d1e h4rd TERRORI$m (12)
TRIBUNJOGJA.COM - Seorang terduga teroris ditembak mati oleh tim Densus 88 di Dukuh Ngepung, Desa Subah, Kabupaten Batang, Jawa Tengah pada Rabu (25/3/2020) sore.
Terduga pelaku yang ditembak mati diketahui bernama MM.
Tim Densus 88 terpaksa menembak mati karena MM melakukan perlawanan saat hendak ditangkap.
"Ya benar, dari Tim Densus 88 tadi menggerebek sebuah rumah di Dukuh Ngepung, Subah sekitar 15.30 WIB, dilakukan penangkapan pelaku terduga teroris, pelaku sempat melakukan perlawanan sehingga ditembak hingga tewas di tempat," tutur Danramil Subah, Kapten Inf Sugito saat dikonfirmasi Tribunjateng.com.
Pada penggrebekan tersebut terdapat empat orang di dalam rumah milik kakak pelaku berinisial S, yakni pelaku MM, kakak pelaku S, R dan A.
• Aksi Heroik Pegawai Indomaret di Surabaya Gagalkan Perampokan, Pelipis, Tangan dan Perut Tertembak
• Kisah Mak Singgang, Tekun Jualan Makanan Keliling Sejak Tahun 1982
Setelah selesai penggerebekan petugas Densus 88 didampingi anggota DPRD Faizin, Muspika Subah dan Kades Subah beserta perangkat diminta untuk menyaksikan kondisi rumah pasca penggerebekan.
Saat ini jenazah MM sudah dibawa ke RS Bhayangkara.
Adapun, barang bukti yang diamankan di antaranya cairan kimia 1 doss isi 57 botol ukuran kecil, cairan kimia sebanyak 3 botol masin-masing berisi 1 liter, cairan kimia sebanyak 1 botol jerigen isi 3 liter.
Kemudian 1 bilah parang, 1 bilah sangkur, 1 bilah golok, 1 bilah samurai, 1 buah laptop, catatan dokumen, 1 buah dompet, Kabel warna merah, putih dan kuning masing-masing berukuran sekitar 1 meter.(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul BREAKING NEWS : Tim Densus 88 Tembak Mati MM Terduga Teroris di Batang, Ditemukan Pedang Samurai, .
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Kronologi Densus 88 Tembak Mati Terduga Teroris di Batang, Melawan Saat Hendak Ditangkap, https://jogja.tribunnews.com/2020/03/25/kronologi-densus-88-tembak-mati-terduga-teroris-di-batang-melawan-saat-hendak-ditangkap.
Editor: Hari Susmayanti
Terduga pelaku yang ditembak mati diketahui bernama MM.
Tim Densus 88 terpaksa menembak mati karena MM melakukan perlawanan saat hendak ditangkap.
"Ya benar, dari Tim Densus 88 tadi menggerebek sebuah rumah di Dukuh Ngepung, Subah sekitar 15.30 WIB, dilakukan penangkapan pelaku terduga teroris, pelaku sempat melakukan perlawanan sehingga ditembak hingga tewas di tempat," tutur Danramil Subah, Kapten Inf Sugito saat dikonfirmasi Tribunjateng.com.
Pada penggrebekan tersebut terdapat empat orang di dalam rumah milik kakak pelaku berinisial S, yakni pelaku MM, kakak pelaku S, R dan A.
• Aksi Heroik Pegawai Indomaret di Surabaya Gagalkan Perampokan, Pelipis, Tangan dan Perut Tertembak
• Kisah Mak Singgang, Tekun Jualan Makanan Keliling Sejak Tahun 1982
Setelah selesai penggerebekan petugas Densus 88 didampingi anggota DPRD Faizin, Muspika Subah dan Kades Subah beserta perangkat diminta untuk menyaksikan kondisi rumah pasca penggerebekan.
Saat ini jenazah MM sudah dibawa ke RS Bhayangkara.
Adapun, barang bukti yang diamankan di antaranya cairan kimia 1 doss isi 57 botol ukuran kecil, cairan kimia sebanyak 3 botol masin-masing berisi 1 liter, cairan kimia sebanyak 1 botol jerigen isi 3 liter.
Kemudian 1 bilah parang, 1 bilah sangkur, 1 bilah golok, 1 bilah samurai, 1 buah laptop, catatan dokumen, 1 buah dompet, Kabel warna merah, putih dan kuning masing-masing berukuran sekitar 1 meter.(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul BREAKING NEWS : Tim Densus 88 Tembak Mati MM Terduga Teroris di Batang, Ditemukan Pedang Samurai, .
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Kronologi Densus 88 Tembak Mati Terduga Teroris di Batang, Melawan Saat Hendak Ditangkap, https://jogja.tribunnews.com/2020/03/25/kronologi-densus-88-tembak-mati-terduga-teroris-di-batang-melawan-saat-hendak-ditangkap.
Editor: Hari Susmayanti
🐎
TEMPO.CO, Bogor – Kepala Biro Penerangan Mabes Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo mengatakan, Endang alias Abu Rafi alias Pak Jenggot, 51, terduga teroris yang ditangkap di Cibinong, Bogor, telah bergabung dengan Firqoh Abu Hamzah selama lima tahun kebelakang.
Baca juga: Terduga Teroris Ditangkap di Cibinong Biasa Jadi Pak Ogah
“Dia pernah berangkat ke Suriah tapi dia ditangkap di Turki dan dideportasi ke Indonesia,” kata Dedi di lokasi, Kelurahan Nanggewer, Kecamatan Cibinong Sabtu 18 Mei 2019.
Dedi mengatakan, kemampuan Abu Rafi adalah membuat bom dengan tingkat ledak yang tinggi atau high explosive. “Bahkan kemampuan E alias pak Jenggot ini memiliki kemampuan merakit bom dengan tingkat lebih tinggi bukan hanya bahan TATP tetapi berbagai senyawa-senyawa sudah dia coba,” kata Dedi.
Hal itu, ujar Dedi, dibuktikan dengan adanya sebuah laboratorium mini di dalam rumahnya. Dan di dalam rumah turut di sita bahan-bahan kimia dan berbagai gelas kimia.
Adapun barang yang disita antara lain perangkat panci, rice cooker, berbagai senjata tajam, air softgun, dan bahan pembuan bom, seperti nitroplane, urea, sulfur, asepton, H2SO4, H2O2, HNO3, almunium, HCI, potasium, ofoil, tiner, paku, alat penggerus, gelas kimia, dan satu rangkaian detonator.
“Kami juga menemukan enam buah bom bahan TATP yang sudah jadi dan siap ledak,” kata Dedi.
Lebih jauh Dedi mengatakan, Abu Rafi telah mengikuti latihan I'dad di Gunung Ciremai, Kuningan, Jawa Barat, dan telah memiliki keinginan untuk bergabung bersama ISIS.
Sebelumnya aparat Kepolisian Detasemen Khusus atau Densus 88 Antiteror Mabes Polri menangkap Abu Rafi, terduga teroris jaringan ISIS di Kelurahan Nanggewer, Kecamatan Cibinong, Jumat, 17 Mei 2019, pukul 15.30.
Baca juga: Densus 88 Tangkap Terduga Teroris Jaringan ISIS di Cibinong
Sehari-hari, terduga teroris Abu Rafi bekerja sebagai juru parkir di Simpang Bintang Mas, Cibinong, tak jauh dari rumahnya.
🐙
Bisnis.com, JAKARTA - Harry Kuncoro, terduga penyandang dana ISIS atau Negara Islam Irak dan Suriah di Indonesia, dicokok Detasemen Khusus 88 Antiteror (Densus 88) di Bandara Soekarno-Hatta pada 3 Januari 2019.
Harry Kuncoro ditangkap saat hendak pergi ke Suriah. Polisi menduga ia akan bergabung dengan ISIS di sana.
Berikut sepak terjang Harry Kuncoro:
1. Dekat dengan Umar Patek
Harry dikenal dekat dengan Umar Patek karena pernah menjadi pengawalnya. Bahkan, Umar Patek sempat mengajarkan Harry bagaimana cara meracik bom.
Harry mengatakan bahwa saat itu dia diajari oleh Umar tentang bagaimana cara mencampur potasium klorat, sulfur dan arang sehingga bisa menjadi sebuah bom.
"Tidak ada bahan yang harus dicampurkan, cuma diajarkan teorinya dan komposisinya saja, tapi karena sudah sepuluh tahun lebih dan tidak pernah saya pakai, saya lupa," kata Harry dalam sidang Umar Patek pada 2012 silam.
Harry pernah membantu Umar Patek, terpidana teroris Bom Bali pada 2011 silam. Saat itu, ia mencarikan calo yang bisa mengurus paspor asli tapi palsu untuk Umar Patek. Pengadilan Negeri Jakarta Barat memvonis Harry enam tahun penjara pada 2012. Ia bebas murni pada Februari 2016.
2. Pernah Jadi Murid Abu Bakar Ba’asyir
Harry pernah menjadi narapidana teroris dan ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Pasir Putih, Nusakambangan sejak 2012 dan bebas pada 2016. Selama menjalani hukumannya, Harry menempati Blok D dan berada satu kamar dengan terpidana kasus terorisme Abu Bakar Ba’asyir.
Harry mendampingi Baasyir di penjara karena keduanya sudah kenal lama. Dia mengatakan Harry merupakan salah satu murid Ba’asyir.
"Ya mendampingi karena sudah kenal lama, HK termasuk salah satu muridnya ABB," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo, pada Selasa (12/2/2019).
3. Penyandang Dana Kelompok Teroris Lokal
Harry Kuncoro memiliki peran penting dalam lingkaran ISIS Negara Islam Irak dan Suriah di Indonesia. Salah satunya, Harry Kuncoro menjadi penghubung antara algojo ISIS, Abu Walid dan kelompok ISIS di Suriah dengan kelompok teroris di Indonesia.
Dedi mengatakan Harry diduga menampung kiriman dana dari Abu Walid serta kelompok ISIS kemudian Harry menyalurkan uang itu ke kelompok-kelompok teror di Indonesia.
"Uang itu untuk keperluan aksi teror," kata Dedi Selasa (12/2/2019).
Beberapa aksi teror yang diduga didanai Hari adalah teror di Bali, Nusa Tenggara Barat pada Juli 2018.
4. Ditangkap Saat Hendak ke Suriah
Harry dicokok oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror (Densus 88) di Bandara Soekarno-Hatta pada 3 Januari 2019. Ia ditangkap saat hendak pergi ke Suriah melalui Iran.
Harry Kuncoro sudah memiliki sejumlah nama dan identitas palsu, guna mengelabui petugas untuk meninggalkan Indonesia. Kepergian Harry ke Suriah atas saran Abu Walid.
Harry Kuncoro bahkan diberi uang Rp30 juta oleh Abu Walid sebagai biaya mengurus dokumen keberangkatan, termasuk tiket.
Sumber : Tempo
🐍
BOGOR poskota – Tim Detasemen Khusus 88 Anti Teror Mabes Polri kembali menangkap terduga teroris di wilayah Kabupaten Bogor. Setelah di Gunung Sindur, Densus 88 menangkap TDW, kali ini sepasang suami-istri yang sedang belanja tanaman di kawasan Desa Tajur Halang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ditangkap.
“Pasangan suami istri. Mereka dua orang. Yang perempuan mengenakan cadar,” kata seorang petugas.
Dari informasi yang dihimpun, penyergapan berlangsung saat laki-laki dan perempuan bercadar ini membeli beberapa bunga dan tanaman hias.
Keduanya datang menggunakan mobil pick-up jenis Daihatsu Grand Max berwarna Hitam bernomor polisi B (Jakarta). Tak berapa lama, sejumlah pria berbadan tegap, lengkap dengan seragam serba hitam datang menggunakan kendaraan jenis Toyota Avanza berwarna Silver, lengkap dengan senjata laras panjang melakukan penangkapan.
Menurut beberapa saksi mara di lokasi penangkapan, saat disergap istri terduga teroros berlari dan berusaha menyembunyikan telepon selular miliknya di pot kembang.
Namun petugas tidak kehilangan akal. Saat keduanya digiring ke mobil, tim Densus 88 melakukan sterilisasi area.
Petugas lalu mencari barang bukti. Ponsel yang dibuang wanita bercadar, akhirnya ditemukan di pot tanaman. Barang bukti ini lalu diamankan.
Sementara Elih, penjual bunga kepada petugas Polsek Cijeruk mengatakan, pasutri ini sudah dua kali berbelanja bunga dan tanaman.”Beberapa waktu lalu sudah pernah datang dan belanja ke sini. Saya kaget saja karena yang tangkap mereka tim Densus,” kata Elih ke petugas.
“Saya pikir mereka orang baik aja. Makanya saya nggak perhatiin nomor polisi mobilnya. Takut dan panik saat banyak Densus lengkap dengan senjata turun. Saya menyingkir karena takut. Yang pasti mobil yang dipakai pasutri ini warna hitam,”paparnya.
Belum ada keterangan resmi dari Polsek Cijeruk dan Polres Bogor. (yopi/b)
Belum ada keterangan resmi dari Polsek Cijeruk dan Polres Bogor. (yopi/b)
🍓
Bisnis.com, PEKANBARU - Rektor Universitas Riau (Unri) Aras Mulyadi mengungkapkan selama ini pihak kampus sama sekali tidak mencurigai seluruh kegiatan, terutama yang melibatkan alumni di salah satu perguruan tinggi tertua di Riau tersebut.
Aras mengaku sangat menyayangkan dengan adanya insiden tersebut.
"Saya atas nama pimpinan seluruh civitas academica menyampaikan terima kasih kepada Densus 88 dan juga Polda Riau yang telah mengungkap kejadian ini," kata Prof. Dr. Aras Mulyadi di Pekanbaru Minggu (3/6/2018), seperti dilaporkan Antara.
Jika jaringan terduga teroris yang ditangkap di Gedung Gelanggang Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Riau itu tidak segera ditangkap, kata Aras, akan menimbulkan banyak korban jiwa.
Ia mengatakan bahwa pihaknya mempercayakan penanganan secara hukum tiga terduga teroris yang merupakan alumni FISIP Univeritas Riau itu kepada polisi.
"Saya percaya akan diselesaikan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan oleh Densus 88 dan badan antiteror serta berbagai pihak terkait lainnya," tuturnya.
Aras mengatakan seluruh civitas academica perguruan tinggi negeri itu mengutuk keras kegiatan teroris yang dilakukan oleh alumninya tersebut.
Menurut dia, tindakan tersebut sama sekali bukan tindakan terpuji dan jelas sebuah tindakan yang terlarang.
"Terus terang seluruh civitas academica mengutuk kegiatan yang mengarah ke bom, dan dibuktikan dengan ini," ujarnya.
Ia mengatakan bahwa pihaknya akan segera melakukan konsolidasi secara internal setelah kejadian itu guna mencegah kejadian serupa terjadi lagi.
Densus 88 Antiteror bersama Polda Riau menggerebek kampus Unri Sabtu (2/6/2018) siang. Penggerebekan melibatkan personel Brimob bersenjata lengkap dan Gegana serta Inafis.
Dari penggerebekan itu, polisi mengamankan tiga terduga teroris masing-masing berinisial Z, B, dan K.
Dari tangan ketiganya, polisi menyita empat unit bom rakitan dan menyita sejumlah serbuk-serbuk bahan pembuat bom dari gedung yang sejatinya merupakan sekretariat bersama kelembagaan mahasiswa tersebut.
Sumber : Antara
🐅
Merdeka.com - Densus 88 Antiteror melakukan penggeledahan di gelanggang mahasiswa Universitas Riau, Sabtu (2/6). Diamankan tiga orang dalam penggerebekan itu. Sejumlah barang bukti juga diamankan Densus dari lokasi.
Kadiv humas Mabes Polri, Irjen Pol Setyo Wasisto mengatakan, dalam penggeledahan itu diamankan bahan peledak jenis TATP (triaceton triperoxide) yang sudah jadi. TATP merupakan bom kimiawi yang sangat berbahaya dan memiliki daya ledak tinggi (high explosive).
"Barang bukti yang diperoleh bom pipa besi yang sudah jadi dua buah, bahan peledak TATP yang sudah jadi," kata Setyo kepada wartawan.
Sejumlah bahan untuk merakit bom pun ditemukan di kampus FISIP itu. Di antaranya, pupuk KNO3, sulfur, gula dan arang.
"Ada juga busur panah 2 buah dan anak panahnya 8 buah. Senapan angin 1 buah, granat tangan rakitan 1 buah," tegas Setyo.
Menurut perwira tinggi polisi bintang dua di pundak ini, para terduga teroris ini ingin melakukan aksinya di kantor legislatif Jakarta dan daerah.
"Diduga menyerukan amaliyah/penyerangan terhadap kantor-kantor DPR RI dan DPRD," kata Setyo. [rnd]
🍧
Jakarta detik - Aman Abdurrahman menyinggung bom gereja dan Polrestabes Surabaya dalam nota pembelaan (pleidoi). Aman menyebut aksi bom bunuh diri di Surabaya, tindakan salah.
"Kejadian di Surabaya, kejadian ibu menuntun anak meledakkan diri di parkiran gereja, adalah tindakan yang tidak mungkin muncul dari orang yang memahami ajaran Islam dan tuntunan jihad. Bahkan tidak mungkin muncul dari orang yang sehat akalnya," kata Aman membacakan pleidoi dalam sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jl Ampera, Jumat (25/5/2018).
Aman juga menyebut bom bunuh diri di depan Polrestabes Surabaya sebagai tindakan keji. "Tindakan itu merupakan tindakan keji dengan dalih jihad," ujarnya.
Dalam pleidoi, Aman membantah dakwaan jaksa yang meyakini dirinya membawa pengaruh ke para pengikutnya untuk melakukan teror. Aman membantah telah mempengaruhi orang lain melakukan penyerangan ke aparat keamanan
"Walaupun saya kafirkan aparat pemerintah ini, akan tetapi sampai detik ini saya dalam rekam kajian atau tulisan yang disebarluaskan belum melontarkan seruan kepada saudara-saudara kami yang hidup di tengah masyarakat ini untuk menyerang aparat keamanan," tutur Aman.
Aman dituntut jaksa hukuman mati karena diyakini menjadi penggerak dilakukan sejumlah teror di Indonesia. Teror ini dilakukan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Teror-teror yang disebut jaksa dipengaruhi Aman di antaranya aksi teror bom di gereja Samarinda pada 13 November 2016, bom Thamrin Januari 2016, bom Kampung Melayu pada 24 Mei 2017, serta penusukan polisi di Sumut dan penembakan polisi di Bima pada tahun 2017.
🍀
SURABAYA, Indonesia (Reuters) - A family of six launched suicide attacks on Christians attending Sunday services at three churches in Indonesia’s second-largest city of Surabaya, killing at least 13 people and wounding 40, officials said.
An Indonesian Special Forces Police counter-terrorism squad member walks by burned motorcycles following a blast at the Pentecost Church Central Surabaya (GPPS), in Surabaya, Indonesia May 13, 2018. REUTERS/Beawiharta
Indonesia, the world’s largest Muslim-majority country, has seen a recent resurgence in homegrown militancy and police said the family who carried out Sunday’s attacks were among 500 Islamic State sympathizers who had returned from Syria.
“The husband drove the car, an Avanza, that contained explosives and rammed it into the gate in front of that church,” East Java police spokesman Frans Barung Mangera told reporters at the regional police headquarters in Surabaya.
The wife and two daughters were involved in an attack on a second church and at the third church “two other children rode the motorbike and had the bomb across their laps”, Mangera said.
The two daughters were aged 12 and 9 while the other two, thought to be the man’s sons, were 18 and 16, police said.
They blamed the bombings on the Islamic State-inspired group Jemaah Ansharut Daulah (JAD).
JAD is an umbrella organization on a U.S. State Department “terrorist” list that is estimated to have drawn hundreds of Islamic State sympathizers in Indonesia.
Islamic State claimed responsibility for the attacks, in a message carried on its Amaq news agency.
“This act is barbaric and beyond the limits of humanity, causing victims among members of society, the police and even innocent children,” President Joko Widodo said during a visit to the scene of the attacks.
East Java police spokesman Mangera said the attacks had killed at least 13 people and 40 had been taken to hospital, including two police officers. He called on people to remain calm.
Streets around the bombed churches were blocked by checkpoints and heavily armed police stood guard as forensic and bomb squad officers combined the area for clues.
Television footage showed one church where the yard in front appeared engulfed in fire, with thick, black smoke billowing up. A large blast was heard hours after the attacks, which Mangera said was a bomb disposal squad dealing with a device.
The attacks come days after militant Islamist prisoners killed five members of an elite counter-terrorism force during a 36-hour standoff at a high security jail on the outskirts of the capital, Jakarta.
The church attacks were likely linked to the prison hostage standoff, said Wawan Purwanto, communication director at Indonesia’s intelligence agency.
“The main target is still security authorities, but we can say that there are alternative (targets) if the main targets are blocked,” he said.
SUICIDE ATTACK USED MOTORBIKE
At St Mary’s catholic church, the first place of worship to be attacked, the bombing happened after an earlier mass was over and when the church was getting ready to hold another service.
A witness interviewed by CNN Indonesia said shortly before the explosion he saw a person on a motorbike drive in carrying a cardboard box.
Separately, an internal police report reviewed by Reuters said a suspected bomb exploded in a car in the parking lot of a Pentacostal church, setting alight dozens of motorbikes.
In the third location, the Indonesian Christian Church, veiled women entered the church’s yard where they were stopped by a security guard before an explosion occurred at the same spot, according to the police report.
Television images showed toppled and burnt motorcycles and debris scattered around the entrance of one church and police cordoning off areas as crowds gathered.
A spokesman for Indonesia’s church association (PGI) called on the government for more help on security at churches.
“PGI is concerned because this had happened many times and often taken place around the time of Sunday services,” said Jeirry Sumampow, a spokesman for the Indonesia’s Communion of Churches.
Pope Francis offered his prayer to the victims during his Sunday prayer in Rome.
“I am particularly close to the dear people of Indonesia, especially to the communities of Christians of the city of Surabaya, which were hit hard by the serious attack on places of worship,” he said.
“Together we invoke the God of peace (asking him) to cease these violent actions and (to make sure) that in the heart of all there could be a space not feelings of hatred and violence, but of reconciliation and fraternity.”
Nearly 90 percent of Indonesians are Muslim, but the country is also home to sizeable communities of Hindus, Christians, Buddhists, and people who adhere to traditional beliefs.
Indonesia has had some major successes tackling militancy inspired by al Qaeda’s attacks on the United States in 2001. But there has been a resurgence of Islamist activity in recent years, some of it linked to the rise of Islamic State.
The most serious incident was in January 2016 when four suicide bombers and gunmen attacked a shopping area in central Jakarta.
Churches have also been targeted previously, including near-simultaneous attacks on churches there at Christmas in 2000 that killed about 20 people.
(This story has been refiled to add dropped word in second paragraph)
Additional reporting by Fransiska Nangoy, Agustinus Beo Da Costa and Gayatri Suroyo, Francesca Landini and Sami Aboudi; Writing by Ed Davies; Editing by Simon Cameron-Moore and Lincoln Feast.
🌳
Turut Berduka atas wafatnya 5 petugas Brimob d Rumah Tahanan Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok.Depok - Enam orang tewas akibat kerusuhan di Mako Brimob, Depok. Korban terdiri atas lima polisi dan seorang tahanan.
"Kami sampaikan bahwa insiden ini memakan korban jiwa, ada lima rekan kami gugur," kata Karo Penmas Polri Brigjen M Iqbal kepada wartawan di depan Mako Brimob, Rabu (9/5/2018).
"Satu orang tewas mengancam petugas dan mengambil senjata," ujar Iqbal.
🍐
Kabar24.com, JAKARTA - Dalam kurun tiga hari, Polisi telah menahan sejumlah orang di Pulau Jawa dan Sumatra terkait dugaan terorisme.
Polri merilis identitas 19 terduga teroris yang ditangkap di Jawa Timur, Pekanbaru dan Sumatera Selatan pada rentang waktu 9-11 Desember 2017.
BACA JUGA :
"Sebanyak 19 terduga teroris ditangkap di tiga daerah dalam waktu tiga hari. Mereka masih diperiksa," kata Kadivhumas Polri Irjen Pol Setyo Wasisto di Jakarta, Selasa (12/12/2017).
Di Jawa Timur ditangkap tiga terduga teroris pada Sabtu (9/12) yakni yang pertama Paripung Dhani Pasandi alias Ipung ditangkap di Jalan Raya Sumorame Sidoarjo.
Ipung diduga termasuk ke dalam kelompok Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) yang bersama-sama dengan Isnaini Ramdhoni alias Doni, Moch Ramuji alias Kapten, Abdul Majid, dan Bagus Maskuron yang meninggal di Suriah; serta merencanakan pemboman kantor polisi di Surabaya pada tahun 2014.
"Ia juga berperan membeli dan menyiapkan bahan-bahan bom," katanya.
Kedua, Muh Muhidin Gani alias Abu Faros alias Deni, ditangkap di Gang Gading Jalan Kedinding Lor Surabaya Jawa Timur.
Keterlibatannya termasuk dalam kelompok jaringan Abu Jandal dan bergabung dengan ISIS di Suriah sebagai pejuang teroris asing dan sudah mengikuti tadrib askari dan ribath.
Ketiga, Kiki Rizky Abdul Kadir alias Kiki alias Abu Ukasah ditangkap di Jalan Raya Sawahan, Malang. "Keterlibatan Kiki sama dengan peranan Abu Faros," katanya.
Di Pekanbaru ditangkap empat orang terduga teroris yakni yang pertama Dewa Rizky Pangestu alias Rizky, ditangkap pada Minggu (10/12) di Kompleks PT Sumatera Riang Lestari, Pulau Rupat, Kab. Bengkalis.
Pada 23-26 Februari 2017, Rizky ikut kegiatan i'dad di Bukit Gema Lipat Kain, dan pada Mei 2017, Rizky bersama sejumlah rekannya mengadakan pertemuan di Danau Buatan Rumbai untuk merencanakan aksi teror ke Pospol, Polsek dan Mako Brimob Pekanbaru.
Rizky juga bersedia menjadi eksekutor bersama rekan-rekannya dalam rencana penyerangan ke Pospol, Polsek dan Mako Brimob Pekanbaru.
Kedua Rangga Respati alias Abu Khanza ditangkap di Jalan Suka Karya Kualu Perumahan Mahkota Riau, Senin (11/12).
Pada Desember 2016 Abu Khanza bersama Wawan Kurniawan alias Abu Afif (telah ditangkap) ke Ogan Komering Ilir Sumsel untuk survei pembelian senjata api, pada 4-7 Januari dan 23-26 Februari 2017. Abu Khanza juga ikut kegiatan i'dad di Bukit Gema Lipat Kain.
Ketiga Agusti Raja alias Raja ditangkap di Jalan Garuda Sakti, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Riau, Senin (11/12). Keterlibatannya merencanakan penyerangan Mako Brimob Pamenang Jambi, ikut merencanakan penyerangan Polsek Payakumbuh Polda Sumbar dan ikut merencanakan pembakaran Polres Dharmasraya Sumbar.
Keempat Dori Gusvendi alias Abu Syuhada ditangkap di Jalan Pulau Jambu, Kuok, Bangkinang Barat, Kab. Kampar, Riau, Senin (11/12). Keterlibatannya mengikuti i'dad di Bukit Gema Lipat Kain pada 4-7 Januari 2017, berencana hijrah ke Marawi via Toli-Toli, mengetahui pembelian senjata Wawan alias Abu Afif serta melakukan pertemuan di Danau Buatan Rumbai untuk merencanakan amaliyah ke Pospol, Polsek dan Mako Brimob Pekanbaru.
Sementara itu di Sumatra Selatan ditangkap 12 terduga teroris pada Minggu (10/12), yakni:
- Abdul Kadir alias Yazid alias Abu Ibrahim di rumahnya di Semambu, Indralaya-Kab. Ogan Ilir. Keterlibatan anggota Kelompok JAK yang ikut pelatihan di Bukit Gemah Kampar-Riau, merencanakan amaliyah di Riau dan ikut latihan menembak dengan kelompok JAK di Jambi dan masuk dalam daftar buron.
- Imron alias Abu Hasan ditangkap di Kramat Raya Perum Graha Elok Persada, Talang Kramat-Kab. Banyu Asin. Keterlibatannya sebagai anggota Kelompok JAK, ikut pelatihan di Bukit Gemah Kampar, Riau, mengetahui rencana amaliyah di Riau dan membantu menyembunyikan DPO.
- Suwarto alias Abu Jafar alias Fajar ditangkap di Di Jalan Desa Lecah Lubai Ulu Kab. Muara Enim. Keterlibatannya sebagai anggota kelompok JAK, ikut pelatihan di Bukit Gemah Kampar, Riau, mengetahui rencana amaliyah di Riau dan membantu menyembunyikan DPO.
- Sugianto alias Abu Faris, alamat Kel Bukit Rt 19 Rw 04 Kec. Betung-Kota Palembang. Keterlibatan sebagai anggota Kelompok JAK, ikut pelatihan di Bukit Gemah Kampar-Riau, ikut kajian bersama sama dengan Solihin, Abu Jafar, Abu Hasan dan Abu Alana dan menyembunyikan informasi tentang DPO.
- Solihin ditangkap di rumah pengajian miliknya di Jalan SP 1 Trans Barito Desa Lecah Lubai Ulu Kab. Muara Enim. Keterlibatannya menyembunyikan DPO dengan nama Abdul Kodir alias Yazid alias Abu Ibrahim dan Abu Alana alias Sunardi, mengetahui tentang perencanaan penyerangan Mapolres Baturaja dan mengarahkan untuk melakukan penyerangan Kantor Brimob di Jakarta/Depok. Solihin juga menyiapkan sarana latihan fisik dan latihan memanah bagi para jamaahnya untuk persiapan amaliyah dan menggerakkan dan mempublikasikan kepada para pendukung Daullah di Indonesia untuk bergabung membuat komplek/pemukiman/Camp khusus di SP 1 Trans Barito Lubai-Muara Enim.
- Zulkarnain alias Zul alias Zengki. Alamatnya SP 2 Kec. Lubuk Batang-Kab. OKU. Keterlibatannya Mengetahui tentang DPO yang ada di kediaman Solihin, mengetahui tentang rencana penyerangan ke Mako Brimob Kelapa Dua dan ikut menyiapkan fisik dan mental jemaah yang siap melakukan amaliyah/penyerangan.
- Jafar Saputra alias Fajar, alamat Kel. Kebun Bunga, Kec. Sukarame-Kota Palembang. Keterlibatan mengetahui keberadaan DPO di kediaman Solihin, mengetahui tentang rencana penyerangan Mapolres Baturaja dan Mako Brimob Kelapa Dua Depok dan mempersiapkan diri untuk ikut Amaliyah.
- Budiman, alamat Lubai Persada Dusun 1 Kec. Lubai Hulu-Muara Enim. Keterlibatan mengetahui keberadaan DPO di kediaman Solihin, aktif mengikuti pengajian di tempat Solihin dan merupakan pendukung Daullah/ISIS.
- Irfa'i, alamat Desa Sakenang, Tanjung Jaya Kec. Buai Pemaca Kab. OKI. Keterlibatan aktif pengajian di tempat Solihin dan pendukung Daullah/ISIS.
- Zakri alias Mang Zakri, alamat Dusun Talang Suka Maju, Desa Tanjung Durian Kab. OKU Selatan. Keterlibatannya aktif pengajian di tempat Solihin, sebagai pendukung Daullah/ISIS.
- Abdul Majid alias Majid, alamat Desa Suban Geriji, Kec. Rambang Dangku Muara Enim. Keterlibatannya aktif pengajian di tempat Solihin, sebagai pendukung Daullah/ISIS.
- Slamet Widodo alias Slamet, alamat di SP 1 Lubai Persada Kec. Lubai Ulu-Muara Enim. Keterlibatannya aktif pengajian di tempat Solihin, sebagai pendukung Daullah/ISIS.
Sumber : Antara
🐚
TEMPO.CO, Jakarta - Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri menangkap sembilan terduga teroris yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Penangkapan tersebut dalam rangka Operasi Penindakan serentak yang dilakukan pada Selasa, 24 Oktober 2017.
"Kesembilannya ditangkap di empat daerah. Sulawesi Selatan, Pekanbaru, Jawa Tengah, dan Jawa Timur," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Rikwanto pada Selasa, 24 Oktober 2017 dalam keterangan tertulis.
Tim Densus 88 Antiteror Polri menangkap sebanyak sembilan terduga teroris dari berbagai wilayah di Indonesia. Rikwanto mengatakan penangkapan sembilan terduga teroris berlangsung pada Selasa, 24 Oktober 2017 sejak pukul 6.00 hingga 12.30 WIB.
Baca juga: Densus 88 Tangkap 2 Terduga Teroris di Riau
"Operasi penindakan serentak yang dilakukan pada hari ini Selasa tanggal 24 Oktober 2017 di beberapa wilayah Indonesia dengan berhasil menangkap sembilan orang tersangka terorisme," kata Rikwanto.
Ia menuturkan, penangkapan pertama dilakukan terhadap Yoyok Handoko alias Abu Zaid di kawasan Jalan Bukit Barisan Pekanbaru, Riau sekitar pukul 06.00 WIB.
Menurut dia, Yoyok adalah salah seorang yang ikut dalam persiapan di Bukit Gema, Kabupaten Kampar, Riau. Selain itu, Yoyok juga diketahui mengikuti pelatihan menembak di Jambi dan merencanakan aksi teror dengan sasaran asaran kantor polisi di Pekanbaru.
Selanjutnya, Densus 88 menangkap Bakri alias Bakri Baroncong alias Aslam alias Pak Nur di Desa Timampu, Kecamatan Towuti, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan sekitar pukul 07.04 WITA.
Baca juga: Densus 88 Tangkap Terduga Teroris di Serpong
Densus 88 juga menangkap Muhammad Khoirudin (31) di Jalan Sapen, Sukorejo, Kendal, Jawa Tengah pada pukul 7.15 WIB. Rikwanto mengatakan bahwa Khoirudin diduga sebagai yang menyandang dana untuk kelompok pimpinan Hendro Fernando yang terkait dengan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Poso, Sulawesi Tengah periode 2015 hingga 2016.
Rikwanto berujar, Bakri ditangkap lantaran diduga ikut serta dalam pelemparan benda diduga bom ke arah Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo pada 2012.
Kemudian, Densus 88 menangkap Wawan alias Abu Afif (42) di Jalan Kopkar Raya, Perumahan Pandau Permai, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Riau sekitar pukul 7.15 WIB,
Wawan diduga anggota kelompok Jamaah Ansor Daullah (JAD) di Pekanbaru yang pernah memimpin persiapan aksi teror di Bukit Gema. Selain itu, Wawan juga didugamemotivasi pelaksanaan serangan teror ke kantor polisi serta mengetahui adanya pelatihan membuat bom dan pelatihan menembak di Jambi.
Dari lokasi dan waktu yang sama, Densus 88 menangkap Beni Samsu Trisno alias Abu Ibrohim (30). "Diduga, dia (Beni) memiliki peran yang sama dengan Wawan," kata Rikwanto.
Setelah itu,Handoko aluas Abu Buchori ditangkap di kediamannya, Perumahan Griya Taman Anggrek Rambah Jaya, Kecamatan Siak Hulu Kubang Raya, Kampar sekitar pukul 10.30 WIB.
Kemudian, Densus 88 menangkap Hasby di Jalan Mojolaban, Sukoharjo, Jawa Tengah sekitar pukul 11.00 WIB. Namun, Rikwanto tidak menjelaskan terkait dugaan tindak pidana terorisme yang diduga dilakukan Hasby.
Lalu, Densus 88 menangkap Hendrasti Wijanarko alias Koko alias Jarwoko alias Lir Ilir (31) di Jalan Raya Ponorogo-Pacitan, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur sekitar pukul 11.20 WIB.
Rikwanto mengatakan, Hendrasti merupakan anggota di salah satu grup di aplikasi pesan yakni Telegram, yang berisi anggota pendukung daulah, serta warga negara Indonesia yang bergabung dengan kelompok ISIS Bahrum Naim.
Menurutnya, Hendrasti juga diduga mengetahui rencana serangan teror di depan Istana Negara pada Oktober 2016 silam. Terakhir, Densus 88 menangkap Nanang Kurniawan alias Abu Aisha di Jalan Kubang Raya, Dusun Kualu, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar sekitar pukul 12.30 WIB. "Untuk selanjutnya akan dilakukan interogasi terhadap yang bersangkutan," ujar Rikwanto.
Read more at https://nasional.tempo.co/read/1027468/dalam-tempo-6-jam-densus-88-tangkap-9-terduga-teroris?AllUtama&campaign=AllUtama_Click_1#msu66qDtR3qCOWsO.99
🐖
Merdeka.com, Bandung - Seorang terduga teroris, inisial IM ditangkap kepolisian di dekat Bandar Udara Cakrabhuana, Cirebon, Jawa Barat. Penyelidikan sementara terhadap pelaku oleh Densus 88 Mabes Polri, IM ini masih memiliki keterkaitan dengan bom paku yang menyasar mobil TV One pada pergantian tahun 2016 di Alun-Alun Bandung.
"Masih ada keterkaitan pada pergantian tahun baru yakni, percobaan peledakan di mobil tvOne di depan Pendopo," kata Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Yusri Yunus di Mapolda Jabar, Kota Bandung, Selasa (19/9).
IM ini merupakan terduga aksi teror lone wolf yang hendak beraksi jelang kedatangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara Festival Keraton Nusantara (FKN) XI 2017 di Kota Cirebon Jawa Barat pada Senin (18/9) kemarin. Beruntung aksi teror yang bakal dilakukan berhasil digagalkan kepolisian.
Dari tangan pelaku, barang bukti berupa lima bom molotov dan senjata tajam lainnya ditemukan dalam tas ransel yang dibawa.
Yusri menambahkan, IM ini merupakan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Kabupaten Majalengka. Namun untuk status keterlibatannya, IM merupakan anggota JAD yang aktif di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
"Hasil keterangan awal yang bersangkutan memang terlibat JAD Majalengka, berkaitan JAD yang ada di Ciamis," katanya.
(FF/ASW)💂
Kabar24.com, JAKARTA - Salah satu tersangka pelaku peledakan bom bunuh diri di Kampung Melayu, Jakarta, tinggal di rumah kontrakan di Jalan Cibangkong Nomor 130/120, RT02/07, Kelurahan Cibangkong, Kecamatan Batununggal, Kota Bandung.
Warga yang tinggal tak jauh dari rumah kontrakan pria berinisial INS, 40 tahun, mengenalnya sebagai sosok yang tertutup.
"Biasa saja orangnya mah, cenderung tertutup kalau menurut saya. Saya pernah ketemu tapi hanya selewat begitu saja. Dia mah kalau habis pulang kerja jarang keluar rumah," kata Dede Sudrajat, yang tinggal di samping rumah kontrakan tempat INS tinggal, Kamis.
Menurut Dede, INS sudah menyewa rumah di Jalan Cibangkong selama dua tahun lebih.
"Saya kurang begitu mengenal baik sama dia, walaupun rumah saya sebelahan," kata dia.
Ia terakhir melihat INS sekitar lima hari lalu, ketika INS keluar dari rumah sambil membawa sebuah tas ransel.
"Seingat saya, sekitar lima hari lalu ia keluar bawa tas gitu. Tapi dia enggak suka ngobrol kalau ada yang lagi ngumpul-ngumpul, cuma senyum aja," kata dia.
Polisi memastikan INS sebagai pelaku bom bunuh diri di Kampung Melayu, Jakarta.
"Berdasarkan hasil idenitifikasi, INS merupakan pelaku bom bunuh diri di Jakarta kemarin," kata Kepala Bidang Humas Polda Jawa Barat Kombes Pol Yusri Yunus.
Tim Detasemen Khusus 88 (Anti-Teror) Polri dan Brimob Polda Jawa Barat pada Kamis pagi menggeledah rumah kontrakan tempat INS tinggal, yang berukuran sekitar 3x7 meter persegi.
"Untuk istri yang bersangkutan sudah kita amankan dan di sini tempat kontrakannya," kata Yusri Yunus.
Ia mengatakan istri pelaku yang berinisial GN (31 tahun) dan dua anaknya telah dibawa oleh petugas ke Markas Polda Jawa Barat untuk menjalani pemeriksaan DNA. Saat ini, garis polisi telah dipasang di rumah kontrakan tempat keluarga INS tinggal.
Sumber : Antara
👮
Liputan6.com, Jakarta - Polisi menuntaskan olah tempat kejadian perkara (TKP) ledakan bom di Kampung Melayu, Jakarta Timur, Kamis dinihari atau sekitar pukul 01.00 WIB.Hasilnya, dua serpihan tubuh, yakni tangan dan kepala, dipastikan milik pelaku bom bunuh diri.
BACA JUGA
Korban Tewas Akibat Bom Kampung Melayu Menjadi 5 Orang
Polri: Pelaku Bom Kampung Melayu 2 Orang Laki-Laki
Saksi Bom Kampung Melayu: Serpihan Tubuh Terbang ke Arah Saya
Kadiv Humas Polri Irjen Pol Setyo Wasisto menyatakan, pelaku bom Kampung Melayu berjumlah dua orang dan keduanya dipastikan tewas di lokasi.
"2 pelaku dinyatakan tewas, laki-laki," ujar Setyo di lokasi, Kamis (25/5/2017) dini hari.
Setyo memastikan dua potongan tubuh itu adalah dua tubuh yang berbeda. "Dua jasad berbeda," ucap dia.
Selain itu, korban meninggal dari kepolisian bertambah menjadi 3 korban meninggal. "3 anggota Polri yang gugur. Penyebab meninggal belum ditahui," ujar Setyo.
👮
Tiga polisi yang tewas sedang mengamankan pawai obor jelang Ramadan.
"Lagi bertugas mengamankan pawai. Pawai belum lewat sudah terjadi ledakan," ucap dia.
Dengan demikian, total terdapat 5 korban jiwa akibat bom Kampung Melayu, yakni 2 pelaku dan 3 polisi.
😨
reuters: Indonesian police said on Wednesday that a suspected suicide bomber and a police officer were killed in explosions near a bus station in the eastern part of the capital, Jakarta.There were two blasts in Kampung Melayu that went off five minutes apart late in the evening, police said in a statement.
It said some people, including police officers, were wounded and being taken to a nearby hospital.
A hospital official speaking on Metro TV said two policemen and a civilian were being treated, and all three were conscious. Another TV report said five people were wounded.
Authorities in the world's biggest Muslim-majority nation have been increasingly worried about a resurgence in radicalism, driven in part by a new generation of militants inspired by Islamic State.
There has been a series of low-level attacks linked to Islamic State since January 2016, when four militants mounted a gun and bomb assault in the heart of Jakarta.
Eight people were killed in that attack, including the militants.
(Writing by John Chalmers; editing by John Stonestreet)
news.com.au:
AT LEAST one man has died and several are injured, including a police officer, following two explosions near a bus station in Indonesia, police said.
The explosions rattled East Jakarta around 9pm Wednesday (midnight Thursday AEST).
“There were two blasts at around 9pm, close to each other, there are three victims,” East Jakarta police chief Andry Wibowo told TV station MetroTV. “From the damage I can see the explosions were pretty big.”
It was not immediately clear what caused the blasts at the Kampung Melayu terminal.
Merdeka.com - Wakapolri Komjen Syafruddin tiba di lokasi ledakan bom Kampung Melayu, Jakarta Timur. Syafrudin tiba sekitar pukul 22.20 WIB.
Pantauan merdeka.com, Rabu (24/5) Syafruddin tiba dengan pengawalan ketat. Syafruddin yang mengenakan batik cokelat langsung melihat situasi di lapangan. Kapolda Metro Jaya Irjen M Iriawan juga sudah tiba di lokasi sebelumnya.
Lima orang menjadi korban dari peristiwa itu. 3 Orang dari anggota polisi, satu mahasiswi dan satu lagi berprofesi sopir.
Berikut daftar nama korban ledakan yang diterima merdeka.com:
1. Bripda Topan Al Agung unit 1 peleton 4 pmj
2. Bripda Feri unit 1 peleton 4 pmj (luka pada muka badan dan paha)
3. Bripda Yogi unit 1 peleton 4 pmj (luka di sekujur tubuh)
4. Agung 17 tahun, supir swasta (luka pada kaki tangan badan)
5. Jihan, mahasiswi 19 tahun (luka pada tangan kiri melepuh)
[eko]
💣
PALU, KOMPAS.com – Kapolda Sulawesi Tengah Rudy Sufahriadi mengatakan, Satgas Tinombala menemukan senjata organik SS1dalam kontak senjata dengan sisa kelompok Santoso di wilayah Simpang Angin Pegunungan Biru, Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Dalam peristiwa yang terjadi Senin (16/5/2017) itu, dua orang dari kelompok tersebut yakni Barok dan Askar tewas. Kedua orang ini masuk dalam daftar pencarian orang (DPO).
Menurut Rudy, senjata itu digunakan oleh Barok dan merupakan senjata organik milik anggota brimob yang dirampas kelompok itu.
“Senjata SS1 itu milik anggota brimob yang diserang oleh kelompok Santoso di Desa Kalora pada 2012, dan saat penyerangan itu terjadi empat anggota brimob meninggal dunia,” kata Rudy, dalam konferensi pers di Palu, Selasa (16/5/2017).
Dia menyebutkan, awalnya senjata ini dipakai oleh Santoso. Setelah Santoso tewas, SS1 itu kemudian digunakan oleh Barok.
Selain senjata organik yang diamankan, barang bukti lain yang ditemukan adalah bom lontong.
Sementara Askar dalam kelompok Santoso merupakan ahli dalam membuat bom.
Dengan tewasnya kedua orang tersebut, sisa daftar pencarian orang (DPO) kelompok Santoso dari Sembilan orang menjadi tujuh orang.
👮
Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 65 ribu aparat gabungan dari Polri, TNI, Pemda, dan Perlindungan Masyarakat (Linmas) siap mengamankan jalannya Pilkada DKI 2017 putaran kedua, yang akan berlangsung pada Rabu 19 April 2017.
Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian menyebutkan formasi pengamanan di setiap Tempat Pemungutan Suara (TPS). "Untuk itu langkah yang kita lakukan memperkuat pengamanan di TPS, 1 Polri, 1 TNI, dan linmas. Minimal satu polisi satu TPS. Jumlah TPS ada 13.034," ujar Tito di Kantor Kemenkopolhukam, Senin (17/4/2017).
BACA JUGA
Tidak hanya itu, Kapolri menyebutkan, terdapat sejumlah personel yang bersiaga di Polda, Polres, dan Polsek, serta pasukan cadangan jika terjadi sesuatu hal yang mengganggu keamanan di ibu kota.
"Kemudian kita memperkuat kekuatan standby di Polda, Mabes, Polsek, Polres, dan juga koordinasi dengan panglima dan Polhukam untuk mengerahkan pasukan pengamanan cadangan jika diperlukan," ujar Tito.
Pengamanan ketat ini, lanjut Kapolri, diharapkan memberikan ketenangan bagi warga DKI yang akan memilih dalam Pilkada DKI 2017 putaran kedua. "Ini sudah cukup besar tapi saya kembalikan ke masyarakat tidak perlu takut," lanjut dia.
Lebih lanjut, Kapolri mengimbau kepada masing-masing pendukung untuk tidak melakukan pengumpulan massa di TPS-TPS, meski bertujuan baik untuk mengamankan Pilkada DKI 2017 agar tidak terjadi kecurangan.
"Tolong jangan terjadi pengumpulan massa, apapun alasannya ke TPS. Apalagi jumlahnya besar, kalau jumlahnya besar pasti kita angkat," ujar Tito.
Liputan6.com, Jakarta - Kelompok anticalon gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok akan menggelar Tamasya Al Maidah pada hari pemungutan suara Pilkada DKI Jakarta, 19 April 2017. Tamasya ini merupakan gerakan untuk mengawal jalannya pilkada di Ibu Kota.
Menanggapi hal tersebut, anggota Komisi II DPR Budiman Sudjatmiko menilai, aksi itu merupakan bentuk intimidasi, khususnya terhadap pasangan cagub dan cawagub Ahok-Djarot Saiful Hidayat.
BACA JUGA
"Ini sebuah bentuk intimidasi, karena kita tahu isu ini sudah berbulan-bulan dipakai untuk memojokan salah satu cagub yaitu Ahok," kata Budiman saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta, Senin (17/4/2017).
Oleh karena itu, politikus PDI Perjuangan ini menyatakan, Polri harus mencegah gerakan atau aksi tersebut. Ia menambahkan, untuk proses pelaksanaan pilkada, sudah ada penyelenggara pemilu yakni KPU dan Bawaslu yang menggaet elemen masyarakat, termasuk saksi dari peserta pemilu itu sendiri.
Dia melanjutkan, untuk pelanggaran pemilu sudah dibentuk Sentra Penegak Hukum Terpadu (Gakkumdu), yang di dalamnya terdapat Bawaslu, Polri, dan Kejaksaan.
"Oh itu harus (Polri mencegah), karena itu tugas konstitusional mereka," tandas Budiman.
Tamasya Al Maidah merupakan aksi yang digelar oleh pendukung cagub dan cawagub nomor urut 3 Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Disebutkan Tamasya ini tidak hanya diikuti warga DKI tapi juga warga luar Jakarta.
Sementara untuk mengawal pelaksanaan pemungutan suara agar terhindar dari kecurangan dan intimidasi, kubu Ahok-Djarot membentuk satgas anti-intimidasi.
👮👮
Kabar24.com, JAKARTA - Peneliti dari Pusat Kajian Terorisme dan Konflik Sosial, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Solahudin mengatakan keterlibatan perempuan dalam kasus terorisme merupakan hal yang baru di Tanah Air.
"Perempuan terlibat teror ini baru," kata Solahudin dalam acara bertajuk Penguatan Perspektif Korban dalam Peliputan Isu Terorisme Bagi Insan Media, di Jakarta, Jumat (7/4/2017).
Komentarnya tersebut merujuk pada keterlibatan Dian Yulia Novi (DYN) dan Ika Puspitasari (IP) yang merupakan jaringan teroris Bekasi, Jawa Barat, dengan pimpinan selnya, M. Nur Solihin (MNS). Mereka ditangkap pada Desember 2016.
Menurut dia, keterlibatan perempuan dalam aksi teror disebabkan pemimpin militan ISIS dari Indonesia, Bahrun Naim pernah mengajak perempuan untuk ikut melakukan aksi jihad, karena hanya sedikit laki-laki yang mau.
"Bahrun bilang kalau di Suriah aksi amaliyah tidak wajib dilakukan oleh perempuan. Tapi, di Indonesia, perempuan boleh melakukan aksi teror, karena laki-lakinya pada pengecut. Itu dalam percakapan Telegram pada Juni 2016," katanya merujuk pada informasi dan riset yang dilakukannya.
Perektrutan Wanita
Dian Yulia Novi (DYN) alias Ayatul Nissa Binti Asnawi merupakan mantan TKW di Taiwan yang kemudian pulang ke Indonesia dan menikah dengan MNS. Dia diproyeksikan sebagai calon "pengantin" bom bunuh diri di lingkungan Istana Negara, Jakarta, pada Minggu pagi, 11 Desember.
Rencananya aksi tersebut menargetkan momen pergantian petugas jaga paspampres di Istana. Selain DYN, IP yang juga mantan TKW di Hong Kong direncanakan sebagai "pengantin".
Densus 88 menangkap teroris Ika Puspitasari (IP), warga Dusun Tegalsari, Desa Brenggong, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah pada Kamis (15/12/2017).
IP ditangkap di musola Dusun Tegalsari, Desa Brenggong, Kecamatan Purworejo saat sedang ikut mempersiapkan kegiatan Maulid Nabi SAW. IP diproyeksikan sebagai bomber pada aksi teror di Bali.
Densus 88 menangkap teroris Ika Puspitasari (IP), warga Dusun Tegalsari, Desa Brenggong, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah pada Kamis (15/12/2017).
IP ditangkap di musola Dusun Tegalsari, Desa Brenggong, Kecamatan Purworejo saat sedang ikut mempersiapkan kegiatan Maulid Nabi SAW. IP diproyeksikan sebagai bomber pada aksi teror di Bali.
Sumber : Antara
👭
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) kubu Djan Faridz menyebutkan pengusiran pengurus masjid terhadap calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat menunjukkan tindakan radikalisme.
"Pengusiran Djarot menunjukkan radikalisme yang merusak tata krama dan sopan santun Islam di Jakarta," kata Djan di Jakarta Jumat.
Djan mengimbau seluruh umat Nahdlatul Ulama (NU) merebut kembali kepengurusan masjid dari kelompok radikal di wilayah Jakarta.
Mantan Menteri Perumahan Rakyat era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu meminta pelaksana Gubernur DKI Jakarta Sumarsono menindak pengurus masjid yang radikal mengusir Djarot.
Sebelumnya, sejumlah jamaah Masjid Jami Al Atiq Tebet Jakarta Selatan menolak kehadiran Djarot saat shalat jumat.
Beberapa orang dan takmir masjid meminta Djarot keluar seraya berteriak takbir di tempat shalat jumat tersebut.
Pasangan calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama itu meninggalkan lokasi usai mendapatkan pengusiran tersebut.
Meskipun menerima penolakan, Djarot sempat melayani sejumlah warga yang meminta foto bersama dan bersalaman.
"Pengusiran Djarot menunjukkan radikalisme yang merusak tata krama dan sopan santun Islam di Jakarta," kata Djan di Jakarta Jumat.
Djan mengimbau seluruh umat Nahdlatul Ulama (NU) merebut kembali kepengurusan masjid dari kelompok radikal di wilayah Jakarta.
Mantan Menteri Perumahan Rakyat era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu meminta pelaksana Gubernur DKI Jakarta Sumarsono menindak pengurus masjid yang radikal mengusir Djarot.
Sebelumnya, sejumlah jamaah Masjid Jami Al Atiq Tebet Jakarta Selatan menolak kehadiran Djarot saat shalat jumat.
Beberapa orang dan takmir masjid meminta Djarot keluar seraya berteriak takbir di tempat shalat jumat tersebut.
Pasangan calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama itu meninggalkan lokasi usai mendapatkan pengusiran tersebut.
Meskipun menerima penolakan, Djarot sempat melayani sejumlah warga yang meminta foto bersama dan bersalaman.
Sementara itu Wakil Sekretaris jenderal (Wasekjen) PBNU, Hery Haryanto Azumi menyatakan aksi pengusiran itu tidak bisa dibenarkan. Pasalnya, kedatangan mantan Wali Kota Blitar tersebut semata-mata untuk menjalankan ibadah.
"Tindakan ini tidak bisa dibenarkan. Apalagi karena alasan politik," kata Hery dalam keterangannya kepada wartawan.
Lebih lanjut mantan Ketua Umum PB Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ini menjelaskan, aksi yang dilakukan sekelompok orang itu jelas jauh dari nilai-nilai keislaman. "Karena ini wajib, seharusnya kita semua berusaha mengajak orang untuk salat jumat. Bukan sebaliknya mengusir orang yang mau melaksanakan salat jumat," ujar pria asal Trenggalek, Jawa Timur ini.
Hery juga mengatakan, saat ini sejumlah kalangan tengah berupaya menciptakan kehidupan berbangsa dan bernegara yang toleran. "Makanya, aksi seperti itu bisa merusak upaya dan kerja keras kita dalam menciptakan kehidupan yang toleran. Aksi intolerasi dipastikan akan merusak kehidupan berbangsa dan bernegara kita," tuturnya.
Menurut pria dua anak ini, intoleransi cenderung pada praktik radikal. "Itu yang saya maksud, intoleransi dapat menghancurkan bangsa dan negara. Lihat Suriah, Libya, Yaman dan negara-negara gagal di Timur Tengah yang lain," tandasnya.
Hery pun mengajak segenap warga untuk melestarikan praktik-praktik keagamaan moderat yang telah menjadi tradisi dan ikon bangsa Indonesia sejak lama.
Islam merupakan faktor positif dalam pembangunan karakter dan bangunan negara. Itu sebagaimana terpatri dalam adagium "cinta tanah air adalah perwujudan iman seorang muslim" atau Hubbul Wathan Minal Iman.
Editor: Tasrief Tarmizi
✂
TEMPO.CO, Jakarta – Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri menangkap empat terduga teroris di wilayah Banten. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Markas Besar Polri Brigadir Jenderal Rikwanto mengatakan satu orang bernama Nanang Kosim tewas dalam penyergapan yang dilakukan Kamis, 23 Maret 2017, pukul 12.00 WIB tersebut.
Rikwanto menambahkan keempat terduga teroris ini ditangkap di Ciwandan, Banten, setelah menempuh perjalanan dari Anyer dengan dua mobil. Polisi menangkap Achmad Supriyanto dan Icuk Pamulang pada mobil pertama.
Keduanya menyerah saat dihadang aparat kepolisian. “Sehingga dapat langsung ditangkap,” kata Rikwanto melalui keterangan tertulis di Jakarta, Kamis, 23 Maret 2017.
Namun, kata Rikwanto, Nanang Kosim dan Ojid Abdul Majid yang berada di mobil kedua, tidak kooperatif. Menurut dia, keduanya justru memacu kendaraan dan menabrak mobil petugas yang menghadang. “Sehingga dilumpuhkan oleh petugas dan dalam perjalanan ke rumah sakit tersangka Nanang meninggal dunia,” ujar Rikwanto.
Dari hasil penangkapan tersebut, kata Rikwanto, polisi menyita satu barang bukti berupa sebuah pistol. Selain itu, Abdul Madjid mengalami luka tembak di bagian tangan.
ARKHELAUS W.
💥
newsweek: A would-be teenage suicide bomber has said Boko Haram militants paid her just 200 naira ($0.64) to blow herself up in a city in northeast Nigeria.
In footage obtained by Sky News, the 14-year-old girl said the militants had told her and a friend to detonate their explosive vests in a “crowded place” in Maiduguri, the northeastern city that has been at the epicenter of Boko Haram’s eight-year insurgency.
Win an iPhone 7 Sign up to our daily newsletter for your chance to win.
The girl added that she and her friend had worn the vests for three days before going into the city center. The girl removed her vest after being ordered to by police, but officers shot her friend dead after she refused to do the same.
A 2016 UNICEF report found that a fifth of the suicide bombers deployed by Boko Haram were children, and that girls made up 75 percent of the child bombers.
Boko Haram began launching attacks against Nigerian government and civilian targets in 2009, with the aim of establishing a militant Islamist caliphate in northeast Nigeria. The group, which has since split into two factions, has perpetrated widespread violence in Nigeria and neighboring countries, killing thousands and displacing millions. The United Nations has warned that northern Nigeria is at risk of famine, largely due to the impact of the insurgency.
The commander of Nigeria’s counter-insurgency operations, Major General Lucky Irabor, told Sky News that young people like the would-be bomber “are very unfortunate children, little girls, who have been involved, who have been engaged to be the couriers of these dastardly acts of the Boko Haram terrorists.”
A Nigerian military offensive, coupled with that of a regional joint task force, has pinned Boko Haram back and reclaimed much of the territory it once controlled in Nigeria, which was comparable to the size of Belgium at the group’s violent peak in early 2015.
But Boko Haram militants continue to carry out guerrilla-style suicide attacks, and the group is still holding the vast majority of the Chibok girls in captivity. Boko Haram kidnapped 276 girls from their school in northeast Nigeria, 2014, sparking the global #BringBackOurGirls campaign. But despite the international attention, 195 of the girls remain in captivity.
👹
Jakarta beritasatu - Densus 88/Antiteror Mabes Polri mengungkap jaringan baru Jamaah Islamiah (JI) setelah membekuk dua orang di Karanganyar pada Kamis (2/2) lalu. Mereka telah ditetapkan sebagai tersangka tindak terorisme, menurut keterangan sumber di Mabes Polri, Minggu (5/2).
Kedua orang yang dikenali sebagai Winarno, warga di RT 01 RW 03 Dukuh Banyodono, Desa Banyudono, Boyolali, Jawa Tengah dan tetangganya, Murjianto, 27, warga di RT 03 RW 04 Dukuh Kunden Desa Banyudono itu adalah buron kasus lama.
"Mereka yang ditangkap di area pembangunan proyek jalan tol di Ngasem, Colomadu, Karanganyar itu terkait dengan jaringan JI," kata seorang yang mengetahui kasus ini, Minggu (5/2).
Mereka dicurigai sebagai komandan logistik JI wilayah timur. Nama keduanya muncul saat Densus membekuk kelompok Bravo JI di Mojokerto berkaitan dengan penyimpanan senjata pada Desember 2015 lalu.
Saat itu Densus membekuk Sugito alias Teguh. Sel teror baru JI ini masih terkait dengan pabrik senjata rumahan yang berlokasi di sebuah bengkel las di Dusun Sumber Wetan, RT 012/ RW 006, Desa Sumber, Kecamatan Trucuk, Klaten, Jateng yang diungkap pada 2014 silam.
Jaringan ini dimotori oleh Ibnu Khaldun alias Sigit alias Rifky alias Bondan alias Sularno. Jejak Rifky juga ditemukan dalam berbagai teror di Poso sejak 2004 lalu.
Saat itu juga ditangkap Salim alias Ustad Yahya, Setiawan, Arif alias Tomy, Slamet, Rofiq, Arifin, dan Yusuf.
"Dua nama yang kita bekuk belakangan itu juga sudah resmi jadi tersangka," lanjut sumber itu.
👮
Jakarta Globe. Indonesia's biggest Muslim organization, the Nahdlatul Ulama, or NU, has warned that the real danger in the blasphemy allegation against Jakarta governor Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama is that certain groups might claim it as a reason to establish an Islamic state in Indonesia.
"This [case] indicates the presence of groups that want to turn the republic into an Islamic state. This is a serious threat and very dangerous," Rumadi Ahmad, the head of NU's educational division, said during a seminar in Jakarta on Wednesday (23/11).
Rumadi claimed these groups choose to deny Indonesia's secular roots and do not believe in the Pancasila — the country's official ideology.
"We shouldn't be worried about the blasphemy allegation, we should be worried about these groups," Rumadi said.
According to him, the Nov. 4 anti-Ahok protest was a show of force by these groups, and indicated their increasing confidence.
Rumadi stressed the importance of recognizing and tolerating diversity, which Indonesia's founding fathers had put to good use to unite so many ethnic and religious communities in the country.
"Back then, diversity was the one thing that unites us. Now some people are trying to use it to divide people. This is extremely dangerous," Rumadi said.
According to him, the Nov. 4 anti-Ahok protest was a show of force by these groups, and indicated their increasing confidence.
Rumadi stressed the importance of recognizing and tolerating diversity, which Indonesia's founding fathers had put to good use to unite so many ethnic and religious communities in the country.
"Back then, diversity was the one thing that unites us. Now some people are trying to use it to divide people. This is extremely dangerous," Rumadi said.
👪
SERANG (Pos Kota) – Ali Fauzi, adik kandung Ali Imron dan Amrozy terpidana mati Bom Bali mengatakan Provinsi Banten masuk zona merah teroris. Ali mengatakan itu saat kegiatan diseminasi pedoman peliputan terorisme dan peningkatan profesionalisme media massa pers dalam meliput isu-isu terorisme yang digelar Forum Kordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Banten, di Kota Serang, Selasa (29/11).
“Jadi penangkapan terduga teroris Eep Saiful Bahri alias Abu Syifa di Baros, Kabupaten Serang Minggu lalu, bukan kali pertama. Potensi Banten sangat kuat, ini terlihat dari jejak rekam wilayah Banten, NII dan DI TII, simpatisan masih banyak,” kata Ali Fauzi.
Selain itu, kata Ali, empat orang dari anak buah Pepi Fernando, terpidana kasus Bom Buku dan Bom di Serpong yang salah satunya melakukan pengeboman di Samarinda tiga diantaranya masih berkeliaran dan juga berpotensi melakukan aksi serupa. Terlebih lagi salah satu dari ketiganya berada di Banten menyakini kelompok ini berafiliasi dengan kelompok ISIS.
“Jadi tiga orang itu punya potensi, polisi juga pasti maping sehingga perlu ada pengawasan khusus. Juga dengan penangkapan di Majalengka, Aceh dan Banten juga gabungnya ke ISIS Global yang ada di Syria dan Irak,” katanya.
Menurut Ali, mudahnya seseorang bergabung dengan kelompok teroris lebih disebabkan oleh pertemanan dan prinsip, bukanlah karena ideologi selama ini banyak orang kira. Karena pencekokan ideologi radikal baru dapat diberikan ketika satu sama lainnya sudah sepaham. Kelompok teroris juga sangat rapih dalam perekrutan dan dalam administrasi, sehingga sulit dilihat dengan kasat mata.
“Jadi bukan karena ideologi seseorang dapat bergabung. Hasil penelitian juga menyebutkan 90 persen lebih seorang teroris itu bergabung dengan kelompok radikal karena pertemanan,” pungkas Ali yang saat ini menjadi Dosen di STIT Lamongan, Jawa Timur.
Sementara itu, Sekretaris FKPT Banten Amas Tadjudin mengakui jika, potensi gerakan radikal di Banten itu ada dan sudah diendus oleh berbagai pihak. Seperti penangkapan terduga teroris, di daerah Baros, meski secara kasat mata tidak ada, tapi justru di luar dugaan orang Baros ditangkap. Untuk itu, masyarakat tidak boleh lengah sedikit pun. Karena secara administrative kelompok radikal sangat rapih, tertata secara massif.
“FKPT bekerja sama dengan seluruh komponen masyarakat. Semua segmen kita ajak kerjasama mencegah gerakan radikalisme terorisme di Banten,” pungkasnya. (haryono)
👀
JAKARTA jpnn- Pembelaan Basuki T Purnama alias Ahok dan tim penasehat hukumnya menjadi bahan olok-olokan Sekjen Forum Umat Islam Muhammad Al-Khottot.
Mulai dari penggunaan ayat alquran sampai tangis Ahok disinggungnya saat berorasi di depan gedung lama PN Jakarta Pusat, Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat, Selasa (13/12)
Dia awalnya memprotes pengunaan ayat Alquran dan hadist oleh tim penasehat hukum Ahok.
Ditegaskannya, lebih terpuji jika membela Ahok menggunakan bukti dan undang-undang yang berlaku untuk pembelaan.
"Pembelanya Ahok menggunakan ayat-ayat Alquran dan hadits untuk membenarkan perbuatan Ahok. Kepada ahli-ahli hukum, tolong diteliti dan dibawa ke MUI apa terjadi penistaan lagi di pengadilan. Kok Alquran dipakai untuk membela penistaan Alquran," kata dia saat berorasi .
Kemudian, Khottob menyampaikan, Ahok heran dan tidak terima didakwa menista agama. Pasalnya, Ahok merasa kebijakannya selalu berpihak pada umat Islam.
"Itulah Ahok sambil menangis, saudara-saudara. Jadi dia heran dengan dakwaan jaksa, saudara-saudara," tambahnya.
Padahal, lanjutnya, selama memimpin mantan bupati Belitung Timur ini kerap arogan dan berani. "Eh ternyata nangis, lucu apa lucu?" jelas dia.
Lebih lanjut, ia juga mengkritisi pernyataan tim penasihat hukum Ahok yang menganggap percepatan proses hukum merupakan pelanggaran HAM.
Menurutnya, hal ini kontradiksi dengan pernyataan Ahok yang menginginkan agar sidang segera terlaksana agar bisa menunjukkan dirinya benar.
"Lah sekarang polisi, kejaksaan cepat dibilang melanggar HAM. Lucu yeee," cetus dia. (Mg4/jpnn)
💪
Jakarta, CNN Indonesia -- Forum Umat Islam (FUI) Yogyakarta meminta manajemen Universitas Kristen Duta Wacana menurunkan baliho yang memuat gambar mahasiswi berjilbab. Pada pertemuan antara kedua pihak yang berlangsung Rabu (7/12), UKDW sepakat menuruti desakan tersebut.
Konfirmasi peristiwa itu dikonfirmasi Kepala Subdit Penum Divisi Humas Polda Daerah Istimewa Yogyakarta, Komisaris Sri Sumarsih, kepada CNNIndonesia.com, melalui sambungan telepon dari Jakarta.
Sri menuturkan pertemuan antara FUI dan manajemen FUI berlangsung damai, tanpa kericuhan. "Permintaan FUI itu sudah diterima Humas UKDW. Telah terjadi komunikasi yang baik di antara kedua pihak," ucapnya.
Konfirmasi peristiwa itu dikonfirmasi Kepala Subdit Penum Divisi Humas Polda Daerah Istimewa Yogyakarta, Komisaris Sri Sumarsih, kepada CNNIndonesia.com, melalui sambungan telepon dari Jakarta.
Sri menuturkan pertemuan antara FUI dan manajemen FUI berlangsung damai, tanpa kericuhan. "Permintaan FUI itu sudah diterima Humas UKDW. Telah terjadi komunikasi yang baik di antara kedua pihak," ucapnya.
Lihat juga:
JAKARTA, KOMPAS.com - Tiga terduga teroris yang ditangkap di Surabaya berencana melakukan aksi di pusat keramaian Surabaya dan menyerang petugas keamanan. Sama seperti daerah lain, di Surabaya memang tengah dilakukan sejumlah operasi keamanan selama bulan puasa dan menjelang Lebaran.
"Ada indikasi mencoba mengganggu petugas keamanan yang sedang bertugas di hari raya. Rencana mereka akan melakukan aksi di bulan suci Ramadhan," ujar Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (9/6/2016).
Ketiga pelaku yang diamankan yaitu PHP, BRN, dan FN. Menurut Boy, ketiganya berencana menyerang di tempat umum dan kantor petugas keamanan.
Boy menganggap rencana mereka serupa dengan ledakan bom di jalan Thamrin, Jakarta, pada pertengahan Januari 2016.
"Mirip di jalan Thamrin. Mereka menyasar petugas yang bertugas, yang sedang terlibat dalam operasi," kata Boy.
Menurut Boy, diperkirakan rencana penyerangan sudah dipersiapkan selama dua tahun sejak keduanya bebas dari kurungan penjara.
PHP pernah dipenjara karena terlibat kasus narkoba. Sementara FN juga pernah ditahan karena kasus kriminal.
Hingga saat ini, penyidik Densus 88 masih melakukan pendalaman untuk mencari tahu rencana teror mereka lebih jauh.
"Kami masih mencari lagi, mungkin akan ada petunjuk dari data-data di HP dan komputer. Penyidik densus punya 7x24 jam untuk mengumpulkan bukti-bukti," kata Boy.
Saat dilakukan penangkapan, Densus 88 menyita barang bukti berupa tiga bom aktif berdaya ledak tinggi, dua pucuk senjata api laras panjang, senjata api laras pendek, cairan kimia, sangkur, hingga ponsel.
Polisi menduga masih ada lagi pelaku di kelompok mereka yang belum tertangkap sehingga masih dilakukan pengembangan.
JAKARTA sindonews- Pemerintah terus mengawasi ustaz Abu Bakar Baasyir. Bahkan, pemerintah melarang pimpinan Pondok Pesantren Ngruki, Solo itu memberikan tausiah.
Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, alasan melarang terpidana terorisme Abu Bakar Baasyir memberikan tausiah untuk menghindari penyebaran paham radikal.
"Kita menegakkan aturan penjara yang ada. Dilarang tausiah karena bisa ada radikalisasi," ujar Luhut di Kemenko Polhukam, Jakarta, Kamis (21/4/2016).
Namun pihaknya tidak melarang Abu Bakar Baasyir melakukan ibadah menurut keyakinannya. Dia menambahkan, pemerintah juga memberikan fasilitas yang layak kepada Abu Bakar Baasyir selama di tahanan.
"Jadi kalau dibilang tidak ada tempat ibadah, itu bohong," jelasnya. (Baca: Tulang Dada Siyono Patah, Densus 88 Langgar HAM)
Abu Bakar Baasyir baru dipindahkan dari tahanan Nusakambangan, Jawa Barat ke Lembaga Pemasyarakatan Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat.
(kur)
Palu - Dua orang anggota kelompok sipil bersenjata pimpinan Santoso alias Abu Wardah yang tertangkap pada Jumat (15/4), yakni Ibad dan Faqih, sebenarnya sengaja melarikan diri dari kelompok itu karena tiga alasan.
Alasan pertama, seperti diungkapkan sumber Antara di Polda Sulawesi Tengah, Selasa (19/4), adalah perjuangan kelompok ini sudah tidak sesuai lagi dengan syar'ii atau ajaran Islam dan hal-hal seperti yang sebelumnya mereka baca dalam media sosial/propaganda kelompok Santoso.
Alasan kedua adalah mereka dikucilkan oleh anggota kelompok lainnya dan alasan ketiga mereka diperlakukan berbeda dengan kelompok lainnya dalam hal pembagian makanan, pekerjaan dan perlakuan.
Sesuai hasil pemeriksaan sementara oleh tim Operasi Tinombala di Poso, Ibad (21) diketahui bergabung dengan kelompok Santoso sejak tiga tahun lalu sehingga diperkirakan Ibad mengetahui seluruh peristiwa teror yang dilakukan oleh kelompok Santoso.
Ibad diketahui banyak berperan sebagai anggota pencari logistik.
Sedangkan Faqih (19 ) bergabung dengan kelompok ini pada September 2015 dan mengikuti berbagai pelatihan militer (tadrip) dan sebagai anggota pencari logistik serta aktif sebagai anggota tim pengintai.
Kapolda Sulteng Brigjen Pol Rudy Sufahriadi kepada wartawan di Palu, Senin (18/4), mengaku belum bisa mengorek keterangan lebih banyak dari kedua terduga teroris anggota Mujahdin Indonesia Timur (MIT) itu karena kondisi mereka sangat lemah dan badan kekurusan akibat kuran makan.
"Mereka masih dalam proses pemulihan fisik dulu baru pemeriksaan dilanjutkan," ujar Kapolda.
Kedua DPO kasus terorisme Poso itu tertangkap di sebuah kebun warga desa Padang Lembara, Kecamatan Poso Pesisir Selatan, pada Jumat (15/4).
Kabid Humas Polda Sulteng AKBP Hari Suprapto menjelaskan bahwa pada saat itu, kedua orang tidak dikenal (OTK) itu berjalan di jalan desa Padang Lembara. Keduanya kemudian bertanya kepada seorang personel operasi Tinombala yang menyamar sebagai warga biasa, tentang alamat rumah pak Badri asal Medan.
Personel operasi itu kemudian menyakan identitas mereka namun mereka tidak menjawab sehingga petugas menaruh curiga dan meminta mereka menunjukkan KTP. Akan tapi kedua OTK itu langsung mencabut golok dan terjadilah perkelahian fisik di antara mereka. Petugas bersangkutan dengan dibantu dua rekannya yang juga berpakaian sipil segera dapat melumpuhkan keduanya dengan tangan kosong tanpa melepaskan tembakan.
Keduanya kemudian digiring ke Mapolres Poso untuk menjalani pemeriksaan. Dari dalam tas milik Ibad, petugas menemukan 32 jenis barang seperti satu buah bom rakitan pipa paralon, senter, charger telepon seluler, lem besi merk dextone, obat ampicilin dan paracetamol, korek api gas, pisau dan parang, peralatan mandi dan makan.
Sedang di tas Faqih ditemukan 16 jenis benda antara lain baterai, korek api gas, paku, tali nilon, rompi tempat magazin dan topi rimba hitam.
/YUD
ANTARA
JAKARTA okezone - Kapolri Jenderal Badrodin Haiti dikabarkan tengah berada di Poso, Sulawesi Tengah, untuk mengevaluasi operasi Tinombala di mana tujuan utamanya adalah mengejar pimpinan kelompok teror Mujahidin Indonesia Timur, Santoso alias Abu Wardah.
Jenderal bintang empat itu membenarkan dirinya tengah berada di Poso guna mengecek para anggotanya yang sedang melaksanakan tugas.
(Baca Juga: Strategi BNPT Lumpuhkan Simpatisan Santoso)
"Saya ke Poso untuk cek kondisi riil di lapangan dan evaluasi," ujar Badrodin saat dihubungi Okezone melalui pesan singkat, Kamis (14/3/2016).
Seperti diberitakan Operasi Tinombala dilaksanakan menggantikan operasi Camar Maleo yang digelar dalam empat jilid pada 2015 lalu. Meski gagal menangkap Santoso, operasi gabungan antara Polri dan TNI ini berhasil melumpuhkan salah satu anak buahnya, Daeng Koro.
Santoso sendiri ditetapkan sebagai salah satu buron paling dicari polisi karena diduga bertanggungjawab atas serangkaian aksi teror satu dekade terakhir. Selain itu, dia juga diduga berkaitan erat dengan kelompok radikal di Filipina. Polisi dan TNI terus berupaya mengejar Santoso. Kabar terakhir yang didapat, Santoso dan pengikutnya semakin terdesak.
(fid)
Palu detik- Anak buah Santoso mulai mengalami krisis kepercayaan. Mereka tak yakin lagi dengan keteguhan semangat berjihad Santoso.
Dari pengakuan anak buah Santoso yang tertangkap, seperti ditirukan seorang penegak hukum, Selasa (5/4/2016), pemicunya yakni ucapan Santoso yang tidak konsisten.
Kepada anak buah dan pengikutnya, Santoso selalu menyerukan semangat berjihad dan meninggalkan anak, istri, serta keluarga. Tapi faktanya, Santoso dan dua orang dekatnya membawa anak dan istri.
Tak hanya itu saja, saat anak buahnya meminta agar bisa membawa istri, Santoso malah melarang.
"Ada tiga perempuan, istri Santoso, istri Basri, dan istri Ali Kalora. Mereka gabung sejak Januari 2015," tutur seorang penegak hukum.
"3 orang perempuan tersebut menjadi bahan pembicaraan pro dan kontra diantara anggota Santoso," tambah penegak hukum yang tak mau disebutkan namanya itu.
Yang membuat anggota Santoso risau, saat bergerak menjadi terhambat karena keberadaan tiga perempuan dan anak kecil. Belum lagi, para pengawal yang diminta mengawal khusus perempuan-perempuan itu.
Tak hanya itu saja, kurir yang memasok logistik diminta membawa Pil KB dan pembalut.
"Anak buah Santoso mengungkapkan adanya aturan yang tidak fair dan berpikiran Santoso ini masih memikirkan nafsu duniawi," terang penegak hukum yang mendengarkan pengakuan seorang anak buah Santoso yang ditangkap.
(mei/dra)
Jakarta detik - Santoso alias Abu Wardah komandan Majelis Indonesia Timur (MIT) mulai ditinggalkan oleh pengikutnya. Salah satu penyebabnya adalah karena Santoso dinilai mengingkari fatwa yang pernah dia ucapkan. Fatwa yang dimaksud adalah agar pengikutnya meninggalkan keluarga untuk berjihad.
Namun faktanya, Santoso dan dua petinggi MIT yakni Basri dan Ali Komara menyertakan ketiga istrinya. Bahkan Santoso pernah menuruh anggotanya di tim pengintai, yakni yang bereda di lapisan terluar untuk mencari pil KB dan pembalut wanita.
(Baca juga: Lapisan Kelompok Santoso Mulai Terbelah)
Barang bukti berupa Pil KB dan pembalut wanita itu ditemukan dalam sejumlah operasi Satuan Tugas Tinombala gabungan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian RI di Poso Sulawesi Tengah.
"Dalam beberapa kali penyergapan kami menemukan Pil KB dan pembalut wanita," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Ajun Komisaris Besar Hari Suprapto kepada detikcom, Selasa (5/4/2016) di Mapolda Sulteng, jalan Sam Ratulangi Palu.
Oleh pengikutnya, Santoso ini sudah dianggap menyimpang dari ajaran yang dia sebarkan. "Pengikutnya sudah menganggap bahwa ajaran Santoso ini tidak benar," kata Hari.
Karena itulah, satu persatu pengikut Santoso mulai kabur karena tak tahan diperlakukan secara tidak adil. Santoso bak seorang 'raja' dan pengikutnya hanya pengawal yang mengamankan pimpinan. Walhasil kekuatan kelompok Santoso pun mulai melemah.
Dalam dua bulan terakhir ini Satgas Tinombala berhasil membekuk 12 pengikut Santoso, 10 di antaranya meninggal dunia dan 2 ditangkap hidup.
"Perkembangan terakhir kelompok Santoso sudah melemah. Dalam waktu dua bulan ini lebih dari 10 orang sudah tertangkap baik hidup maupun yang meninggal dunia dalam kontak tembak," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Tito Karavan kepada wartawan di kantor Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Jakarta, Senin (4/4).
Tak hanya dari sisi kekuatan, kelompok Santoso juga melemah dari sisi persenjataan. Tito memperkirakan kelompok Santoso saat ini tinggal memiliki 6 senjata saja.
"Memang saya sudah berdiskusi dengan seluruh aparat polisi dan TNI di sana, saya kira tinggal menunggu waktu saja. Karena posisi mereka sudah terdesak, logistik sebenarnya sudah habis, senjata mereka juga sisa 6 saja," kata Tito.
(erd/dra)
Palu detik- Kelompok Santoso kian terjepit. Satu persatu anggotanya tertangkap, menyerahkan diri atau tewas saat dalam pengepungan oleh tim Satuan Tugas Operasi Tinombala. Dari 41 orang yang bertahan di salah satu hutan di Poso, Sulawesi Tengah saat ini kelompok Santoso tinggal tersisa, 29 orang.
Orang-orang inti pengikut Santoso teertangkap atau tewas. Terakhir seorang pengikut Santoso dengan inisial D alias P tewas dalam operasi Tinombala.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Ajun Komisaris Besar Hari Suprapto mengatakan D alias P bukan orang sembarangan di kelompok Santoso.
"Dia (D) diduga adalah ahli strategi, ahli pembaca peta dan ahli IT juga," kata Hari kepada wartawan di Mapolda Sulawesi Tengah, jalan Sam Ratulangi, Palu, Senin (4/4/2016).
Dalam catatan kepolisian, dari tangan kelompok Santoso saat ini sudah diamankan sebanyak 25 peta. Kelompok Santoso mendapatkan peta-peta tersebut melalui berbagai media. Ada yang dari internet, ada juga yang data badan pertanahan.
Kelompok Santoso menggunakan peta-peta tersebut untuk mengetahui adanya sungai sebagai sumber air minum, rute jalan untuk menyiapkan strategi dan untuk mengetahui keberadaan pasukan Satgas Tinombala. Setelah 25 peta berhasil diambil oleh Satgas operasi Tinombala, Hari menduga saat ini tinggal sekitar 4 peta yang ada di tangan kelompok Santoso.
Selain ahli strategi dan membaca peta, D alias P juga ahli IT. Dari D inilah sejumlah file tayangan video kelompok Santoso diungggah ke Youtube.
D ini juga memiliki hubungan kedekatan dengan Daeng Koro alias Sabar Subagio, eks anggota korps elite TNI yang disersi dan bergabung dengan kelompok Santoso. Daeng Koro tewas dalam baku tembak dengan Satgas TNI Polri di Poso, 6 April 2015 lalu.
Di Jakarta Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Tito Karnavian memastikan bahwa kelompok Santoso saat ini sudah melemah dan kian terkepung. Selama waktu dua bulan ini ada tercatat ada 10 anggota kelompok Santoso meninggal dunia dan dua orang tertangkap menyerahkan diri dalam operasi Tinombala.
"Perkembangan terakhir kelompok Santoso sudah melemah. Dalam waktu dua bulan ini lebih dari 10 orang sudah tertangkap baik hidup maupun yang meninggal dunia dalam kontak tembak," kata Tito kepada wartawan di kantor Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Jakarta, Senin (4/4/2016).
Kelompok Santoso, kata Tito, bersembunyi di hutan Poso yang terkenal memiliki medan cukup berat dan lebat. Perburuan ini ibarat mencari tumpukan jarum dalam jerami. "Ini lagi dilakukan operasi tangkap, tapi kan mereka di hutan, bergunung-gunung jadi ibarat mencari tumpukan jarum dalam tumpukan jerami. Ini problemnya medan saja," jelas Tito.
(erd/dra)
Merdeka.com - Sejumlah perwakilan warga Desa Pogung Kecamatan Cawas, Klaten, Rabu (30/3) pagi, mendatangi rumah Wagiyono, kakak kandung terduga teroris Siyono. Sekitar 10 warga dipimpin Kepala Desa Pogung Djoko Widoyo dan Kadus II Sadiman menemui keluarga Siyono.
Di lokasi tak jauh dari rumah Siyono, mereka diterima oleh Wagiyono dan Marso, ayah kandung Siyono. Di depan keluarga Siyono, Kades Djoko Widoyo menyampaikan hasil kesepakatan warga dalam rapat semalam. Mereka menolak otopsi yang akan dilakukan oleh tim dokter Muhammadiyah terhadap jenazah Siyono serta menolak jika jenazah tersebut akan dimakamkan kembali di desanya.
Atas pernyataan sikap tersebut, keluarga Siyono menyampaikan keberatannya. Kendati demikian, jika otopsi tetap dilakukan, keluarga Siyono berjanji akan membicarakannya dengan warga dan perangkat desa.
"Kami keberatan dengan pernyataan sikap warga, karena seandainya nanti jadi diotopsi mau dimakamkan di mana kalau tidak di desa ini. Warga tidak berhak menentukan atau memutuskan dimakamkan di mana, karena bumi ini milik Allah," ujar Wagiyono.
Wagiyono berjanji pihak keluarga akan semaksimal mungkin mengusahakan agar tidak terjadi otopsi. Dia beralasan otopsi yang akan dilaksanakan bukan keinginan keluarga besar korban.
"Keluarga kami sebenarnya tidak ingin ada otopsi, nanti kalau jadi otopsi pihak keluarga dan penyelenggara otopsi akan membicarakan dulu dengan pemerintah desa Pogung. Keluarga tidak menginginkan ini terjadi, karena kami sudah terlalu berat dengan semua permasalahan ini," keluhnya.
Sebelumnya, rencana tim Dokter Muhammadiyah yang akan melakukan otopsi terhadap jenazah terduga teroris Siyono batal dilakukan. Perangkat Desa Pogung, Kecamatan Cawas, Klaten bersama sejumlah tokoh masyarakat menolak jika otopsi dilakukan di desa mereka.
Mereka juga tak mengizinkan jenazah Siyono yang dimakamkan pada hari Minggu 13 Maret 2016 lalu, kembali dimakamkan di wilayahnya usai diotopsi nanti.
"Semalam kami telah melakukan rapat dengan seluruh ketua RW, ketua RT dan tokoh masyarakat desa Pogung. Pada dasarnya warga mendukung isi surat pernyataan yang dibuat oleh keluarga almarhum Siyono. Isi surat tersebut meminta perlindungan ke pemerintah desa dan apabila ada salah satu keluarga yang mengingkari surat pernyataan yang dibuat bersama pemerintah desa maka warga masyarakat akan memberi persyaratan dan sanksi," ujar Djoko Widoyo seusai rapat.
[ang]
JAKARTA - Operasi Tinombala yang dilakukan aparat gabungan TNI-Polri semakin membuat gembong teroris Abu Wardah alias Santoso semakin terdesak. Perburuan terhadap pemimpin Mujahidin Indonesia Timur (MIT) terus dilakukan di hutan-hutan dan pegunungan Poso, Sulawesi Tengah.
"Dari mulai awal Februari mereka sudah terjepit, cuma memang situasi medan, itu yang kita belum bisa (kendalikan), mudah-mudahan dalam waktu dekat," ujar Kepala Satuan Tugas Operasi Tinombala, Kombes (Pol) Leo Bona Lubis saat dihubungi, Rabu (16/3/2016).
Operasi Tinombala yang dilakukan sejak Januari 2016 itu diyakini Leo membuat posisi Santoso dan pengikutnya semakin terjepit. Menurut Wakapolda Sulawesi Tengah itu, pengikut Santoso diperkirakan masih sekira 25-30 orang.
"Kita tidak bisa memastikan jumlah pastinya, tapi perkiraan itu di antara 25 sampai 30 orang," jelas Leo.
Seperti diketahui Operasi Tinombala yang dimulai pada 10 Januari 2016 itu telah menewaskan setidaknya enam anggota kelompok teroris Santoso. Sedangkan di pihak aparat keamanan, sudah dua anggota Polri yang gugur.
Rinciannya, satu anggota polisi tertembak di Desa Sangginora, Kecamatan Poso Pesisir Selatan dan seorang lainnya meninggal karena sakit saat sedang melakukan patroli di dalam hutan Kecamatan Poso Pesisir Selatan.
(ris)
Jakarta - Teroris Abu Wardah alias Santoso dan kelompoknya makin terdesak diburu tim Satgas Tinombala. Pasokan amunisi dan makanan mereka di hutan semakin menipis.
Bahkan salah satu anggota Santoso, yakni MAQ alias S alias Brother (19) nekat melarikan diri. Brother akhirnya diringkus Satgas Tinombala ketika mengambil makanan di rumah penduduk di Desa Wuase, Lore Utara, Poso, Sulawesi Tengah, Senin (21/3).
Satgas Tinombala kemudian mengorek berbagai informasi tentang keberadaan Santoso dan kelompoknya. Di foto-foto yang diperoleh detikcom dari seorang perwira, terlihat Santoso dan kelompoknya tengah berada di hutan.
Santoso mengenakan penutup kepala warna hitam menutupi rambutnya yang gondrong. Dia mengenakan jaket hitam dan celana panjang motif loreng. Dia menyandang senjata laras panjang di punggung. Di samping Santoso tampak anak buahnya, seorang pria yang usianya masih belia, diduga sekitar 20-25 tahun. Keduanya tersenyum ke arah kamera sambil memanggang anoa untuk makan.
Di foto lainnya, terlihat sekitar 13 orang anggota Santoso yang juga masih berusia muda. Sebagian berkumpul di bawah tenda seadanya yang terbuat dari kayu dan dedaunan. Sebagian lagi berkumpul seperti sedang makan. Satu orang terlihat menggenggam senjata laras panjang.
Kepada aparat, Brother mengaku kabur karena kelaparan. Mereka kekurangan logistik karena ruang gerak mereka terus dipersempit oleh Satgas Tinombala.
Pengakuan Brother, selama ini mereka mendapat amunisi dan makanan dari seseorang di kota yang rutin memasok. Namun belakangan, pasokan mereka makin terhambat sehingga Santoso dan kelompoknya turun gunung menjarah makanan ke rumah warga. Mereka juga memakan apapun yang ada di hutan seperti anoa, ujung rotan dan ujung batang pohon pinang dan lainnya.
Dari Brother inilah diketahui bahwa kelompok jaringan Santoso mulai pecah kongsi. Kepada polisi, Brother mengaku bahwa amaliyah kelompok Santoso sudah menyimpang dari ajaran Islam. Santoso juga dianggap tak pantas menjadi figur pemimpin dalam gerakan jihad di Poso.
"Yang bersangkutan kabur dari kelompok Santoso karena menilai Santoso tidak cocok menjadi figur pemimpin dalam gerakan jihad di Poso karena setelah tersangka bergabung dengan kelompok Santoso, tersangka baru mengetahui bahwa Santoso sangat lemah dalam pemahaman agama bahkan cenderung menyimpang dari ajaran Islam," kata Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Brigadir Jenderal Rudy Sufahriadisaat berbincang dengan detikcom, Kamis (24/3/2016).
Sesama anggota kelompok Santoso juga terjadi perdebatan soal amaliah. Beberapa anggota kelompok Santoso menghalalkan amaliah yakni membunuh warga sipil yang sudah tua dengan cara dipenggal. Anggota kelompok yang tidak setuju dengan pendapat tersebut akhirnya memilih kabur.
"Sehingga hal ini pun menimbulkan perdebatan antara anggota kelompok. Karena ada beberapa anggota kelompoknya juga yang bertentangan, sehingga tidak tahan dan memilih kabur," jelasnya.
Perdebatan antara sesama anggota jaringan ini kian meruncing saat Santoso mengeluarakan fatwa bahwa orang yang kabur dari hutan adalah murtad. Santoso juga menghalalkan kepada anggotanya untuk membunuh anggotanya yang dianggapnya 'murtad'.
Tersangka juga menilai kelompok Santoso sudah tidak kompak dan tidak jelas arah serta tujuannya. Di antara para anggota kelompok juga sudah mulai timbul egoisme masing-masing. "Intinya tersangka sudah tidak kuat dan tidak tahan lagi dengan penderitaan," kata Rudy.
(hri/mad)
Jakarta - Kepala Satgas Operasi Tinombala Komisaris Besar Leo Bona Lubis mengatakan kelompok teroris jaringan Santoso sudah berhasil digiring keluar jauh dari wilayah awalnya. Kelompok Santoso berhasil dipisahkan dari pendukung dan simpatisan yang selama ini memasok logistik.
Akibat kekurangan pasokan logistik itu, Santoso dan kelompoknya itu kini kelaparan.
"Santoso dibilang kelaparan iya, tapi itu karena memang mereka sudah kita giring keluar dari wilayahnya yang selama ini mereka kuasai bertahun-tahun," kata Leo saat dihubungi detikcom, Kamis (24/3/2016).
"Sudah kita giring dengan taktis dan teknis yang sudah kita lakukan, mereka sudah keluar (dari lokasi awal)," sambungnya.
Leo menambahkan, lokasi Santoso saat ini sudah digiring hingga berjarak sekitar 200 sampai 500 kilometer dari wilayah awal. Jalur pasokan logistik kelompok Santoso dari kurir-kurirnya juga sudah diputus dan disekat.
"Sekarang sudah jauh meninggalkan wilayahnya yang selama ini mereka bertahan, jauh dari pendukungnya, simpatisannya. Jadi mungkin tinggal nunggu waktu saja. Jadi semua jalur logistik, senjata dan lain-lain sudah kita putus semua," ujarnya.
"Sudah kita lokalisir, kurang lebih sekitar 100 sampai 200 km dari wilayah mereka," sambungnya.
VIVA.co.id - Terpidana kasus terorisme, Aman Abdurrahman, akan menyelesaikan masa hukuman di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Pembawa paham Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Indonesia itu akan bebas dalam 1-2 tahun.
Aman yang dituding punya kaitan dengan teror bom Thamrin, merupakan satu dari 68 narapidana yang masih kukuh pada pendirian ideologi radikalnya. Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan mengakui masih bingung mencari solusi hal tersebut. Pemerintah, kata dia, belum tahu akan melakukan apa.
"Itu terus terang, jujur sedang kita exercise, mau diapakan itu," ungkap Luhut di Landasan Udara Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat, Jumat, 18 Maret 2016.
Menurut Luhut, bisa saja nanti akan diadakan pendampingan setelah terpidana tersebut bebas menjalani masa hukuman. Tapi Luhut berharap Badan Nasional Pemberatasan Terorisme (BNPT) telah membahas permasalahan ini.
"Mungkin sudah direncanakan Badan Nasional Pemberantasan Terorisme (BNPPT). Mungkin BNPT sudah bahas itu, tapi saya belum dikasih tahu," ujar mantan kepala staf Kepresidenan tersebut.
Luhut juga menambahkan, saat ini masih dikaji secara mendalam langkah apa yang harus dilakukan pemerintah dengan menghormati hukum yang ada. Meski pemerintah, kata dia, khawatir para terpidana kasus terorisme tersebut bebas dari penjara, tapi masih memiliki pemikiran radikal.
"Nanti kita lihat, kita masih pelajari, kita musti hormati hukum. Ya kan tidak bisa sembarang," ujar Luhut.
Sebelumnya, BNPT mengatakan banyak narapidana kasus terorisme level 1 yang segera bebas dan kembali ke tengah-tengah masyarakat karena telah menjalani masa tahanannya.
Salah satu narapidana level 1 tersebut adalah Aman Abdurrahman. Tokoh dan figur sentral organisasi kelompok radikal di Indonesia. Aman ditahan di Nusakambangan setelah Pengadilan Negeri Jakarta Barat menjatuhkan vonis sembilan tahun penjara.
Untuk diketahui, kurang lebih saat ini terdapat 204 narapidana dengan kasus terorisme di Tanah Air, yang tersebar di 47 lembaga pemasyarakatan di 13 Provinsi dengan empat level atau tingkatan.
Level pertama, ada 68 narapidana yang tidak bersedia ditemui dan tidak mau diajak berkomunikasi dengan aparat BNPT maupun Densus 88, karena kokoh pada pendirian ideologinya.
Level kedua, bersedia ditemui dan berkomunikasi dengan aparat. Akan tetapi masih kokoh pada ideologi pendiriannya. Jumlah mereka sekitar 38 narapidana.
Level ketiga sebanyak 58 orang. Mereka bersedia ditemui dan berkomunikasi dengan aparat. Bersedia membuka diri, baik ideologi maupun ikut serta dalam program. Akan tetapi masih takut, berkhianat kepada kelompoknya.
Level keempat sebanyak 40 narapidana. Mereka bersedia ikut seluruh program secara total. Bersedia ikut melakukan kegiatan atau program pembinaan dengan kelompoknya. Bahkan sudah mengadopsi pandangan yang lebih damai, toleransi dan moderat.
straittimes: Firman Fitrialnedi, 30, was working in an Indofood factory in Pekanbaru, Riau, in Sumatra. Muhammad Rizka Fajri, 26, from the same city, was working at a fruit juice stall.
The duo got to know each other through Facebook and by October last year, they had made plans to travel to Syria to fight alongside militant group Islamic State in Iraq and Syria (ISIS).
On Nov 5, they boarded a Citilink flight from their home town to Batam. The same day, they took a ferry to Singapore.
JAKARTA, KOMPAS.com - Tiga terduga teroris yang ditangkap di Surabaya berencana melakukan aksi di pusat keramaian Surabaya dan menyerang petugas keamanan. Sama seperti daerah lain, di Surabaya memang tengah dilakukan sejumlah operasi keamanan selama bulan puasa dan menjelang Lebaran.
"Ada indikasi mencoba mengganggu petugas keamanan yang sedang bertugas di hari raya. Rencana mereka akan melakukan aksi di bulan suci Ramadhan," ujar Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (9/6/2016).
Ketiga pelaku yang diamankan yaitu PHP, BRN, dan FN. Menurut Boy, ketiganya berencana menyerang di tempat umum dan kantor petugas keamanan.
Boy menganggap rencana mereka serupa dengan ledakan bom di jalan Thamrin, Jakarta, pada pertengahan Januari 2016.
"Mirip di jalan Thamrin. Mereka menyasar petugas yang bertugas, yang sedang terlibat dalam operasi," kata Boy.
Menurut Boy, diperkirakan rencana penyerangan sudah dipersiapkan selama dua tahun sejak keduanya bebas dari kurungan penjara.
PHP pernah dipenjara karena terlibat kasus narkoba. Sementara FN juga pernah ditahan karena kasus kriminal.
Hingga saat ini, penyidik Densus 88 masih melakukan pendalaman untuk mencari tahu rencana teror mereka lebih jauh.
"Kami masih mencari lagi, mungkin akan ada petunjuk dari data-data di HP dan komputer. Penyidik densus punya 7x24 jam untuk mengumpulkan bukti-bukti," kata Boy.
Saat dilakukan penangkapan, Densus 88 menyita barang bukti berupa tiga bom aktif berdaya ledak tinggi, dua pucuk senjata api laras panjang, senjata api laras pendek, cairan kimia, sangkur, hingga ponsel.
Polisi menduga masih ada lagi pelaku di kelompok mereka yang belum tertangkap sehingga masih dilakukan pengembangan.
JAKARTA sindonews- Pemerintah terus mengawasi ustaz Abu Bakar Baasyir. Bahkan, pemerintah melarang pimpinan Pondok Pesantren Ngruki, Solo itu memberikan tausiah.
Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, alasan melarang terpidana terorisme Abu Bakar Baasyir memberikan tausiah untuk menghindari penyebaran paham radikal.
"Kita menegakkan aturan penjara yang ada. Dilarang tausiah karena bisa ada radikalisasi," ujar Luhut di Kemenko Polhukam, Jakarta, Kamis (21/4/2016).
Namun pihaknya tidak melarang Abu Bakar Baasyir melakukan ibadah menurut keyakinannya. Dia menambahkan, pemerintah juga memberikan fasilitas yang layak kepada Abu Bakar Baasyir selama di tahanan.
"Jadi kalau dibilang tidak ada tempat ibadah, itu bohong," jelasnya. (Baca: Tulang Dada Siyono Patah, Densus 88 Langgar HAM)
Abu Bakar Baasyir baru dipindahkan dari tahanan Nusakambangan, Jawa Barat ke Lembaga Pemasyarakatan Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat.
(kur)
Palu - Dua orang anggota kelompok sipil bersenjata pimpinan Santoso alias Abu Wardah yang tertangkap pada Jumat (15/4), yakni Ibad dan Faqih, sebenarnya sengaja melarikan diri dari kelompok itu karena tiga alasan.
Alasan pertama, seperti diungkapkan sumber Antara di Polda Sulawesi Tengah, Selasa (19/4), adalah perjuangan kelompok ini sudah tidak sesuai lagi dengan syar'ii atau ajaran Islam dan hal-hal seperti yang sebelumnya mereka baca dalam media sosial/propaganda kelompok Santoso.
Alasan kedua adalah mereka dikucilkan oleh anggota kelompok lainnya dan alasan ketiga mereka diperlakukan berbeda dengan kelompok lainnya dalam hal pembagian makanan, pekerjaan dan perlakuan.
Sesuai hasil pemeriksaan sementara oleh tim Operasi Tinombala di Poso, Ibad (21) diketahui bergabung dengan kelompok Santoso sejak tiga tahun lalu sehingga diperkirakan Ibad mengetahui seluruh peristiwa teror yang dilakukan oleh kelompok Santoso.
Ibad diketahui banyak berperan sebagai anggota pencari logistik.
Sedangkan Faqih (19 ) bergabung dengan kelompok ini pada September 2015 dan mengikuti berbagai pelatihan militer (tadrip) dan sebagai anggota pencari logistik serta aktif sebagai anggota tim pengintai.
Kapolda Sulteng Brigjen Pol Rudy Sufahriadi kepada wartawan di Palu, Senin (18/4), mengaku belum bisa mengorek keterangan lebih banyak dari kedua terduga teroris anggota Mujahdin Indonesia Timur (MIT) itu karena kondisi mereka sangat lemah dan badan kekurusan akibat kuran makan.
"Mereka masih dalam proses pemulihan fisik dulu baru pemeriksaan dilanjutkan," ujar Kapolda.
Kedua DPO kasus terorisme Poso itu tertangkap di sebuah kebun warga desa Padang Lembara, Kecamatan Poso Pesisir Selatan, pada Jumat (15/4).
Kabid Humas Polda Sulteng AKBP Hari Suprapto menjelaskan bahwa pada saat itu, kedua orang tidak dikenal (OTK) itu berjalan di jalan desa Padang Lembara. Keduanya kemudian bertanya kepada seorang personel operasi Tinombala yang menyamar sebagai warga biasa, tentang alamat rumah pak Badri asal Medan.
Personel operasi itu kemudian menyakan identitas mereka namun mereka tidak menjawab sehingga petugas menaruh curiga dan meminta mereka menunjukkan KTP. Akan tapi kedua OTK itu langsung mencabut golok dan terjadilah perkelahian fisik di antara mereka. Petugas bersangkutan dengan dibantu dua rekannya yang juga berpakaian sipil segera dapat melumpuhkan keduanya dengan tangan kosong tanpa melepaskan tembakan.
Keduanya kemudian digiring ke Mapolres Poso untuk menjalani pemeriksaan. Dari dalam tas milik Ibad, petugas menemukan 32 jenis barang seperti satu buah bom rakitan pipa paralon, senter, charger telepon seluler, lem besi merk dextone, obat ampicilin dan paracetamol, korek api gas, pisau dan parang, peralatan mandi dan makan.
Sedang di tas Faqih ditemukan 16 jenis benda antara lain baterai, korek api gas, paku, tali nilon, rompi tempat magazin dan topi rimba hitam.
/YUD
ANTARA
JAKARTA okezone - Kapolri Jenderal Badrodin Haiti dikabarkan tengah berada di Poso, Sulawesi Tengah, untuk mengevaluasi operasi Tinombala di mana tujuan utamanya adalah mengejar pimpinan kelompok teror Mujahidin Indonesia Timur, Santoso alias Abu Wardah.
Jenderal bintang empat itu membenarkan dirinya tengah berada di Poso guna mengecek para anggotanya yang sedang melaksanakan tugas.
(Baca Juga: Strategi BNPT Lumpuhkan Simpatisan Santoso)
"Saya ke Poso untuk cek kondisi riil di lapangan dan evaluasi," ujar Badrodin saat dihubungi Okezone melalui pesan singkat, Kamis (14/3/2016).
Seperti diberitakan Operasi Tinombala dilaksanakan menggantikan operasi Camar Maleo yang digelar dalam empat jilid pada 2015 lalu. Meski gagal menangkap Santoso, operasi gabungan antara Polri dan TNI ini berhasil melumpuhkan salah satu anak buahnya, Daeng Koro.
Santoso sendiri ditetapkan sebagai salah satu buron paling dicari polisi karena diduga bertanggungjawab atas serangkaian aksi teror satu dekade terakhir. Selain itu, dia juga diduga berkaitan erat dengan kelompok radikal di Filipina. Polisi dan TNI terus berupaya mengejar Santoso. Kabar terakhir yang didapat, Santoso dan pengikutnya semakin terdesak.
(fid)
Palu detik- Anak buah Santoso mulai mengalami krisis kepercayaan. Mereka tak yakin lagi dengan keteguhan semangat berjihad Santoso.
Dari pengakuan anak buah Santoso yang tertangkap, seperti ditirukan seorang penegak hukum, Selasa (5/4/2016), pemicunya yakni ucapan Santoso yang tidak konsisten.
Kepada anak buah dan pengikutnya, Santoso selalu menyerukan semangat berjihad dan meninggalkan anak, istri, serta keluarga. Tapi faktanya, Santoso dan dua orang dekatnya membawa anak dan istri.
Tak hanya itu saja, saat anak buahnya meminta agar bisa membawa istri, Santoso malah melarang.
"Ada tiga perempuan, istri Santoso, istri Basri, dan istri Ali Kalora. Mereka gabung sejak Januari 2015," tutur seorang penegak hukum.
"3 orang perempuan tersebut menjadi bahan pembicaraan pro dan kontra diantara anggota Santoso," tambah penegak hukum yang tak mau disebutkan namanya itu.
Yang membuat anggota Santoso risau, saat bergerak menjadi terhambat karena keberadaan tiga perempuan dan anak kecil. Belum lagi, para pengawal yang diminta mengawal khusus perempuan-perempuan itu.
Tak hanya itu saja, kurir yang memasok logistik diminta membawa Pil KB dan pembalut.
"Anak buah Santoso mengungkapkan adanya aturan yang tidak fair dan berpikiran Santoso ini masih memikirkan nafsu duniawi," terang penegak hukum yang mendengarkan pengakuan seorang anak buah Santoso yang ditangkap.
(mei/dra)
Dari pengakuan anak buah Santoso yang tertangkap, seperti ditirukan seorang penegak hukum, Selasa (5/4/2016), pemicunya yakni ucapan Santoso yang tidak konsisten.
Kepada anak buah dan pengikutnya, Santoso selalu menyerukan semangat berjihad dan meninggalkan anak, istri, serta keluarga. Tapi faktanya, Santoso dan dua orang dekatnya membawa anak dan istri.
Tak hanya itu saja, saat anak buahnya meminta agar bisa membawa istri, Santoso malah melarang.
"Ada tiga perempuan, istri Santoso, istri Basri, dan istri Ali Kalora. Mereka gabung sejak Januari 2015," tutur seorang penegak hukum.
"3 orang perempuan tersebut menjadi bahan pembicaraan pro dan kontra diantara anggota Santoso," tambah penegak hukum yang tak mau disebutkan namanya itu.
Yang membuat anggota Santoso risau, saat bergerak menjadi terhambat karena keberadaan tiga perempuan dan anak kecil. Belum lagi, para pengawal yang diminta mengawal khusus perempuan-perempuan itu.
Tak hanya itu saja, kurir yang memasok logistik diminta membawa Pil KB dan pembalut.
"Anak buah Santoso mengungkapkan adanya aturan yang tidak fair dan berpikiran Santoso ini masih memikirkan nafsu duniawi," terang penegak hukum yang mendengarkan pengakuan seorang anak buah Santoso yang ditangkap.
(mei/dra)
Jakarta detik - Santoso alias Abu Wardah komandan Majelis Indonesia Timur (MIT) mulai ditinggalkan oleh pengikutnya. Salah satu penyebabnya adalah karena Santoso dinilai mengingkari fatwa yang pernah dia ucapkan. Fatwa yang dimaksud adalah agar pengikutnya meninggalkan keluarga untuk berjihad.
Namun faktanya, Santoso dan dua petinggi MIT yakni Basri dan Ali Komara menyertakan ketiga istrinya. Bahkan Santoso pernah menuruh anggotanya di tim pengintai, yakni yang bereda di lapisan terluar untuk mencari pil KB dan pembalut wanita.
(Baca juga: Lapisan Kelompok Santoso Mulai Terbelah)
Barang bukti berupa Pil KB dan pembalut wanita itu ditemukan dalam sejumlah operasi Satuan Tugas Tinombala gabungan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian RI di Poso Sulawesi Tengah.
"Dalam beberapa kali penyergapan kami menemukan Pil KB dan pembalut wanita," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Ajun Komisaris Besar Hari Suprapto kepada detikcom, Selasa (5/4/2016) di Mapolda Sulteng, jalan Sam Ratulangi Palu.
Oleh pengikutnya, Santoso ini sudah dianggap menyimpang dari ajaran yang dia sebarkan. "Pengikutnya sudah menganggap bahwa ajaran Santoso ini tidak benar," kata Hari.
Karena itulah, satu persatu pengikut Santoso mulai kabur karena tak tahan diperlakukan secara tidak adil. Santoso bak seorang 'raja' dan pengikutnya hanya pengawal yang mengamankan pimpinan. Walhasil kekuatan kelompok Santoso pun mulai melemah.
Dalam dua bulan terakhir ini Satgas Tinombala berhasil membekuk 12 pengikut Santoso, 10 di antaranya meninggal dunia dan 2 ditangkap hidup.
"Perkembangan terakhir kelompok Santoso sudah melemah. Dalam waktu dua bulan ini lebih dari 10 orang sudah tertangkap baik hidup maupun yang meninggal dunia dalam kontak tembak," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Tito Karavan kepada wartawan di kantor Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Jakarta, Senin (4/4).
Tak hanya dari sisi kekuatan, kelompok Santoso juga melemah dari sisi persenjataan. Tito memperkirakan kelompok Santoso saat ini tinggal memiliki 6 senjata saja.
"Memang saya sudah berdiskusi dengan seluruh aparat polisi dan TNI di sana, saya kira tinggal menunggu waktu saja. Karena posisi mereka sudah terdesak, logistik sebenarnya sudah habis, senjata mereka juga sisa 6 saja," kata Tito.
(erd/dra)
Namun faktanya, Santoso dan dua petinggi MIT yakni Basri dan Ali Komara menyertakan ketiga istrinya. Bahkan Santoso pernah menuruh anggotanya di tim pengintai, yakni yang bereda di lapisan terluar untuk mencari pil KB dan pembalut wanita.
(Baca juga: Lapisan Kelompok Santoso Mulai Terbelah)
Barang bukti berupa Pil KB dan pembalut wanita itu ditemukan dalam sejumlah operasi Satuan Tugas Tinombala gabungan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian RI di Poso Sulawesi Tengah.
"Dalam beberapa kali penyergapan kami menemukan Pil KB dan pembalut wanita," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Ajun Komisaris Besar Hari Suprapto kepada detikcom, Selasa (5/4/2016) di Mapolda Sulteng, jalan Sam Ratulangi Palu.
Oleh pengikutnya, Santoso ini sudah dianggap menyimpang dari ajaran yang dia sebarkan. "Pengikutnya sudah menganggap bahwa ajaran Santoso ini tidak benar," kata Hari.
Karena itulah, satu persatu pengikut Santoso mulai kabur karena tak tahan diperlakukan secara tidak adil. Santoso bak seorang 'raja' dan pengikutnya hanya pengawal yang mengamankan pimpinan. Walhasil kekuatan kelompok Santoso pun mulai melemah.
Dalam dua bulan terakhir ini Satgas Tinombala berhasil membekuk 12 pengikut Santoso, 10 di antaranya meninggal dunia dan 2 ditangkap hidup.
"Perkembangan terakhir kelompok Santoso sudah melemah. Dalam waktu dua bulan ini lebih dari 10 orang sudah tertangkap baik hidup maupun yang meninggal dunia dalam kontak tembak," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Tito Karavan kepada wartawan di kantor Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Jakarta, Senin (4/4).
Tak hanya dari sisi kekuatan, kelompok Santoso juga melemah dari sisi persenjataan. Tito memperkirakan kelompok Santoso saat ini tinggal memiliki 6 senjata saja.
"Memang saya sudah berdiskusi dengan seluruh aparat polisi dan TNI di sana, saya kira tinggal menunggu waktu saja. Karena posisi mereka sudah terdesak, logistik sebenarnya sudah habis, senjata mereka juga sisa 6 saja," kata Tito.
(erd/dra)
Palu detik- Kelompok Santoso kian terjepit. Satu persatu anggotanya tertangkap, menyerahkan diri atau tewas saat dalam pengepungan oleh tim Satuan Tugas Operasi Tinombala. Dari 41 orang yang bertahan di salah satu hutan di Poso, Sulawesi Tengah saat ini kelompok Santoso tinggal tersisa, 29 orang.
Orang-orang inti pengikut Santoso teertangkap atau tewas. Terakhir seorang pengikut Santoso dengan inisial D alias P tewas dalam operasi Tinombala.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Ajun Komisaris Besar Hari Suprapto mengatakan D alias P bukan orang sembarangan di kelompok Santoso.
"Dia (D) diduga adalah ahli strategi, ahli pembaca peta dan ahli IT juga," kata Hari kepada wartawan di Mapolda Sulawesi Tengah, jalan Sam Ratulangi, Palu, Senin (4/4/2016).
Dalam catatan kepolisian, dari tangan kelompok Santoso saat ini sudah diamankan sebanyak 25 peta. Kelompok Santoso mendapatkan peta-peta tersebut melalui berbagai media. Ada yang dari internet, ada juga yang data badan pertanahan.
Kelompok Santoso menggunakan peta-peta tersebut untuk mengetahui adanya sungai sebagai sumber air minum, rute jalan untuk menyiapkan strategi dan untuk mengetahui keberadaan pasukan Satgas Tinombala. Setelah 25 peta berhasil diambil oleh Satgas operasi Tinombala, Hari menduga saat ini tinggal sekitar 4 peta yang ada di tangan kelompok Santoso.
Selain ahli strategi dan membaca peta, D alias P juga ahli IT. Dari D inilah sejumlah file tayangan video kelompok Santoso diungggah ke Youtube.
D ini juga memiliki hubungan kedekatan dengan Daeng Koro alias Sabar Subagio, eks anggota korps elite TNI yang disersi dan bergabung dengan kelompok Santoso. Daeng Koro tewas dalam baku tembak dengan Satgas TNI Polri di Poso, 6 April 2015 lalu.
Di Jakarta Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Tito Karnavian memastikan bahwa kelompok Santoso saat ini sudah melemah dan kian terkepung. Selama waktu dua bulan ini ada tercatat ada 10 anggota kelompok Santoso meninggal dunia dan dua orang tertangkap menyerahkan diri dalam operasi Tinombala.
"Perkembangan terakhir kelompok Santoso sudah melemah. Dalam waktu dua bulan ini lebih dari 10 orang sudah tertangkap baik hidup maupun yang meninggal dunia dalam kontak tembak," kata Tito kepada wartawan di kantor Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Jakarta, Senin (4/4/2016).
Kelompok Santoso, kata Tito, bersembunyi di hutan Poso yang terkenal memiliki medan cukup berat dan lebat. Perburuan ini ibarat mencari tumpukan jarum dalam jerami. "Ini lagi dilakukan operasi tangkap, tapi kan mereka di hutan, bergunung-gunung jadi ibarat mencari tumpukan jarum dalam tumpukan jerami. Ini problemnya medan saja," jelas Tito.
(erd/dra)
Di lokasi tak jauh dari rumah Siyono, mereka diterima oleh Wagiyono dan Marso, ayah kandung Siyono. Di depan keluarga Siyono, Kades Djoko Widoyo menyampaikan hasil kesepakatan warga dalam rapat semalam. Mereka menolak otopsi yang akan dilakukan oleh tim dokter Muhammadiyah terhadap jenazah Siyono serta menolak jika jenazah tersebut akan dimakamkan kembali di desanya.
Atas pernyataan sikap tersebut, keluarga Siyono menyampaikan keberatannya. Kendati demikian, jika otopsi tetap dilakukan, keluarga Siyono berjanji akan membicarakannya dengan warga dan perangkat desa.
"Kami keberatan dengan pernyataan sikap warga, karena seandainya nanti jadi diotopsi mau dimakamkan di mana kalau tidak di desa ini. Warga tidak berhak menentukan atau memutuskan dimakamkan di mana, karena bumi ini milik Allah," ujar Wagiyono.
Wagiyono berjanji pihak keluarga akan semaksimal mungkin mengusahakan agar tidak terjadi otopsi. Dia beralasan otopsi yang akan dilaksanakan bukan keinginan keluarga besar korban.
"Keluarga kami sebenarnya tidak ingin ada otopsi, nanti kalau jadi otopsi pihak keluarga dan penyelenggara otopsi akan membicarakan dulu dengan pemerintah desa Pogung. Keluarga tidak menginginkan ini terjadi, karena kami sudah terlalu berat dengan semua permasalahan ini," keluhnya.
Sebelumnya, rencana tim Dokter Muhammadiyah yang akan melakukan otopsi terhadap jenazah terduga teroris Siyono batal dilakukan. Perangkat Desa Pogung, Kecamatan Cawas, Klaten bersama sejumlah tokoh masyarakat menolak jika otopsi dilakukan di desa mereka.
Mereka juga tak mengizinkan jenazah Siyono yang dimakamkan pada hari Minggu 13 Maret 2016 lalu, kembali dimakamkan di wilayahnya usai diotopsi nanti.
"Semalam kami telah melakukan rapat dengan seluruh ketua RW, ketua RT dan tokoh masyarakat desa Pogung. Pada dasarnya warga mendukung isi surat pernyataan yang dibuat oleh keluarga almarhum Siyono. Isi surat tersebut meminta perlindungan ke pemerintah desa dan apabila ada salah satu keluarga yang mengingkari surat pernyataan yang dibuat bersama pemerintah desa maka warga masyarakat akan memberi persyaratan dan sanksi," ujar Djoko Widoyo seusai rapat.
[ang]
JAKARTA - Operasi Tinombala yang dilakukan aparat gabungan TNI-Polri semakin membuat gembong teroris Abu Wardah alias Santoso semakin terdesak. Perburuan terhadap pemimpin Mujahidin Indonesia Timur (MIT) terus dilakukan di hutan-hutan dan pegunungan Poso, Sulawesi Tengah.
"Dari mulai awal Februari mereka sudah terjepit, cuma memang situasi medan, itu yang kita belum bisa (kendalikan), mudah-mudahan dalam waktu dekat," ujar Kepala Satuan Tugas Operasi Tinombala, Kombes (Pol) Leo Bona Lubis saat dihubungi, Rabu (16/3/2016).
Operasi Tinombala yang dilakukan sejak Januari 2016 itu diyakini Leo membuat posisi Santoso dan pengikutnya semakin terjepit. Menurut Wakapolda Sulawesi Tengah itu, pengikut Santoso diperkirakan masih sekira 25-30 orang.
"Kita tidak bisa memastikan jumlah pastinya, tapi perkiraan itu di antara 25 sampai 30 orang," jelas Leo.
Seperti diketahui Operasi Tinombala yang dimulai pada 10 Januari 2016 itu telah menewaskan setidaknya enam anggota kelompok teroris Santoso. Sedangkan di pihak aparat keamanan, sudah dua anggota Polri yang gugur.
Rinciannya, satu anggota polisi tertembak di Desa Sangginora, Kecamatan Poso Pesisir Selatan dan seorang lainnya meninggal karena sakit saat sedang melakukan patroli di dalam hutan Kecamatan Poso Pesisir Selatan.
(ris)
Jakarta - Teroris Abu Wardah alias Santoso dan kelompoknya makin terdesak diburu tim Satgas Tinombala. Pasokan amunisi dan makanan mereka di hutan semakin menipis.
Bahkan salah satu anggota Santoso, yakni MAQ alias S alias Brother (19) nekat melarikan diri. Brother akhirnya diringkus Satgas Tinombala ketika mengambil makanan di rumah penduduk di Desa Wuase, Lore Utara, Poso, Sulawesi Tengah, Senin (21/3).
Satgas Tinombala kemudian mengorek berbagai informasi tentang keberadaan Santoso dan kelompoknya. Di foto-foto yang diperoleh detikcom dari seorang perwira, terlihat Santoso dan kelompoknya tengah berada di hutan.
Santoso mengenakan penutup kepala warna hitam menutupi rambutnya yang gondrong. Dia mengenakan jaket hitam dan celana panjang motif loreng. Dia menyandang senjata laras panjang di punggung. Di samping Santoso tampak anak buahnya, seorang pria yang usianya masih belia, diduga sekitar 20-25 tahun. Keduanya tersenyum ke arah kamera sambil memanggang anoa untuk makan.
Di foto lainnya, terlihat sekitar 13 orang anggota Santoso yang juga masih berusia muda. Sebagian berkumpul di bawah tenda seadanya yang terbuat dari kayu dan dedaunan. Sebagian lagi berkumpul seperti sedang makan. Satu orang terlihat menggenggam senjata laras panjang.
Kepada aparat, Brother mengaku kabur karena kelaparan. Mereka kekurangan logistik karena ruang gerak mereka terus dipersempit oleh Satgas Tinombala.
Pengakuan Brother, selama ini mereka mendapat amunisi dan makanan dari seseorang di kota yang rutin memasok. Namun belakangan, pasokan mereka makin terhambat sehingga Santoso dan kelompoknya turun gunung menjarah makanan ke rumah warga. Mereka juga memakan apapun yang ada di hutan seperti anoa, ujung rotan dan ujung batang pohon pinang dan lainnya.
Dari Brother inilah diketahui bahwa kelompok jaringan Santoso mulai pecah kongsi. Kepada polisi, Brother mengaku bahwa amaliyah kelompok Santoso sudah menyimpang dari ajaran Islam. Santoso juga dianggap tak pantas menjadi figur pemimpin dalam gerakan jihad di Poso.
"Yang bersangkutan kabur dari kelompok Santoso karena menilai Santoso tidak cocok menjadi figur pemimpin dalam gerakan jihad di Poso karena setelah tersangka bergabung dengan kelompok Santoso, tersangka baru mengetahui bahwa Santoso sangat lemah dalam pemahaman agama bahkan cenderung menyimpang dari ajaran Islam," kata Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Brigadir Jenderal Rudy Sufahriadisaat berbincang dengan detikcom, Kamis (24/3/2016).
Sesama anggota kelompok Santoso juga terjadi perdebatan soal amaliah. Beberapa anggota kelompok Santoso menghalalkan amaliah yakni membunuh warga sipil yang sudah tua dengan cara dipenggal. Anggota kelompok yang tidak setuju dengan pendapat tersebut akhirnya memilih kabur.
"Sehingga hal ini pun menimbulkan perdebatan antara anggota kelompok. Karena ada beberapa anggota kelompoknya juga yang bertentangan, sehingga tidak tahan dan memilih kabur," jelasnya.
Perdebatan antara sesama anggota jaringan ini kian meruncing saat Santoso mengeluarakan fatwa bahwa orang yang kabur dari hutan adalah murtad. Santoso juga menghalalkan kepada anggotanya untuk membunuh anggotanya yang dianggapnya 'murtad'.
Tersangka juga menilai kelompok Santoso sudah tidak kompak dan tidak jelas arah serta tujuannya. Di antara para anggota kelompok juga sudah mulai timbul egoisme masing-masing. "Intinya tersangka sudah tidak kuat dan tidak tahan lagi dengan penderitaan," kata Rudy.
(hri/mad)
Jakarta - Kepala Satgas Operasi Tinombala Komisaris Besar Leo Bona Lubis mengatakan kelompok teroris jaringan Santoso sudah berhasil digiring keluar jauh dari wilayah awalnya. Kelompok Santoso berhasil dipisahkan dari pendukung dan simpatisan yang selama ini memasok logistik.
Akibat kekurangan pasokan logistik itu, Santoso dan kelompoknya itu kini kelaparan.
"Santoso dibilang kelaparan iya, tapi itu karena memang mereka sudah kita giring keluar dari wilayahnya yang selama ini mereka kuasai bertahun-tahun," kata Leo saat dihubungi detikcom, Kamis (24/3/2016).
"Sudah kita giring dengan taktis dan teknis yang sudah kita lakukan, mereka sudah keluar (dari lokasi awal)," sambungnya.
Leo menambahkan, lokasi Santoso saat ini sudah digiring hingga berjarak sekitar 200 sampai 500 kilometer dari wilayah awal. Jalur pasokan logistik kelompok Santoso dari kurir-kurirnya juga sudah diputus dan disekat.
"Sekarang sudah jauh meninggalkan wilayahnya yang selama ini mereka bertahan, jauh dari pendukungnya, simpatisannya. Jadi mungkin tinggal nunggu waktu saja. Jadi semua jalur logistik, senjata dan lain-lain sudah kita putus semua," ujarnya.
"Sudah kita lokalisir, kurang lebih sekitar 100 sampai 200 km dari wilayah mereka," sambungnya.
VIVA.co.id - Terpidana kasus terorisme, Aman Abdurrahman, akan menyelesaikan masa hukuman di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Pembawa paham Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Indonesia itu akan bebas dalam 1-2 tahun.
Akibat kekurangan pasokan logistik itu, Santoso dan kelompoknya itu kini kelaparan.
"Santoso dibilang kelaparan iya, tapi itu karena memang mereka sudah kita giring keluar dari wilayahnya yang selama ini mereka kuasai bertahun-tahun," kata Leo saat dihubungi detikcom, Kamis (24/3/2016).
"Sudah kita giring dengan taktis dan teknis yang sudah kita lakukan, mereka sudah keluar (dari lokasi awal)," sambungnya.
Leo menambahkan, lokasi Santoso saat ini sudah digiring hingga berjarak sekitar 200 sampai 500 kilometer dari wilayah awal. Jalur pasokan logistik kelompok Santoso dari kurir-kurirnya juga sudah diputus dan disekat.
"Sekarang sudah jauh meninggalkan wilayahnya yang selama ini mereka bertahan, jauh dari pendukungnya, simpatisannya. Jadi mungkin tinggal nunggu waktu saja. Jadi semua jalur logistik, senjata dan lain-lain sudah kita putus semua," ujarnya.
"Sudah kita lokalisir, kurang lebih sekitar 100 sampai 200 km dari wilayah mereka," sambungnya.
VIVA.co.id - Terpidana kasus terorisme, Aman Abdurrahman, akan menyelesaikan masa hukuman di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Pembawa paham Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Indonesia itu akan bebas dalam 1-2 tahun.
Aman yang dituding punya kaitan dengan teror bom Thamrin, merupakan satu dari 68 narapidana yang masih kukuh pada pendirian ideologi radikalnya. Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan mengakui masih bingung mencari solusi hal tersebut. Pemerintah, kata dia, belum tahu akan melakukan apa.
"Itu terus terang, jujur sedang kita exercise, mau diapakan itu," ungkap Luhut di Landasan Udara Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat, Jumat, 18 Maret 2016.
Menurut Luhut, bisa saja nanti akan diadakan pendampingan setelah terpidana tersebut bebas menjalani masa hukuman. Tapi Luhut berharap Badan Nasional Pemberatasan Terorisme (BNPT) telah membahas permasalahan ini.
"Mungkin sudah direncanakan Badan Nasional Pemberantasan Terorisme (BNPPT). Mungkin BNPT sudah bahas itu, tapi saya belum dikasih tahu," ujar mantan kepala staf Kepresidenan tersebut.
Luhut juga menambahkan, saat ini masih dikaji secara mendalam langkah apa yang harus dilakukan pemerintah dengan menghormati hukum yang ada. Meski pemerintah, kata dia, khawatir para terpidana kasus terorisme tersebut bebas dari penjara, tapi masih memiliki pemikiran radikal.
"Nanti kita lihat, kita masih pelajari, kita musti hormati hukum. Ya kan tidak bisa sembarang," ujar Luhut.
Sebelumnya, BNPT mengatakan banyak narapidana kasus terorisme level 1 yang segera bebas dan kembali ke tengah-tengah masyarakat karena telah menjalani masa tahanannya.
Salah satu narapidana level 1 tersebut adalah Aman Abdurrahman. Tokoh dan figur sentral organisasi kelompok radikal di Indonesia. Aman ditahan di Nusakambangan setelah Pengadilan Negeri Jakarta Barat menjatuhkan vonis sembilan tahun penjara.
Untuk diketahui, kurang lebih saat ini terdapat 204 narapidana dengan kasus terorisme di Tanah Air, yang tersebar di 47 lembaga pemasyarakatan di 13 Provinsi dengan empat level atau tingkatan.
Level pertama, ada 68 narapidana yang tidak bersedia ditemui dan tidak mau diajak berkomunikasi dengan aparat BNPT maupun Densus 88, karena kokoh pada pendirian ideologinya.
Level kedua, bersedia ditemui dan berkomunikasi dengan aparat. Akan tetapi masih kokoh pada ideologi pendiriannya. Jumlah mereka sekitar 38 narapidana.
Level ketiga sebanyak 58 orang. Mereka bersedia ditemui dan berkomunikasi dengan aparat. Bersedia membuka diri, baik ideologi maupun ikut serta dalam program. Akan tetapi masih takut, berkhianat kepada kelompoknya.
Level keempat sebanyak 40 narapidana. Mereka bersedia ikut seluruh program secara total. Bersedia ikut melakukan kegiatan atau program pembinaan dengan kelompoknya. Bahkan sudah mengadopsi pandangan yang lebih damai, toleransi dan moderat.
straittimes: Firman Fitrialnedi, 30, was working in an Indofood factory in Pekanbaru, Riau, in Sumatra. Muhammad Rizka Fajri, 26, from the same city, was working at a fruit juice stall.
The duo got to know each other through Facebook and by October last year, they had made plans to travel to Syria to fight alongside militant group Islamic State in Iraq and Syria (ISIS).
On Nov 5, they boarded a Citilink flight from their home town to Batam. The same day, they took a ferry to Singapore.
terror2.jpg
How ISIS supporters passing through Singapore were nabbed
ST_20160306_TKISIS06_2117587.jpg
Dressed in casual shirts, jeans and sports shoes, they looked like any other backpacker.
And when they arrived in Singapore about an hour later, they stood in line, like dozens of other travellers, to clear immigration at the HarbourFront Ferry Terminal.
When Rizka handed over his passport at the immigration counter, an officer noticed it appeared to have been tampered with. It was recently issued, clean, and would expire only in July 2020 - five years away.But something was amiss.
Both men were taken aside for questioning.
They had tickets for a flight that was to leave for Chennai, India, on Nov 6, as well as tickets from Chennai to Abu Dhabi and then on to Istanbul, Turkey, a common gateway for those heading to Syria.
Regional intelligence authorities familiar with the case said it appeared that once in Turkey, they would meet a contact who would take them across the border.
The two men were supporters of ISIS and had been in touch with members of its South-east Asian unit Katibah Nusantara.
Like many of their peers, they were active on Facebook and before long, were introduced to each other by a mutual friend - Rafiqa Hanum, who is in her early 30s, and lives in Raqqa, Syria.
Rafiqa is the first wife of Bahrun Naim, a leader of Katibah Nusantara who uses the moniker Abu Aisyah.
Through Facebook, Bahrun Naim got the two men to agree to travel to Syria and made arrangements for their journey from Pekanbaru.
He told them to travel through Singapore as backpackers - instead of flying directly from Indonesia to Syria - to avoid rousing the suspicion of the authorities along the way.
Already radicalised, the two said they did not intend to return home and were willing to die in Syria.
But after being nabbed in Singapore, they were sent back on Nov 6 to Batam, where Indonesian counter-terrorism police questioned them for several days.
Under Indonesian law, the two men did not commit a crime because they were planning, but had yet to join ISIS. They were flown back to Pekanbaru, questioned further and released.
Mr Muh Taufiqurrohman, a senior researcher at Indonesia-based non-governmental organisation Centre for Radicalism and Deradicalisation Studies, believes individuals like them will still try to travel to Syria. "Joining and fighting for ISIS in Syria is the dream of most of ISIS' supporters," he said.
What is equally worrying is that there is a cell of ISIS supporters in Riau that recruits others through discussions on Facebook, WhatsApp and Telegram, he said.
Led by a man named Erik, also known as Abu Vikran, cell members learn about ISIS ideology and get to hear from supporters in other provinces as well as Indonesian fighters in Syria through group chats.
Those active in the network include a man now in police custody - Abdul Karim alias Abu Jundi from Central Java, who recruited others under the supervision of a former inmate close to ideologue Aman Abdurrahman.
In October last year, Abu Jundi and a friend travelled to Pekanbaru to meet cell members, and held a gathering at a mosque where he told participants how they could join ISIS in Syria.
They also discussed bomb-making skills training.
On his return, Abu Jundi continued to deliver ISIS-linked materials to participants every evening.
Mr Taufiqurrohman noted that while their ultimate plans were to migrate to Syria and fight for ISIS, they also targeted police as well as Shi'ite and Buddhist communities.
In late November last year, two Riau cell members - Riswandi and Yudinov Saputra - travelled to Sukoharjo, Central Java, and met Abu Jundi and another ISIS supporter from West Java, Zainal Akbar, to plan attacks on Shi'ites in Java and Riau.
By Dec 20, the police uncovered their plans and arrested all four men.
A version of this article appeared in the print edition of The Sunday Times on March 06, 2016, with the headline 'Duo guided online by leader of S-E Asian unit'. Print Edition
JAKARTA— Posisi Sulut terbilang rawan, diapit dua wilayah konflik. Di Filipina ada kelompok Abu Sayyaf yang sudah bersumpah mendukung ISIS, dan ada di Poso diduga menjadi daerah rekrutmen, bahkan disebut menjadi pusat pelatihan militant ISIS. Buktinya, aparat berhasil menangkap empat dari tujuh orang warga negara Tiongkok diduga anggota ISIS yang kebetulan berada di Poso. "Mereka sudah kami periksa, dan kami akan berkoordinasi dengan negara asalnya," beber Menko Polhukam Tedjo Edhy Purdjianto, di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, kemarin (19/3). Dia menyatakan, keempat warga negara Tiongkok itu kini sedang dalam penanganan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Keberadaan sejumlah warga Tiongkok yang diindikasikan anggota ISIS itu tidak sendirian. Puluhan hingga ratusan warga asing dari sejumlah negara juga kuat diindikasikan sedang ada di Poso. “Dengan koordinasi bersama sejumlah pihak, tentu akan kami lakukan antisipasi terhadap mereka," tuturnya. Jejak ISIS di Poso sebenarnya sudah mulai terendus pertengahan 2014 lalu. Kepolisian setempat bahkan sempat melakukan penggerebekan setelah sebelumnya menangkap adanya pergerakan tidak lazim dari kelompok teroris pimpinan Santoso Abu Wardah di sana. Dalam aksi tersebut berhasil diamankan sejumlah orang beberapa atribut ISIS. Jaringan kelompok radikal bersenjata pimpinan Santoso cs, selama ini lebih banyak dikenal sebagai kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Kelompok tersebut kerap dikaitkan dengan aksi-aksi terorisme di Indonesia. Wakapolri Komjen Badrodin Haiti memastikan, kalau ISIS kini memang telah memiliki hubungan dengan jaringan Poso. Menurut dia, berdasar pemantauan Polri selama ini, Poso juga menjadi arena kaderisasi dan pelatihan anggota ISIS. "Di tempat lain belum ada," katanya. Dari Poso itulah, lanjut dia, pergerakan ISIS menyebar ke sejumlah wilayah. Selain Sulawesi, Jawa, dan Kalimantan juga menjadi kawasan penyebaran. "Tentu keberadaan mereka perlu selalu kita waspadai, terutama mereka-mereka yang baru pulang ke Indonesia dari Suriah," tuturnya. Calon tunggal kapolri yang diajukan presiden ke DPR itu menegaskan, aktivitas bersenjata mereka selama di Suriah itu lah yang patut menjadi perhatian khusus. Sebab, berbagai pelatihan membuat mereka akhirnya memiliki keahlian khusus dalam senjata. "Apalagi, yang sudah punya pengalaman, kalau mereka balik Indonesia kemudian melanggar hukum tentu akan menjadi ancaman bagi masyarakat," tandas Badrodin. Selain soal rekrutmen, Juru Bicara BNPT Firman Idris mengkhawatirkan adanya indikasi ISIS bertujuan mendirikan negara di Indonesia. Saat ini memang fokusnya ke rekrutmen, tapi bila rekrutmen sukses, maka tujuannya kemungkinan besar akan dikembangkan. "Ya membuat negara di dalam negara," jelasnya. Salah satu indikasi yang menguatkan dugaan tersebut adalah bergabungnya kelompok radikal Santoso cs. Bergabungnya kelompok yang beraktivitas di Indonesia itu tentu mengkhawatirkan. "Sebab, Santoso cs ini tidak ke Turki," ujarnya. Selain itu, ada juga anggota ISIS yang berada di penjara batu Nusakambangan yang dideteksi tetap merekrut anggota. Anggota ISIS itu bernama Maman Abdurahman. "Dia merekrut dan mengajarkan pemahamannya lewat media social," tuturnya. Dengan begitu dapat dipastikan bahwa anggota ISIS ini memang memiliki handphone. Tapi, kepemilikan handphone ini juga diketahui petugas, tujuannya untuk mengetahui siapa saja jaringan dari anggota ISIS ini. "Ini yang sedang diusut," tuturnya. Ke depan, rencananya BNPT akan bekerjasama dengan Kementerian Hukum dan HAM untuk memutus komunikasi dari anggota ISIS di dalam penjara. "Kami sudah koordinasi, tinggal dilaksanakan saja," jelasnya. Yang utama, bila dipelajari ISIS itu berdiri di wilayah negara yang sedang kacau dan mengalami konflik. Dengan konflik itu, maka negara Suriah dan Iraq menjadi lemah. Nah, dalam konteks itu, Indonesia juga jangan sampai terjadi kekacauan dan konflik. "Sebab, sebenarnya indikasi konflik akan terjadi itu sudah terlihat di Indonesia. Misalnya, lemahnya sistem hukum di Indonesia yang bisa berujung pada konflik. Ketidakpuasan masyarakat terhadap hukum bisa memicunya," tegasnya Di sisi lain, sebuah SMS dari orang tidak dikenal yang mengaku anggota ISIS beredar di Tangerang. SMS itu mengancam akan menghabisi Presiden Jokowi. Sebagaimana dilansir jpnn (Group Manado Post), awalnya sang pengirim SMS mengatakan, pesawat Lufthansa rute Jakarta–Berlin tergelincir di Bandara Soekarno Hatta tergelincir dan menewaskan semua penumpang pukul 10.25. SMS ini turut menyematkan nama Nur Rakhman, pegawai ATC Soekarno Hatta dengan nomor telepon 085758905832. Namun saat dikonfirmasi kepada pihak Bandara Soekarno Hatta, tidak benar kejadian yang dimaksud. Ketika dicoba menghubungi nomor yang dicantumkan dalam SMS tersebut. Namun, tidak diangkat. Hanya SMS lanjutan. Orang ini mengaku sebagai Anggota ISIS. Dia mengaku beralamat di Lampung Timur, Jalan Lintas Timur Km 40 nomor 77, Sumur Kucing Samping Indomaret, Lampung Timur. Masih mengirimkan SMS, orang ini turut mengancam kepolisian dan akan membunuh Presiden Joko Widodo.
“Semua kepolisian mau kami habisi. Tinggal tunggu waktu. Kami anggota ISIS sudah sakit hati. Juga Jokowi harus mati. Kami tidak main-main. Kami ISIS, akan menghancurkan Polri, Jaksa Agung dan Presiden kurus. Juga ISIS, kami telah di jelek-jelekan bahwa kami pemberontak, tapi kami hanya merekrut untuk bekerja sama, toh mereka kami gaji.” “Seolah-olah kalian paling benar. Liat tuh pengeruk uang rakyat, kok nyantai aja. Kami telah instruksi anggota kami untuk bersiap-siap menghancurkan kalian. Kami dari Lampung Timur, markas kami di Sumur Kucing Lampung Timur,” isi pesan singkat dari orang ini.
Terpisah, Kasat Reskrim Polres Metro Tangerang AKPB Sutarmo saat dihubungi perihal SMS teror dan ancaman ini menjelaskan pihaknya akan berkoordinasi dengan intel. Selanjutnya, Sutarmo mengatakan, SMS yang dikirimkan merupakan SMS iseng. Sutarmo memastikan hingga saat ini tidak ada organisasi ISIS di wilayah Tangerang. “Itu hanya orang iseng. Tidak bisa dipastikan keakuratan informasi itu. Kondisi Tangerang masih aman dari ISIS,” ucapnya.
Terpisah, Wakapolri Badrodin menyatakan polisi tengah menelusuri pengirim layanan pesan singkat (SMS) berisi ancaman pembunuhan ke Presiden Joko Widodo. SMS yang mengaku simpatisan ISIS itu disebut berasal dari Tangerang, Banten. “Kita lagi lakukan penyelidikan siapa pelakunya," kata Badrodin di Istana Negara, Jakarta, Kamis (19/3). Hanya saja, Badrodin masih enggan merinci SMS itu. Alasannya, karena polisi masih melakukan penyelidikan. Ia hanya mengatakan, sejauh ini ada daerah-daerah yang warganya menjadi pendukung ISIS. Antara lain di Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Khusus Sulawesi, pendukung ISIS ada di wilayah Poso. Sementara itu terkait warga negara Indonesia (WNI) yang bergabung dengan ISIS di Irak maupun Suriah, Badrodin mengaku khawatir mereka akan kembali ke tanah air dan mempengaruhi masyarakat lain. Terutama karena di ISIS juga diajarkan menggunakan berbagai jenis senjata. "Kegiatan bersenjata di sana perlu kita waspadai karena mereka punya keahlian, punya pengalaman. Jika mereka kembali ke Indonesia bisa jadi ancaman," sambungnya.(***) - See more at: http://manadopostonline.com/read/2015/03/20/Poso-Pusat-Latihan-Militan-ISIS/8145#sthash.7sQDLepX.dpuf
JAKARTA ID - Kadivhumas Polri Irjen Anton Charliyan mengatakan dua terduga teroris yang ditangkap di Kroya, Cilacap, Jawa Tengah dan dua terduga teroris tertangkap di Malang, Jawa Timur adalah dari jaringan kelompok teroris bom Thamrin.
"Dua orang yang ditangkap di Kroya dan dua orang ditangkap di Malang, ada hubungannya dengan (kasus bom) Thamrin," kata Irjen Anton Charliyan di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (2/3).
Sebelumnya dua terduga teroris ditangkap di Malang oleh Densus 88 Anti Teror Mabes Polri. Mereka adalah S (25) alias DA, warga Batua Raya LR Mekanis, Kelurahan Palopo, Makassar dan KW (43), warga Kelurahan Manisrejo, Kecamatan Taman, Kabupaten Madiun.
Mereka ditangkap di area makam Eyang Setuhu di Dusun Keramat, Desa Patokpicis, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang.
Sehari sebelumnya Densus 88 menangkap dua orang lainnya di Kroya, Cilacap, yakni PJ alias RB dan PKK alias LT.
Sabtu pekan lalu Densus juga menangkap ima orang terduga teroris di Malang. Mereka adalah Achmad Ridho Wijaya, Rudi Hadianto, Badrodin, Romli dan Handoko. Kelimanya diduga juga terkait langsung dengan Bom Thamrin. (ID/ant/ths)
Jakarta - Penyidik Detasemen Khusus/88 terus mengembangkan penangkapan dua terduga teroris yang dibekuk di Stasiun Kroya, Cilacap, Jawa Tengah pada pukul 02.00 WIB Senin (29/2) dini hari kemarin.
Dari penelusuran terhadap Pujianto dan Panji Kokoh Kusumo itu, Densus berhasil membekuk dua terduga teroris lain di Setuhu, Desa Patokpicis, Wajak, Kabupaten Malang.
Mereka yang dibekuk di kaki gunung Semeru itu, tepatnya di di makam keramat Mbah Setiyo dan Mbah Setuhu, pada pukul 05.00 WIB Selasa (1/3) itu bernama Sulaiman dan Sujak.
"Yang ditangkap di Malang sedang dalam proses pemindahan ke Mabes Polri pagi ini. Mereka itu terpisah dengan jaringan Abu Gar kemarin," kata seorang sumber di Mabes Polri Rabu (2/3).
Abu Gar dan lima komplotannya dibekuk di Malang pada 21 Februari lalu. Mereka berencana merakit bom dan mengumpulkan dana untuk teror dengan cara mencuri yang disebut fai.
Menurut sumber tersebut, komplotan Kroya ini-yang juga terkait dengan kasus bom Thamrin-hendak melakukan "amaliah" atau serangan teror dengan bentuk menembaki polisi.
"Sudah ada plot-plot rencana menyerang polisi. Itu juga terbukti dengan penangkapan di Kroya. Di sana turut disita tiga pucuk senjata api jenis revolver dan peluru kaliber 9 milimeter," lanjut sumber itu.
Farouk Arnaz/JAS
BeritaSatu.com
Jakarta beritasatu - Peringatan akan adanya aksi teroris yang dilansir Australia didasari oleh info dari otoritas Indonesia ternyata bukanlah "pepesan kosong".
Dua terduga teroris yang dibekuk di Stasiun Kroya, Cilacap, Jawa Tengah pada pukul 02.00 WIB Senin (29/2) kemarin diduga hendak melakukan amaliah.
"Mereka yang kita tangkap itu hendak melakukan amaliah (aksi teror). Kita tangkap dulu sebelum mereka beraksi. Masih terkait dengan jaringan bom Thamrin kemarin," kata seorang sumber di Mabes Polri Selasa (1/3).
Namun sumber tersebut tidak menjelaskan dimana dan kapan amaliah tersebut digelar. Dia hanya menjelaskan jika dua terduga teroris itu adalah Pujianto dan Panji Kokoh Kusumo.
Sebelumnya Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengklaim peringatan soal akan adanya ancaman serangan terorisme yang dikeluarkan Australia berasal dari informasi yang disediakan Polri.
Badrodin meminta peringatan itu tidak perlu dibesar-besarkan karena itu bukan travel warningtapi travel advisor dan itu adalah hal yang biasa.
Menurut Badrodin sel jaringan teror secara utuh di Indonesia berhasil dilakukan paska mereka mengungkap kasus bom Thamrin.
Yang terlibat secara langsung dengan bom Thamrin, kata Badrodin saat itu, ada 16 orang yang sudah ditangkap. Tapi ada juga napi yang masih ada di dalam Lapas yang terlibat namun belum diproses. Kemudian ada satu lagi yang masih buron.
Dari kasus bom Thamrin itu terungkap adanya lima kelompok pelaku lain yaitu kelompok Hendro Fernando, kelompok Helmi, dan Romli. Mereka kelompok berbeda dan tentu punya rencana yang berbeda .
Mereka semua dianggap menjadi satu masalah yang bisa menganggu keamanan sehingga harus ditindak sebelum mereka beraksi.
Farouk Arnaz/CAH
BeritaSatu.com
Dressed in casual shirts, jeans and sports shoes, they looked like any other backpacker.
And when they arrived in Singapore about an hour later, they stood in line, like dozens of other travellers, to clear immigration at the HarbourFront Ferry Terminal.
When Rizka handed over his passport at the immigration counter, an officer noticed it appeared to have been tampered with. It was recently issued, clean, and would expire only in July 2020 - five years away.But something was amiss.
Both men were taken aside for questioning.
They had tickets for a flight that was to leave for Chennai, India, on Nov 6, as well as tickets from Chennai to Abu Dhabi and then on to Istanbul, Turkey, a common gateway for those heading to Syria.
Regional intelligence authorities familiar with the case said it appeared that once in Turkey, they would meet a contact who would take them across the border.
The two men were supporters of ISIS and had been in touch with members of its South-east Asian unit Katibah Nusantara.
Like many of their peers, they were active on Facebook and before long, were introduced to each other by a mutual friend - Rafiqa Hanum, who is in her early 30s, and lives in Raqqa, Syria.
Rafiqa is the first wife of Bahrun Naim, a leader of Katibah Nusantara who uses the moniker Abu Aisyah.
Through Facebook, Bahrun Naim got the two men to agree to travel to Syria and made arrangements for their journey from Pekanbaru.
He told them to travel through Singapore as backpackers - instead of flying directly from Indonesia to Syria - to avoid rousing the suspicion of the authorities along the way.
Already radicalised, the two said they did not intend to return home and were willing to die in Syria.
But after being nabbed in Singapore, they were sent back on Nov 6 to Batam, where Indonesian counter-terrorism police questioned them for several days.
Under Indonesian law, the two men did not commit a crime because they were planning, but had yet to join ISIS. They were flown back to Pekanbaru, questioned further and released.
Mr Muh Taufiqurrohman, a senior researcher at Indonesia-based non-governmental organisation Centre for Radicalism and Deradicalisation Studies, believes individuals like them will still try to travel to Syria. "Joining and fighting for ISIS in Syria is the dream of most of ISIS' supporters," he said.
What is equally worrying is that there is a cell of ISIS supporters in Riau that recruits others through discussions on Facebook, WhatsApp and Telegram, he said.
Led by a man named Erik, also known as Abu Vikran, cell members learn about ISIS ideology and get to hear from supporters in other provinces as well as Indonesian fighters in Syria through group chats.
Those active in the network include a man now in police custody - Abdul Karim alias Abu Jundi from Central Java, who recruited others under the supervision of a former inmate close to ideologue Aman Abdurrahman.
In October last year, Abu Jundi and a friend travelled to Pekanbaru to meet cell members, and held a gathering at a mosque where he told participants how they could join ISIS in Syria.
They also discussed bomb-making skills training.
On his return, Abu Jundi continued to deliver ISIS-linked materials to participants every evening.
Mr Taufiqurrohman noted that while their ultimate plans were to migrate to Syria and fight for ISIS, they also targeted police as well as Shi'ite and Buddhist communities.
In late November last year, two Riau cell members - Riswandi and Yudinov Saputra - travelled to Sukoharjo, Central Java, and met Abu Jundi and another ISIS supporter from West Java, Zainal Akbar, to plan attacks on Shi'ites in Java and Riau.
By Dec 20, the police uncovered their plans and arrested all four men.
A version of this article appeared in the print edition of The Sunday Times on March 06, 2016, with the headline 'Duo guided online by leader of S-E Asian unit'. Print Edition
JAKARTA— Posisi Sulut terbilang rawan, diapit dua wilayah konflik. Di Filipina ada kelompok Abu Sayyaf yang sudah bersumpah mendukung ISIS, dan ada di Poso diduga menjadi daerah rekrutmen, bahkan disebut menjadi pusat pelatihan militant ISIS. Buktinya, aparat berhasil menangkap empat dari tujuh orang warga negara Tiongkok diduga anggota ISIS yang kebetulan berada di Poso. "Mereka sudah kami periksa, dan kami akan berkoordinasi dengan negara asalnya," beber Menko Polhukam Tedjo Edhy Purdjianto, di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, kemarin (19/3). Dia menyatakan, keempat warga negara Tiongkok itu kini sedang dalam penanganan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Keberadaan sejumlah warga Tiongkok yang diindikasikan anggota ISIS itu tidak sendirian. Puluhan hingga ratusan warga asing dari sejumlah negara juga kuat diindikasikan sedang ada di Poso. “Dengan koordinasi bersama sejumlah pihak, tentu akan kami lakukan antisipasi terhadap mereka," tuturnya. Jejak ISIS di Poso sebenarnya sudah mulai terendus pertengahan 2014 lalu. Kepolisian setempat bahkan sempat melakukan penggerebekan setelah sebelumnya menangkap adanya pergerakan tidak lazim dari kelompok teroris pimpinan Santoso Abu Wardah di sana. Dalam aksi tersebut berhasil diamankan sejumlah orang beberapa atribut ISIS. Jaringan kelompok radikal bersenjata pimpinan Santoso cs, selama ini lebih banyak dikenal sebagai kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Kelompok tersebut kerap dikaitkan dengan aksi-aksi terorisme di Indonesia. Wakapolri Komjen Badrodin Haiti memastikan, kalau ISIS kini memang telah memiliki hubungan dengan jaringan Poso. Menurut dia, berdasar pemantauan Polri selama ini, Poso juga menjadi arena kaderisasi dan pelatihan anggota ISIS. "Di tempat lain belum ada," katanya. Dari Poso itulah, lanjut dia, pergerakan ISIS menyebar ke sejumlah wilayah. Selain Sulawesi, Jawa, dan Kalimantan juga menjadi kawasan penyebaran. "Tentu keberadaan mereka perlu selalu kita waspadai, terutama mereka-mereka yang baru pulang ke Indonesia dari Suriah," tuturnya. Calon tunggal kapolri yang diajukan presiden ke DPR itu menegaskan, aktivitas bersenjata mereka selama di Suriah itu lah yang patut menjadi perhatian khusus. Sebab, berbagai pelatihan membuat mereka akhirnya memiliki keahlian khusus dalam senjata. "Apalagi, yang sudah punya pengalaman, kalau mereka balik Indonesia kemudian melanggar hukum tentu akan menjadi ancaman bagi masyarakat," tandas Badrodin. Selain soal rekrutmen, Juru Bicara BNPT Firman Idris mengkhawatirkan adanya indikasi ISIS bertujuan mendirikan negara di Indonesia. Saat ini memang fokusnya ke rekrutmen, tapi bila rekrutmen sukses, maka tujuannya kemungkinan besar akan dikembangkan. "Ya membuat negara di dalam negara," jelasnya. Salah satu indikasi yang menguatkan dugaan tersebut adalah bergabungnya kelompok radikal Santoso cs. Bergabungnya kelompok yang beraktivitas di Indonesia itu tentu mengkhawatirkan. "Sebab, Santoso cs ini tidak ke Turki," ujarnya. Selain itu, ada juga anggota ISIS yang berada di penjara batu Nusakambangan yang dideteksi tetap merekrut anggota. Anggota ISIS itu bernama Maman Abdurahman. "Dia merekrut dan mengajarkan pemahamannya lewat media social," tuturnya. Dengan begitu dapat dipastikan bahwa anggota ISIS ini memang memiliki handphone. Tapi, kepemilikan handphone ini juga diketahui petugas, tujuannya untuk mengetahui siapa saja jaringan dari anggota ISIS ini. "Ini yang sedang diusut," tuturnya. Ke depan, rencananya BNPT akan bekerjasama dengan Kementerian Hukum dan HAM untuk memutus komunikasi dari anggota ISIS di dalam penjara. "Kami sudah koordinasi, tinggal dilaksanakan saja," jelasnya. Yang utama, bila dipelajari ISIS itu berdiri di wilayah negara yang sedang kacau dan mengalami konflik. Dengan konflik itu, maka negara Suriah dan Iraq menjadi lemah. Nah, dalam konteks itu, Indonesia juga jangan sampai terjadi kekacauan dan konflik. "Sebab, sebenarnya indikasi konflik akan terjadi itu sudah terlihat di Indonesia. Misalnya, lemahnya sistem hukum di Indonesia yang bisa berujung pada konflik. Ketidakpuasan masyarakat terhadap hukum bisa memicunya," tegasnya Di sisi lain, sebuah SMS dari orang tidak dikenal yang mengaku anggota ISIS beredar di Tangerang. SMS itu mengancam akan menghabisi Presiden Jokowi. Sebagaimana dilansir jpnn (Group Manado Post), awalnya sang pengirim SMS mengatakan, pesawat Lufthansa rute Jakarta–Berlin tergelincir di Bandara Soekarno Hatta tergelincir dan menewaskan semua penumpang pukul 10.25. SMS ini turut menyematkan nama Nur Rakhman, pegawai ATC Soekarno Hatta dengan nomor telepon 085758905832. Namun saat dikonfirmasi kepada pihak Bandara Soekarno Hatta, tidak benar kejadian yang dimaksud. Ketika dicoba menghubungi nomor yang dicantumkan dalam SMS tersebut. Namun, tidak diangkat. Hanya SMS lanjutan. Orang ini mengaku sebagai Anggota ISIS. Dia mengaku beralamat di Lampung Timur, Jalan Lintas Timur Km 40 nomor 77, Sumur Kucing Samping Indomaret, Lampung Timur. Masih mengirimkan SMS, orang ini turut mengancam kepolisian dan akan membunuh Presiden Joko Widodo.
“Semua kepolisian mau kami habisi. Tinggal tunggu waktu. Kami anggota ISIS sudah sakit hati. Juga Jokowi harus mati. Kami tidak main-main. Kami ISIS, akan menghancurkan Polri, Jaksa Agung dan Presiden kurus. Juga ISIS, kami telah di jelek-jelekan bahwa kami pemberontak, tapi kami hanya merekrut untuk bekerja sama, toh mereka kami gaji.” “Seolah-olah kalian paling benar. Liat tuh pengeruk uang rakyat, kok nyantai aja. Kami telah instruksi anggota kami untuk bersiap-siap menghancurkan kalian. Kami dari Lampung Timur, markas kami di Sumur Kucing Lampung Timur,” isi pesan singkat dari orang ini.
Terpisah, Kasat Reskrim Polres Metro Tangerang AKPB Sutarmo saat dihubungi perihal SMS teror dan ancaman ini menjelaskan pihaknya akan berkoordinasi dengan intel. Selanjutnya, Sutarmo mengatakan, SMS yang dikirimkan merupakan SMS iseng. Sutarmo memastikan hingga saat ini tidak ada organisasi ISIS di wilayah Tangerang. “Itu hanya orang iseng. Tidak bisa dipastikan keakuratan informasi itu. Kondisi Tangerang masih aman dari ISIS,” ucapnya.
Terpisah, Wakapolri Badrodin menyatakan polisi tengah menelusuri pengirim layanan pesan singkat (SMS) berisi ancaman pembunuhan ke Presiden Joko Widodo. SMS yang mengaku simpatisan ISIS itu disebut berasal dari Tangerang, Banten. “Kita lagi lakukan penyelidikan siapa pelakunya," kata Badrodin di Istana Negara, Jakarta, Kamis (19/3). Hanya saja, Badrodin masih enggan merinci SMS itu. Alasannya, karena polisi masih melakukan penyelidikan. Ia hanya mengatakan, sejauh ini ada daerah-daerah yang warganya menjadi pendukung ISIS. Antara lain di Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Khusus Sulawesi, pendukung ISIS ada di wilayah Poso. Sementara itu terkait warga negara Indonesia (WNI) yang bergabung dengan ISIS di Irak maupun Suriah, Badrodin mengaku khawatir mereka akan kembali ke tanah air dan mempengaruhi masyarakat lain. Terutama karena di ISIS juga diajarkan menggunakan berbagai jenis senjata. "Kegiatan bersenjata di sana perlu kita waspadai karena mereka punya keahlian, punya pengalaman. Jika mereka kembali ke Indonesia bisa jadi ancaman," sambungnya.(***) - See more at: http://manadopostonline.com/read/2015/03/20/Poso-Pusat-Latihan-Militan-ISIS/8145#sthash.7sQDLepX.dpuf
JAKARTA ID - Kadivhumas Polri Irjen Anton Charliyan mengatakan dua terduga teroris yang ditangkap di Kroya, Cilacap, Jawa Tengah dan dua terduga teroris tertangkap di Malang, Jawa Timur adalah dari jaringan kelompok teroris bom Thamrin.
"Dua orang yang ditangkap di Kroya dan dua orang ditangkap di Malang, ada hubungannya dengan (kasus bom) Thamrin," kata Irjen Anton Charliyan di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (2/3).
Sebelumnya dua terduga teroris ditangkap di Malang oleh Densus 88 Anti Teror Mabes Polri. Mereka adalah S (25) alias DA, warga Batua Raya LR Mekanis, Kelurahan Palopo, Makassar dan KW (43), warga Kelurahan Manisrejo, Kecamatan Taman, Kabupaten Madiun.
Mereka ditangkap di area makam Eyang Setuhu di Dusun Keramat, Desa Patokpicis, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang.
Sehari sebelumnya Densus 88 menangkap dua orang lainnya di Kroya, Cilacap, yakni PJ alias RB dan PKK alias LT.
Sabtu pekan lalu Densus juga menangkap ima orang terduga teroris di Malang. Mereka adalah Achmad Ridho Wijaya, Rudi Hadianto, Badrodin, Romli dan Handoko. Kelimanya diduga juga terkait langsung dengan Bom Thamrin. (ID/ant/ths)
"Dua orang yang ditangkap di Kroya dan dua orang ditangkap di Malang, ada hubungannya dengan (kasus bom) Thamrin," kata Irjen Anton Charliyan di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (2/3).
Sebelumnya dua terduga teroris ditangkap di Malang oleh Densus 88 Anti Teror Mabes Polri. Mereka adalah S (25) alias DA, warga Batua Raya LR Mekanis, Kelurahan Palopo, Makassar dan KW (43), warga Kelurahan Manisrejo, Kecamatan Taman, Kabupaten Madiun.
Mereka ditangkap di area makam Eyang Setuhu di Dusun Keramat, Desa Patokpicis, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang.
Sehari sebelumnya Densus 88 menangkap dua orang lainnya di Kroya, Cilacap, yakni PJ alias RB dan PKK alias LT.
Sabtu pekan lalu Densus juga menangkap ima orang terduga teroris di Malang. Mereka adalah Achmad Ridho Wijaya, Rudi Hadianto, Badrodin, Romli dan Handoko. Kelimanya diduga juga terkait langsung dengan Bom Thamrin. (ID/ant/ths)
Jakarta - Penyidik Detasemen Khusus/88 terus mengembangkan penangkapan dua terduga teroris yang dibekuk di Stasiun Kroya, Cilacap, Jawa Tengah pada pukul 02.00 WIB Senin (29/2) dini hari kemarin.
Dari penelusuran terhadap Pujianto dan Panji Kokoh Kusumo itu, Densus berhasil membekuk dua terduga teroris lain di Setuhu, Desa Patokpicis, Wajak, Kabupaten Malang.
Mereka yang dibekuk di kaki gunung Semeru itu, tepatnya di di makam keramat Mbah Setiyo dan Mbah Setuhu, pada pukul 05.00 WIB Selasa (1/3) itu bernama Sulaiman dan Sujak.
"Yang ditangkap di Malang sedang dalam proses pemindahan ke Mabes Polri pagi ini. Mereka itu terpisah dengan jaringan Abu Gar kemarin," kata seorang sumber di Mabes Polri Rabu (2/3).
Abu Gar dan lima komplotannya dibekuk di Malang pada 21 Februari lalu. Mereka berencana merakit bom dan mengumpulkan dana untuk teror dengan cara mencuri yang disebut fai.
Menurut sumber tersebut, komplotan Kroya ini-yang juga terkait dengan kasus bom Thamrin-hendak melakukan "amaliah" atau serangan teror dengan bentuk menembaki polisi.
"Sudah ada plot-plot rencana menyerang polisi. Itu juga terbukti dengan penangkapan di Kroya. Di sana turut disita tiga pucuk senjata api jenis revolver dan peluru kaliber 9 milimeter," lanjut sumber itu.
Farouk Arnaz/JAS
BeritaSatu.com
Jakarta beritasatu - Peringatan akan adanya aksi teroris yang dilansir Australia didasari oleh info dari otoritas Indonesia ternyata bukanlah "pepesan kosong".
Teror atau Sinetron, Salah ISIS(?)
Testimoni
Teror atau Sinetron, Salah ISIS(?)
Penulis: Robigusta Suryanto
Teror di Indonesia masih terjadi. Tepatnya Kamis, tanggal 14 Januari 2016 di pusat Ibukota Negara, dilanda dentuman keras. Yang tidak jauh dari letak Istana kepresidenan Joko Widodo. Dentuman itu berawal dari gerai kopi lalu berlanjut ke pos penjagaan polisi. Pos yang biasa ditempati aparat untuk mengatur lalulintas di perempatan-jalan Thamrin, Jakarta.
Tiga langsung tewas. Darah berceceran. Banyak lalu lalang orang sekitar, tetapi banyaknya seperti tidak melihat mayat yang bergelimpangan dan bersimbah darah. Mungkin saja masyarakat takut. Atau mungkin saja masyarakat lebih asyik menonton “adegan” terorisme. Semua serba mungkin. Bahkan polisi yang terlihat dekat dengan mayat saja hanya bersikap diam.
Bagaimana tidak, di saat pemerintahan sedang panik mengahadapi teror, tetapi rakyatnya seolah tidak mempedulikannya. Ada yang tetap di tempat dengan dagangannya. Ada pula yang lugu mengayuh sepedanya sambil berteriak menawarkan kopi. Dan siapa sangka pula ada polisi, yang seharusnya sibuk, justru terlihat santai dengan membeli minuman atau buah-buahan. Ada ada pula yang berjalan dengan santai. Demikianlah yang saya perhatikan dari hasil jepretan foto para jurnalis. Dan tentu kita sudah melihatnya.
Tidak lama aparat kepolisian, TNI, dan segenap ambulance berdatangan. Dinilai lambat layaknya polisi “India”, tapi minimal kita patut apresiasinya, begitulah kira-kira kata Wakil Presiden Jusuf Kalla bila dilihat hasil sukses penjaga Negara kita.
Lepas meninggalkan jejak ledakan, pelaku lantas ada yang acungkan senjata. Masyarakat tapi tetap tenang. Mereka mengerebunginya. Bahkan ada pula yang sempat-sempat mengabadikan gambar dengan latar belakang pelaku. Ia tidak sadar nampaknya.
Serangan pelaku dengan menodongkan senjata di kerumuman orang banyak tetap tidak membuat masyarakat menepi. Pelaku bingung. Hendak ke mana sasarannya dihempaskan. Dengan kebingungannya itu, akhirnya mau-tidak-mau ia menembak. Seketika masyarakat menepi. Berhamburan. Pelaku kabur. Aparat mengejarnya. Pelaku pun berlindungan dan lari ke tempat yang dirasa aman. Namun siapa sangka, pelarian mereka justru mempersempit ruang gerak untuk melepaskan tembakan. Namun akhirnya terjadi tembak menembak. Polisi sempat dilempar granat (demikian dugaannya). Pelaku semakin tersudut. Hilang akal. Agar “skenario” teror ini matang dan tidak amatiran, lantas mereka melakukan bom bunuh diri. Tewas. Ditemani oleh barang bawaannya. Tubuh mereka terliat hancur. (sensor). Tapi mengapa barang bawaan mereka tidak hancur?
Polisi menang? Tidak. Polisi dan aparat, serta pemerintah dapat dikatakan gagal. Jika berhasil atau menang, tidak seharusnya kejadian kelam itu terlaksana. “Itu kegagalan," demikian kata pengamat teroris, Umar Abduh di salah satu media massa. Apapun alasan “cuci tangan” pemerintah diragukan. Namun pemerintah membantahnya, “Jangan katakan kami kecolongan,” demikian kata Menko Polhukam.
Padahal sebelumnya ada pengakuan bahwa tindak dan tanduk pelaku teror sudah dibaca. Namun tetap saja kebobolan. Jika memang benar telah mengendus sejak dari jauh-jauh hari, atau sebagaimana yang tersebar di media dengan mengatakan bahwa telah terendus dari beberapa bulan, mengapa tidak dapat mengantisipasinya? Bukankah hal itu seharusnya tidak terjadi? Abaikan.
Prediksi dari pengamat pun berguliran. Atau lebih tepatnya dijadikan sandaran pemerintah untuk menjawab. Ini atas tindakan mantan ini dan itu. Tidak kalah dengan pengamat, masyarakat pun berasumsi: ini pelakunya masih sama. Demikianlah. Sama halnya datang dari pemerintah.
Pemerintah mencoba mengaitkan ini adalah perbuatan ISIS atau sejenisnya. Dikuatkan pula dengan adanya pengakuan yang mengatasnamakan web resmi mereka, katanya. Namun benarkah ISIS nun jauh di sana yang melakukannya? Wallahu’alam. Yang pasti, sebagai seorang muslim kita tidak diminta cepat untuk menjawabnya, untuk mengiyakan dan meniadakannya.
Ingat, dunia ini sekarang dipenuhi dengan fitnah, mungkin saja ISIS atau pergerakan agama (Islam, Kristen, Hindu, Budha, dan lainnya). Namun demikian, kita sebagai umat Islam, yang Beragama Islam, agama yang satu-satunya diterima oleh Allah subahana wa ta’ala wajib dan senantiasa berlindungan terhadap fitnah itu.
Terlepas dari benar atau tidaknya pergerakan itu, Indonesia, yang memiliki penganut terbesar agama Islam di dunia tetap waspada dengan mengklaim bahwa itu dan ini adalah kebenaran yang nyata. Ataupun sebaliknya.
Saya hanya mengingatkan, sebagai muslim yang mencintai Allah dan rasul-Nya pastilah mendambakan tegaknya sistem ataupun tata kehidupan yang sesuai syariah, seperi zaman nabi Muhammad dan para sahabatnya yang merealisasikan itu. Akan tetapi, kita sebagai muslim mesti melakukan tindakan sebaik-baiknya seperti saat Nabi Muhammad berdakwah. Dengan menjaga etika. Ikuti akhlaknya. Lalu tercipta apa yang diinginkan dan diperintahkan oleh Allah.
Terakhir, sebagai muslim layaknya kita harus pandai-pandai mengamati dan mengkritisi hal-hal yang datang dengan tidak dilihat oleh mata ataupun bukan datang dari kerabat yang benar-benar menjalaninya. Yang terpenting umat Islam harus tetap bersatu. Jalankan ajaran Allah melalui nabi-Nya dengan sungguh-sungguh. Saling positif secara personal, atau dengan apapun gerakan yang tengah beredar di luar sana. Sekali lagi, saya tidak membela ataupun bukan pula simpatisan yang saat ini diklaim oleh pemerintah Indonesia maupun dunia. Saya hanya ingin mengajak umat muslim dan lainnya berpikir jernih, dan juga realistis. Wallahu’alam.
- See more at: http://www.voa-islam.id/read/opini/2016/01/25/41888/teror-atau-sinetron-salah-isis/#sthash.5JvdfO7O.dpuf
strait times: The alleged planner of the brazen attack in Jakarta on Thursday (Jan 14) is believed to be Indonesian militant Muhammad Bahrun Naim, a leader of militant group Katibah Nusantara.
He is said to be in the Syrian city of Raqqa, the de facto capital of the Islamic State in Iraq and Syria (ISIS) after the militants seized it in late 2013.
Here are eight things to know about Muhammad Bahrun Naim:
1. HE USED TO BE A COMPUTER TECHNICIAN
Reports said he used to work as a computer technician and ran an Internet cafe in Surakarta. He is believed to be from Pekalongan in Central Java.
2. HE SPENT TIME IN AN INDONESIAN JAIL
He was arrested in November 2010 by the Indonesian police's elite counter-terrorism unit Detachment 88. They confiscated hundreds of bullets from his home and he was sentenced to two and a half years in prison in 2011 for illegal possession of ammunition. But the court found insufficient evidence to pursue terror charges. He disappeared after he had served his time and police believed he moved to Syria.
3. HE AIMS TO BECOME ISIS' "LEADER" IN THIS REGION
Naim is a leader of Katibah Nusantara, which is a South-east Asian military unit under the ISIS that recruits militants from Indonesia, Malaysia and other parts of the region.
In April 2015, Katibah Nusantara fighters captured territory held by Kurdish forces in Syria, which was a boon for its online drive to recruit new fighters and supporters among Malay speakers in South-east Asia, according to a research paper published last year by the S. Rajaratnam School of International Studies in Singapore. Jakarta Police Chief Tito Karnavian said Naim clearly has ambitions to become "the leader" of ISIS in this region.
4. HE RUNS A BLOG
He has a blog which hails attacks carried out by affiliates of ISIS, and offers encouragement and advice to those who have declared allegiance to the militant group.
For example, there were many posts containing information on building explosives.
5. HE LEARNT LESSONS FROM PARIS ATTACKS
After the terror attacks in Paris in November 2015, Naim published a blog post titled "Lessons from the Paris Attacks" in which he urged his Indonesian supporters to study the planning, targeting, timing, coordination, security and courage of the Paris militants.
He also explained in his blog how easy it was to move jihad, or the holy war, from "guerrilla warfare" in Indonesia's jungles to a city.
6. 'JUST WAITING FOR THE RIGHT TRIGGER', HE SAID OF POTENTIAL INDONESIA ATTACKS
Reuters news agency contacted him on Nov 24 on social messaging appTelegram, using details provided by one of his acquaintances.
In that exchange, he said there were more than enough ISIS supporters to "carry out an action" in Indonesia. "Just waiting for the right trigger," said the man identifying himself as Naim. Not long after that Telegram exchange, intelligence officials began to pick up talk in social messaging chatrooms that an attack on Indonesia was imminent.
7. HE HAD BEEN PLANNING JAKARTA ATTACKS FOR A WHILE
Indonesian police believed Naim had masterminded the Jakarta attack and had been "planning this for a while".
Police spokesman Anton Charliyan said he had even sent money back to Indonesia to finance the attack.
8. HE HAS NO PLANS TO RETURN TO INDONESIA
Naim reportedly has no plans to return to Indonesia.
In the same Telegram exchange with Reuters, he said he enjoyed life in Syria and did not plan to return home. "I move around, depending on where our emir orders us to go. It's good here in Syria. There's electricity, accommodation, water and it's free. The services provided by them are good, cheaper than in Indonesia," he said.
SOURCES: REUTERS, AFP, BBC
YOGYAKARTA okezone - Wakil Ketua Komisi I DPR RI Hanafi Rais mengaku prihatin dengan pemboman Jakarta yang terjadi hari ini. "Jakarta hari ini di-paris-kan oleh pelaku pemboman (terorisme)," ujarnya saat di Mapolda DIY Kamis (14/1/2016).
Putra Amien Rais ini berharap aparat keamanan meningkatkan kewaspadaan untuk menjaga keamanan masyarakat. Khususnya mengenai dari upaya aksi terorisme. "Aparat diminta untuk meningkatkan kewaspadaan," tuturnya.
Hanafi mengungkapkan, aparat kepolisian seharusnya langsung melakukan indentifikasi. Sebab, terorisme bisa dilakukan hanya oleh orang yang otaknya dicuci.
"Identifikasi kolaborator lokal perlu diwaspadai, jika tidak jumlahnya akan semakin banyak,"ucapnya.
(abp)
(CNN)Indonesia is reeling in shock as terror returned to the streets of Jakarta with a series of explosions and a firefight Thursday.
Six people, including one foreigner, were killed in the country's worst terror attack since 2009. Ten others were injured.
Police also shot dead four attackers, according to Budi Gunawan, Deputy Chief of Indonesian National Police.
The country's President, Joko Widodo, called the blasts "acts of terror."
"Our nation and our people should not be afraid, we will not be defeated by these acts of terror, I hope the public stay calm," he told local broadcaster MetroTV.
At present, no group has claimed responsibility for the attack.
Who could be behind it?
ISIS has a presence in Indonesia, where it has long sought to establish a "distant caliphate" in Indonesia, according to the Australian Attorney-General George Brandis.
"ISIS has identified Indonesia as a location of its ambitions," Brandis told The Australian newspaperin December.
Up to 700 Indonesians have traveled to Syria in recent years to fight with anti-regime forces, with the majority allying themselves with ISIS, according to the Indonesian government.
Indonesia fighters have also appeared in ISIS propaganda.
Indonesian police said that the perpetrators of a foiled bomb plot late last year were "influenced by ISIS."
Speaking in the wake of Thursday's attack, Clarke Jones, a counterterrorism expert at the Australian National University, said that such an incident is not a great surprise.
"There was warning some weeks and even months ago that Indonesia was likely to experience some sort of attack," he told CNN.
Homegrown terror
Indonesia has long struggled with domestic terrorist groups, particularly Jemaah Islamiyah, which claimed responsibility for 11 attacks between 2000 and 2010, including the deadly 2002 Bali bombings, which left more than 200 people dead and hundreds injured, many of them tourists.
Smaller groups have also claimed responsibility for attacks and bombings across the country, including the 2005 beheading of three Christian teenagers by Muslim militants in the Poso region of Sulawesi.
Jemaah Islamiyah, which has been linked to Al Qaeda, has largely replaced Darul Islam as Indonesia's deadliest local terrorist organization. The group aims to establish a regional Islamic caliphate in Southeast Asia and has also been active in Thailand, Malaysia and the Philippines.
However, Jemaah Islamiyah's capabilities have been steadily eroded by a concerted counter-terrorism effort since 2009.
Indonesia has invested heavily in counter-terrorism, establishing the elite special forces unit Detachment 88, which has received support and training from the U.S. and Australia, and has been credited with greatly reducing the number of attacks since 2009.
According to a report by the Jamestown Foundation, in recent years Indonesia has been "widely viewed as a counter-terrorism success story as the threat from al-Qaeda-linked or -inspired jihadist groups declined dramatically."
"Unfortunately, the transnational pull of the conflicts in Syria and Iraq, and the emergence of the Islamic State, risk undermining Indonesia's counter-terrorism successes," the report warns.
Jakarta-Penyidik Densus 88/Antiteror mendapat kemajuan dalam penyidikan Ali, warga negara asing (WNA) asal Uighur (Tiongkok) yang masuk jaringan Abu Muzab alias Arif Hidayatullah. Ali yang ditangkap di Bekasi Rabu (23/12) dan diduga akan berperan sebagai "pengantin" atau bom bunuh diri itu masuk ke Indonesia melalui Batam, Kepulauan Riau.
Ali datang dibawa oleh NR (buron) dan tinggal di Jakarta sudah sekitar dua bulan lalu. Ali diyakini pernah di Bangkok setelah itu ke Malaysia. Namun belum diketahui waktu detailnya. Ali sudah dibuatkan KTP palsu atas nama Faris Kusuma. "Karena itu kita gali terus karena tersangka pengeboman di kuil Erawan, Thailand Agustus lalu disebut polisi Thailand beretnis Uighur juga," kata seorang penyidik Densus 88/Antiteror saat dihubungi, Kamis (24/12).
Etnis Uighur mayoritas hidup di Xinjiang, Tiongkok. Sebagian besar beragama Islam dan hidup di bawah tekanan Beijing. Bahkan sebagian warga Uighur menuntut pemisahan diri dari Beijing. Sebagian aksi perlawanan kaum Uighur terhadap Beijing dilakukan dengan menggunakan kekerasan.
Diketahui, bukan kali ini saja Densus berurusan dengan etnis Uighur. Pada September lalu, empat warga Uighur ditangkap di Poso Sulawesi Tengah saat mereka dalam perjalanan akan bergabung dengan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang dipimpin Santoso. Keempat orang itu adalah Ahmed Bozoglan (27 tahun), Ahmet Mahmut 20, Altinci Bayram 29, dan Tuzer Abdul Basit 23. Mereka telah divonis bersalah melakukan konspirasi jahat dan dianggap melanggar Undang-undang soal Terorisme.
Farouk Arnaz/WBP
BeritaSatu.com
TEMPO.CO, Jakarta - Detasemen Khusus 88 Antiteror Markas Besar Kepolisian RI menangkap seorang pria di Bekasi, hari ini, 23 Desember 2015.
Dia diduga kuat jaringan kelompok teroris yang ditangkap di Tasikmalaya dan Sukoharjo pada Jumat dan Sabtu, pekan lalu. Pria itu bernama Abu Muzab. “Hasil pengembangan dari Tasikmalaya dan Solo,” kata seorang perwira polisi yang mengetahui penangkapan itu, Rabu, 23 Desember 2015.
Pihak kepolisian belum bisa dimintai penjelasan perihal detail penangkapan itu.
SIMAK:
Zaenal Diduga sebagai Pengantin Bom Malam Tahun Baru di Jakarta
Densus 88 Selidiki Hubungan Jaringan Abu Jundi dengan ISIS
Pada Jumat sore, pekan lalu, Densus 88 mencokok Zaenal, 35 tahun, di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, sekitar pukul 16.30 WIB. Dia ditangkap bersama Asep Urip, 31 tahun, guru sebuah pesantren di Tasikmalaya, di jalan sekitar Kampung Cihaji, Kelurahan Purbaratu, Kecamatan Purbaratu. Tapi, Asep dilepaskan karena tak terlibat terorisme.
Adapun Zaenal, asal Sulawesi, diduga akan menjadi pelaku bom bunuh diri pada Natal dan malam tahun baru 2015 pada pengujung bulan ini. Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti membenarkan mereka akan meledakkan bom di Jakarta. Namun, “Mereka tidak eksplisit menyebutkan apakah untuk Natal atau tahun baru,” ujarnya kepada Tempo, Ahad, 20 Desember 2015.
Zaenal ditangkap setelah polisi meringkus Iwan alias Koki, asal Padang, bersama satu orang lagi di perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah, pada pukul 13.00. Iwan dalam perjalanan dari Tasikmalaya menuju Bandung untuk menemui Zaenal. Iwan diketahui sebagai perakit bom dan ditengarai akan membuat donut, sebutan mereka untuk bom, di Bandung.
Esoknya, Sabtu, Densus 88 menggulung jaringan Zaenal dan Iwan Koki di Sukoharjo, dekat Solo, Jawa Tengah. Di situ, polisi mencokok Abdul Karim alias Abu Jundi. Di antara barang bukti sejumlah penangkapan itu terdapat bendera hitam yang identik dengan bendera ISIS, Negara Islam Irak dan Suriah. Menurut sumber di komunitas antiterorisme, Zaenal juga disinyalir memasok uang ke Abdul Karim.
JOBPIE SUGIHARTOKabar24.com, JAKARTA -- Kapolri Jenderal Pol. Badrodin Haiti menyatakan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) sangat mungkin menjalin komunikasi dengan jaringan teroris yang telah lama ada di Indonesia.
"Kami sekarang tidak bisa mengatakan itu tidak ada hubungannya," kata Badrodin saat dihubungi, Selasa (22/12/2015).
Menurut Badrodin hampir semua organisasi radikal berhubungan satu sama lain.
Meskipun organisasinya tidak berhubungan, tapi individunya dapat menjalin komunikasi.
Hal tersebut lantaran mereka memiliki ideologi hampir sama dengan tujuan mendirikan negara Islam.
"Semua itu tak ada yang tak mungkin," katanya.
Sebelumnya, pengamat terorisme dari Yayasan Prasasti Perdamaian Taufik Andrie melihat para terduga teroris yang berhasil ditangkap Densus 88 Antiteror pekan lalu berasal dari dua kelompok berbeda yaitu simpatisan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan jaringan lama Jamaah Islamiyah.
"Ini terjadi ketika sudah banyak informasi warga Indonesia pulang dari Suriah. Mereka membangun jaringan pendukung ISIS," ucapnya.
"Target bukan gereja tapi kelompok Syiah merepresentasikan kelompok ISIS di Suriah. Jamaah Islamiyah sendiri pro Al-Qaeda, sedangkan ISIS memiliki agenda tersendiri," katanya.
Pada 18 Desember di Jawa Tengah, tepatnya di Cilacap, Jawa Tengah, Densus 88 berhasil membekuk dua terduga teroris Riswandi alias Iwan alias Zaid dan Yudinov Syaputra alias Kholid.
Selanjutnya di Tasikmalaya, Jawa Barat ditangkap terduga teroris Zaenal dan Asep Ari.
Untuk para tersangka di Jawa Timur, mereka masuk dalam daftar pencarian orang kelompok teroris Klaten serta mengetahui gudang senjata kelompok teroris Klaten.
Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Pol. Anton Charliyan mengatakan para teroris itu ditangkap karena diduga akan melancarkan aksi teror pada Desember ini dengan beberapa target sasaran.
"Beberapa pejabat, tempat objek vital termasuk kelompok aliran lain," kata Anton di Mabes Polri, Jakarta, Senin (21/12).
Jakarta - Polisi bersama TNI berhasil menemukan markas teroris dari kelompok Santoso yang berbasis di Poso, Sulawesi Tengah. Markas itu berada di pegunungan dan terdiri atas beberapa gubuk.
"Kami sudah temukan lokasi mereka. Ada 10 gubuk di pegunungan," kata Kapolri Badrodin Haiti di Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Kemenko Polhukam), Jakarta, Senin (21/12).
Ia menjelaskan kelompok Santoso berhasil lolos. Namun di lokasi ditemukan sejumlah barang seperti bahan peledak, lima buah bom, peralatan masak, dan peralatan-peralatan lainnya. Bahkan, ditemukan satu jasad pria dewasa yang sudah mulai membusuk.
Menurutnya, aparat keamanan dibantu TNI dan BIN terus melakukan pengejaran terhadap kelompok Santoso tersebut. Anggota kelompok Santoso kurang lebih berjumlah 40 orang. Mereka selalu lolos saat ditangkap karena selalu berpindah tempat.
"Mereka menguasai medan karena itu wilayah mereka. Tetapi kami akan terus lakukan perburuan," tegas Badrodin.
Robertus Wardhy/CAH
Suara Pembaruan
INILAH.COM, Jakarta-Warga Indonesia yang menjadi anggota kelompok bersenjata ISIS tercatat paling sedikit dibanding negara lain, meski penduduk Muslim di negeri ini paling besar di dunia.
"Itu tidak lepas dari keberadaan BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) dan FKPT (Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme) yang tidak pernah lelah menjalankan program pencegahan terorisme," katanya dalam siaran pers di Jakarta, Sabtu (19/12/2015).
Menurut Nasaruddin, fakta bahwa warga Indonesia yang bergabung dengan ISIS tercatat paling sedikit itu terungkap ketika ia diundang dalam World Summit di Gedung Putih dan mendapat kesempatan berbicara setelah Presiden Barack Obama.
"Karena fakta itu, banyak negara-negara Islam datang untuk belajar bagaimana hidup damai seperti di Indonesia," kata Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu.
Oleh karenanya, menurut Nasaruddin, sudah menjadi kewajiban seluruh rakyat Indonesia untuk bersama membantu dan mendukung BNPT dalam menjalankan program penanggulangan terorisme di negara ini.
"Tugas ini sangat mulia dalam menciptakan perdamaian dan ketenteraman di Bumi Nusantara," pungkasnya. [tar]
- See more at: http://nasional.inilah.com/read/detail/2261269/pengikut-isis-asal-indonesia-paling-sedikit#sthash.OJbQJDKy.dpuf
Istanbul detik- Kepolisian Turki menangkap delapan orang yang dicurigai anggota Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Orang-orang ini berniat masuk ke wilayah Eropa dengan menyamar sebagai pengungsi.
Seperti dilaporkan kantor berita Turki, Anatolia dan dilansir AFP, Kamis (19/11/2015), unit kepolisian antiterorisme menangkap para pelaku di Bandara Ataturk, Istanbul pada Selasa (17/11) waktu setempat. Mereka ditangkap saat baru tiba dari Kota Casablanca, Maroko.
Dari para pelaku, polisi menemukan kertas catatan yang bertuliskan rincian rute pergerakan mereka dari Istanbul menuju Jerman, lewat Yunani, Serbia dan Hungaria. Bahkan perjalanan dengan kapal penyelundup untuk melintasi Laut Mediterania serta via kereta dan bus juga masuk dalam catatan rencana itu.
Saat dibekuk polisi, delapan pria ini mengaku mereka hanya turis yang berencana berlibur selama beberapa hari di Istanbul. Mereka juga mengaku telah memesan kamar hotel, namun setelah diperiksa lebih lanjut, tidak ada pemesan kamar hotel dengan nama mereka.
Turki menjadi salah satu titik transit bagi para imigran dan pengungsi yang ingin tinggal di Eropa. Hingga kini, Turki menjadi rumah bagi 2 juta pengungsi asal Suriah, negara tetangganya yang tengah dilanda konflik.
Organisasi Imigran Internasional (IOM), awal bulan ini menyebut ada lebih dari 650 ribu imigran dan pengungsi yang telah mencapai Yunani sepanjang tahun 2015 melalui Laut Mediterania.
Usai serangan teror Paris yang merenggut 129 nyawa, aliran imigran dan pengungsi dari Suriah menjadi sorotan. Terutama setelah ada temuan paspor pengungsi asal Suriah yang ditemukan di dekat salah satu pelaku serangan. Paspor itu terdaftar masuk ke Pulau Leros, Yunani pada 3 Oktober lalu.
Otoritas Turki sendiri sejak lama dikritik negara-negara Barat karena dianggap gagal memutus aliran militan ISIS dari Suriah, melalui perbatasannya. Dalam beberapa bulan terakhir, Turki meningkatkan pengamanan di perbatasan, terutama setelah ledakan kembar mengguncang Ankara bulan lalu dan menewaskan 102 orang.
(nvc/nwk)
Jakarta JG. Experts on counterterrorism and religion are calling on the Indonesian government and mainstream Muslim organizations to openly and proactively contain the spread of the Islamic State movement, as a survey showed there was a relatively small but nonetheless "alarming" number of supporters here.
Pew Research Center on Tuesday published its latest findings on the issue, which said 79 percent of 1,000 Indonesian respondents from across the archipelago held unfavorable views of IS, the movement that established a caliphate in parts of Iraq and Syria in June last year and has since claimed responsibility for a series of brutal attacks around the world.
Only 4 percent of Indonesian respondents stated that they supported the radical movement, while the remainder declined to disclose their opinion.
"The finding is alarming for us because the [4 percent] figure can definitely grow as more [Indonesian] Muslims see IS as the only power that can resist Western hegemony," Fajar Riza Ul Haq, an Islamic scholar and executive director of the Maarif Institute, told the Jakarta Globe on Wednesday.
Other observers agree that support for IS, even if it is relatively small, is dangerous.
Taufik Andrie, a counterterrorism expert with the Jakarta-based Institute for International Peace Building, told the Globe that although the number of IS supporters in Indonesia seems minor, this group still constitutes a threat to the country's secular state ideology known as Pancasila.
"If the number rises, the public's perception of IS can change in favor of them and there will be an endless confrontation in Indonesia," Taufik said.
Authorities have said that an estimated 500 Indonesians have gone to Syria and joined the radical movement, which has claimed responsibility for attacks that killed hundreds in the past three weeks alone, in Paris, Beirut and onboard a Russian passenger jet flying over Egypt's Sinai peninsula.
Indonesia has a population of over 250 million, with more than 85 percent identifying as Muslims.
According to Taufik, supporters of the IS movement in Indonesia can be divided into three clusters: core supporters that include radical groups such as the East Indonesia Mujahidin (MIT) and Jemaah Islamiyah; a group that fully understands and approves of the caliphate as a form of state; and a group of poorly educated Indonesian Muslims who are easily brainwashed by the concept of Islamic rule.
Fajar pointed out that the economic and political instability in the world today likely was to blame for the mindset of people supporting IS, in Indonesia and elsewhere, but he stressed that this should never be used as a justification for radical actions.
He also said that the Darul Islam movement in Indonesia, which fought for an Islamic state until the early 1960s in various parts of the archipelago, has also left its marks and made some Indonesians more susceptible to ideologies like that of IS, until today.
Taufik added that support for the IS movement was generally based on teachings that instruct Muslims to support a caliphate as that would allow for the implementation of Shariah law.
"[This goes] especially for the men, who are expected to be proactive in showing their support, which eventually prompts them to move to the self-proclaimed caliphate from their 'infidel' country," he said.
Fajar expressed concerns that the presence of IS supporters -- even in small numbers -- could also damage the image of Indonesia, which has the world's largest Muslim population.
"The world's views of Islam in Indonesia are actually improving, although they're not yet strongly established," Fajar said. "As the situation in Middle Eastern countries is becoming more volatile, we can be the new face of Islam, one that is moderate and relatively stable."
To contain the spread of IS and other radical movements in Indonesia, the experts said the government and mainstream Muslim groups -- such as the Indonesian Ulema Council (MUI), Nahdlatul Ulama and Muhammadiyah -- must do more to dominate public platforms and boost moderate understandings of Islam.
Taufik stressed that moderate Muslim groups should get organized and speak up, as groups of IS supporters become increasingly outspoken on social media, at mosques and even in some schools.
"We must contest their ideology and prove that not everything that they believe in is right," he said.
Maarif Institute's Fajar added that mainstream Muslim groups must continuously spread Islamic teachings that uphold and respect diversity, and explain that true Islam condemns violent actions, especially murdering people in the name of religion.
"The challenge lies in how to make sure that Islam can't be built and developed on top of hatred, feuds and revenge," he says.
"Indonesian Muslims, as the majority of the population, therefore must play a bigger role in protecting our unity against sectarian conflicts that eventually will damage Islam," Fajar said.
KUALA LUMPUR, KOMPAS.com — Kepala Divisi Kontraterorisme Malaysia Datuk Ayob Khan Mydin Pitchay mengaku khawatir atas rencana kelompok militan Malaysia membentuk jaringan teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Asia Tenggara.
Dalam wawancara dengan Straits Times yang dirilis pada Minggu (15/11/2015), Ayob mengatakan bahwa kelompok militan ini terdiri dari tiga orang yang saat ini masuk daftar prioritas tingkat tinggi pencarian Kepolisian Malaysia.
Tiga orang ini adalah Mahmud Ahmand, mantan dosen di Universitas Malaya, Mohd Najib Husen, pemilik kedai kelontong, dan Muhammad Joraimee Awang Raimee yang merupakan mantan pegawai di dewan kota setempat.
Mereka bertiga diyakini sedang bersembunyi di bagian selatan Filipina dan berpartisipasi dengan kelompok teroris Abu Sayyaf yang memang beroperasi di kawasan tersebut.
Ayob menuturkan, tiga orang ini berharap dapat menggabungkan sejumlah kelompok militan di Asia Tenggara, seperti Abu Sayyaf dan Jemaah Islamiyah, menjadi satu kesatuan di bawah naungan Negara Islam.
"Mahmud telah menyatakan sumpah kesetiaan di video kepada ISIS, tetapi untuk pembentukan resmi cabang ISIS, dia perlu terbang ke Suriah dan menyatakan sumpah setianya di depan pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi," kata Ayob menjelaskan.
Datuk Ayub melanjutkan bahwa prioritas utama Mahmud saat ini adalah terbang ke Suriah demi bertemu dengan Baghdadi.
Mahmud sendiri bukanlah wajah baru di dunia militan. Dia telah berlatih dengan Al Qaeda di Afganistan pada tahun 1990-an dan kemudian menggunakan posisi dosennya di universitas ternama Malaysia itu untuk merekrut anak didiknya.
"Jika Mahmud atau sering disebut juga Abu Handzalah berhasil menyatukan semua kelompok teroris, Asia Tenggara akan menghadapi bahaya besar," kata Ayub.
Militer Filipina sendiri telah menjadikan tiga orang ini sebagai target untuk ditangkap dan operasi perburuan masih berlangsung.
Profesor Sundramoorthy dari Universitas Sains Malaysia menyatakan, militan ini sekarang tidak hanya mengatasnamakan agama.
"Banyak yang berpikir ISIS hanya memperjuangkan agama Islam. Namun, mereka juga sekarang mengatasnamakan keadilan sosial, kesenjangan ekonomi, represi politik, dan hal-hal lainnya," kata dia.
Ia menambahkan, diperlukan upaya internasional untuk mencegah terjadinya kesenjangan sosial di masyarakat yang berbuntut pada munculnya gerakan terorisme.
Malaysia awal tahun 2015 menggagalkan rencana ISIS untuk menyerang Kedutaan Besar Arab Saudi dan Qatar di Kuala Lumpur.
NEW YORK-Wakil Presiden M Jusuf Kalla mengatakan ekstrimisme muncul di negara-negara yang gagal akibat intervensi negara lain dan untuk menanggulanginya semua negara harus bersatu.
"Umumnya negara gagal itu akibat intervensi pihak luar. Jadi penyelesaiannya, apapun persoalan tidak boleh negara luar ikut intervensi, baik dengan alasan demokrasi, HAM atau apapun," kata Wapres usai berpidato pada "Leader’s Summit on Countering Isil and Violent Extremism" di Markas besar PBB New York, Amerika Serikat, Selasa (29/9).
Lebih lanjut Wapres menilai ekstrimisme muncul bukan karena ideologi. Menurut Wapres jika melihat dari sejarah terjadinya ekstrimisme, justru timbul pada negara-negara yang gagal, seperti di Afghanistan, Irak dan sebagainya.
"Untuk menanggulanginya, semua negara di dunia harus bersatu," kata Wapres.
Wapres mengakui memang ada gerakan ekstrimisme di Indonesia, namun lebih sedikit jika dibandingan dengan negara-negara lain, khususnya di Timur Tengah.
"Kenapa Indonesia sedikit? Karena Islamnya moderat," kata Wapres.
Menurut Wapres, yang paling sulit untuk menanggulangi ekstrimisme, karena mereka tidak memiliki rasa takut. Yang dijual ekstrimisme adaah harapan akan masuk surga.
"Karena itu semua ekstrimisme tindaknnya tidak terduga karena tidak ada rasa takut," katanya.
Yang terpenting, ujar Wapres, jangalh menegakkan demomkrasi dengan cara-cara yang melanggar demokrasi itu sendiri, karena justru akan menimbulkan otoriter baru.(ant/hrb)
"Umumnya negara gagal itu akibat intervensi pihak luar. Jadi penyelesaiannya, apapun persoalan tidak boleh negara luar ikut intervensi, baik dengan alasan demokrasi, HAM atau apapun," kata Wapres usai berpidato pada "Leader’s Summit on Countering Isil and Violent Extremism" di Markas besar PBB New York, Amerika Serikat, Selasa (29/9).
Lebih lanjut Wapres menilai ekstrimisme muncul bukan karena ideologi. Menurut Wapres jika melihat dari sejarah terjadinya ekstrimisme, justru timbul pada negara-negara yang gagal, seperti di Afghanistan, Irak dan sebagainya.
"Untuk menanggulanginya, semua negara di dunia harus bersatu," kata Wapres.
Wapres mengakui memang ada gerakan ekstrimisme di Indonesia, namun lebih sedikit jika dibandingan dengan negara-negara lain, khususnya di Timur Tengah.
"Kenapa Indonesia sedikit? Karena Islamnya moderat," kata Wapres.
Menurut Wapres, yang paling sulit untuk menanggulangi ekstrimisme, karena mereka tidak memiliki rasa takut. Yang dijual ekstrimisme adaah harapan akan masuk surga.
"Karena itu semua ekstrimisme tindaknnya tidak terduga karena tidak ada rasa takut," katanya.
Yang terpenting, ujar Wapres, jangalh menegakkan demomkrasi dengan cara-cara yang melanggar demokrasi itu sendiri, karena justru akan menimbulkan otoriter baru.(ant/hrb)
UNGARAN, KOMPAS.com - Sebuah pesantren dan sebuah sekolah di Jawa Tengah saat ini masih dalam pengawasan, lantaran diduga mengajarkan paham radikal. Kepala Subbidang Kewaspadaan Nasional, Badan Kesatuan Kebangsaan Politik dan Linmas Provinsi Jawa Tengah, Purwanto, mengatakan bahwa salah satu indikasi pengamalan paham radikal di kedua institusi itu adalah pelarangan upacara pengibaran bendera.
"Kita masih ada satu ponpes dan satu sekolah yang terus kita pantau. Sebab, ada kemungkinan mengajarkan ideologi yang berbahaya. Salah satunya seperti melarang melaksanakan upacara pengibaran bendara," ucap Purwanto, dalam di Bandungan, Kabupaten Semarang, Selasa (29/9/2015).
Menurut Purwanto, kedua institusi itu masih terus berusaha dilakukan pembinaan. Namun, pihaknya mengaku kesulitan untuk masuk dan memberikan pembinaan di ponpes yang diindikasi mengajarkan paham radikal itu.
Kepala Bidang Ideologi dan Kewaspadaan di Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Jateng, Budiyanto, mengatakan bahwa pihaknya terus berusaha memberikan pemahaman mengenai bahaya pemahaman radikal. Pemahaman diberikan tidak hanya kepada pihak sekolah dan pengajar, tapi juga kepada murid dan santri.
"Sehingga generasi muda sebagai tunas harapan bangsa mempunyai kewaspadaan tinggi akan potensi gerakan terorisme dan radikal di lingkungannya," ucap Budiyanto.
Penulis | : Kontributor Ungaran, Syahrul Munir |
Editor | : Bayu Galih |
Yogyakarta detik - Satu terduga teroris ditangkap tim Densus 88 di Sleman, DIY. Penangkapan ini berlangsung sangat cepat.
Warga sekitar awalnya mengira terjadi aksi penculikan. Mereka tak menyangka jika terduga yang selama ini dikenal warga bernama Agus Ari ternyata terduga teroris yang diburu tim Densus 88. Ia ditangkap Selasa (25/8) pukul 18.30 WIB di sebuah gang dusun Cupu Watu, Purwomartani, Kalasan, Sleman, DIY.
Kepolisian menyatakan terduga teroris tersebut berinisial SF (25) warga Solo, Jawa Tengah. Sementara itu, Kepala Dukuh Cupu Watu Awang Prasongko Satria mengatakan, bahwa terduga baru sekitar 1 minggu berada didesanya. Kepada warga sekitar, ia mengaku bernama Agus Ari. Pertama kali datang, mengaku belum memiliki KTP karena masih dalam proses pembuatan.
"Selama tinggal di desa ini, ia bekerja membantu Irawan, pedagang roti baling-baling di pinggir Jalan Raya Solo-Yogyakarta dusun Cupu Watu. Agus Ari ini mengaku berasal dari Muntilan, Jawa Tengah,"kata Awang di dusun Cupu Watu, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Rabu (26/8/2015).
Sementara itu, Irawan yang memperkerjakan Agus Ari ini mengatakan, terduga dikenal sebagai orang yang pendiam. Orangnya selama ini biasa, tidak berjenggot dan juga tidak mengenakan celana congklang.
"Warga tak curiga, oranngya pendiam dan sibuk dengan gadgetnya. Kalau keluar rumah selalu mengenakan masker,"kata Irawan sambil menunjukan lokasi penangkapan.
Setyahadi, warga yang melihat penangkapan terduga menceritakan penangkapan berlangsung sangat cepat. Awalnya mobil kijang LGX dan beberapa sepeda motor masuk gang kampung. Beberapa orang yang memakai sepeda motor kemudian turun dan menangkap Agus Ari. Dan langsung dimasukan ke mobil lewat pintu belakang. Setelah itu langsung pergi meninggalkan lokasi. Warga sekitar awalnya mengira telah terjadi tindak penculikan. Warga baru tahu bahwa ada penangkapan teroris setelah ada aparat kepolisian yang memberitahu.
(ega/ega)
JAKARTA – Operasi Densus 88 Antiteror selama empat hari terakhir berbuah manis. Tim khusus antiteror Mabes Polri tersebut sukses meringkus sembilan terduga teroris di tiga kota di tiga provinsi. Yakni, Indramayu, Jabar; Lamongan, Jatim; dan Klaten, Jateng. Operasi terakhir Kamis (15/5) di Klaten berhasil menciduk lima terduga teroris kelompok Poso.
Menurut informasi yang diperoleh Jawa Pos,
penangkapan teroris di Klaten kemarin berlangsung sejak pagi. Sekitar
pukul 07.00 polisi menggerebek sebuah rumah kontrakan di Dukuh Sumber
Wetan, Desa Sumber, Kecamatan Trucuk. Setelah meringkus para penghuni
kontrakan, polisi beralih ke sebuah bengkel las di kecamatan yang sama.
Kadivhumas
Mabes Polri Irjen Ronny F. Sompie mengatakan, lima terduga teroris yang
diamankan di Klaten bernama Arif alias Tomy, Selamet, Rofiq, Arifin,
dan Yusuf. Dari bengkel las di Trucuk, polisi menyita sejumlah barang
bukti. Di antaranya, 15 senjata api panjang gas kaliber 7 mm, 2 pucuk
senpi pendek gas kaliber 7 mm, dan 1crossbow (panah mekanik).
Ada juga senjata lain berupa panah, 5 pedang panjang, 6 pedang ukuran
sedang, dan 25 pucuk pisau lempar. ’’Densus juga menyita dokumen
pembuatan bom di bengkel tersebut,’’ terang Ronny.
Penangkapan
lima orang tersebut berawal dari operasi di Indramayu pada Senin
(12/5). Saat itu Densus meringkus buron bom Tentena, Poso, pada 2005
bernama Rifki alias Bondan alias Royan. Jebolan kamp pelatihan di Moro,
Filipina, tersebut diringkus di sebuah rumah makan di Indramayu.
Hari
berikutnya, Densus bergerak ke Lamongan dan meringkus buron lain
bernama Ramuji alias Kapten alias Ahmad di kawasan Paciran. ’’Yang
bersangkutan terlibat pelatihan militer di Poso sekaligus penyuplai
logistik,’’ terang mantan Kapolwiltabes Surabaya itu.
Kemudian,
Rabu malam (14/5), Densus bergeser ke Klaten dan meringkus Salim alias
Ustad Yahya. Sama dengan Rifki, Salim juga merupakan buron kasus
kerusuhan Poso dan turut dalam peristiwa bom Tentena. Dia ditangkap
bersama salah seorang rekannya, Setiawan. Namun, peran Setiawan belum
bisa terungkap.
Seluruh
terduga teroris yang tertangkap merupakan pengikut Santoso. Menurut
Ronny, saat ini Densus melanjutkan operasi dan menggeledah beberapa
tempat lain berdasar hasil pemeriksaan para terduga teroris yang
tertangkap. ’’Kita tunggu saja perkembangannya,’’ ujar dia.
Jawa Pos Radar Solo melaporkan,
penggerebekan teroris di Klaten kemarin menarik perhatian warga. Kaur
Pemerintahan Desa Sumber Suratman menjelaskan, Densus 88 mulai
menggerebek sekitar pukul 07.00. Saat penangkapan, jalan di depan
bengkel tempat persembunyian terduga teroris sudah ditutup polisi.
”Ada
sekitar lima unit mobil yang digunakan polisi saat melakukan
penggerebekan. Tiga orang diamankan dengan mobil warna putih. Kemudian,
barang bukti dimasukkan karung, peti dan kardus dimasukkan mobil lain,”
ungkapnya.
Dari
rumah dua lantai tersebut, polisi mengamankan puluhan barang bukti. Di
antaranya, senjata api rakitan laras panjang, pistol, dan senjata tajam.
”Ada juga anak panah yang dimasukkan kotak ikut diamankan. Selain
senjata, polisi menyita bubuk warna putih yang diduga sebagai bahan
peledak. Saya melihat ada gotri, sangkur, rencong,” ujar Surono, warga
yang menyaksikan penyergapan itu.
Lokasi
penggerebekan terduga teroris berada sekitar 20 meter dari kantor Desa
Sumber. Di bagian depan bangunan dua lantai itu ada tulisan bengkel las
yang melayani pembuatan pagar, terali, dan pintu.
Penangkapan
sejumlah teroris itu mengundang perhatian Rafiq Syamsuddin, mantan
kombatan Poso. Dia mengaku tidak mengenal nama-nama yang dicap sebagai
teroris Poso tersebut. ”Mungkin yang ditangkap itu teri-terinya atau
yang kami biasa sebut KW,” ujar Rafiq saat dihubungi koran ini. Menurut
dia, salah seorang buron kasus Tentena yang dirinya kenal bernama Upik
alias Prof. ”Nama-nama yang ditangkap itu saya tidak kenal,” paparnya.
Mantan
narapidana kasus terorisme yang kini beralih menjadi pengusaha media
itu merasa terusik dengan terduga terorisme yang selalu dikaitkan dengan
Poso. ”Kami tentu berharap penangkapan segera dilakukan pada pelaku
utamanya dan tak lagi dikait-kaitkan dengan Poso,” ujarnya.
Sementara
itu, Ali Fauzi, mantan kombatan asal Lamongan, mengungkapkan bahwa
penangkapan tersebut mungkin berkaitan dengan informasi adanya kegiatan
kelompok Santoso. ”Diperkirakan kelompok itu bakal mengadakan amaliah
bom bunuh diri saat pilpres,” katanya. (byu/gun/oh/mas/JPNN/c10/ca)
Teroris Tanah Merah Siapkan Golok di Tas Pinggang untuk Tusuk Polisi Rois Jajeli - detikNews Surabaya - Dua tersangka teroris yang ditangkap di Kedung Cowek, selain menargetkan pengeboman 6 lokasi di Surabaya, juga akan membunuh anggota polisi. Saat Abdul Majid dan Isnaini Ramdoni ditangkap di depan SPBU 54.601.116, Jl Soekarno-Hatta, Kedung Cowek, ditemukan sebuah tas pinggang berisi senjata tajam, Senin (20/1/2014) Pukul 19.30 Wib. "R membawa tas pinggang isinya golok dan pisau. Rencananya untuk menusuk polisi," kata Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Awi Setyono saat dihubungi detikcom, Selasa (21/1/2014) dini hari. Dua tersangka teroris, kata Awi, sudah dikuntit anggota Densus 88 Antiteror sejak Minggu (19/1/2014) malam. Dan karena informasi dan data yang dikantongi densus sudah kuat, maka penangkapan dilakukan. Setelah ditangkap, keduanya langsung digelandang ke rumah di Jalan Tanah Merah Sayur I No 17. Rumah tersebut selama ini ditinggali Abdul Majid dan kakaknya. Isnaini Ramdoni yang asli Probolinggo baru dua hari tiba dari Poso dan tinggal bersama Majid. Saat dilakukan sterilisasi dan penggeledahan di rumah Abdul Majid itu, ditemukan tas ransel di kamar yang berisikan bom atau bahan peledak berupa tabung besi ukuran panjang 20 sentimeter dan diameter 5 sentimeter. Di dalamnya terdapat paku 3 saf yang sudah dilakban dan ditutup dengan lem besi. Tabung itu dihubungkan dengan switching dan menggunakan timer. Selain itu, juga ditemukan buku-buku tentang jihad dan bendera berwarna hitam bertuliskan Arab. Enam lokasi di Kota Pahlawan yang jadi sasaran pengeboman dua orang jaringan teroris Poso yang dipimpin Santoso itu yakni pos polisi Keputih Kenjeran Surabaya, pos polisi Perak Jalan Jakarta, tempat hiburan Dolar di dekat THR, Doly, tempat biliard Galaxy Jalan Pandegeling, dan Colour Resto dan Pub di Jalan Sumatera. "Dia menunggu lengahnya kita. Namun kita siap membuat pos pantau banyak di Surabaya. Jadi tadi malam kita ikuti kemudian kita tangkap," kata Kapolda Jatim Irjen Pol Unggung Cahyono kepada wartawan di lokasi penggerebekan. Puluhan Polisi Jaga Rumah Orangtua Dhoni di Probolinggo M Rofiq - detikNews Probolinggo - Isnaini Ramdhoni atau Dhoni (31)ditangkap Densus 88 Antiteror bersama Abdul Majid di Kedung cowek, Surabaya, terkait dugaan aksi terorisme. Rumah orangtua Dhoni yang bangunannya sederhana di Kelurahan Kebonsari Kulon, Kanigaran, Kota Probolinggo, Jatim, pun mendapat penjagaan ketat. 20 Anggota polisi bersenjata dan berompi anti peluru dari Polresta Probolinggo terlihat jaga-jaga di kampung asal Dhoni sejak Pk 01.00 Wib, Selasa (21/1/2014). Rumah yang kini ditinggali ibunya, Siti Khalifah (55), terlihat sepi. Siti Khalifah sejak pagi sudah tidak terlihat. "Bu Kholifah pergi ke rumah anak pertamanya di Jerebeng Probolinggo," kata Darmaji, salah satu tetangganya yang ditemui detikcom. Dhoni adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Dhoni meninggalkan kampung halamannya setelah menikah. Kabar yang diperoleh warga, Dhoni pindah ke Wonoasih, masih di Probolinggo. "Saya sudah tidak tahu lagi apa kerjanya. Mampir di sini hanya untuk menengok ibunya," kata Satukam, Ketua RT 1, RW 15, Kelurahan Kebonsari Kulon Dhoni di masa lalu menurutnya biasa saja, tidak ada yang aneh. Namun beberapa tahun setelah menikah ada perubahan dalam hal berpakaian. "Celananya tigaperempat (cingkrang)," kataSatukam. Bahkan Dhoni sempat bertengkar dengan orangtuanya karena terkait keikutsertaan ayahnya yang tahlilan di tetangga yang sedang berduka. "Bapaknya tahlilan tapi gak boleh sama Dhoni," tambahnya sembari menerangkan ayah Dhoni sudah meninggal setahun yang lalu. Seperti yang diberitakan sebelumnya, Densus 88 menangkap Dhoni dan Abdul Majid di SPBU di kawasan Kedung Cowek Surabaya, Senin (20/1/2014) malam. Densus kemudian menggeledah rumah Majid di Jalan Tanah Merah Sayur I No 17 atau Tanah Merah IV Sayur 1 No 17, Surabaya dan menemukan bom.
Inilah Target Lokasi Tersangka Teroris Surabaya
NILAH.COM, Jakarta - Berdasarkan keterangan dua tersangka teroris yang ditangkap Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Mabes Polri, diketahui mereka telah merencanakan aksi teror di beberapa lokasi.
Dua tersangka teroris bernama Isnaini Ramdhoni (31) warga Kebonsari Kulon, Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo dan Abdul Majid (36) warga Kedinding, Kenjeran, Surabaya itu, memiliki daftar sejumlah lokasi yang telah menjadi target pengeboman.
"Mereka merencanakan amaliyah pengeboman," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri, Brigjen Boy Rafli Amar, Senin (20/1/2014).
Adapun lokasi-lokasi yang menjadi target amaliyah diantaranya Pos Polisi Keputihan, Kenjeran, Surabaya. Di Pos Polisi tersebut menjadi target pertama yang rencananya akan dipasangi bom.
Selanjutnya, Pos Polisi Perak, Jl Jakarta, Surabaya, Doly Surabaya, Galaxy Jl Pandegeling, Surabaya dan Colour di Jl Sumatera, Surabaya.
Diketahui, tersangka Isnaini pernah mengikuti tadrib ke Poso pada bulan Desember 2013 lalu bersama-sama dengan Santoso.
Sementara, di rumah tersangka juga telah dilakukan penggeledahan dan bom aktif. Dan saat ini dua bom yang masih aktif itu dijinakkan oleh Tim Jihandak Bom, Mabes Polri.
"Di rumah tersangka telah dilakukan penggeledahan dan ditemukan dua buah bom aktif dan telah ditangani Tim Jihandak bom," tandasnya.
SELASA, 17 SEPTEMBER 2013 | 09:26 WIB Manual Teroris Gerilya Kota Beredar di Internet
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah buku elektronik berjudul "Panduan Pelaksanaan Perang Gerilya di Perkotaan" beredar di Internet sejak dua tahun lalu. Pada Selasa, 17 September 2013, sudah lebih dari 1.000 orang mengunduh dokumen itu.
Dokumen itu sendiri diunggah oleh seseorang dengan akun Syarief Ramzan Saluev pada 11 April 2011. Tebalnya lebih dari 100 halaman. Isi buku elektronik yang setiap halamannya bertuliskan kata-kata "Forum Islam al-Busyro" ini penuh dengan anjuran untuk melakukan serangan terhadap obyek vital pemerintah di perkotaan.
Selain itu, ada banyak dalil dan ayat Al-Quran yang dikutip untuk memberikan pembenaran pada rencana dan aksi teror mereka.
Tak lupa diselipkan berbagai tips praktis dan strategi untuk menghindari pengejaran polisi. Pada satu bagian misalnya, para teroris diminta membuat safe house atau rumah persembunyian di tengah kota untuk memudahkan mereka menghilangkan jejak. Di bagian akhir buku itu, dilampirkan bagan teknik pembuatan bom. Bahan apa saja yang dibutuhkan dan petunjuk teknis perakitannya digambarkan dengan mendetail. Modus operandi teror gerilya kota ini diduga ada di balik penyerangan terhadap sejumlah petugas polisi, dua bulan belakangan ini. Pekan lalu, Bripka Sukardi, anggota polisi dari Provost Mabes Polri, ditembak mati di depan gedung KPK, Kuningan. Juru bicara Mabes Polri belum bisa dimintai konfirmasi soal peredaran dan isi buku manual teror dalam kota ini. ANTON WILLIAM DPR: Kasus Penembakan Polisi Stadium Serius Aisyah - Okezone Rabu, 11 September 2013 07:19 wib JAKARTA - Anggota polisi kembali jadi sasaran tembak orang tak dikenal. Kali ini, pelaku menembak mati anggota polisi yang sedang bertugas dan melintas di jalan raya tengah kota. Ketua Komisi III DPR, Gede Pasek Suardika mengatakan, ini masalah serius yang harus segera diungkap oleh kepolisian. "Ini stadium serius karena sedang bertugas, terjadi di tempat keramaian dan pada saat jam masih ramai," kata Pasek di lokasi kejadian, Jalan Rasuna said, Jakarta Selatan, Selasa (10/9/2013). Pasek yakin pelaku bisa ditangkap secepatnya. "Feeling saya akan terungkap. Dari pola penembakan memungkinkan teridentifikasi," pungkasnya. Anggota Provos Mabes Polri, Bripka Sukardi ditembak di tepat di depan Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Saat itu, Sukardi sedang bertugas mengawal enam truk. Tubuhnya terjatuh dari motor Honda Supra yang dikendaraianya setelah diterjang timah panas dari senjata pelaku sekira pukul 22.15 WIB. Ada empat luka tembak di tubuh korban.
DAFTAR DIRI ANDA JADI PEMENANG BERIKUTNYA
BalasHapusDari : Samul Ridwan Singapure: Terima kasih Mbah Agus Darma Nomer GHOIB Dari Mbah Benar-benar Tembus 8445 100% gol. saya sangat berterima kasih pada Mbah Agus Darma..Kini saya bisa Melunasi Hutang-hutang saya dan saya udah bisa buka usaha kecil-kecilan..Berkat usaha angka Ritual Ghoib dari Mbah Agus Darma..Bagi Anda yang udah menemukan Blog Mbah Agus Darma..sangatlah beruntung bagi Anda..Jika Anda menginginkan seperti saya silahkan Anda Call/sms di : 0823-8738-4409 Terima Kasih Mbah Agus Darma..Moga2 Succes selalu Buat Mbah Agus Darma..!!!!
Dari : Ibu Ayu Timur Leste " Terima Kasih yang amat dalam kepada Mbah Agus Darma…karena Angka Ghoib dari anda 100% gol..9323 Mantap…sekarang saya bisa bernapas lega mbah …Karena udah bisa melunasi hutang saya yang kalah karena main togel…Dan Moga2 Besok gol lagi Mbah..dan saya beli paket 4D lagi..!!! biar Bisa buat buka Usaha Mbah..Mohon Bantuan Angka Ritual Ghoib nya…Dan saya hanya bisa berpesan kepada siapa saja..jangan ragu-ragu untuk menjadi Member Mbah Agus Darma…Di Jamin Angka Ghoib Tembus 100%…Salam Succes
Dari : Agus Wijaya Malaysi Tawu : Terima kasih yang amat dalam kami ucapkan kepada Mbah Agus Darma…Berkat Angka Ghoib dari mbah…Semua hutan-hutang saya bisa terlunasi…angka ghoib dari Mbah Agus Darma benar jitu 100%, bagi anda yang kesulitan mencari angka ritual ghoib…bergabung aja dengan Mbah Agus Darma udah terbukti TokCer…Benar-benar Tembus 4 Angka…Terima Kasih Mbah Agus Darma…Succes Selalu Buat Mbah Agus Darma…salam kenal Buat teman yang suka nomor togel
Dari : Ibu Ramlah Kalimatan " Mantep Banget Angka Ritual Ghoib anda Mbah Agus Darma…Kalau Tidak Ada Bantuan Angka Ritual Dari Mbah…Enggak Tau Nasib saya seperti apa…soalnya Udah banyak Dukun Togel yang saya mintai Angka Jitu.tapi tidak ada satupun yang berhasil…akhirnya saya menemukan Blog anda..dan kami akhirnya Coba-coba untuk bergabung…Walhasil angka ritual Mbah Agus Darma Benar-benar bikin saya Terkagum./ benar-benar Tembus 100%…kini hidup saya udah gak lagi di kejar-kejar Hutang…semua hutang udah kami lunasi berkat bantuan angka ritual Ghoib dari Mbah Agus Darma…sekali lagi kami sekeluarga mengucapkan terima kasih yang amat dalam kepada Mbah Agus Darma yang udah mengubah hidup keluarga kami…Salam Bahagia
Dari : Ibu Uali Nunukan : Terima Kasih Mbah Agus Darma Darma semua yang anda berikan kepada saya…Angka Ritual Ghoib Eyang Benar-benar Tembus 100%…mohon ma’af mbah ini pengalaman saya …waktu itu pernah saya meminta bantuan kepada seseorang yg mengaku pintar meramu angka toto…dan saya harus bayar untuk mendapatkan angkanya…sampai2 saya hutang sana , hutang sini…tapi apa yg terjadi…angka yg saya terima tadi gak ada yang keluar…maspus dalam hati kecil saya..gmn saya harus bayar utang yang terlanjur menumpuk…hingga akhirnya saya di kasih info teman untuk mencoba menjadi Member di Mbah Agus Darma…Alhasil Angka Ritual Ghoib yang mbah kirim ternyata Jitu 100%..dan akhirnya terbayar sudah hutang2 saya….ini hanya sekedar pengalaman saya…untuk yang mau mencoba angka ghoib dari Mbah Agus Darma..tidak usah ragu-ragu…karena saya udah merasakannya…terima kasih Mbah Agus Darma…Salam Bahagia….!!!
Dari : Sutiawan Timur Leste : Terima kasih yang amat dalam kami ucapkan kepada Mbah Agus Darma yang telah memberikan kebahagian bagi keluarga kami…berkat Beliau saya sekarang udah hidup tenang..sudah tidak di kejar-kejar hutang…Kami di berikan Angka Ritual Ghoib Dari Mbah Agus Darma yang sangat Jitu 100%…hingga kami sekarang merasa tenang lagi…terima kasih Mbah Agus Darma…Jika Anda ada merasa kesulitan masalah Nomer Toto silahkan Tanyakan Aja Pada Mbah Agus Darma…pasti anda akan merasakan apa yg selama ini kami rasakan…Salam Bahagia dan Succes