar batu, tetapi juga sempat membakar sejumlah kendaraan yang ada di jalan. Berdasarkan sumber di lapangan, bentrokan ini dipicu tewasnya seorang tukang ojek dengan sejumlah luka. Kelompok yang berpihak kepada tukang ojek bernama Darmin Saiman itu tersulut amarahnya akibat kematian itu. Awal bentrokan terjadi di kawasan Mangga Dua seusai pemakaman Darmin. Bentrokan kemudian meluas ke kawasan Tugu Trikora. Amankan Ambon, Pati Mabes Polri Terbang ke Ambon Headline Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Polisi Anton Bachrul Alam - inilah.com Oleh: Laela Zahra dan Santi Andriani Nasional - Minggu, 11 September 2011 | 20:45 WIB INILAH.COM, Jakarta- Sejumlah Pejabat Tinggi (Pati) Mabes Polri terbang ke Kota Ambon malam ini, Minggu (11/9/2011) untuk membantu tokoh masyarakat mencegah terjadinya bentrokan kembali pasca bentrok warga yang terjadi petang tadi. Para Pati terbang dengan menumpang pesawat Lion Air. “Mabes juga mendukung tokoh agama untuk mengambil langkah-langkah untuk meredam, kita membantu muspida di sana, Malam ini juga dibawah pimpinan Wakil Kepala Badan Intelijen dan Keamanan, anggota dan para pejabat tinggi Polri (Pati) juga datang ke sana dengan memakai Lion. Kita membantu muspida dsana," ujar Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Polisi Anton Bachrul Alam di Gedung Mabes Polri, Minggu (11/9) Anton menambahkan,untuk mengamankan situasi Ambon pasca bantrokan warga Polri mengirim 200 personil Brimob dari Makasar. Saat ini, situasi di Ambon pun sudah bisa dikendalikan. "Malam ini kita juga kirim pasukan ke sana dari Makasar ada 200 personil Brimob, untuk membantu Kapolda," sambungnya. Laporan hingga kini, dikatakan Anton, pun tidak ada korban yang tewas akibat bentrok tersebut. Korban bentrok, katanya, hanya luka ringan akibat saling terkena lemparan. Sebelumnya, bentrok warga terjadi yang diduga sementara akibat kecelakaan lalu lintas yang menewaskan Darmin Saiman, juru ojek warga Waihaong. Darmin Saiman mengalami kecelakaan lalu lintas di kawasan Gunung Nona, Kecamatan Nusaniwe, pada Sabtu malam dan ditolong keluarga Tatuhey, yang membawanya ke rumah sakit, tapi korban meninggal dalam perjalanan.(ndr) Ambon Kondusif, Polisi Tetap Berjaga di Jalan Minggu, 11 September 2011 18:48 wib okezone AMBON- Pascabentrok yang terjadi siang tadi, kondisi Ambon kini mulai kondusif. Meski demikian, puluhan personel gabungan dari TNI dan Polri masih berjaga di sejumlah titik di pusat Kota Ambon. Titik tersebut yakni kawasan Tugu Trikora, Mardika, dan Talake, di mana perbatasan di mana dua kelompok massa terlibat bentrok, Minggu (11/9/2011). Pantauan di lapangan, puluhan petugas ini berjaga dengan senjata lengkap. Kondisi di jalan pun sepi dan kondusif. Sementara sejumlah jalan masih di palang warga untuk menghindari bentrok susulan. Malam ini dikabarkan Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu akan mengumpulkan sejumlah tokoh agama, tokoh masyarakat, Kapolda Maluku, dan Pangdam Patimurra. Namun belum diketahui pasti lokasi pertemuan tersebut. Kabar yang berkembang mereka akan dikumpulkan di Kantor Gubernur Maluku, namun ada pula yang mengatakan di kediaman Gubernur Maluku. (Insyani/SUN TV/kem) Minggu, 11/09/2011 20:43 WIB Dua Tank dan Ratusan Personel TNI Jaga Lokasi Ricuh di Ambon M Hanafi Holle - detikNews Jakarta - Perang batu masih terjadi di beberapa titik di Kota Ambon. Di Simpang Tiga Trikora, dua buah tank dan ratusan personel TNI menjaga lokasi di bentrok. Pantauan detikcom, ratusan personel TNI tersebut tampak bersenjata lengkap, Minggu (11/9/2011). Sesekali terdengar suara tembakan. Namun tidak jelas dari mana suara tembakan itu berasal. Di sekitar Waringin, api masih tampak membumbung dari rumah-rumah yang dibakar. Beberapa korban yang terkena lemparan batu saat bentrok dibawa ke RS untuk mendapat perawatan medis. Sementara itu warga masih terlihat bersiaga. Aparat keamanan terus mencoba mengamankan situasi di Ambon. (rdf/lia) Bentrokan di Ambon Kapolda: 60 Terluka, 1 Tewas K29-11 | Glori K. Wadrianto | Minggu, 11 September 2011 | 19:34 WIB : AMBON, KOMPAS.com — Kepala Polda Maluku Brigjen (Pol) Syarif Gunawan mengatakan, sedikitnya 60 korban luka-luka menyusul bentrokan antara dua kelompok massa di Ambon, Minggu (11/9/2011) siang hingga petang. Syarif mengatakan, korban umumnya mengalami luka akibat lemparan batu dan tembakan. Sementara satu korban tewas akibat tembakan. Namun, dia mengaku, pihak kepolisian belum mengetahui identitas korban. Seperti yang diberitakan sebelumnya, satu orang yang dikabarkan tewas bernama Clifford, berusia 15 tahun. Kini, keluarganya masih mengungsi di gunung dan menunggu kedatangan jenazah Clift, panggilan akrab korban. Seperti dikutip dari kantor berita Antara, informasi ini diperoleh dari keluarga korban yang enggan disebutkan identitasnya. Sementara itu, Syarif mengatakan, Ambon menjelang malam berangsur kondusif dan terkendali. Sebanyak 600 personel gabungan dari Brimob Polda Maluku dan Kodam 16/Pattimura diterjunkan ke sejumlah titik rawan bentrokan, antara lain Tugu Trikora, Mardika, dan Waringin Talake. Sejumlah panser pun kini disiagakan di kawasan tersebut. Dia memastikan, bentrokan dipicu kabar bohong yang menyebutkan seorang tukang ojek tewas dibunuh. Padahal, kenyataannya, tukang ojek itu tewas murni karena kecelakaan lalu lintas. "Situasi sementara ini sudah bisa dikendalikan aparat," katanya, malam ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu ITU PALING AROGAN, tidak ada yang lebih arogan

janji Jokowi (4) (ANTI GRATIFIKA$1): pilpres 2019

Allah di balik Sejarah: Penantian Baru BTP (hati nurani Pemilu 2024) #02