JANGAN lengah (tetap waspadai radikalisme dan kekerasan) (110)

PKS Punya Sejarah Dengan NII

Republika – Kam, 5 Mei 2011

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Setelah Partai Demokrat (PD) dan Partai Golkar (PG), kali ini Partai Keadilan Sejahtera (PKS) disebut-sebut memiliki kedekatan biologis dan ideologis dengan NII. Termasuk kaitannya dengan masuknya Ikhwanul Muslimin ke Indonesia. Menteri Peningkatan Produksi di Kabinet NII KW9, Imam Supriyanto menyatakan Ketua Majelis Syuro PKS, Hilmi Amiduddin punya sejarahnya sendiri di NII.
“Betul. Hilmi putra Danu Muhammad Hasan, yaitu Panglima Militer DII/TII bentukan Kartosuwiryo,” katanya, Kamis (5/5). Waktu itu, Danu bertugas di daerah operasi di Pantura seperti Cirebon dan Indramayu. Tak mengherankan jika masyarakat di sekitar pondok pesantren Al Zaytun sangat mengenal dengan Danu. Karena Indramayu menjadi salah satu daerah operasional DI/TII.
Saat terjadi kasus Komando Jihad, lanjut Imam bercerita, Danu ditangkap. Namun, agar anaknya, yakni Hilmi tak terlibat, ia pun dikirim tugas belajar ke Mesir di Universitas Al Azhar. “Selama jadi mahasiswa, ia bersentuhan dengan Ikhwanul Muslimin. Yang saya dengar, selesai kuliah, gerakan itu dibawa ke Indonesia,” katanya.
Ikhwanul Muslimin pun terus membuat gerakan bawah tanah yang dikenal dengan nama tarbiyah. Mereka terus merekrut mahasiswa. Setelah dianggap memiliki kekuatan, organisasi itu pun mulai melebarkan sayapnya.
Salah satunya, bergerak di partai politik dan parlemen. Cara ini sama persis seperti yang dilakukan organisasi tersebut di Mesir. “Sehingga, kehidupan islami bisa terbawa ditingkat negara,” katanya. Dalam perkembangan Indonesia, ketika memasuki era reformasi, dibuatlah Partai Keadilan (PK) yang menjadi cikal bakal Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
“Pada saat PK lahir saya berjumpa dengan Walikota Depok saat ini Pak Nur Mahmudi dan gerakan underground memang masih berjalan dan punya struktur yang kuat," katanya. Menurutnya, cara dengan membuat parpol jauh lebih gentle dibandingkan dengan gerakan yang menyusup partai atau gerakan bawah tanah.
Imam menambahkan, NII yang dikomando Panji Gumilang sampai saat ini tidak membentuk partai politik. Ia mengaku pernah berdiskusi dengan Panji dan guru politiknya, Arbi Sanit untuk membentuk partai politik. “Namun kemudian tidak direalisasikan karena sudah menyisipkan kader ke partai politik," katanya.
Gawat, Jabodetabek Dipenuhi Anggota NII
Mengungkap Jaringan Negara Islam Indonesia
Kamis, 05 Mei 2011 , 00:27:00 WIB



RMOL.Ini soal gerakan Negara Islam Indonesia. Rupanya, 80 persen anggota aktif organisasi ini berada di Jabodetabek.
“DI DKI Jakarta, anggota NII KW9 tersebar di pinggiran Kota Ja­karta,” kata Ketua Negara Is­lam Indonesia Crisis Center, Su­kanto, dalam diskusi “Pe­na­nga­nan NII di Berbagai Daerah” di Gedung MPR/DPR/DPD, Ja­kar­ta, kemarin.
Sukanto menggambarkan, ang­gota NII antara lain tersebar di Ci­putat, Lebak Bulus, Pasar Ming­gu, dan Pamulang, Jatiwaringin, Jati­bening, dan Bekasi.
Kemudian, di Jakarta Barat, an­tara lain tersebar di Meruya dan Kebon Jeruk.
Menurut dia, anggota NII Ko­man­demen Wilayah 9 cukup aktif me­rekrut masyarakat. “Ajaran dari pimpinan NII, setelah se­se­orang hijrah menjadi anggota NII KW9, ia kemudian ditugaskan me­rekrut orang lain dan meng­galang dana.”
Kepada orang-orang yang akan direkrut awalnya dijanjikan surga dan hal yang indah-indah. Na­mun, setelah direkrut dan hijrah me­jadi anggota NII KW-9, yang ber­sangkutan ditugasi merekrut anggota baru lagi.
Dalam kaitan itu Sukanto me­ngingatkan para orangtua untuk lebih memerhatikan putra-putri­nya, terutama yang masih SMA atau masih kuliah. Sebab, pelajar SMA dan mahasiswa menjadi sasaran utama rekrutmen untuk menjadi anggota NII. “Orangtua harus meningkatkan kualitas ko­munikasi dengan putra-putrinya dan mengenal betul pergaulannya agar tidak menjadi korban NII.”
Sukanto menambahkan, Pon­dok Pesantren Al Zaytun di Indra­mayu, Jawa Barat, memiliki hu­bungan dengan NII. NII memiliki Program Tarbiyah Pembangunan Maha Al Zaytun. Bentuknya me­mang pendidikan formal tapi di­gunakan untuk kaderisasi yang ma­sih bersifat umum. “Al Zaytun itu salah satu program NII. Me­mang tidak semuanya NII, te­tapi 1/3-nya anak NII, se­dangkan 2/3-nya adalah orang umum.”
Setelah pendidikan menye­lesai­kan pendidikan SMA-nya, san­tri Al Zaytun mengikuti ting­kat kaderisasi berikutnya. Mereka dibina di tingkat teritorial. “Kalau Al Zaytun sebagai lembaga pen­didikan sih tidak ada yang salah dan tidak bermasalah,” katanya.
Dia mengingatkan, keberadaan Al Zaytun tak lepas dari campur tangan NII. Al Zaytun dibiayai, di­bangun, dibina, diprakarsai, dan dimobilisasi oleh orang-orang NII. Mantan petinggi di sana pun merupakan perekrutan dari NII tingkat desa di seluruh In­donesia yang sengaja dikirim ke pesantren itu sebagai tenaga ker­ja. Sumber dananya sendiri un­tuk Al Zaytun berasal dari jaringan territorial yang bergerak di bawah tanah. “Setiap anggota NII harus menyetorkan sejumlah dana setiap bulan.”
Kuatnya eksistensi NII adalah akibat pembiaran yang dilakukan oleh pemerintah. Menurut dia, pi­hak Crisis Center NII sudah ber­tahun-tahun melaporkan ke­pada aparat keamanan tentang adanya korban perekrutan NII di sejum­lah daerah tapi selalu tidak ada tindak lanjutnya.
Menurut dia, salah satu alasan kor­ban NII tidak bisa ditin­dak­lanjuti adalah tidak adanya lagi pa­sal makar maupun pasal tin­dakan subversif. “Tidak ada tin­dakan apa pun dari pemerintah ter­kait dengan tindakan ‘cuci otak’ NII sehingga selain organi­sasi itu makin berani, kelompok se­jenis lainnya juga kian ber­kembang.”
Secara terpisah, Koordinator So­lidaritas Umat Islam untuk Ke­luarga Besar Korban Gerakan NII KW-9 (SIKAT), Taufik Hidayat, me­maparkan, NII yang ada saat ini berbeda dengan NII pimpinan Kar­tosuwiryo. Tujuan NII KW-9 bukan untuk mendirikan negara Is­lam. “Tujuan jauh berbeda, yai­tu mencari keuntungan dengan melakukan penggalangan. Dari sekitar 180 ribu anggota yang me­reka miliki, sekitar 80 persen atau sekitar 151.884 aktif ber­ge­rak di daerah Jabodetabek.”
NII Katosuwiryo sebenarnya sudah berakhir pada 1962. Na­mun, pada awal masa Orde Baru, intel mengumpulkan para ta­hanan eks NII seperti Adang Zae­lani, supaya bisa digalang untuk membela pemerintah. Para ta­hanan, menurut dia, diberi tugas membangun sebuah megaproyek di Indramayu, yaitu Al Zaytun. Masyarakat sekitar hanya tahu di situ mau ada proyek untuk pe­ngem­bangbiakan sapi milik Siti Hardiyanti Rukmana alias Mbak Tutut. ’’Saat itu yang diberi tugas un­tuk memimpin proyek adalah AS Panji Gumilang, sementara para tahanan tersebut menjadi penasihat Al Zaytun.’’
NII memang berbeda dengan ke­lompok Islam garis keras lain­nya. NII merekrut anggota de­ngan doktrin, tapi tidak ditujukan un­tuk melakukan terorisme, seper­ti bom bunuh diri. Sebab, tu­juan mereka hanyalah meng­ga­lang dana. Kelompok NII KW-9 tidak memiliki ciri-ciri seperti ke­lompok Islam radikal lainnya. Mereka cenderung berbaur de­ngan masyarakat sehingga sulit terdeteksi. Misalnya, mereka ti­dak mewajibkan para wanitanya memakai cadar atau yang pria ti­dak diwajibkan berjanggut.
Taufik menambahkan, biasa­nya para anggota NII melakukan perekrutan anggota di tempat-tem­­pat umum seperti mal, res­toran, atau kontrakan dan tem­pat kos. Di situlah para calon korban diajak berdiskusi mengenai dunia Islam. Mereka diyakinkan bahwa beribadah hanya bisa di negara Islam, menganut hukum Islam, dan berisi umat Islam. Setelah me­reka yakin Indonesia bobrok, para korban pun diajak hijrah.
“Nah, pada saat mau hijrah, calon anggota dimintai uang yang ka­tanya untuk mengukur ke­seriusannya. Pembiaayaan ini di­sebut sedekah hijrah dengan nilai yang bisa mencapai puluhan juta rupiah,” tambahnya.
Setelah hijrah, seorang anggota NII memiliki dua kewajiban, yaitu menggalang dana dan men­cari anggota baru. Kewajiban meng­galang dana dilakukan de­ngan melunasi sembilan buah pos yang ditentukan negara. Adapun pencarian anggota baru dilakukan dengan cara mendekati teman-teman dekat supaya bisa di­indoktrinasi.
’’Saya Setuju, NII Itu Sesat’’
Ma'ruf Amin, Anggota Wantimpres Bidang Hubungan Antaragama
ANGGOTA Dewan Per­tim­bangan Presiden (Wantimpres) Bi­dang Hubungan Antaragama, Ma’ruf Amin, menyatakan, NII adalah kelompok yang memiliki pemahaman menyimpang. Selain me­nganut paham keagamaan yang menyimpang, NII juga me­miliki tujuan mendirikan negara Islam.
“Itu menyalahi kesepakatan na­sional kita di Indonesia. Negara kita adalah negara Pancasila yang se­mua agama bisa hidup dan berdampingan,” ujarnya.
Ketua Pengurus Harian MUI ini mengungkapkan, ketika MUI mela­kukan penelitian terhadap Al-Zaytun, MUI berkesimpulan, dari sisi pendidikan, pe­nyim­pangan­nya tidak terlihat. Tapi, ka­rena pimpinannya berasal dari NII KW-9, maka MUI mem­beri­kan rekomendasi kepada pe­me­rintah agar mengganti pimpinan Al-Zaytun karena berpotensi me­nyebarkan pengaruhnya. “Kerena kami menganggap sangat berba­haya, mesti diwaspadai dan mesti di­tangkal paham yang di­milikinya.”
Saat ditanya mengenai alasan MUI belum mengeluarkan fatwa se­sat tentang NII, Amin berdalih, rekomendasi yang diberikan MUI sudah cukup karena sudah jelas langkah-langkah yang harus diambil. “Saya setuju kalau NII itu sesat. Mereka melakukan pe­nye­le­wengan pemahaman seperti me­lakukan penggalangan dana. Maka dari itu, MUI memberikan re­ko­men­dasi seperti itu,” je­las­nya.
Pemerintah Belum Optimal Jaga Keamanan NKRI
Muhamad Arwani Thomafi Anggota Komisi VIII DPR
DPR takkan menolerir Negara Is­lam Indonesia (NII) dan aliran atau organisasi yang me­nye­barkan paham-paham yang me­nye­satkan dan berusaha meng­ganti ideologi bangsa Indonesia serta menghancurkan keutuhan Negara Kesatuan Republik In­donesia (NKRI).
“Ide-ide yang disebarkan NII je­las sangat menyimpang, me­nye­satkan serta berusaha me­run­tuhkan Indonesia. Itu ter­masuk tindakan kriminal,” kata anggota Komisi VIII DPR, Muhamad Arwani Thomafi, yang dikontak Rakyat Merdeka, kemarin.
Label Islam yang digunakan NII jelas merugikan umat Islam In­donesia dan bertentangan de­ngan prinsip dasar ajaran Islam. Karena itu, Wakil Sekjen PPP ini men­desak pemerintah meng­am­bil langkah tegas terhadap se­pak terjang NII yang disinyalir su­dah berlangsung lama dan makin tumbuh subur.
“Masyarakat Islam tidak meng­­hendaki gerakan bawah ta­nah ini. Paham-paham semacam NII makin subur di Indonesia dan berlangsung sejak lama. Ini menunjukkan pemerintah belum op­timal menjaga keamanan NKRI dan mensosialisasikan ke­pada kepada masyarakat ten­tang prinsip dasar ideologi bangsa ini,” ujarnya.
Anggota DPR dari Dapil Jawa Te­ngah III ini mengingatkan, NII hanyalah salah satu contoh organisasi terlarang, masih banyak lagi organisasi sesat di Indonesia.
Dalam kaitan itu, dia men­je­laskan, Komisi VII akan me­mang­gil pemerintah dan pihak ter­kait, termasuk NII. Peme­rin­tah diminta segera meng­iden­tifikasi NII dan aliran ke­agamaan lainnya yang ada di In­donesia karena mungkin ma­sih banyak organisasi sejenis.
’’Dalam waktu dekat, kami me­ngusulkan untuk segera me­manggil pemerintah dan NII untuk menuntaskan kasus ini, jangan sampai masalahnya ber­larut-larut karena akan ma­kin banyak yang dirugikan,” tandasnya.

Rabu, 04 Mei 2011 | 17:51 oleh Dwi Nur Oktaviani DOA BERSAMA FPIPatrialis: FPI silakan gelar doa bersama untuk Osama
kontan
JAKARTA. Menteri Hukum dan HAM, Patrialis Akbar menilai tak ada masalah dengan rencana Front Pembela Islam (FPI) untuk menggelar doa untuk Osama Bin Laden. "Kita tidak bisa melarang, tapi setiap radikalisme pasti akan diberantas," ujar Patrialis seusai konferensi pers mengenai pemulangan 56 WNI di Bandara Soekarno Hatta, Rabu (4/5).

Seperti yang kita ketahui, Rabu malam (4/5) pukul 19.00 - 22.00 FPI akan menggelar doa bersama untuk mengenang Osama bin Laden yang tewas dalam operasi militer Amerika Serikat di Pakistan. Acara berlangsung di Markas Pusat FPI, Petamburan, Tanah Abang.

Hal serupa pun disampaikan Ketua MPR RI, Taufik Kiemas, yang mengatakan rencana FPI itu sah-sah saja. "Saya enggak ngerti dan kurang paham soal hukum Islam. FPI kan ahlul sunnah wal jamaah, kalau sama-sama Islam kan boleh-boleh saja, tapi tanyakan juga ke ahli agama," tegas Taufik.

Hal senada juga diutarakan, Ketua DPP PKS, Mustafa Kamal, yang memahami tindakan FPI itu. Menurut Mustafa hal tersebut adalah bentuk ekspresi dari masyarakat."Kami kira masing-masing komponen masyarakat berhak berekspresi dengan keyakinan yang diyakininya," tegas Mustafa.

Anggota Komisi VI itu menilai tindakan FPI itu lebih merupakan sikap protes terhadap langkah Amerika Serikat yang keluar dari kaidah-kaidah Islam. Apalagi seperti yang diberitakan di sejumlah media jika jenazah Osama dibuang ke laut. "Ini menyinggung umat Islam. Amerika harus hati-hati karena langkahnya yang blunder dapat menimbulkan dampak yang hebat . Amerika sebagai negara yang beradab, mereka harus menyelesaikan persoalan secara beradab," tutupnya.
Rabu, 04 Mei 2011 | 20:19 oleh Rika
KEMATIAN OSAMA BIN LADENSidney Jones: Kematian Osama akan mengembalikan serangan teror ke orang asing

JAKARTA. Tewasnya pimpinan Al-Qaeda Osama bin Laden bukanlah kemenangan atas terorisme. Terorisme masih akan membayangi dunia, bahkan bentuknya akan kembali seperti dua tahun lalu.
Sidney Jones, peneliti dari International Crisis Group, menyatakan terbunuhnya Osama di tangan Amerika Serikat akan menyulut kemarahan para teroris dalam jaringan Al-Qaeda, termasuk yang beroperasi di Asia Tenggara. Akibatnya, mereka akan menargetkan sasaran teror kembali ke orang asing, khususnya orang Amerika.

"Dua tahun terakhir, terorisme lebih bergerak di tingkat lokal dan kecil-kecil, sekarang saya khawatir kejadian ini akan mengembalikan keadaan kembali seperti semula," tuturnya.

Setelah Osama tak ada, ia menegaskan jaringan Al-Qaeda tak akan hilang. Penerus Osama kemungkinan adalah pria Mesir yang menjadi tangan kanan dan penasihatnya, Ayman al-Zawahiri. Namun, Sidney mengingatkan, siapa pun penerus Osama tak ada bedanya karena jaringan terorisme ini sudah menyebar di berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia.
Jumat, 06/05/2011 08:13 WIB
Ketum PPI Australia Sempat Terlibat Aktivitas Politik Praktis
Ari Saputra - detikNews


seorang teman yang pernah menjadi mahasiswa di sebuah uni di pedalaman new south wales pernah berkisah pada saya: BANYAK MAHASISWA BERAGAMA TERTENTU MEMANFAATKAN PERSATUAN PELAJAR INDONESIA DI AUSTRALIA untuk KEPENTINGAN AGAMA dan POLITIK AGAMA tertentu
saya diam saja, tapi semoga UANG BEASISWA TIDAK DISIA-SIAKAN BEGITU SAJA lah



Jakarta - Ketua Umum Persatuan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) Muhammad Subhan Zein menyatakan bahwa dirinya memang sempat terlibat politik praktis di Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Sementara wakilnya, Dirgayuza Setiawan pernah berafiliasi politik dengan Tunas Indonesia Raya (Tidar), organisasi sayap Partai Gerindra.

"Keaktifan saya sebagai pengurus PKS dimulai tahun 2000 dan diakhiri 2005. Sejak pertengahan 2005 sampai sekarang saya tidak lagi terlibat dengan kegiatan politik praktis apapun dengan PKS atau partai lain. Dirgayuza sudah terhenti (dari Tidar) sejak keberangkatannya ke Australia tahun 2008," kata Subhan Zein dalam keterangan yang disampaikan kepada detikcom, Jumat (6/5/2011).

Pernyataan tersebut sekaligus meralat pemberitaan detikcom sebelumnya yang menyebut Subhan Zein sebagai kader Partai Gerindra. Saat itu, anggota Komisi VIII DPR, Zulkarnaen Jabbar hanya menyebut Ketua PPI sebagai kader parpol yang punya niatan politis dengan mengolok-olok anggota dewan saat berkunjung ke Australia.

Namun itu dibantah Zubhan Zein. "Hal ini bentuk kepedulian kami terhadap Komisi VIII DPR dalam upaya tulus kami membantu mewujudkan tatanan pemerintahan yang lebih baik," tepis Zubhan yang mempunyai keanggotaan aktif PPIA mencapai 18.378 pelajar di seantero Australia.



(Ari/lrn)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Allah di balik Sejarah: Penantian Baru BTP (hati nurani Pemilu 2024) #02

janji Jokowi (4) (ANTI GRATIFIKA$1): pilpres 2019

die hard of terrorism: final fate of ISiS (3): ISIS bukan ISLAM, menganut teologi PEMBUNUHAN