YTH (?): sang k0rupt0r (?) (6)
'Cikeas Spring' atau 'Cikeas Winter'? (2-habis)
Oleh Arief Budisusilo
Sabtu, 15 Oktober 2011 | 05:58 WIB
bisnis indonesia
Tentu saya sangat mendukung pragmatisme, asalkan untuk tujuan baik dan bermanfaat bagi masyarakat banyak. Mengapa tidak? Lee Kuan Yew, salah satu pemimpin negara yang sering dijadikan model, kerap mengatakan bahwa nilai dasar kemajuan Singapura terletak pada tiga hal.
Pertama, pragmatisme. Tetapi pragmatisme yang dilandasi oleh good governance, tata kelola yang baik di segala lini: pemerintahan, perusahaan (swasta maupun BUMN), dan kehidupan masyarakatnya.
Kedua, anti korupsi. Tidak ada kata ampun buat koruptor, siapapun dan apapun bentuk korupsinya. Ini penting terkait dengan kepastian, dan trust.
Mengapa trust, bukan semata kepercayaan? Trust jauh lebih dalam ketimbang sekadar kepercayaan. “Winning the trust”, buat saya menjadi amat penting. Apalagi dalam survey global yang setiap tahun dirilis oleh Edelman Trust Barometer, trust terhadap pemerintah Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan terhadap media dan terhadap bisnis. Kalau dibalik, trust terhadap media dan bisnis di Indonesia jauh lebih tinggi dari trust terhadap pemerintah.
Tentu ini menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi pemerintahan SBY. Dan, asal tahu saja, perang melawan korupsi menjadi salah satu titik sentral dalam membangun trust.
Meski selalu dinyatakan oleh SBY bahwa pemerintah serius memerangi korupsi, tetapi jika orang-orang di sekeliling petinggi pemerintahan justru menjadi aktor penting dalam berbagai kasus dugaan korupsi, bagaimana bisa membangun trust?
Apalagi penegakan hukum terhadap kasus korupsi menjadi titik paling lemah. Maka, saya setuju dengan pandangan bahwa pimpinan penegak hukum dan penegak governance (seperti Komisi Pemberantasan Korupsi dan Badan Pemeriksa Keuangan), semestinyalah tidak dipilih oleh DPR, di mana di sana terjadi peluang transaksi politik dan bargaining alias dagang sapi.
Ketiga, kata Lee, meritokrasi. Lagi-lagi, ini faktor penting sekali. Kalau meminjam bahasa gaul pegiat media sosial, ini “sesuatu banget”. Anda, merujuk pernyataan Lee, bisa menduduki jabatan menteri karena prestasi dan kinerja.
Anda bisa menduduki jabatan CEO karena kapasitas, kapabilitas dan kompetensi untuk membuat perusahaan maju dan berkembang, kecuali perusahaan keluarga nenek moyang.
Anda berhak memperoleh gaji tinggi karena mampu memberikan sumbangan besar bagi profitabilitas perusahaan. Begitu seterusnya. Bukan karena teman koalisi, bukan karena sanak family, apalagi karena rekan main gaple.
***
Meritokrasi? Anda boleh setuju atau tidak, kata itu masih sangat jauh di negeri ini. Mau contoh? Satu kementerian yang mendapatkan rapor excellent pun –tentu penilaian itu dating dari lembaga yang diserahi kewenangan menilai kementerian, yakni UKP4—justru sang menteri-nya digoyang-goyang untuk di-reshuffle karena ketidaknyamanan para mitra (atau tepatnya kawan koalisai utama) terkait business interest.
Bocoran yang saya peroleh, dari 10 sektor penilaian, sembilan sektor dari kementerian tersebut mendapatkan nilai “memuaskan” dan satu sektor mendapatkan nilai alamaak: “sangat memuaskan”.
Tetapi apa daya, kepentingan bisnis yang berkawin dengan kepentingan politik yang berpelaminan di Dewan Perwakilan Rakyat membuat sang menteri digoyang-goyang.
Ahh, mudah-mudahan saya salah baca saja. Soalnya, kalau sampai benar bacaan tersebut, bukan lagi “Cikeas Spring” yang terjadi, tetapi “Cikeas Winter” yang kita dapatkan. Ooh jangan.
Moga-moga masih ada penjaga integritas di Kabinet SBYyang mampu mengawal kepentingan nasional. Soalnya lagi, kalau the nation guard itu sampai absen, saya khawatir akan muncul sayup-sayup yel-yel “Occupy Cikeas!”. Bagaimana menurut Anda?
Senin, 12/12/2011 16:57 WIB
Diperiksa di Ruang ICU RS MMC, Nunun Dijaga Ketat
Febrina Ayu Scottiati - detikNews
Jakarta - Tersangka kasus suap cek pelawat dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (DGS BI) Nunun Nurbaetie dilarikan ke RS MMC, Kuningan, Jakarta Selatan. Nunun diperiksa di ruang ICU dengan penjagaan ketat.
Kabar Nunun yang diperiksa di RS MMC ini dibenarkan salah satu petugas administrasi RS MMC yang tak mau disebutkan namanya.
"Oh iya tadi ada, pukul 16.00 WIB, tiba dari arah basement, naik ke ICU. Dikawal banyak polisi dan 1 dokter pria," ujar petugas itu ketika ditemui di RS MMC, Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta, Senin (12/12/2011).
Pantauan detikcom, penjagaan ketat itu dimulai dari ruang basement, 2 orang berbaju sipil dan seorang petugas keamanan RS MMC bersiaga. Di pintu muka ruang ICU, ada 2 polisi berseragam dan sekitar 5 penyidik KPK. Saat wartawan mengerubungi dan mengambil gambar ruang ICU itu salah satu dari mereka mengatakan agar tak mengganggu Nunun.
"Jangan diganggu, media suka sekali mengganggu. Sudahlah nanti saja di pengadilan saja, nanti kerjaan nggak beres nih. Penyidikan saya jangan diganggu," tukas perempuan berjilbab itu.
Pada pukul 16.35 WIB, tampak dokter pribadi Nunun, dr Andreas Harry datang mengenakan kemeja merah muda.
(nwk/vit)
Komentar
Posting Komentar