d13 hard TERRORISM (10) ... into final moments of ISIL fate
๐
Merdeka.com - Wilayah kekuasaan Negara Islam Irak dan Suriah atau yang dikenal ISIS di Timur Tengah makin menyempit. Anggota-anggotanya banyak yang menyerahkan diri. Pasukan ISIS banyak yang kalah.
Liputan6.com, Tal Afar - Pasukan Irak menampung lebih dari 1.300 perempuan dan anak-anak warga asing, kerabat anggota ISIS, di sebuah kamp pengungsian di Irak Utara.
Mesin propaganda kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) rupanya masih bekerja dengan baik. Salah satunya adalah terbitnya Dabiq edisi terbaru, sebuah majalah berbahasa Inggris yang dikelola oleh tim media ISIS. Majalah yang kini memasuki edisi ke-15 ini memang agak terlambat terbit dari edisi-edisi sebelumnya. Biasanya terbit dua bulan sekali.
Nama Dabiq diambil dari sebuah kawasan di sebelah utara Kota Aleppo, Suriah, tempat ISIS meyakini akan terjadi pertempuran besar yang berkecamuk di tempat tersebut. Kejadian ini sebagai salah satu tanda-tanda akhir zaman (apocalypse) yang diramalkan dalam sebuah hadis Nabi.
Dalam hadis itu dikatakan: “Kiamat takkan terjadi sehingga bangsa Romawi turun di A’maq atau Dabiq. Lalu mereka diserbu oleh balatentara dari Madinah, yang merupakan penduduk dunia yang terbaik waktu itu.”
ISIS tak sekadar mempercayai ramalan tersebut. Di banyak diskursus publiknya, ISIS menggunakan eskatologi Islam sebagai justifikasi untuk memobilisasi para jihadis agar bergabung dengannya. Sampai-sampai ISIS menamai majalahnya Dabiq dan agensi medianya dengan nama A’maq, nama tempat terjadinya perang akhir zaman seperti ramalan di hadis itu.
Menurut tafsiran ISIS, bangsa Romawi dalam hadis itu maksudnya adalah pasukan koalisi Barat. ISIS seringkali menyebutnya juga kaum kafir atau pasukan Salib.
Dalam setiap edisinya, majalah Dabiq juga kerap diawali dengan semboyan “apokaliptik” (hari kiamat) dari founding father ISIS, Abu Mus’ab al-Zarqawi: “Percikan api itu sudah menyala di sini; Irak dan panasnya akan terus berkobar hingga akan membakar pasukan salib di Dabiq.”
Direktur Institue for Policy Analysis of Conflict (IPAC) Sidney Jones mengungkapkan, salah satu faktor utama yang menyebabkan banyaknya warga asing (termasuk Indonesia) tertarik bergabung dengan ISIS adalah ramalan akhir zaman bahwa perang terakhir akan terjadi di Syam (Suriah). Sebab, Imam al-Mahdi akan datang. Faktor ekonomi bukanlah faktor yang utama.
Propaganda apokaliptik ISIS bahwa “kiamat sudah dekat” adalah rekrutmen yang kuat. Seolah inilah saat-saat yang menentukan, kesempatan terakhir umat manusia di dunia untuk memilih di pihak mana.
Dalam interpretasi ISIS, sosok Imam al-Mahdi akan muncul untuk memimpin pertempuran besar akhir zaman. Hanya mereka yang mendukung pihak Imam al-Mahdi yang selamat. Ideologi apokaliptik ISIS meyakini al-Mahdi akan muncul setelah kekhilafahan terbentuk. Al-Mahdi nantinya akan memimpin pasukan berbendera hitam dalam pertempuran final itu.
Sampai di sini semakin jelas motivasi ISIS selama ini menggunakan bendera hitam. Tak lain adalah menguatkan legitimasinya sebagai pasukan khilafah yang siap menyambut munculnya Imam al-Mahdi. Faktanya adalah ISIS telah mengumumkan berdirinya khilafah.
Setelah Jabhat Nusrah berpisah dengan al-Qaidah, kemudian menanggalkan “panji hitamnya” dan menggantinya dengan bendera putih bertuliskan nama organisasi baru Jabhat Fatih al-Sham (Front Penakluk Sham), ISIS semakin percaya diri bahwa dirinya adalah golongan yang paling mendekati dengan ramalan pasukan panji hitam itu.
ISIS terlihat piawai merawat ideologi apokaliptik di mata pengikutnya untuk menghindari perselisihan. Misalnya, kelompok ini menahan diri menyebut secara eksplisit siapakah sosok al-Mahdi itu, yang berarti pengikutnya harus menunggu dia untuk muncul sebelum dunia berakhir.
Namun, secara eksplisit ISIS merekonstruksi sosok al-Baghdadi sebagai Sang Khalifah. Ia diklaim adalah seorang yang memiliki garis keturunan Hussain, cucu Nabi Muhammad SAW. Sebab, sebagian ulama mengatakan syarat agar kekuasaan kekhilafahan yang sah adalah pemimpinnya harus keturunan Nabi. ISIS menggunakan argumen ini untuk membantah jihadis lain.
Genealogi ini cukup berpengaruh dan bisa memobilisasi pemuda Muslim dari berbagai tempat yang frustasi dengan gerakan atau tokoh Islam yang sudah ada. Al-Baghdadi diklaim termasuk anggota konfederasi tribal Quraisy, yang dipandang salah satu suku terhormat di Timur Tengah karena suku ini berhubungan erat dengan Nabi.
Di samping itu, ada sebagian ulama klasik yang memahami hadis secara tekstual, bahwa persyaratan suku Quraisy memang menjadi keharusan bagi seseorang menjadi khalifah.
Abu Bakar al-Baghdadi lahir pada tahun 1971 di dekat kota Samarra. Ia menempuh studi Islam dan memperoleh gelar master dan doktor di bidang studi Islam dari Universitas Ilmu Islam di daerah Adhamiya, pinggiran Baghdad. Ia terpengaruh paham puritan (salafisme) setelah dekat dengan Muhammed Hardan, salah satu veteran mujahidin perang Afghanistan pada 1990-an.
Perjalanannya terbilang panjang, pernah merasakan mendekam di kamp Bucca (penjara AS di Irak), sebuah “akademi jihad” yang membuat dirinya semakin ekstrim. Dia memimpin organisasi ISIS sejak kelompok ini masih berbentuk ISI (Islamic State of Iraq). Sebelumnya ia tercatat sebagai anggota Majelis Syura di kelompok ini.
Bagi ISIS, al-Baghdadi adalah pemimpin yang sempurna, bahkan bisa dikatakan menyisihkan figur Usamah bin Ladin yang hanya seorang miliuner. Al-Baghadadi tak hanya sekadar khalifah yang sah, ia dipandang pengikutnya sebagai tokoh yang sedang menjalankan skenario Tuhan di akhir zaman.
Singkat kata, apa pun tindakannya, ISIS selalu punya pembenaran. Daya tarik visi gelapnya tidak dapat diremehkan. Besar kemungkinan pihak-pihak yang memerangi ISIS selama ini tidak memahami siapa yang sedang mereka hadapi.๐ฎ
Donggala, Sulteng (ANTARA News) - Satuan tugas (Satgas) Operasi Tinombala akhirnya menemukan senjata api organik jenis M-16 milik Basri, salah seorang anggota Mujahiddin Indonesia Timur (MIT) yang ditangkap pada September 2016 lalu.
"Senjata itu ditemukan masih lengkap dengan tali sandang dan magazen sebanyak 20 butir peluru kaliber 5,56 milimeter dalam kondisi baik," kata Kapolda Sulteng Brigjen Polisi Rudy Sufahriadi kepada wartawan di Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Sulteng, Selasa.
Kapolda menjelaskan senjata itu ditemukan, Sabtu (4/3) sekitar pukul 17.10 Wita di dasar Sungai Puna, Dusun Gantinadi, Desa Tangkura, Kecamatan Poso Pesisir.
Awalnya sekitar pukul 15.00 Wita, masyarakat yang sedang mencari batu kali mendapatkan sejenis tali kemudian ditarik, namun setelah dicurigai dan diduga sebagai senjata api, maka tali itu dilepas kembali.
Kemudian sekitar pukul 15.45 Wita, masyarakat tersebut melaporkan kejadian itu kepada petugas Satgas Tinombala dan langsung melakukan koordinasi dan pencarian di lapangan.
Masyarakat yang menunjukan penemuan itu bersama Satgas Tinombala berhasil mengangkat senjata dari dasar Sungai Puna dan menyerahkan kepada tim Inafis untuk proses indentifikasi.
"Perkembangan lain nanti kita sampaikan di lain kesempatan," kata Kapolda menutup penjelasan singkatnya.
Kuat dugaan bahwa senjata temuan itu adalah milik Basri, salah seorang tangan kanan gembong teroris Santoso, yang ditangkap bersama istrinya, saat terjebak di Sungai Puna ketika ingin menyeberangi sungai itu pada tanggal 14 September 2016.
Saat itu, tiga orang yakni Andika yang hanyut dan meninggal dunia, Nurmi Usman alias Oma yang terjebak di tengah sungai kemudian ditangkap serta Basri yang berhasil menyeberangi sungai namun berhasil ditangkap.
Berdasarkan pengakuan Basri waktu itu, dirinya membawa senjata api jenis M-16, namun hanyut saat terseret derasnya arus sungai.
Hasil pengembangan dari itu tim Satgas Tinombala melakukan pencarian, namun tidak mendapatkan hasil karena saat itu air sungai sedang banjir berhubung musim hujan.
Senin, 6 Maret 2017 17:11:46Reporter : Iqbal Nugrohomerdeka.com: Penampakan kamp latihan bawah tanah ISIS di Mosul. Kamp yang berada 9,7 meter di bawah Desa Albu Seif tersebut diduga kuat digunakan para militan melatih kombatan asing dan anak-anak yang mereka culik sebelum melakukan aksi teror. Tentara Irak melintasi tembok bergambar bendera ISIS yang berada di bawah tanah di lereng bukit Mosul (4/3). Pasukan Irak menemukan kamp bawah tanah yang diduga digunakan sebagai tempat latihan. Kamp yang berada 9,7 meter di bawah Desa Albu Seif tersebut diduga kuat digunakan para militan melatih kombatan asing dan anak-anak yang mereka culik sebelum melakukan aksi teror.
Kamp latihan bawah tanah ISIS ini hanya bisa dimasuki dengan cara merangkak melewati sebuah terowongan.
Pasukan Irak saat menyisir kamp latihan bawah tanah ISIS.
"Saya tidak mau sebut nama ormasnya lah, tapi mereka sudah mendukung ISIS secara terbuka," kata Charles di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (9/12).
Charles menyebut, salah satu Ormas di Indonesia tersebut sudah menjadi proxy (penghubung) ISIS di kawasan Asia. Bahkan, kata dia, ada pentolan ormas yang jelas-jelas membaiat warga untuk menjadi pengikut ISIS. Anggota Fraksi PDI Perjuangan ini mengatakan, ancaman jaringan dan ideologi ISIS bukan hanya menyangkut aksi-aksi terorisme saja, tapi juga dengan cara mengganggu stabilitas politik nasional dan melalui aksi makar. "Rakyat Indonesia harus waspada karena kelompok dan ideologi ini tidak akan berhenti sebelum tujuannya tercapai. Oleh karena itu, jaringan ini harus segera dimatikan," katanya. Selain itu, Charles mengingatkan, pernyataan Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengenai keinginan kelompok ISIS menguasai Filipina. Sehingga, hal tersebut harus membuat aparat keamanan di Indonesia lebih waspada, baik TNI, Polri maupun BIN. "Infiltrasi (aliran) kelompok ISIS di berbagai jaringan ormas di tanah air sudah jelas menjadi ancaman dan harus mendapatkan perhatian khusus," tukasnya. [rnd]
Liputan6.com, Jakarta - Densus 88 Antiteror Polri menggerebek bangunan di Jalan Bintara VIII RT 04/09, Bintara Jaya, Bekasi Barat, Kota Bekasi pada Sabtu petang kemarin. Di tempat itu ditemukan bom aktif dalam bentuk panci presto.
TEMPO.CO, Jakarta – Polisi menetapkan tujuh orang sebagai tersangka ledakan bom di Gereja Oikumene, Samarinda. Dua di antaranya berusia belasan tahun.
Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan dua anak itu berinisial G, 16 tahun; dan R, 17 tahun. Mereka diduga sebagai murid Oman Abdurrahman.
Menurut Boy, Oman adalah tokoh dan pemimpin pondok pesantren di Bogor. Pesantren itu masih menjalankan aktivitasnya. Tersangka G adalah salah satu murid pesantren di Bogor.
“Ini JAD (Jamaah Ansharut Daulah) Samarinda yang dipimpin Joko Sugito. Dia tokoh JAD yang ditunjuk dan menghadiri acara JAD Indonesia 2015 di Batu, Malang,” kata Boy di kantornya, Jakarta Selatan, Rabu, 30 November 2016.
Dalam acara deklarasi itu, kata Boy, terjadi telekomunikasi dengan Oman Abdurrahman yang menjadi penghuni Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan. “Beberapa poin yang disampaikan Saudara Oman bahwa ada ajakan untuk hijrah ke Suriah,” kata Boy. Pembicaraan lainnya adalah pembentukan struktur organisasi di Suriah dan menyatukan visi-misi.
Boy mengatakan jaringan itu juga melibatkan Abu Jandal yang meninggal sebulan lalu. Menurut dia, Oman dan Abu Jandal sama-sama terlibat konflik di Maluku beberapa tahun lalu. Mereka mengajak sebagian masyarakat ke Suriah dan melakukan instruksi amaliah.
Seorang tersangka lagi adalah Ahmadani, yang membantu membuat bahan peledak bom untuk Juhanda, tersangka yang ditangkap warga melemparkan bom ke gereja. “Aktivitas mereka berjalan, sel bawah tanah yang merekrut masyarakat, amaliah dilakukan dan berbaiat di ISIS,” ucap Boy.
Pada 13 November lalu, Juhanda melemparkan bom yang diduga molotov di depan Gereja Oikumene di Jalan Cipto Mangunkusumo Nomor 32, RT 03, Kelurahan Sengkotek, Kecamatan Loa Janan Ilir, Samarinda, Kalimantan Timur. Akibat ledakan itu, 4 balita terluka dan mereka dilarikan ke rumah sakit. Keesokan harinya, salah seorang balita itu meninggal. Kerugian materi dari peristiwa ini adalah empat unit sepeda motor rusak.
REZKI ALVIONITASARI
Kepolisian RI menangkap sembilan orang terkait jaringan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah atau yang lebih dikenal dengan sebutan ISIS yang menyusup dalam aksi unjuk rasa pada 4 November 2016.
TEMPO.CO, Lhokseumawe - Kepolisian Lhokseumawe dan Detasmen Khusus 88 Antiteror Markas Besar Kepolisian RI menangkap Bahraini Agam, 36 tahun, warga Desa Gunci, Sawang. Bahraini kini ditahan di Markas Brimob Kompi B Jeuleukat Lhokseumawe atas dugaan kasus terorisme jaringan Majalengka.
Sulaiman Yusuf, 29 tahun, adik Bahraini, mengatakan, kakaknya ditangkap sekitar pukul 11.00 WIB. “Dia ditangkap saat pasang batu heleng untuk buat kedai adik, saya waktu itu lagi minum, jaraknya sekitar 50 meter darinya, dan waktu ditangkap dia pakai baju kerja,” kata Sulaiman Yusuf, 29 tahun, saudara Bahraini kepada Tempo, Sabtu, 26 November 2016.
Menurut Sulaiman, Bahraini ditangkap di Desa Blang Tarakan, Kecamatan Sawang, Kabupaten Aceh Utara. Kakaknya itu kemudian dimasukkan ke dalam mobil minibus warna putih, sementara polisi lain menggeledah tas milik Bahraini dan bagian belakang rumah.
“Saat saya kembali ke lokasi kerja saya juga ikut ditangkap dan diborgol, saat diborgol saya bilang tidak usah ketat kali, bisa tertahan darah, saya minta dilepas saja, karena saya tidak akan lari dan saya merasa tidak salah apa-apa, dan setelah itu saya dilepas kembali,” Sulaiman mengisahkan.
Bahraini, kata dia, baru empat hari berada di rumah adiknya. Ia membantu memasang batu untuk pembangunan kedai.
Tersebar kabar, Bahraini ditangkap atas dugaan terlibat dalam jaringan terorisme Majalengka yang ditangkap oleh Markas Besar Polri, Rabu, 23 November 2016. Sejumlah warga di lokasi penangkapan mengungkapkan sehari sebelum penangkapan tersebut, sebuah mobil minibus putih dengan beberapa lelaki datang ke tempat itu. Mereka memotret lokasi tempat Bahraini ditangkap.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Aceh, Komisaris Goenawan kepada wartawan mengakui adanya penangkapan warga berinisial BA di Sawang Kabupaten Aceh Utara. “Benar ada penangkapan atas nama BA, di Sawang jam 10.45 WIB oleh Densus 88,” kata Komisaris Besar Goenawan dalam pernyataan tertulis.
IMRAN. MA
JAKARTA, KOMPAS.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur the Institute for Policy Analysis of Conflict Sidney Jones mengatakan pendukung kelompok militan ISIS di Indonesia diketahui saling mendukung untuk memanfaatkan momen aksi demonstrasi 4 November sebagai wadah 'mengobarkan api jihad' di seluruh Indonesia.
"Mereka telah secara khusus mendukung satu sama lain untuk meniru pendukung muda ISIS dari Tangerang yang menikam beberapa polisi, dan kemudian ditembak dan dibunuh. Keberaniannya telah dikutip dalam edisi terbaru buletin ISIS, Al-Naba," kata Jones dalam tulisannya di www.lowyinstitute.org dengan judul Why Indonesian Extremists are Gaining Ground.
Kabar24.com, JAKARTA - Pasukan khusus Irak yang merangsek ke sebuah kota di sebelah timur Mosul, Kamis (20/10/2016) waktu setempat lalu, kendati menghadapi gelombang serangan bunuh diri, adalah pasukan paling profesional di Irak yang juga paling tidak sektarian di Irak.
Bernama resmi Dinas Kontra Terorisme (CTS), pasukan didikan Amerika Serikat ini memainkan peran kunci dalam merebut kembali desa-desa dan kota-kota dari ISIS. Kini mereka memimpin ofensif ke Mosul yang merupakan medan pertempuran paling keras mereka.
Berikut fakta-fakta mengenai pasukan khusus Irak ini, dikutip dari laman Fox News:
Jakarta detik- Sultan Azianzah (22) mengamuk saat ditegur polisi karena stiker ISIS di pos lalu lintas Yupentek, Cikokol, Tangerang. Dia membabi buta menyerang Kapolsek Tangerang Kompol Effendi dan 4 anggota hingga akhirnya dilumpuhkan dengan timah panas.
Peristiwa berdarah ini tepatnya terjadi pada Kamis (20/10/2016) sekitar pukul 07.30 WIB pagi tadi. Ketika itu, Kapolsek Effendi bersama empat korban lainnya sedang bersiap melakukan pengamanan demo buruh.
Tiba-tiba pelaku datang dan menyerang Kompol Effendi, Iptu Bambang, Iptu Heru, Aiptu Agus dan Brigadir S Airifin dengan senjata tajam jenis golok. Kelima polisi itu terluka.
Tidak hanya itu, Sultan melempar dua benda yang menyerupai bom. Sultan akhirnya ditembak di bagian paha dan kakinya.
Jakarta, Oct 20, 2016 (AFP)
Indonesian police shot and wounded a man carrying knives, suspected pipe bombs and a symbol of the Islamic State group after he launched a daylight assault on officers near Jakarta on Thursday, an official said.
The man was shot three times as he stabbed wildly at officers on a busy intersection in Tangerang, a satellite city outside the capital, Jakarta police spokesman Awi Setiyono told AFP.
Setiyono said the perpetrator threw two suspected pipe bombs at the officers, but neither detonated, and displayed a symbol of the IS group on a nearby traffic pole during the frenzied attack.
"A man suddenly stuck an IS logo sticker on a traffic police post, took a machete from his bag and blindly attacked our personnel," Jakarta police spokesman Awi Setiyono told AFP.
The attacker -- believed to be a member of a local hardline group -- was also carrying a turban, along with knives and the suspected bombs, Setiyono added.
Three officers were injured and taken to hospital, while the attacker was also taken for medical treatment under police guard.
Police have often been the target of attacks by extremists in Indonesia, a country that has long struggled with Islamic militancy.
In January, police officers were targeted by gunmen and suicide bombers at a traffic post in central Jakarta. The IS-claimed attack left four civilians and four militants dead, and injured several police officers.
Police and military personnel have also been killed in clashes with extremists in a remote part of Sulawesi, where for years a ragtag militant group has been waging a conflict against security forces from their jungle hideout.
Indonesia suffered significant attacks in the 2000s including the 2002 Bali bombings that killed more than 200 people, mostly foreign tourists.
A sustained crackdown weakened the most dangerous networks but IS has proved a potent new rallying cry for Indonesia's radicals, stoking fears that militants fighting with the group could seek to organise attacks back home.
Washington, Oct 5, 2016 (AFP)
Recruits into the Islamic State group are better educated than their average countryman, contrary to popular belief, according to a new World Bank study.
Moreover, those offering to become suicide bombers ranked on average in the more educated group, said the newly released study titled "Economic and Social Inclusion to Prevent Violent Extremism".
The study, which aimed to identify socioeconomic traits that might explain why some are drawn to the Syria-based extremist group, made clear that poverty and deprivation were not at the root of support for the group.
Almost without exception, fighters joining IS's Syria and Iraq-based forces had several more years of education in their home countries -- whether in Europe, Africa or elsewhere in the Middle East -- than the average citizen.
The data shows clearly, the report said, that "poverty is not a driver of radicalization into violent extremism."
Out of 331 recruits described in a leaked Islamic State database, only 17 percent did not finish high school, while a quarter had university-level educations.
Only those from Eastern Europe were below the average, and only marginally so, according to the study.
"Foreign recruits from the Middle East, North Africa and South and East Asia are significantly more educated than what is typical in their region," the Bank report said.
About 30 percent of the recruits told the extremist group what positions in the force they wanted. Around one in nine volunteered for suicide operations, and their educational levels were on par with those who sought to be administrators, the report said.
"The proportions of administrators but also of suicide fighters increase with education," it said.
Most of the 331 recruits also reported having a job before traveling to join the Islamic State group, also known as Daesh, according to the study.
However, it noted that a significant number of those choosing "suicide fighter" as their preferred option when enlisting said that they had not been employed back in their home country, or that they were in the military before joining the group.
"An important finding is that these individuals are far from being uneducated or illiterate. Most claim to have attended secondary school and a large fraction have gone on to study at university," the report said.
"We find that Daesh did not recruit its foreign workforce among the poor and less educated, but rather the opposite. Instead, the lack of economic inclusion seems to explain the extent of radicalization into violent extremism."
JEDDAH sindonews- Konsep Jihad dalam Islam telah banyak disalahartikan dan disalahpahami, bahkan oleh sebagian Muslim. Hal ini disampaikan oleh ulama top kelahiran India, Dr. Zakir Naik.
Zakir menuturkan, hal ini tidak terlepas dari perkembangan kelompok-kelompok teroris seperti ISIS di kawasan Timur Tengah, yang saat ini mulai menyebar ke bagian dunia lainnya. Menurutnya, konsep jihad yang disebar oleh kelompok-kelompk itu melenceng jauh dari makna jihad yang sebenarnya.
"Kelompok-kelompok seperti ISIS menggunakan interpretasi yang salah untuk menyebarkan ideologi mereka," kata Zakir dalam sebuah wawancara dengan The Economic Times, seperti dilansir Indian Times pada Minggu (24/7).
"ISIS membunuh orang yang tidak bersalah, yang menurut Quran adalah dosa terhadap kemanusiaan. Saya menyebutnya negara anti-Islam. Mereka telah memberikan arti yang salah terhadap Islam," sambungnya.
Dalam wawancara tersebut, Zakir juga melemparkan bantahan bahwa dirinya memaksa orang untuk masuk Islam. Menurutnya, semua orang yang masuk Islam setelah mendengar ceramahnya, melakukannya atas kemauan sendiri.
"Saya tidak pernah memaksa siapa pun untuk memeluk Islam. Ribuan orang telah memeluk Islam setelah mendengar pidato saya, tapi Allah telah memberikan mereka bimbingan. Jika seseorang ingin memeluk agama perdamaian, saya tidak bisa menghentikannya," pungkasnya.
(esn)
The group seized Mosul, Iraq, last June, and already rules an area larger than the United Kingdom. Abu Bakr al-Baghdadi has been its leader since May 2010, but until last summer, his most recent known appearance on film was a grainy mug shot from a stay in U.S. captivity at Camp Bucca during the occupation of Iraq. Then, on July 5 of last year, he stepped into the pulpit of the Great Mosque of al-Nuri in Mosul, to deliver a Ramadan sermon as the first caliph in generations—upgrading his resolution from grainy to high-definition, and his position from hunted guerrilla to commander of all Muslims. The inflow of jihadists that followed, from around the world, was unprecedented in its pace and volume, and is continuing.
Our ignorance of the Islamic State is in some ways understandable: It is a hermit kingdom; few have gone there and returned. Baghdadi has spoken on camera only once. But his address, and the Islamic State’s countless other propaganda videos and encyclicals, are online, and the caliphate’s supporters have toiled mightily to make their project knowable. We can gather that their state rejects peace as a matter of principle; that it hungers for genocide; that its religious views make it constitutionally incapable of certain types of change, even if that change might ensure its survival; and that it considers itself a harbinger of—and headline player in—the imminent end of the world.
The Islamic State, also known as the Islamic State of Iraq and al-Sham (isis), follows a distinctive variety of Islam whose beliefs about the path to the Day of Judgment matter to its strategy, and can help the West know its enemy and predict its behavior. Its rise to power is less like the triumph of the Muslim Brotherhood in Egypt (a group whose leaders the Islamic State considers apostates) than like the realization of a dystopian alternate reality in which David Koresh or Jim Jones survived to wield absolute power over not just a few hundred people, but some 8 million.
We have misunderstood the nature of the Islamic State in at least two ways. First, we tend to see jihadism as monolithic, and to apply the logic of al-Qaeda to an organization that has decisively eclipsed it. The Islamic State supporters I spoke with still refer to Osama bin Laden as “Sheikh Osama,” a title of honor. But jihadism has evolved since al-Qaeda’s heyday, from about 1998 to 2003, and many jihadists disdain the group’s priorities and current leadership.
Bin Laden viewed his terrorism as a prologue to a caliphate he did not expect to see in his lifetime. His organization was flexible, operating as a geographically diffuse network of autonomous cells. The Islamic State, by contrast, requires territory to remain legitimate, and a top-down structure to rule it. (Its bureaucracy is divided into civil and military arms, and its territory into provinces.)
We are misled in a second way, by a well-intentioned but dishonest campaign to deny the Islamic State’s medieval religious nature. Peter Bergen, who produced the first interview with bin Laden in 1997, titled his first bookHoly War, Inc. in part to acknowledge bin Laden as a creature of the modern secular world. Bin Laden corporatized terror and franchised it out. He requested specific political concessions, such as the withdrawal of U.S. forces from Saudi Arabia. His foot soldiers navigated the modern world confidently. On Mohamed Atta’s last full day of life, he shopped at Walmart and ate dinner at Pizza Hut.
There is a temptation to rehearse this observation—that jihadists are modern secular people, with modern political concerns, wearing medieval religious disguise—and make it fit the Islamic State. In fact, much of what the group does looks nonsensical except in light of a sincere, carefully considered commitment to returning civilization to a seventh-century legal environment, and ultimately to bringing about the apocalypse.
The most-articulate spokesmen for that position are the Islamic State’s officials and supporters themselves. They refer derisively to “moderns.” In conversation, they insist that they will not—cannot—waver from governing precepts that were embedded in Islam by the Prophet Muhammad and his earliest followers. They often speak in codes and allusions that sound odd or old-fashioned to non-Muslims, but refer to specific traditions and texts of early Islam.
To take one example: In September, Sheikh Abu Muhammad al-Adnani, the Islamic State’s chief spokesman, called on Muslims in Western countries such as France and Canada to find an infidel and “smash his head with a rock,” poison him, run him over with a car, or “destroy his crops.” To Western ears, the biblical-sounding punishments—the stoning and crop destruction—juxtaposed strangely with his more modern-sounding call to vehicular homicide. (As if to show that he could terrorize by imagery alone, Adnani also referred to Secretary of State John Kerry as an “uncircumcised geezer.”)
But Adnani was not merely talking trash. His speech was laced with theological and legal discussion, and his exhortation to attack crops directly echoed orders from Muhammad to leave well water and crops alone—unless the armies of Islam were in a defensive position, in which case Muslims in the lands of kuffar, or infidels, should be unmerciful, and poison away.
The reality is that the Islamic State is Islamic. Very Islamic. Yes, it has attracted psychopaths and adventure seekers, drawn largely from the disaffected populations of the Middle East and Europe. But the religion preached by its most ardent followers derives from coherent and even learned interpretations of Islam.
Zawahiri’s companion in isolation is a Jordanian cleric named Abu Muhammad al Maqdisi, 55, who has a fair claim to being al-Qaeda’s intellectual architect and the most important jihadist unknown to the average American newspaper reader. On most matters of doctrine, Maqdisi and the Islamic State agree. Both are closely identified with the jihadist wing of a branch of Sunnism called Salafism, after the Arabic al salaf al salih, the “pious forefathers.” These forefathers are the Prophet himself and his earliest adherents, whom Salafis honor and emulate as the models for all behavior, including warfare, couture, family life, even dentistry.
Read more at http://www.businessinsider.co.id/items-isis-leaves-behind-2016-8/#BW2ot00zucFlWDCS.99
Kabar24.com,BATAM—Usaha Gigih Rahmat Dewa untuk meluncurkan roket guna menyerang Singapura mungkin tidak akan pernah ketahuan kalau dia tidak mengganti gambar profil di akun Line-nya dengan sebuah gambar spanduk yang berisikan kata-kata bahwa Indonesia mendukung dan memiliki solidaritas untuk ISIS.
Recently the presence of ISIS has likely created serious problem of the world especially among the countries dominated mainly by the Moslem inhabitant. ISIS called its presence in ME (Middle East) as the Islamic State in Iraq and Syria. However so far no clear information about the Constitution, the ISIS Government Composition and other State performance concerning ISIS is detected academically. Just for comparison ISIS looks different compared to The State of the Palestine in the Middle East which is trying to perform as the Conventional State and Government in the Palestine region.
In fact to understand what is the strategic concept of ISIS we should see academically the Constitution of ISIS, because to see what is the Philosophy, the Ending Goals and the possible strategic actions of this kind of Organization (mainly which is described its presence as a State) we should read clearly the Constitution and the various document considered as the publication of the State concerns.
Is ISIS a State or just a group of people who are commanded and controlled by a leader may be called as the Great Leader and constitutes an extreme power, to implement its radical unclear will and objective. Likely no official academic document is found about ISIS and published by the ISIS. Is ISIS the name of a State or just the name of a group of People that is similar to Al Qaeda under the leadership of Osama bin Laden, but ISIS has the bigger size organization than Al Qaeda and controls a certain large territory mainly in Syria and Iraq, but without clear source of Operational budget.
Now a publication that may be published by ISIS or its element in SEA under the name of Al Fatihin had been found and circulated in some countries in SEA which are considered dominated mostly by Moslem People, namely Malaysia, the South Philippines and also said in Indonesia (though so far not any information reported confirming this statement).
General assessment has been shortly made that the publication has been intended to support the Strategic Objectives of ISIS in SEA or at least to serve their considered foreign fighters in SEA, but what is the ISIS real objective in SEA and who are those people considered as its foreign fighters? We hope we could assess it if we could see, as mentioned above, the Constitution of ISIS. Reasonably, because internationally or at least the United Nations should make its official policy against the existence of ISIS in the world. Thus it is likely important internationally for the countries of the World to respond the ISIS presence. This comment is presented to respond to the circulation of a publication identified as the written product of ISIS recently in SEA under the name of Al Fatihin.
The circulation of ISIS publication in South East Asia (SEA)
Recently a publication that may be published by ISIS and circulated in SEA has been found in various countries of this region, namely Malaysia, in the South Philippines and may be also Indonesia. The information concerning the publication is likely could be absorbed from the assessment made by various Professions as follows :
The Islamic State in Iraq and Syria (ISIS) has launched its first Malay language newspaper for its supporters in Southeast Asia, as the terrorist group seeks to expand its reach in the region.
Malay daily Berita Harian reported on Monday that the publication, called Al Fatihin, was launched in southern Philippines on June 20. Al Fatihin means "The Conqueror" in Arabic. It is also being distributed in Singapore, Malaysia, Brunei, southern Thailand, Indonesia and the Philippines. According to the Malay Mail Online, which translated the Berita Harian report, an unnamed security expert was quoted as saying that the publication could signal that Malaysia was in ISIS' sights.
"This psychological campaign means that the terrorists have a big objective, which is to expand their influence among people who understand the Malay language," the expert said. "Based on the way the language is used, we believe the writer or editor of the paper may be from this country."
A paper published on June 23 by Singapore's S. Rajaratnam School of International Studies, which is based within Nanyang Technological University, also confirmed the existence of the publication. The paper's authors, senior analyst Jasminder Singh and research analyst Muhammad Haziq Jani, noted that Al Fatihin's tagline indicated that it would serve the existing Southeast Asian "foreign fighters", who mostly hail from Indonesia and Malaysia.
"Al-Fatihin's tagline drives the point that, no matter the differences and nuances in language, identity and origins, Southeast Asian jihadists have a common logos and as such, all Malay-speaking jihadists should act as one," the paper added. The 20-page inaugural edition was also "well-timed" for the holy month of Ramadhan, and focused heavily on its significance, as well as the rituals of fasting. There were also reports on the caliphate and features on religion.
The Assessment
Based on the above various comment a number of conclusion could be likely drawn and constituted a number of assessment as follows :first, it is still not clear whether the paper of around 20 pages under the name of Al Fatihin was edited and published originally in Middle East or apparently it is composed based on the original policy of ISIS leadership in ME but edited and published by the element of ISIS in South East Asia (SEA).
Second, there is suspicious that the leaflet is edited and run by Malay living in SEA and published in SEA, but definitely those group of people had been believed joining ISIS in ME in the past.
Third, there is not direct agitation in the leaflet that could provoke the eruption of radicalism and extremism instantly among young generation in SEA. However it indicated that the publication is confirmed that jihad is approved as the Islamic character in performing the Islamic teaching. And in this case Islam teaching is the Moslem objective to be implemented in the world.
Fourth, there is no specific statement that is indicating of calling and suggestion to establish the branch of ISIS in SEA but definitely this publication is concluding that jihad among the people Moslem in SEA is not necessarily influenced by the different nationality, culture and language. ISIS fighters everywhere in the world are one unity.
Fifth, the leaflet was indicating to be clearly circulated in the South Philippines and Malaysia but it is hoped will be done also in other states in SEA, included Indonesia. So far had no any report stating the circulation of Al Fatihin in any part of Indonesia.
Sixth, South Philippines is clearly the target of distribution of this kind of leaflet based on the fact that radical Moslem insurgents are existing here and Malaysia is a faithful Moslem Kingdom in SEA. North Malaya was also the basis of Thais Moslem insurgents in the past. However it should not be neglected that Malaysia is embarking to become modern and advance country similar to Singapore
Conclusion
This leaflet is definitely intended by ISIS or its supporter in SEA to popularize ISIS and to attract young generation to join ISIS. In this framework the radicalism under the tagline of Moslem jihad is definitely approved to rise and implemented in the Islamic struggle. The target of circulation of this kind of publication in Indonesia are definitely the Moslem Boarding School and mosques, though no report stated the ISIS leaflet has been found in Indonesia.
However, the Government is urgently suggested to publish this kind of leaflet to neutralize the impact of ISIS leaflet. Most on Indonesian are Moslem but clearly Indonesian Moslem mostly rejects extremism and radicalism. The ISIS publication should be considered as forbidden reading material and should be taken away from the book-store or market. Though Al Fatihin is only intended to serve the ISIS-fighters in SEA, but definitely it is also intended to popularize ISIS-presence and influencing its extreme and radicals characters among mentally weak young generation in SEA.
Meanwhile the Government has to consider to publish such kind of popular highly Islamic standard reading paper distributed freely among the boarding school and Mosques under the Program on Anti Radicalism and Extremism among young Moslem generation. The firm censorship should be implemented in all the Post Office and the Immigration check in counter against the passengers coming from abroad that may be bringing such kind of Al Fatihin reading material to Indonesia.
The government in SEA, included Indonesia should realize that the firm effort to strengthen the possibly mental weak condition existing of among young generation in this country should be anticipated and wisely implemented through education and other social activities.
*) The author is the alumni of Udayana University, Bali. Former Director of Mass Communication at Lembaga Analisa Politik dan Demokrasi, Jakarta. OKEZONE
AP, haaretz — Defense and foreign ministers from more than 30 nations are gathering in Washington to plan the next steps in the fight against the Islamic State group and to determine what more they can do as the fights for key cities in Iraq and Syria move forward.
Defense Secretary Ash Carter will meet with his counterparts on Wednesday to discuss how they can accelerate the campaign and build on some of the momentum, particularly in Iraq. The meeting comes as Iraqi security forces, aided by the coalition, are preparing to encircle and eventually attempt to retake the key northern city of Mosul.
The meeting of defense ministers at Joint Base Andrews just outside Washington, D.C., will be the fourth time that Carter has convened an anti-Islamic State coalition meeting. Pentagon press secretary Peter Cook said Carter will talk about the military campaign, and how it can be accelerated.
On Thursday, for the first time, Secretary of State John Kerry will host a joint meeting of defense and foreign ministers in the counter-ISIS coalition. They are expected to talk about the coordination of political and military efforts, including counter-terrorist financing, combating the flow of foreign fighters, and the stabilization of cities and towns that have been freed from Islamic State control.
"We are succeeding on the ground in Iraq and Syria but we have a lot of work to do," said Brett McGurk, the president's special representative to the counter-ISIL coalition. "This is an enormous challenge that will be with us for years to come."
He told reporters that the situation in Libya and a rise in the number of foreign fighters there will be one major focus of the meeting on Thursday.
"Libya is incredibly complicated to say the least," he said, noting that until six months ago the country was without a functioning central government. "We have some momentum, the discussion will be how to build on this momentum."
The gathering comes on the heels of the NATO summit in Warsaw earlier this month, when allies agreed to boost support for the anti-Islamic State mission. NATO agreed to start a training- and capacity-building mission for Iraqi armed forces in Iraq, and the allies agreed in principle that alliance surveillance aircraft would be able to provide direct support to the U.S.-led coalition fighting ISIS in Syria and Iraq.
The alliance will also begin flights by AWACS surveillance planes this fall and will set up an intelligence center in Tunisia, a major recruiting ground for ISIS.
The U.S. has announced that it will send 560 additional troops to Iraq, to transform a newly retaken air base into a staging hub for the long-awaited battle to recapture Mosul from Islamic State militants. The new American forces should arrive in the coming days and weeks.
Most of the engineers, logistics personnel, security and communications forces will concentrate on building up the Qayara air base, about 40 kilometers south of Mosul.
The extremist group captured Mosul in the summer of 2014. It is the second largest city in Iraq, and has been used as the group's main headquarters since.
The coalition is also looking to reinforce the fight in Syria, where U.S.-backed forces are in a tough fight for the town of Manbij.
Manbij lies on a key supply line from Turkey to the Islamic State's de facto capital of Raqqa. Ousting the militants from Raqqa is a key goal for the coalition.
read more: http://www.haaretz.com/world-news/1.732318
Istanbul, - Kepolisian Turki menahan 11 warga asing lainnya terkait serangan bom bunuh diri di Bandara Internasional Ataturk, Istanbul. Mereka diduga sebagai anggota sebuah sel ISIS di Istanbul yang terkait dengan tiga pengebom bunuh diri di bandara utama Istanbul itu.
Orlando, - Pelaku penembakan di Orlando, Florida diidentifikasi sebagai Omar Saddiqui Mateen (29). Kepolisian Orlando menyebut dalam akun twitter resminya bahwa Omar telah ditembak mati.
"Petugas menembak mati tersangka. Dalam baku tembak itu seorang petugas kepolisian tertembak, tetapi kevlar dan helm menyelamatkannya," tulis akun twitter @OrlandoPolice mengutip pernyataan Kepala Kepolisian Orlando John Mina dalam jumpa pers seperti dikutip detikcom, Senin dini hari (13/6/2016).
Omar merupakan warga Fort Pierce yang terletak pada 120 mil sebelah tenggara Orlando. Dia telah terlatih sebagai petugas keamanan.
Dilansir CNN, mulanya para petugas mendapat info bahwa pelaku memiliki bahan peledak yang dilekatkan pada tubuh dan kendaraannya. Tetapi kemudian diketahui bahwa benda tersebut tidak ada sama sekali.
Mina lalu menyebut bahwa pelaku sempat kembali ke klub malam itu dan mengambil beberapa sandera. Orang-orang yang menjadi sandera kemudian berkomunikasi dengan petugas pada waktu itu hingga pukul 05.00 waktu setempat.
Seorang petugas kemudian mengalami luka pada matanya setelah sebuah peluru mengenai helmnya. Helm tersebut telah menyelamatkan nyawanya.
Peristiwa penembakan ini terjadi pada Minggu (12/6) dini hari pukul 02.00 waktu setempat pada sebuah klub malam gay. Sedikitnya 50 orang tewas dan 53 lainnya luka-luka akibat peristiwa ini.
(bag/elz)
TEMPO.CO, Baghdad - Menteri Luar Negeri Irak Ibrahim al-Jafari mengungkapkan perbuatan biadab kelompok militan Negara Islam Irak Suriah (ISIS) yang menyembunyikan bom dan bahan peledak di dalam Al-Quran. "Perbuatan biadab mereka hanya akan memberikan motivasi kepada tentara Irak untuk secara habis-habisan melawan mereka," kata Al-Jafari, seperti dilansir Press TV, pada 9 Juni 2016.
He added that Obama called for the process to be accelerated last fall — about a year after the U.S. first began its counter-ISIS campaign.
Pernyataan itu disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, selang sehari sebelum Presiden Barack Obama menemui tim keamanan nasional di markas CIA untuk mengkaji pertempuran melawan ISIS.
"Dengan bekerja bersama dan melalui mitra lokal, kami merebut kembali 40 persen wilayah yang setahun lalu dikuasai Daesh (nama Arab untuk ISIS) di Irak dan 10 persen di Suriah," ucap Blinken kepada anggota parlemen AS dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Rabu (13/4/2016).
"Faktanya, kami menaksir jumlah anggota Daesh saat ini paling rendah sejak kami mulai memantau kekuatan mereka tahun 2014," imbuhnya.
Baca juga: Menhan Prancis: Benteng ISIS di Irak dan Suriah Harus Dikuasai Tahun 2016
Namun Blinken tidak menyebut secara rinci jumlah kekuatan ISIS saat ini dalam pernyataannya kepada Komisi Senat AS, yang mengawasi pendanaan program Departemen Luar Negeri AS dalam memberantas ekstremisme.
Namun pada September 2014 lalu, sesuai penghitungan akhir yang disebut Blinken, seorang pejabat intelijen AS menuturkan kepada AFP, bahwa CIA meyakini ISIS memiliki sekitar 20 ribu hingga 31.500 anggota di lapangan, baik militan asing maupun warga lokal.
Sejak saat itu, pasukan militer Irak dan milisi Kurdi dengan didukung serangan udara AS berhasil memukul mundur ISIS dari sejumlah kota seperti Tikrit dan Ramadi di Irak, serta sejumlah wilayah di Suriah bagian utara. Sedangkan militer Suriah yang didukung serangan udara Rusia berhasil merebut kembali Palmyra dari ISIS.
Baca juga: Ada Ancaman ISIS dan Al-Qaeda, AS Keluarkan Travel Warning ke Arab Saudi
Pada Rabu (13/4) waktu setempat, Obama dan para pejabat tinggi keamanan AS akan mengevaluasi perkembangan operasi militer anti-ISIS serta membahas proposal soal rencana meningkatkan tekanan pada ISIS.
"Presiden telah meminta mereka untuk datang kepadanya dengan gagasan soal bagaimana caranya memperkuat elemen dalam strategi kami yang paling sukses," tutur juru bicara Gedung Putih AS, Josh Earnest, kepada wartawan.
(nvc/ita)
BAGHDAD okezone– Jasim Khadijah, yang dikenal sebagai pakar pembuatan roket bagi ISIS dilaporkan menjadi salah satu militan yang tewas dalam serangan pesawat tanpa awak (drone) Amerika Serikat (AS) di Baghdad pada Minggu pagi tadi.
(Sil)
the guardian:
Beirut (ANTARA News) - Tentara Suriah merebut kembali citadel (benteng) kuno Palmyra yang menghadap reruntuhan kota kuno itu, Jumat, melalui sebuah ofensif yang dapat membuka koridor ke sebagian besar wilayah Suriah tengah bagis pasukan pemerintah.
Perebutan kembali Palmyra yang diduduki ISIS Mei tahun lalu itu menandai kemajuan besar bagi Presiden Bashar al-Assad sejak Rusia intervensi September tahun lalu dan segera mengubah arah pendulum konflik yang sudah berusia lima tahun ke pihak Assad.
Palmyra adalah situs untuk beberapa reruntuhan paling ekstensif dari kekaisaran Romawi kuno, namun kuil-kuil dan makam-makam kuno dihancurkan dengan dinamit oleh ISIS yang disebut PBB sebagai kejahatan perang.
Kota ini mengendalikan rute timur ke jatung wilayah yang dikuasai ISIS.
Serangan ke Palmyra ini dilancarkan dari udara dan serangkaian tembakan mortir, sedangkan ISIS membalas dengan dua bom mobil. Pasukan Rusia ternyata tetap membantu Suriah dari udara, kendati Moskow sudah menyatakan akan menarik mundur pasukannya.
Saluran televisi Beirut Al-Mayadeen yang menyiarkan keadaan di Palmyra memperlihatkan sebuah jet terbang rendah untuk melancarkan tiga kali pemboman ke arah petempur ISIS yang mundur dari citadel Palmyra.
Observatorium HAM Suriah memastikan bahwa citadel itu telah direbut kembali, demikian Reuters.
usa today
Osama menyebutkan keinginan menyerang para murtad dan membentuk kekhalifahan sebagai nafsu orang-orang muda yang tidak paham bahwa mendirikan sebuah negara perlu biaya dan berpeluang hancur.
Jakarta - Tim Densus 88 menangkap 5 orang terduga teroris di Malang, Jawa Timur. Kelima orang tersebut diduga ada kaitannya dengan jaringan Santoso.
"(Teroris) di Malang ada terkait Santoso juga. Di Palu kan melakukan penembakan juga, di Malang melakukan penambakan juga terhadap polisi," kata Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Anton Charliyan di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan, Selasa (23/2/2016).
Namun, Anton belum dapat menjelaskan dugaan keterlibatan kelompok tersebut terhadap Santoso. Yang pasti, kata dia, kaitan utama adalah tentang kemampuan menembak.
"(Kaitannya) Ya nembak, nah masalah pelatihan apakah bareng atau tidak kita masih didalami. Apakah masuk dalam kelompok yang ada pelatihan di Aceh atau tidak," kata Anton.
Selain terkait Santoso, Anton menegaskan jaringan ini juga ada hubungannya dengan bom Thamrin. Namun apa peran mereka, saat ini juga masih dalam pendalaman.
"Justru sedang didalami perannya masing-masing itu apa. Tapi yang jelas mereka mengetahui bom Thamrin," katanya.
Anton mengatakan, dalam penggerebekan di Malang pada Jumat (20/2) lalu itu, ada banyak barang bukti yang disita seperti buku-buku dan senjata airsoftgun.
"Ada yang diduga bahan-bahab peledak, tetapi setelah kita teliti itu bukan," tuturnya.
(kff/aan) Jakarta detik- Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengatakan, salah satu senjata yang ditemukan dalam penggerebekan teroris di Kampung Penatoi, Bima, NTB, merupakan milik kepolisian. Senjata itu milik mantan Kapolsek Ambalawi AKP (Anm) Abdul Salam.
TEMPO.CO, Jakarta - Setelah aktif di dunia maya, Muhammad Bahrun Naim, terduga otak teror bom Thamrin, mem-posting ulasan serangan yang berjudul “Nasehat untuk Penonton”. “Serangan tersebut adalah bentuk qishash (pembalasan) terhadap serangan pasukan salibis terhadap kaum muslimin di Indonesia,” tulis akun Bahrun Naim, Senin, 18 Januari 2016.
Tulisan tersebut dikutip Tempo pada Selasa, 19 Januari 2016, di blog pribadinya,www.bahrunnaim.site. Dalam serangan teror Thamrin, kata dia, Junud Daulah Islam di Indonesia sengaja menargetkan aparat kepolisian dan warga asing yang berada di Indonesia.
BACA: Sempat Diblokir, Blog Milik Bahrun Naim Aktif Lagi
Menurut dia, pembalasan itu dilakukan lantaran banyak muslimin di Indonesia yang terbunuh. Dia memperkirakan jumlahnya sekitar 200 jiwa. Dia berujar, mereka dibunuh Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri, yang ia sebut sebagai Densus Yesus.
Mengenai teror Thamrin, Bahrun juga menulis bahwa telah memberi peringatan melalui terduga Santoso alias Abu Wardah. “Meninggalnya beberapa orang dalam serangan tersebut memberikan catatan kepada kita semua bahwa serangan Junud Daulah Islam adalah sesuatu yang telah diserukan.”
BACA: Polisi Selidiki Keaslian Suara Bahrun Naim di Sound Cloud
Dalam tulisan itu, Bahrun pun memperingatkan masyarakat agar menghindari perbuatan kufur, syirik, dan maksiat. Bahkan dia mengajak masyarakat membenci pemerintah, kepolisian, dan setiap langkah yang memerangi Islam.
“Membenci setiap langkah mereka (pemerintah) yang bersekutu dengan asing dan kapitalis,” tulisnya. Selain itu, ada sejumlah peringatan lain kepada masyarakat.
Di akhir tulisan, Bahrun menyatakan peringatan tersebut bukan sekadar ejekan, cemoohan, dan tontonan. “Takutlah terhadap setiap ucapan dan perbuatan yang akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat. Sungguh anak-anak yatim dan orang-orang yang terzalimi teramat dekat kedudukannya di akhirat bersama Allah dan Rasul-Nya.”
BACA: Jibriel: Bahrun Naim Lebih Suka Meretas Ketimbang Menyerang
Hanya belum ada sikap resmi dari pihak pemerintah ataupun kepolisian terkait dengan posting-an Bahrun tersebut. Sampai berita ini ditulis, blog tersebut masih bisa diakses khalayak setelah sempat diblokir beberapa hari. Diduga, Bahrun membobol blokiran pemerintah, mengingat dia adalah ahli informatika dan telekomunikasi serta memiliki tim peretas.
AVIT HIDAYAT
Jakarta detik - Tim Densus 88 Antiteror menangkap enam anggota teroris kelompok Santoso. Salah satu di antara yang ditangkap itu pernah menyembunyikan Santoso.
"AP, 38 tahun, pendukung logistik dan pernah sembunyikan Santoso di rumahnya," kata Kabag Penum Polri Kombes Suharsono dalam keterangannya, Jumat (1/1/2016).
Sedangkan lima orang lainnya masing-masing adalah DRK (25), SB (30), R alias A (19), S alias T (40), dan SP alias L (28). "Keenam orang itu ditangkap di daerah Poso, Malino dan Ampana. Saat ini masih dilakukan pendalaman dan pengembangan," ujar dia.
Kapolri Jenderal Badrodin Haiti sebelumnya mengatakan, 6 orang berjenis kelamin pria itu ditangkap petugas pada Kamis (31/12/2015) kemarin.
"Dia yang mengkooradinasi di bawah, yang mengatur ada anggota bergabung, ada informasi-informasi penting, gerakan-gerakan penting, itu dia yang mengatur semua," ujar Kapolri.
(idh/bag)
Jakarta detik- Sejumlah WNI dilaporkan bergabung dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Pengamat terorisme Sidney Jones mengingatkan pemerintah Indonesia agar mewaspadai kemungkinan jaringan terorisme akan lebih kuat sekembalinya WNI itu ke Tanah Air.
"Begitu banyak orang sekarang ini bergabung dengan ISIS. Bahwa Indonesia harus siap, bahwa mereka harus siap, kami harus siap bahwa lambat laun mereka akan kembali," ujar Sidney di Polda Metro Jaya, Jl Sudirman, Jakarta, Rabu (18/11/2015).
"Jika mereka kembali bahwa sel-sel jihadis di Indonesia jadi lebih profesional," imbuh Direktur Institute for Policy and Analysis Conflict (IPAC) ini.
Menurut dia, Polri telah melakukan upaya penindakan terhadap jaringanterorisme karena mereka belum benar-benar terlatih sejak tahun 2009.
"Karena sejak 2009 polisi di Indonesia begitu hebat karena mereka (jaringan teroris) belum kompeten tapi bisa jadi jauh lebih profesional kalau ada yang sudah berlatih dan ikut bertempur di Suriah," ujarnya.
Terkait serangan di Paris pada Jumat 13 November, Sidney menilai jaringan terorisme di Indonesia belum bisa meniru kejadian seperti di Paris. "Saya kira sekarang ini mereka tidak punya kapasitas untuk melakukan serangan seperti di Paris. Tapi bahwa mereka ada keinginan, kemungkinan iya," kata warga Australia ini.
(aan/nrl)
Moskow detik -
"Ancaman terorisme betul-betul nyata. Kini penyebaran paham terorisme lebih banyak menyasar komunitas-komunitas mahasiswa," kata Imam Nahrawi usai acara Gelar Budaya Nusantara yang diselenggarakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Lapangan Graha Sabha Pramana Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Jumat malam.
Menurut Nahrawi, lingkungan kampus merupakan objek yang paling mudah menerima isme-isme atau paham transnasional seperti terorisme.
Oleh sebab itu, kata dia, dibutuhkan upaya antisipasi oleh berbagai pihak. Kemenpora bersama BNPT, menurut dia, sebelumnya telah meningkatkan sosialisasi kepada kalangan mahasiswa mengenai bahaya radikalisme dan terorisme.
"Oleh sebab itu semakin banyak kita melakukan sosialisasi dan antisipasi dari awal merupakan solusi cepat memerangi terorisme," kata dia.
Ia mengatakan, penjajahan yang menyerang tanah air saat ini bukan lagi menggunakan senjata. Penjajahan yang dapat berwujud penyebaran radikalisme lebih banyak menyerang kekuatan budaya, tradisi, serta ilmu pengetahuan.
"Penjajahan itu menggiring generasi muda untuk membangkang kepada negara," kata dia.
Selain itu, Nahrawi mengatakan kalangan mahasiswa atau pemuda secara umum juga perlu didorong menumbuhkan rasa cinta tanah air. "Perlu diingatkan bahwa Indonesia merupakan negara yang patut dibanggakan dan kaya raya," kata dia.
Para pemuda, lanjut Nahrawi, juga perlu terus didorong untuk tidak berhenti meningkatkan kreatifitas, sebab dalam diri mereka sesungguhnya terdapat potensi yang luar biasa.
Gelar Budaya Nusantara yang merupakan penutup rangkaian acara BNPT di Yogyakarta itu dihadiri oleh ratusan mahasiswa dari perguruan tinggi negeri dan swasta di Yogyakarta. Selain menyajikan tarian kolosal juga menghadirkan artis kenamaan Armand Maulana dan Charlie van Houten.(ant/hrb)
TEMPO.CO, Islamabad - Pada peringatan 14 tahun serangan 11 September di Amerika Serikat, pemimpin Al-Qaeda telah membidik musuhnya dalam sebuah pidato penuh kemarahan, tapi kali ini bukan Amerika. Sasaran kemarahan kelompok ekstremis itu adalah kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Perang tersebut adalah peperangan yang "tak terdamaikan".
Dikutip dari ABC News, Kamis, 10 September 2015, Ayman al-Zawahiri, dokter asal Mesir yang menggantikan peran Osama bin Laden di Al-Qaeda empat tahun lalu, dalam sebuah pesan audio terbarunya menuduh pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi, telah menghasut dengan mengatakan bahwa ia dan kelompoknya, Al-Qaeda, bukanlah pemimpin semua umat Islam. Ayman juga menyebut ISIS telah merendahkan Al-Qaeda. Dia menanggapi pernyataan Al-Baghdadi yang disampaikan 14 bulan lalu di sebuah masjid Mosul.
Dalam rekaman itu, Al-Zawahiri juga mengeluh bahwa Baghdadi telah mengabaikan muslim yang menderita di Gaza dan di Pakistan. "Kami lebih suka merespons sesedikit mungkin, tapi keluar dari tindakan untuk memadamkan api penghasutan," kata Zawahiri. "Namun Abu Bakr al-Baghdadi tidak memberikan kami pilihan. Dia telah menuntut bahwa semua mujahidin harus membatalkan dan menolak janji kepada kepatuhan (Al-Qaeda) dan membuat mereka berjanji untuk apa yang mereka klaim sebagai kekhalifahan."
Perbedaan yang semakin meruncing dari kedua kelompok ekstremis itu mendapat perhatian pengamat. "Ini cukup menarik," ujar mantan Direktur Pusat Kontra-Terorisme Nasional Matthew Olsen. “Zawahiri sampai sekarang belum bersedia secara terbuka mengutuk Baghdadi dan ISIS. Ini menyoroti seberapa dalam perbedaan antara kepemimpinan Al-Qaeda dan ISIS.”
Menurut dia, dengan situasi terbaru ini, Amerika seharusnya bisa mengeksploitasi kedua kelompok. AS bisa menggunakan informasi palsu untuk membuat ancaman terhadap milisi kedua kelompok satu sama lain dan mendesain pertempuran.
ISIS, sebelumnya cabang Al-Qaeda di Irak, memisahkan diri dua tahun lalu.
ABC NEWS | MECHOS DE LAROCHA
TEMPO.CO, Malang - Sutiaji, Wakil Wali Kota Malang, Jawa Timur, mengungkap informasi adanya sebuah kampus di kota itu yang menjadi area bebas Tuhan. Sutiaji enggan menyebutkan kampus tersebut dan hanya menekankan perlunya pengawasan yang melibatkan unsur tokoh masyarakat dan agama setempat.
Sutiaji mengungkap itu dalam rapat koordinasi penanganan perkara tindak pidana terorisme di Balai Kota Malang, Selasa 25 Agustus 2015. Rapat koordinasi digelar Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama unsur Pengadilan, Kepolisian, Kejaksaan, dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT).
Menurut Sutiaji, Kota Malang dan sekitarnya menjadi perhatian dalam penanggulangan terorisme lantaran menjadi tempat persembunyian pelaku terorisme mulai Azhari, Noordin M Top dan pelaku teror yang tergabung dalam Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). "Terakhir terjadi bentrok narapidana terorisme di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru," ujarnya.
Kelompok ekstrem kiri dan ekstrem kanan, katanya, tumbuh di Malang, termasuk yang diungkapnya tentang aea bebas Tuhan itu. Namun Sutiaji enggan menyebutkan identitas kampus tersebut. "Untuk itu dilakukan pengawasan melibatkan unsur tokoh masyarakat dan agama setempat," katanya.
Sebelumnya, Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT, Inspektur Jenderal Arif Darmawan, menerangkan, rapat koordinasi digelar untuk tujuan menyusun formula yang efektif dalam memberantas pelaku tindak pidana terorisme. Selain koordinasi, juga digelar pelatihan untuk penanggulangan terorisme dengan ancaman senjata kimia, biologi, radiologi dan nuklir.
Pelatihan dilakukan di dalam dan luar ruangan dan Kota Malang dianggap memiliki kesatuan tugas yang lengkap dalam latihan pemberantasan terorisme itu. Latihan luar ruangan rencananya diselenggarakan di Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh Malang, Rabu 26 Agustus 2015.
Selain di Kota Malang, koordinasi berlangsung di lima kota lainnya meliputi Pekanbaru, Samarinda, Pontianak, Padang, dan Jakarta.
EKO WIDIANTO
Solo - Tiga tersangka kasus teror yang ditangkap di Solo adalah disebut sebagai pembuat bom rakitan handal. Mereka bisa merakit bom dengan daya ledak tinggi.
Dari penangkapan terhadap tiga tersangka dan penggeledahan di empat di Solo dan Karanganyar, polisi mengaku menemukan sejumlah bahan kimia yang akan dimodifikasi untuk rakitan. Selain itu juga ditemukan beberapa handphone yang telah disiapkan untuk alat kendali jarak jauh, kertas tutorial perakitan bom, bendera simbol ISIS, serta sebuah kaos.
"Dari temuan lapangan dan pengakuan menunjukkan mereka telah melakukan pengembangan secara signifikan dalam perakitan bom," ujar ahli bom Mabes Polri, AKBP Sunandi kepada wartawan di Mapolresta Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (14/8/2015).
Adapun komponen-komponen yang ditemukan polisi saat dilakukan penggeledahan, lanjut Sunandi, memang masih terpisah-pisah. Namun karena rangkaian switcher sudah jadi maka hanya butuh waktu satu jam untuk merangkai semua dan tak butuh waktu satu jam untuk menjadi rangkaian sempurna siap meledak.
"Dari pengakuan mereka akan menyerang Polsek Pasarkliwon, tempat ibadah, anggota (Polri). Caranya rangkaian bom akan diletakkan di Polsek atau gereja yang ditarget lalu ditinggal," lanjutnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, polisi telah menangkap tiga pemuda Solo, yaitu Ibadurahman, Yuskarman dan Giyanto. Mereka disebut hendak menyerang kantor polisi dan anggota Polri, tempat ibadah Nasrani dan Khonghucu, dan akan mengacaukan peringatan Kemerdekaan RI.
(mbr/rul)
MAKASSAR koran tempo - Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan dan Barat Inspektur Jenderal Anton Setiadji mengatakan Detasemen Khusus Antiteror Mabes Polri sedang mendalami jaringan Ustad Muhammad Basri terduga pengikut kelompok Islamic State of Iraq and al-Sham ISIS di Makassar Pemimpin Pondok Pesantren Tanfizul Al-Quran Makassar itu ditangkap setelah membeli sayur kemarin Untuk saat ini pemeriksaan masih dilakukan di Makassar Tapi tim Densus tidak menyebutkan lokasi pemeriksaan kata Anton kepada Tempo kemarin Anton.
Jakarta detik - Datasemen Khusus 88/Antiteror melakukan penggeledahan di rumah Daeng Koro, pentolan teroris Poso yang tewas dalam baku tembak beberapa pekan lalu. Aparat menemukan sejumlah barang bukti, salah satunya adalah baju dan bendera berkalimat Tauhid yang digunakan teroris ISIS.
Penggeledahan dilakukan pada Rabu (22/4/2015) sekitar pukul 12.30 WITA. Tim Densus 88 dibantu Brimob Polda Sulawesi Tengah dan Polres Morowali menyisir rumah yang ditempati istri Daeng Koro, Nurjanah, yang berada di dalam Pondok Pesantren Darul Anshor, Dusun IV Desa Panca Makmur, Kecamatan Soyo Jaya, Kabupaten Morowali.
Penggeledahan juga dilakukan di beberapa ruangan dan rumah yang ada di dalam pondok pesantren. Ini dikarenakan didapai bendera berlambang kalimat tauhid yang digunakan kelompok teroris ISIS, terpasang di ruang kelas belajar ponpes.
Saat menggeledah ruang lainnya, penyidik menemukan seorang yang terbaring lumpuh. Pria tersebut diketahui bernama Lukmanul Hakim. Dia diuga terluka saat mengikuti pelatihan militer (tadrib) bersama Daeng Koro dan Santoso.
"Di rumah yang ditempati LNH ini petugas menyita beberapa barang bukti dan dokumen penting," kata salah seorang perwira di Densus 88, Jumat (24/4/2015).
Penggeledahan pun berlanjut ke rumah mertua Daeng Koro, Napisa. Namun di lokasi yang terletak tidak jauh dari lokasi pesantren tersebut, polisi tidak menemukan bukti terkait Daeng Koro.
Aparat menyita beberapa barang bukti dari penggeledahan tersebut, antara lain 1 buah kompas, 1 pisau badik, 1 pasang pelindung lutut, 2 lembar bendera hitam dengan kalimat tauhid (lambang ISIS), 1 masker hitam, dan sebuah jas hujan hijau.
Sementara itu, Ketua Komnas HAM RI perwakilan Sulawesi Tengah Dedi Askary meminta negara mengambil langkah penting terkait nasib istri dan tiga anak Daeng Koro pasca tewasnya otak teror Poso.
"Terhadap istri almarhum Daeng Koro, mengingat yang bersangkutan dalam kondisi hamil delapan bulan, haruslah ada kebijakan khusus, semisal membantu yang bersangkutan menjalani kehidupannya menyongsong momentum lahirnya sang bayi hingga pembiayaan penghidupan sang ibu dan anak," kata Dedi dalam keterangan pers yang diterima detikcom.
Berbarengan dengan langkah dan intervensi kepada istri Daeng Koro, tidak kalah penting upaya dan langkah-langkah yang dipandang penting dan strategis terhadap ketiga anak yang masih di bawah umur, apalagi dalam foto yang dilansir Polda Sulteng mereka terlihat tengah menenteng senjata.
"Publik dibuat shok, betapa tidak anak seusia itu telah dididik memanggul senjata, tentunya keadaan tersebut memunculkan berbagai tanya, bagaimana nasib dan arah kehidupan ketiga anak almarhum di kemudian hari," kata Dedi.
JAKARTA -Istri Daeng Koro memastikan bahwa jenazah terduga teroris yang tewas ditembak Densus 88 adalah suaminya. Daeng Koro tewas usai baku tembak di Pegunungan Sakina Jaya, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Nama asli Daeng Koro adalah Sabar Subagio.
"Istri Daeng Koro sudah dipertemukan dengan jenazah Daeng Koro, dan yang bersangkutan meyakini bahwa itu adalah suaminya," jelas Kombes Pol Rikwanto Kepala Bagian Penerangan Umum Humas Mabes Polri, saat dikonfirmasi, Minggu (5/4/2015).
Daeng Koro adalah anggota TNI yang dipecat, terakhir bertugas di Sulawesi Selatan. Daeng Koro juga beberapa kali melakukan pelatihan perang yang diikuti sejumlah pemuda.
Gembong teroris Sulawesi Tengah itu tewas saat baku tembak antara kelompok teroris dan aparat polisi di Kabupaten Parigi Moutong, Jumat 3 April 2015.
Daeng Koro dipercaya sebagai orang nomor dua setelah Santoso yang tergabung dalam kelompok Mujahidin Indonesia Timur yang beranggotakan 20 hingga 30 orang. Daeng Koro dan sejumlah rekannya telah ditetapkan oleh polisi ke dalam daftar pencarian orang (DPO) karena terkait serangkaian kasus kekerasan di Sulawesi Tengah.(ful)
(uky)
Liputan6.com, Palu - Jenazah terduga teroris yang tewas saat baku tembak dengan tim gabungan Densus 88 Antiteror dan Brimob di Kabupaten Parigi Moutong yang berbatasan dengan Poso, dibawa dengan ambulans ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda di Palu, Sulawesi Tengah. Dengan kawalan ketat satu regu Brimob bersenjata lengkap, ambulans akhirnya tiba malam tadi pukul 21.50 Wita.
Kapolda Sulteng Brigjen Pol Idham Aziz mengatakan, jenazah tersebut dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara guna menjalani proses autopsi.
"Sesuai protap yang ada jenazah harus diautopsi. Setelah ada hasilnya, baru kita cocokkan dengan sipil bersenjata yang telah ditetapkan sebagai DPO (daftar pencarian orang atau DPO)," kata Idham yang dihubungi dari Palu saat berada di Polres Parigi Moutong, Sabtu (4/4/2015) dini hari.
Terduga teroris tewas dalam baku tembak di pegunungan Salumpangi, Desa Sakinah Jaya, Kecamatan Parigi Utara itu diperkirakan pria berinisial MK alias BK yang telah ditetapkan sebagai DPO kasus terorisme Poso. Dugaan itu diperkuat berdasarkan foto wajah BK yang terpampang dalam poster DPO Polda Sulteng sama dengan jenazah sipil bersenjata tersebut.
"Untuk pembenarannya tunggu hasil autopsi dulu. Yang pasti satu orang yang tewas itu merupakan kelompok dari Santoso dan Daeng Koro," tandas Idham.
Sebelumnya, tim gabungan Densus 88 dan Brimob terlibat baku tembak dengan kelompok sipil bersenjata yang berjumlah 12 orang di pegunungan Salumpangi, Desa Sakinah Jaya, Kecamatan Parigi Utara, sekitar pukul 16.00 Wita.
Dalam baku tembak kurang lebih satu jam itu, satu anggota sipil bersenjata tewas setelah terkena tembakan di bagian dada. Hingga berita ini diturunkan, penyisiran Densus dan Brimob dihentikan. Penyisiran lanjutan akan digelar kembali pada Sabtu pagi nanti.
Adapun usai baku tembak dengan terduga teroris, barang bukti yang ditemukan berupa dua pucuk senjata api jenis rakitan dan organik M-16. Selain itu ditemukan ratusan selongsong amunisi dan serpihan bahan peledak. (Ans)
Kabar24.com, SANAA/ADEN – Serangan bom bunuh diri terhadap dua masjid terjadi di Ibu Kota Yaman, Sanaa, saat jamaah sedang melaksanakan shalat Jumat.
Akibat serangan yang diakui kelompok Negara Islam (ISIS) itu 137 jamaah meninggal dunia dan ratusan lainnya mengalami luka-luka.
Serangan terhadap masjid yang digunakan oleh pendukung pejuang Syiah Houthi , yang menguasai kota itu, merupakan aksi yang paling mematikan dalam tahun-panjang kekerasan di negara tersebut.
Seperti diketahui, Washington telah melancarkan serangan pesawat tanpa awak atau drone terhadap cabang markas lokal kelompok militan al Qaeda.
Kerusuhan sektarian merebak di kawasan ini dalam beberapa bulan terakhir setelah para pejuang Syiah yang didukung Iran menguasai wilayah ibu kota Yaman.
Empat pembom mengenakan sabuk berpeledak menjadikan jamaah yang berada di dalam masjid sebagai target. Kantor berita pemerintah, Saba, yang dikendalikan oleh kelompok Syiah Houthi, menyebutkan korban tewas mencapai 137 orang, korban luka 357 orang.
Rumah sakit kewalahan, dan meminta warga menjadi donor darah untuk membantu mengobati sejumlah besar korban.
Seorang wartawan Reuters di masjid Badr menghitung setidaknya 25 mayat berdarah tergeletak di jalan dan di dalam gedung. Satu orang membawa anak dalam pelukannya.
Milisi Negara Islam yang mengontrol sejumlah bagian Suriah dan Irak dan telah merekrut pengikut dari negara-negara lain menganggap Syi'ah sebagai kelompok sesat.
Milisi ISIL dan Al Qaeda kini bersatu melawan Huthi di Yaman, memberi mereka musuh bersama yakni rezim pemerintah dukungan AS, dalam konflik multi-sisi yang kompleks di negara termiskin di dunia Arab ini.
"Biarkan Houthi musyrik mengetahui bahwa tentara dari Negara Islam tidak akan beristirahat dan tidak akan tinggal diam sampai mereka terbasmi habis-habisan," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh pendukungnya di Twitter.
"Insya Allah, operasi ini hanya bagian dari banjir yang akan datang," ancam pesan tersebut lebih jauh.
Di antara korban tewas adalah Almortada al-Mahatwary, tokoh terkemuka Syiah Zaidi di Yaman Syiah, demikian dikabarkan saluran televisi al- Masirah yang dikendalikan kelompok Syiah Houthi.
Masjid Badr diledakkan oleh dua pembom bunuh dirinya dan dua lainnya menyerang sebuah masjid kedua.
Seorang pembom kelima tewas ketika mencoba menyerang sebuah masjid di provinsi Saada, wilayah di utara ibu kota yang juga dikuasai kubu Houthi. Peledak yang dikenakan pelaku meledak terlalu cepat, ujar seorang sumber keamanan kepada Reuters.
"Saya akan berdoa di masjid (Badr) saat saya mendengar ledakan pertama, dan sedetik kemudian saya mendengar ledakan lainnya," kata seorang saksi mata.
Tayangan televisi menunjukkan sejumlah pemuda berpakaian tradisional Yaman mengangkut tubuh-tubuh tak bernyawa, beberapa masih menetes darahkan, keluar dari masjid.
Di Washington, Gedung Putih mengutuk pemboman dan namun mengatakan tidak bisa mengkonfirmasi apakah penyerang itu benar-benar berafiliasi dengan milisi Negara Islam.
Kabar24.com, SANAA/ADEN – Serangan bom bunuh diri terhadap dua masjid terjadi di Ibu Kota Yaman, Sanaa, saat jamaah sedang melaksanakan shalat Jumat.
Akibat serangan kembar yang diakui kelompok Negara Islam (ISIS) itu 137 jamaah meninggal dunia dan ratusan lainnya mengalami luka-luka.
Serangan terhadap masjid yang digunakan oleh pendukung pejuang Syiah Houthi , yang menguasai kota itu, merupakan aksi yang paling mematikan dalam tahun-panjang kekerasan di negara tersebut.
Seperti diketahui, Washington telah melancarkan serangan pesawat tanpa awak atau drone terhadap cabang markas lokal kelompok militan al Qaeda.
Kerusuhan sektarian merebak di kawasan ini dalam beberapa bulan terakhir setelah para pejuang Syiah yang didukung Iran menguasai wilayah ibu kota Yaman.
Empat pembom mengenakan sabuk berpeledak menjadikan jamaah yang berada di dalam masjid sebagai target. Kantor berita pemerintah, Saba, yang dikendalikan oleh kelompok Syiah Houthi, menyebutkan korban tewas mencapai 137 orang, korban luka 357 orang.
Rumah sakit kewalahan, dan meminta warga menjadi donor darah untuk membantu mengobati sejumlah besar korban.
Seorang wartawan Reuters di masjid Badr menghitung setidaknya 25 mayat berdarah tergeletak di jalan dan di dalam gedung. Satu orang membawa anak dalam pelukannya.
Milisi Negara Islam yang mengontrol sejumlah bagian Suriah dan Irak dan telah merekrut pengikut dari negara-negara lain menganggap Syi'ah sebagai kelompok sesat.
Milisi ISIL dan Al Qaeda kini bersatu melawan Huthi di Yaman, memberi mereka musuh bersama yakni rezim pemerintah dukungan AS, dalam konflik multi-sisi yang kompleks di negara termiskin di dunia Arab ini.
"Biarkan Houthi musyrik mengetahui bahwa tentara dari Negara Islam tidak akan beristirahat dan tidak akan tinggal diam sampai mereka terbasmi habis-habisan," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh pendukungnya di Twitter.
"Insya Allah, operasi ini hanya bagian dari banjir yang akan datang," ancam pesan tersebut lebih jauh.
Di antara korban tewas adalah Almortada al-Mahatwary, tokoh terkemuka Syiah Zaidi di Yaman Syiah, demikian dikabarkan saluran televisi al- Masirah yang dikendalikan kelompok Syiah Houthi.
Masjid Badr diledakkan oleh dua pembom bunuh dirinya dan dua lainnya menyerang sebuah masjid kedua.
Seorang pembom kelima tewas ketika mencoba menyerang sebuah masjid di provinsi Saada, wilayah di utara ibu kota yang juga dikuasai kubu Houthi. Peledak yang dikenakan pelaku meledak terlalu cepat, ujar seorang sumber keamanan kepada Reuters.
"Saya akan berdoa di masjid (Badr) saat saya mendengar ledakan pertama, dan sedetik kemudian saya mendengar ledakan lainnya," kata seorang saksi mata.
Tayangan televisi menunjukkan sejumlah pemuda berpakaian tradisional Yaman mengangkut tubuh-tubuh tak bernyawa, beberapa masih menetes darahkan, keluar dari masjid.
Di Washington, Gedung Putih mengutuk pemboman dan namun mengatakan tidak bisa mengkonfirmasi apakah penyerang itu benar-benar berafiliasi dengan milisi Negara Islam.
okezone MALANG - Narapidana kasus terorisme Muhammad Kholili
hari ini dibebaskan dari Lapas Lowokwaru Malang. Ia mendapat pembebasan
bersyarat dari Kementerian Hukum dan HAM.
Ia telah menjalani hukuman kurang dari 10 tahun dari total hukuman 18 tahun penjara. "Kholili berkelakuan baik dan mendapat remisi pada lebaran lalu, setiap tahun juga mendapat remisi," kata Kepala Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Malang, Herry Wahyudiono, Rabu (6/8/2014)
Meski demikian, selama menjalani pembebasan bersyarakat Kholili wajib lapor sebulan sekali ke Badan Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM.
Kholili alias Yahya merupakan jaringan teroris pimpinan Dr Azhari dan Noordin M Top. Dia berperan sebagai kurir bom yang diproduksi Azahari.
Densus 88 Anti-Teror menangkapnya di perbatasan Semarang-Demak pada 9 November 2005. Dari Kholili terungkap markas persembunyian Dr Azahari di Jalan Flamboyan Kota Batu.
Kholili juga mengaku baru mendapat pemberitahuan tadi pagi dan belum memberitahu keluarga. Warga Jodipan Gang I, Kota Malang ini, mengurus administrasi sendirian tanpa didampingi keluarga.
"Baru tadi pagi diberitahu kalapas," ujarnya di sela-sela mengurus administrasi.
Sejak dipindahkan dari Lapas Krobokkan, Bali pada 10 Oktober 2008 lalu, Kholili menempati Blok 12 dengan penjagaan ketat serta jauh dari blok tahanan lainnya. (ris)
(kem)
detik Sanaa, - Seorang pemimpin berpengaruh Al-Qaeda di Yaman memuji kelompok militan Sunni, Daulah Islamiyah atau tadinya ISIS, atas kemenangan mereka di Irak.
"Saya mengucapkan selamat kepada seluruh mujahiddin di berbagai front dan seluruh muslim atas kemenangan saudara-saudara kita di Irak terhadap boneka (Syiah Iran)," cetus pemimpin ideologi Al-Qaeda di Yaman, Ibrahim al-Rubaish dalam video yang diposting online, seperti diberitakan AFP, Kamis (14/8/2014).
Rubaish dianggap sebagai kepala urusan agama jaringan Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP), kelompok Al-Qaeda cabang Yaman yang dibentuk tahun 2009 dalam merger antara cabang Arab Saudi dan Yaman.
"Siapa yang tidak menyambut kemenangan Sunni dan kekalahan kelompok-kelompok (Perdana Menteri Nuri al-) Maliki yang telah sewenang-sewenang terhadap Sunni?" tutur Rubaish.
PM Maliki terus menentang desakan internasional untuk meletakkan jabatannya. Banyak pihak yang menganggap kebijakan Maliki di Irak telah memperlebar perpecahan sektarian, sehingga menimbulkan ketidakpercayaan terhadap pemerintah yang mendorong munculnya kelompok ISIS.
Kelompok AQAP dianggap oleh pemerintah Amerika Serikat sebagai cabang Al-Qaeda paling mematikan di dunia. AQAP telah menyatakan pihaknya tetap setia kepada Ayman al-Zawahiri, pria kelahiran Mesir yang dikenal sebagai penerus pendiri Al-Qaeda, Osama bin Laden.
TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Densus 88 Antiteror Polri dan Polda Metro menangkap Ketua Harian Ketua Harian Jamaat Ansorut Tauhid (JAT) atas nama Ustaz Afif Abdul Majid alias Afif.
Afif ditangkap di pinggir jalan tepatnya di depan Toko Kebab Jalan Wibawa Mukti Kecamatan Jati Asih Bekasi kota sekitar pukul 22.45 WIB, Sabtu (9/8/2014).
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Ronny Franky Sompie menuturkan Afif terlibat pendanaan terhadap Ubaid tahun 2010 di Aceh. Serta terlibat pula pendanaan untuk pelatihan militer di Aceh, termasuk mendeklarasikan bergabung dengan Islamic State Of Iraq and Syiria (ISIS) dengan Abu Bakar Baasyir.
Saat dikonfirmasi ke Ustaz Syamsuddin Uba yang diberitakan mendeklarasikan dan membentangkan bendera ISIS di Masjid AL-Muhajirin, Jl Pulo Sirih Timur 8 Taman Galaxi Indah Bekasi Selatan, Minggu (3/8/2014) lalu, Ustaz Syamsuddin Uba mengaku tidak mengenai Afif.
"Saya tidak kenal, bertemu dan tatap muka juga belum. Terlibat dalam organisasi duduk satu meja juga tidak pernah," tegas Ustaz Syamsuddin Uba saat ditemui di kediamannya, Minggu (10/8/2014).
Ustaz Syamsuddin Uba mengaku mengetahui adanya penangkapan Afif melalui pemberitaan di televisi.
Lalu saat ditanya apakah dirinya tidak takut jika diincar atau terus dipantau oleh kepolisian, ia mengaku tidak takut.
"Saya tidak takut, saya tidak merasa salah. Saya masih suka bepergian, ini nanti mau ke Condet," tambahnya.
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Din Syamsuddin mengatakan munculnya selebaran Lowongan Budak Seks ISIS di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta adalah bentuk provokasi dari pihak yang tak bertanggung jawab. Menurut dia, selebaran itu untuk memantik konflik di kalangan umat Islam Indonesia.
"Saya minta kepada masyarakat untuk santai dan tidak terpancing emosi ketika melihat isi dari pamflet itu," kata Din saat dihubungi, Jumat, 8 Agustus 2014. "Ada indikasi memecah, mendiskreditkan Islam sebagai agama."
Di tengah beredarnya video ajakan bergabung dengan Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS), beredar pula pamflet lowongan menjadi budak seks di organisasi radikal tersebut. (Baca: Ada Pesan Lowongan Budak Seks ISIS di UIN)
Dalam pamflet itu disebutkan Masjid Fathullah--yang merupakan masjid di kampus UIN--dijadikan sekretariat ISIS Indonesia. Menanggapi hal ini, Din yakin dan tidak heran kalau pamflet itu dibuat oleh orang yang secara tidak langsung juga ingin membuat citra lembaga Islam tercoreng. "Ini efeknya buruk kalau kita sebagai umat Islam menanggapi itu." (Baca: UIN Ciputat Akui Kecolongan Deklarasi ISIS dan Aktor Video ISIS Bachrumsyah Suka Bolos Kuliah)
REZA ADITYA
Kabar24.com, JAKARTA - Terpidana kasus terorisme Ustad Abu Bakar Ba'asyir membenarkan foto-foto pembaiatan yang diunggah di jejaring media sosial adalah dirinya namun dia tidak ingat siapa yang mengambil foto-foto pembaiatan tersebut.
"Betul itu foto Beliau dan kejadiannya sudah lama, Beliau tidak tahu siapa yang mengambil foto itu dan mengunggahnya di Internet," kata anggota Tim Pengacara Muslim (TPM) Hasyim Abdullah di Dermaga Wijayapura, tempat penyeberangan menuju Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, Kamis (7/8/2014) siang.
Hasyim juga mengatakan bahwa Ba'asyir dan terpidana kasus terorisme lain di Lembaga Pemasyarakatan Pasir Putih tidak berbaiat kepada ISIS melainkan kepada Daulah Khilafah Islamiyyah.
Ia juga mengutip pernyataan Ba'asyir bahwa ISIS sebenarnya sekarang sudah tidak ada dan tidak benar jika ISIS masih menjadi sebuah organisasi.
"Sekali lagi, Beliau mengatakan bahwa sekarang ISIS sudah tidak ada, yang ada hanyalah Khilafah, tapi mengapa ISIS itu diributkan."
"Beliau mengakui jika telah berbaiat bersama teman-teman yang ada di dalam, tetapi bukan untuk ISIS, melainkan untuk Khilafah," tegasnya.
Selain masalah pembaiatan, Abu Bakar Ba'Asyi juga menyerahkan bendera dan kaus bergambar lambang Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) kepada petugas dari Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
"Itu dilakukan Ustad ABB (Abu Bakar Ba'asyir) wujud bahwa Beliau tidak ada hubungan dengan ISIS. Saya selaku anggota TPM menjadi saksi dalam penyerahan itu."
Hasyim, yang baru kembali dari mendampingi keluarga Ba'asyir menjenguk ke Lembaga Pemasyarakatan Pasir Putih, Pulau Nusakambangan, mengatakan Ba'asyir menyerahkan satu lembar bendera ISIS dan 1o kaus berlogo ISIS kepada petugas.
"Kaus itu sebenarnya sudah lama, sebelum ada Daulah Khilafah Islamiyyah. Oleh karena itu, kata Beliau, 'sebagai wujud ISIS itu tidak ada, ya saya serahkan gambar atau logo ISIS." katanya. (Antara)
TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Sudarnoto, membenarkan informasi bahwa Bachrumsyah atau lebih dikenal dengan nama Abu Muhammad al-Indonesi pernah menjadi mahasiswa Jurusan Komunikasi Fakultas Ilmu Dakwah kampus tersebut. “Dia pernah kuliah pada tahun 2003,” kata Sudarnoto saat dihubungi Tempo, Kamis, 7 Agustus 2014. (Baca: Siapa Bachrumsyah, Pria dalam Video Pendukung ISIS)
Sudarnoto mengatakan Bachrumsyah menjadi mahasiswa UIN hanya selama tiga semester. Bachrumsyah dikeluarkan dari kampus karena tidak pernah masuk dan tidak memberikan kabar ataupun berita ke kampus. “Bachrumsyah menghilang begitu saja,” katanya. (Baca: Kapolri Sebut Aktor Video ISIS Anak Buah Santoso)
Menurut dia, Bachrumsyah lebih suka mengikuti kegiatan bernuansa militer dibanding kuliah. Paham yang dia bawa tidak cocok dengan lingkungan kampus. Bachrumsyah, kata Sudarnoto, tidak bisa beradaptasi dengan kondisi di UIN Jakarta. “Pemahaman yang dia bawa tidak masuk di lingkungan kampus yang moderat ini,” ujarnya. (Baca juga: Pengamat: ISIS Tidak Cocok Diterapkan di Indonesia)
Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme telah mengantongi identitas Abu Muhammad Al-Indonesi. Sosok pemuda berbaju hitam yang mengajak warga Indonesia memberi dukungan kepada Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) itu punya nama asli. “Bachrumsyah,” ujar Direktur Penindakan BNPT Brigadir Jenderal Petrus Reinhard Golose.
Sosok Bachrumsyah menyita perhatian setelah dia mengunggah video berjudul “Join the Ranks”. Dalam video tersebut, dia mengajak warga Indonesia mendukung perjuangan ISIS menjadi khilafah dunia. Video berdurasi delapan menit yang diunggah pada 22 Juli 2014 itu kini telah diblokir oleh Google atas permintaan Kementerian Komunikasi dan Informatika.
SAID HELABY
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Video Warga Negara Indonesia (WNI)yang mengajak umat Islam di Indonesia untuk bergabung dengan kelompok ISIS menjadi perhatian banyak pihak. Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) ternyata telah menjalar ke berbagai negara.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai menjelaskan persoalan ISIS tersebut. Ia mengatakan pemerintah Suriah telah menetapkan ISIS sebagai kelompok teroris. Begitu pula Iran yang meminta bantuan Amerika Serikat untuk menangkal serangan ISIS.
"Sekjen PBB serta negara-negara Eropa melarang keras warganya ke daerah tersebut," kata Ansyaad ketika dihubungi Tribunnews.com, Jumat (1/7/2014).
Sehingga, kata Ansyaad, bila ada warga negara Indonesia yang bergabung dengan kelompok tersebut bisa dikatakan anggota teroris. Apalagi, BNPT telah mendapatkan laporan di sejumlah daerah mengenai kegiatan berbaiat kelompok ISIS. Daerah itu meliputi Jakarta, Bima, Kalimantan dan Sulawesi.
"Baiat itu sumpah setia, bisa dicabut kewarganegaraannya. Kalau dia WNI, bisa dicabut, karena dengan baiat, yang bersangkutan mengangkat sumpah setia kepada negara asing," ujar Ansyaad.
Ia juga mengingatkan warga negara yang bergabung dalam kelompok itu melanggar hukum. "Di negara asalnya saja melanggar hukum," tuturnya.
Ansyaad mengatakan anggota ISIS di Indonesia melakukan baiat secara mandiri dengan melakukan sumpah setia kepada Khalifah ISIS, Abdullah Al Baghdadi. "Mereka, menyatakan niatnya tunduk dan taat kepada Al Baghdadi," katanya.
Ia lalu mencontohkan adanya keberadaan ISIS di Indonesia saat adanya unjuk rasa di Bundaran Hotel Indonesia (HI) di bulan Maret 2014. Dimana terdapat bendera ISIS yang ikut dikibarkan disana. "Itu kelompok radikal," kata Ansyaad.
Selain itu adapula beberapa kelompok di Bima serta narapidana terorisme sekitar 20 orang yang bergabung dengan ISIS. Ansyaad juga menyebut adanya salah satu kampus di Ciputat yang diketahui menggelar aktivitas berbau ISIS. Namun, Ansyaad enggan menyebut nama kampus tersebut.
"Bukan kampusnya tetapi mereka menggunakan fasilitas kampus, ada ratusan, ini harus menjadi peringatan," imbuhnya.
Mengenai pendanaan ISIS, Ansyaad mengatakan kelompok tersebut merupakan kelanjutan Al-Qaeda. Ia menuturkan pendanaan memakai cara iuran. Namun, belum diketahui kelompok tersebut melakukan perampokan di Indonesia.
"Justru itu harus diwaspadai bila mereka kembali menggunakan cara merampok bank atau toko emas," ujar Ansyaad.
Mengenai adanya pesan berantai berisi ancaman bom usai lebaran dan pemilihan presiden, Ansyaad menduga isu tersebut dihembuskan oleh kelompok tertentu. "Mereka memanfaatkan situasi pertikaian politik pascapilpres untuk memperkeruh suasana," ujarnya.
Ansyaad menegaskan kelompok teroris tidak pernah mengumumkan rencana serangan. "Mengenai edaran itu ya pasti ada kelompok lain memanfaatkan dengan pertikaian politik. Pihak bertikai juga tidak melakukan itu," ungkapnya.
Ia pun meminta masyarakat tidak perlu takut atas edaran tersebut. "Tidak perlu takut namun diminta tetap waspada," kata Ansyaad.
Sementara pengamat Intelijen Wawan Purwanto mengatakan ancaman kelompok ISIS terjadi pada pemilu kemarin. Namun, aparat keamanan sudah melakukan pengamanan berlapis di seluruh wilayah Indonesia.
"Pengamanan berlapis sesuai gradasi. Ini bukan rumor hal baru, tetapi memang tidak dibuka saja. Maka aparat melakukan upaya penambahan personil untuk deteksi dini," kata Wawan ketika dihubungi Tribunnews.com.
Wawan mengatakan kelompok ISIS di Indonesia banyak diisi orang baru yang simpatik dengan gerakan tersebut. Mereka merasa senasib sepenanggungan dengan perjuangan di Suriah.
"Sekarang juga situs terbuka mempelajari langsung atau praktek mandiri membuat bahan peledak. Ada juga yang diajak untuk dibaiat," kata Wawan.
Dengan baiat, kata Wawan, maka mereka secara psikologis terikat untuk memajukan gerakan ISIS. Wawan mengatakan kelompok tersebut banyak merekrut remaja. Sebab, mereka belum memiliki tanggungan keluarga dengan emosi yang masih labil. Remaja juga dinilai memiliki spirit yang militan.
"Lebih banyak memiliki sikap sentimen keagamaan. Ini berbeda dengan kelompok tua yang masih memiliki tanggungan serta kebutuhan ekonomi," ujar Wawan.
Sementara untuk pendanaan, Wawan melihat donasi dilakukan dengan jaringan dari luar negeri dan dalam negeri dalam bentuk uang.
"Ada juga logistik senjata dan amunisi tergantung kebutuhan wilayahnya," imbuhnya.
Untuk itu, Wawan meminta aparat tetap melakukan pengamanan berlapis. Tidak hanya TNI dan Polri tetapi masyarakat sipil.
"Waspada bukan hanya saat pilpres dan Idul Fitri tetapi menjelang 17 Agustus 2014," katanya.
Wawan mengatakan kelompok ISIS terdeteksi di Jakarta dan Malang. Adapula yang telah menetap di Suriah. Pola gerakan mereka tidak langsung kenegara tujuan tetapi pintu masuk melalui negara lain.
Jakarta - Deklarasi yang dilakukan pucuk pimpinan tinggi Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) Abu Bakar Baasyir (ABB) yang mendukung Islamic State of Iraq and Syam (ISIS) berbuntut pada perpecahan kelompok tersebut. Sebagian besar memilih meninggalkan JAT dan sebagian kecil lainnya memilih bertahan di kelompok yang didirikan ABB tersebut.
"Anak muda suka euforia yang high issue, mereka tidak mau melihat dengan jernih dan informasi dari pihak lain (terkait ke-khilafahan)," kata orang nomor dua di JAT, Ustadz Muhammad Achwan, saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (2/8/2014).
Ustadz Achwan yang merupakan representasi ABB di luar penjara merupakan satu dari sederet pimpinan JAT yang memilih tidak mendeklarasikan dan memberi dukungan untuk ISIS. "Hampir seluruh JAT wilayah tidak bergabung dengan langkah Ustadz ABB, yang bergabung juga sedikit sekali ada satu-dua saja," ujarnya.
Menurutnya, sebelum ABB mendeklarasikan dan mendukung ISIS, pihaknya sudah beberapa kali bertemu dan memberikan pandangan mengenai persoalan ini. "Hampir tiga bulan kami terus memberi masukan kepada ustadz (ABB) dan kami meminta beliau tidak terburu-buru, serta memilih untuk netral saja," kata Achwan.
Meski Achwan merupakan pimpinan tinggi JAT, dia tidak berhak untuk memaksakan anggotanya untuk mendukung atau tidak gerakan ISIS itu. "Biar mereka yang menimbang sendiri," kata Achwan.
Achwan kembali menegaskan bila dari ribuan anggota JAT yang terdaftar tidak banyak yang mendukung ISIS. Bahkan dia menampik bila ada yang mengatasnamakan JAT dan mengklaim mendukung ISIS hingga ribuan orang.
"Itu tidak benar, saya tahu kondisinya seperti apa," ujarnya.
TEMPO.CO, Jakarta -Direktur Institute for Policy Analysis of Conflict, Sidney Jones menjelaskan, pendukung utama milisi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Indonesia adalah mereka yang membentuk kamp pelatihan militer di Aceh yang kemudian digerebek aparat pada tahun 2010.
Mereka, pendiri kamp pelatihan militer di Jantho, Aceh itu, merupakan aliansi dari sejumlah kelompok ekstrimis dari beberapa kota seperti Aceh, Medan, Solo, Malang dan beberapa daerah di Jawa Timur, Bima, dan Poso. Belakangan dukungan juga datang dari kelompok esktrimis Darul Islam dan jaringan teroris Banten.
"Mereka sekarang yang menjadi inti pendukung ISIS di sini," kata Sidney yang ditemui di kantornya, Jakarta, Jumat, 1 Agustus 2014. (Baca:Polisi Kantongi Identitas Aktor dalam Video ISIS) Tokoh-tokoh kelompok ekstrimis itu bahkan sudah membaiat diri mendukung pemimpin ISIS Abu Bakar al Baghdadi diantaranya Abu Bakar Baasyir, Aman Abdurrahman (Jamaah Ansharut Tauhid-JAT), dan Santoso alias Abu Wardah (pemimpin kelompok teroris di di Poso, Sulawesi Tengah). Kelompok ekstrimis Jamaah Islamiyah satu-satunya pendiri kamp pelatihan militer di Aceh yang tidak mendukung ISIS. Kelompok ini tetap mendukung jaringan ekstrimis Al Qaeda di Suriah, Al Nusra .
Awalnya, kata Sidney,para pendiri kamp pelatihan militer di Aceh adalah pendukung Ayman al Zawahiri, tokoh jihad Al Qaeda yang membidani ISIS dan tewas ditembak pasukan Amerika Serikat di Irak tahun 2006. "Dialah orang yang namanya sudah banyak diketahui orang-orang disini," ujar Sidney. (Baca:Pendukung Pemimpin Milisi ISIS Dibaiat di Malang)
Para pendiri kamp militer di Aceh mendukung Zawahiri termasuk Noordin Top, pemimpin kelompok teroris warga Malaysia yang tewas ditembak pada September 2009 di satu rumah di kota Solo, Jawa Tengah. Belakangan mereka mendukung mentor Zawahiri yang juga penulis banyak buku tentang jihad, Abu Bakar al Baghadadi.
Menurut Sidney, para pendiri kamp militer di Aceh ini menilai strategi operasi Zawahiri hanya memukul musuh dan bersifat jangka pendek. Sementara Baqhadadi sebagai pendiri resmi ISIS, punya tujuan jelas mendirikan negara Islam (kekhalifan).(Baca:Kenapa ISIS Berpotensi Membahayakan Indonesia)
Momen kemenangan besar ISIS di Irak dan Suriah telah membuat pemimpin kamp militer di Aceh berbalik mendukung pria kelahiran Samarra, kota di utara Baghad,tahun 1971 itu. "Semua orang ingin bergabung dengan pemenang," kata Sidney menjelaskan alasannya. MARIA RITA
MALANG - Narapidana kasus terorisme Muhammad Kholili hari ini dibebaskan dari Lapas Lowokwaru Malang. Ia mendapat pembebasan bersyarat dari Kementerian Hukum dan HAM.
Ia telah menjalani hukuman kurang dari 10 tahun dari total hukuman 18 tahun penjara. "Kholili berkelakuan baik dan mendapat remisi pada lebaran lalu, setiap tahun juga mendapat remisi," kata Kepala Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Malang, Herry Wahyudiono, Rabu (6/8/2014)
Meski demikian, selama menjalani pembebasan bersyarakat Kholili wajib lapor sebulan sekali ke Badan Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM.
Kholili alias Yahya merupakan jaringan teroris pimpinan Dr Azhari dan Noordin M Top. Dia berperan sebagai kurir bom yang diproduksi Azahari.
Densus 88 Anti-Teror menangkapnya di perbatasan Semarang-Demak pada 9 November 2005. Dari Kholili terungkap markas persembunyian Dr Azahari di Jalan Flamboyan Kota Batu.
Kholili juga mengaku baru mendapat pemberitahuan tadi pagi dan belum memberitahu keluarga. Warga Jodipan Gang I, Kota Malang ini, mengurus administrasi sendirian tanpa didampingi keluarga.
"Baru tadi pagi diberitahu kalapas," ujarnya di sela-sela mengurus administrasi.
Sejak dipindahkan dari Lapas Krobokkan, Bali pada 10 Oktober 2008 lalu, Kholili menempati Blok 12 dengan penjagaan ketat serta jauh dari blok tahanan lainnya. (ris)
(kem)
Jakarta - Densus 88 menangkap 20 terduga teroris dari penggerebekan di 4 tempat yakni Ciputat, Bandung, Kebumen, dan Kendal. 13 terduga teroris tertangkap hidup dan sisanya tewas, semuanya terkait DPO teroris Poso, Santoso.
"Total yang kita tangkap ada 20, 13 diantaranya hidup. Dari penelusuran Abu Roban, mereka tetap terkait dengan Santoso dari Posi yang saat ini masih DPO," kata Karopenmas Mabes Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar, dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan, Kamis (9/5/2013).
Para teroris ini pernah melakukan pengumpulan dana dengan perambokan Bank BNI di Batang, Kebumen, dan Lampung. Polisi masih terus melakukan pengembangan.
"Jadi ini antara lain catatan kejahatan yang tetungkap dari mereka ini. Kita masih menelusuri lagi siapa yang menerima aliran dana ini," katanya.
Menurut Boy, sel jaringan teroris ini terus berkembang. "Jadi kita harus terus waspada. Jika melihat adanya pendatang jadi harus waspada. Kalau kita lihat ini adalah sel sel baru, ada tujuan besar dan jangka pendek mereka," lanjut Boy.
Santoso sendiri sampai saat ini masih buron. Polisi masih terus melakukan pencarian.
"Oleh karena itu kita akan terus berupaya. Kita tidak bisa berdiam diri. Rangkaian peristiwa ini ada yang melakukan perakitan bahan peledak. Kita berupaya agar perakitan ini tidak sampai meledak.Upaya untuk menelusuri kelompok terdahulu katakan Santoso cs ini masih terus kita lakukan," pungkasnya.
(van/gah)
TRIBUNNEWS.COM BANDUNG - Gofar (38), penghuni rumah kontrakan yang bersebelahan dengan kamar terduga teroriskaget mendapat kabar dua anaknya disebut-sebut menjadi sandera teroris. Terlebih, terduga teroris yang diberitakan media massa itu tak lain adalah tetangga sebelah kontrakannya selama ini di Kampung Baturengat, Cigondewah Hilir, Kabupaten Bandung.
JAKARTA, KOMPAS.com —
Polisi menangkap dua terduga teroris di kawasan Jalan Jenderal Sudirman,
Jakarta Pusat, sekitar pukul 21.30 WIB. Saat ditangkap, dua terduga
teroris itu tengah melintas di jalanan dengan mengendarai sepeda motor.
Penangkapan ini berlanjut dengan penggerebekan rumah kontrakan di Jalan
Bangka IIF Jakarta Selatan.
"Tadi kira-kira hampir jam 10-an (malam) ada yang ditangkap, dua orang naik motor, laki-laki semua," ujar Usman, tukang ojek yang mangkal di depan gedung kantor pusat Bank Rakyat Indonesia (BRI) di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, Jumat (3/5/2013) dini hari. Dia mengatakan, penangkapan terjadi tepat di depan gedung bank ini.
Penangkapan, sebut Usman, dilakukan oleh 10 polisi. Sepeda motor yang dikendarai dua terduga teroris itu dihentikan paksa di lokasi yang tepat berseberangan dengan kampus Universitas Atma Jaya itu. Motor yang dikendarai kedua terduga, imbuh Usman, adalah Honda Kharisma berwarna biru.
Usman, yang sedang mangkal menanti penumpang di depan pagar gedung BRI, mengatakan bahwa polisi sempat mengeluarkan senjata api, yang langsung diarahkan kepada kedua terduga teroris. "Sempet ditodong pistol tadi," kata dia. Menurut Usman, saat itu tak ada upaya perlawanan dari kedua pengendara motor tersebut.
Setelah berhasil menangkap kedua orang tersebut, lanjut Usman, para polisi berpakaian preman yang sebelumnya juga mengendarai sepeda motor, membawa kedua orang tadi dengan menumpang taksi. "(Taksi melintas di Jalan Jenderal Sudirman) mengarah ke Jalan Thamrin," kata dia. Ketika peristiwa berlangsung, Usman mengaku tak tahu bahwa itu adalah penangkapan terduga teroris oleh serombongan polisi.
Menurut Usman, jalanan di ruas jalan protokol itu masih cukup ramai dilintasi masyarakat ketika penangkapan terjadi. Bahkan, sebut dia, aksi penangkapan sempat menjadi tontonan warga di sekitar lokasi, baik yang ada di halte bus di dekat lokasi penangkapan, maupun dari kendaraan yang melintas.
Meski demikian, penangkapan itu tak sampai menimbulkan kemacetan karena hanya dalam waktu singkat. "Saya pikir tadinya orang biasa, (saya kira) orang berantem nabrak motor," kata Usman.
REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Kepala Humas Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Sulawesi Tengah, Rustam Effendi menyatakan, pencarian narapidana kasus terorisme, Basri yang kabur beberapa hari lalu difokuskan di Kabupaten Poso.
"Kita fokuskan di situ, karena dia diketahui hilang saat menjenguk keluarganya di Poso," kata Rustam di Kota Palu, Rabu.
Dia mengatakan proses pencarian juga melibatkan aparat kepolisian, termasuk dari Densus 88 antiteror. Pencarian tersebut juga melibatkan masyarakat yang kemungkinan mengetahui tempat persembunyian Basri.
"Kita harap masyarakat bisa bekerja sama untuk menangkap Basri," ujar Rustam, berharap.
Basri adalah narapidana kasus terorisme yang divonis 19 tahun pada Desember 2007 di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan karena terlibat pembunuhan tiga siswa SMA di Kabupaten Poso, dan sejumlah tindak kekerasan lainnya.
Basri selama ini mendekam di Lembaga Permasyarakatan Klas II/A Ampana, Kabupaten Tojo Una-Una. Narapidana tersebut kabur pada 19 April 2013 saat menjenguk keluarganya yang sakit keras di Kabupaten Poso yang berjarak sekitar 230 kilometer dari Kabupaten Tojo Una-Una.
Basri diduga kabur dengan memanfaatkan kelengahan petugas yang mengawalnya.
Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Sulawesi Tengah juga mendapat kabar kaburnya Basri setelah beberapa hari kejadian.
Rustam berharap Basri segera ditangkap karena memiliki ciri fisik yang mudah dikenali, yakni badan dan lengan yang penuh tato.
Saat ini Polri juga masih memburu 21 buronan kasus kekerasan Poso yang telah masuk dalam daftar pencarian orang.
Zubeidat Tsarnaeva and her son Tamerlan were placed at the same time in late 2011 on the Terror Identities Datamart Environment database, a low-level watch list that contains the names of more than 500,000 people flagged by multiple U.S. security agencies. It wasn't clear why she was placed on the list.
Her presence on the list is one more thing Ms. Tsarnaeva shared with Tamerlan, who is believed to have masterminded the marathon bombing.
Earlier in the week, after insisting in a two-hour interview with The Wall Street Journal that Tamerlan had been framed, Ms. Tsarnaeva said strife in her family had arisen from its ultimately unsuccessful attempt to adjust to American life. "We never should have come to America," she said. "We tried, but I wouldn't do it again."
Ms. Tsarnaeva said in the interview she often surfed many of the same Internet sites as her son, as the two exchanged ideas on religion and adopted more orthodox Islamic practices. She denied that she or her son adopted any extremist ideologies, however.
Now back in Russia living with her husband,
Anzor, she said she doesn't know when she will be able come to the U.S.
to see her remaining son, Dzhokhar, who was moved Friday from a Boston
hospital to a prison medical facility. While the Tsarnaevs had talked
about traveling this week to Boston, Ms. Tsarnaeva now says that U.S.
officials who came to see them in Makhachkala said they would not for
now have the opportunity to see Dzhokhar. She also says she would like
to stay closer to relatives. Mr. Tsarnaev has said he will go to the
U.S., but he hasn't said when.
Ms. Tsarnaeva also faces a warrant for her arrest in the U.S. after failing to show up for an October court appearance on charges she shoplifted seven dresses at a suburban Boston department store, according to court records. Ms. Tsarnaeva is charged with one count of larceny and two counts of vandalizing property because several of the dresses were damaged in the alleged June 30, 2012, incident at a Lord & Taylor in Natick, Mass., according to court records.
Authorities are still pursuing the case and would arrest her if given the opportunity, a spokeswoman for the Middlesex County District Attorney's Office said Friday.
Ms. Tsarnaeva said in the interview that her shoplifting charge was simply the result of a misunderstanding. She had been suffering from a bout of depression, she said, and when she was feeling bad she would try to give her children a lot of gifts "so that they had everything."
She said she had bought a lot of clothes for her daughters online. She went to Lord & Taylor to return some of the items, but had no receipt. She said she had had another shoplifting incident, and the case was resolved when she agreed to see a psychologist. Daniel J. Cappetta, Ms. Tsarnaeva's attorney, decline to comment on the case.
A female crime-prevention officer at the Natick Lord & Taylor told police that she had seen Ms. Tsarnaeva through a drape over the fitting room door using scissors to remove security tags from the dresses and stuff the dresses into a bag she had been carrying, according to court records.
The security guard told police she also saw Ms. Tsarnaeva cut small holes into two other items of clothing and attached security tags she had removed onto the damaged clothing, before returning them to a clothing rack in the store, court records said.
According to the guard, Ms. Tsarnaeva then walked past cash registers and out of the store without paying for seven dresses she had concealed in her bag, court records said. Department-store security officers detained her outside, the records said. The stolen dresses were valued at $1,624; five valued at $1,016 were damaged as a result of Ms. Tsarnaeva removing the tags, the records said.
Ms. Tsarnaeva was released on $200 bail. She made three court appearances, but failed to show up for her last appearance on Oct. 25, 2012.
Ms. Tsarnaeva and her husband split about two years ago, but are back together now, fixing up the first-floor apartment they acquired a few years ago.
Both Tsarnaevs said they were struggling with bouts of depression. A neighbor said that Zubeidat's depression appeared especially tragic because "she was a typical woman from a Muslim family who was powerless and struggling to keep her family together."
Religion was a bond that Zubeidat thought could hold the family together, and keep her son from going astray. She said that around 2007 or 2008 Tamerlan was partying and drinking and smoking marijuana. She could tell, she said, because in the evening he used to come in at night and kiss her on the lips. But that changed, and she said he would instead go straight to the bathroom to brush his teeth. "I would ask him 'why don't you kiss me? Are you afraid of something?'," she said.
Neighbors say that Tamerlan's death seems only to have accentuated Ms. Tsarnaeva's devotion to Tamerlan. She continually speaks of him as "my Tamerlan," they said. In the interview, she talked far less about Dzhokhar.
"He was really nice," she said of Tamerlan at a press conference earlier this week. "He never rejected anyone American just because they are Americans."
—Evan Perez and Siobhan Gorman contributed to this article.
Boston, - Tersangka bom Boston,
Dzhokhar Tsarnaev mengaku bahwa dirinya dan kakaknya, Tamerlan
termotivasi oleh perang di Irak dan Afghanistan. Dengan melancarkan
serangan bom Boston, mereka bermaksud membela Islam.
Hal tersebut disampaikan Dzhokhar kepada para penyidik Biro Investigasi Federal Amerika Serikat, FBI. Menurut pejabat pemerintah AS kepada Washington Post, Rabu (24/4/2013), Dzhokhar yang masih dirawat di rumah sakit, sejauh ini kooperatif dalam penyelidikan.
Remaja berumur 19 tahun itu telah memberikan sejumlah keterangan kepada penyidik terkait ledakan bom Boston Marathon pada 15 April lalu. Keterangan-keterangan tersebut diberikan Dzhokhar lewat tulisan karena hingga kini dirinya belum sepenuhnya sembuh, menyusul luka tembak di kerongkongannya yang membuatnya sulit berbicara.
Pejabat pemerintah AS yang tak disebutkan namanya itu mengatakan, Dzhokhar secara spesifik menyebut tentang perang AS di Afghanistan dan Irak telah mendorong mereka untuk melakukan serangan bom Boston.
Kepada penyidik, remaja asal Chechnya itu juga mengaku mereka tak melakukan kontak dengan kelompok teroris manapun di luar negeri. Menurutnya, serangan bom Boston mereka lakukan berdua saja, tanpa bantuan pihak-pihak lain. Dikatakannya, mereka mencari informasi lewat internet tentang bagaimana membuat bom.
Para penyidik FBI menganggap keterangan-keterangan tersebut bersifat sementara. Sebab hal-hal tersebut harus diselidiki lebih lanjut sebelum bisa diyakini kebenarannya.
Dzhokhar hingga kini masih dirawat secara intensif di rumah sakit Beth Israel Deaconess Hospital, Boston dengan pengawalan ketat polisi. Tiap beberapa jam, penyidik FBI masuk ke ruangan Dzhokhar untuk menanyai remaja itu yang kemudian menjawabnya lewat tulisan.
(ita/ita)
Bekasi - Tim Gegana Mabes Polri
berupaya menjinakkan dan meledakkan 12 bom rakitan milik pelaku
perampokan toko emas di Tambora, Jakbar yang ditangkap di Bekasi. Warga
diimbau untuk menjauh.
2 Anggota Gegana masuk ke sebuah bedeng furniture, tempat bom tersebut disimpan di kawasan Mustika Jaya, Bekasi, Jumat (15/3/2013).
Tim gegana yang mengenakan baju antibom lengkap dengan helm pelindung itu menyambungkan kabel yang panjang sekitar 15 meter dari tempat bom berada ke arah luar. Bom tersebut akan dipicu dengan detonator saat diledakkan.
"Di dalam ditemukan 12 bom rakitan. Kami belum mengetahui jenis bom, daya ledaknya berapa. Kita juga belum dapat memastikan material bom, dan bom itu jenis apaan," kata Kepala Bareskrim Polri, Komjen Sutarman.
Anggota Gegana juga mengimbau puluhan warga sekitar yang berkerumun menonton untuk menjauhi lokasi penemuan bom. Imbauan itu dilakukan berulang kali.
"Para warga kami imbau menjauhi lokasi sterilisasi bom. Kami mengharapkan warga berada 15 meter dari lokasi dan mematikan alat komunikasi," imbau anggota Gegana.
Sekitar pukul 12.15 WIB, terdengar 1 kali bunyi ledakan. Namun suara ledakan itu terdengar tidak begitu keras. Duaar!
(aan/mok)
JAT: Tembak Mati 7 Teroris, Densus Langgar HAM
JAKARTA, KOMPAS.com –
Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) melalui juru bicaranya Son Hadi menganggap
Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri telah melakukan pelanggaran
hak asasi manusia (HAM) berat atas penembakan tujuh terduga teoris di
Makassar, Sulawesi Selatan dan Dompu, Nusa Tenggara Barat.
Menurut Son Hadi, ketujuh orang tersebut masih berstatus terduga teroris yang belum dapat dipastikan keterlibatannya dalam aksi teror.
“Mereka hanya terduga teroris. Namun yang jelas mereka adalah seorang muslim dan yang lebih memprihatinkan, dua orang dibunuh di teras Masjid Nur Alfiah RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar,” tulis Son Hadi dalam pernyataan tertulisnya, Minggu (6/1/2013).
Menurutnya, penembakan oleh Densus tersebut termasuk kategori pelanggaran HAM berat dan harus diusut tuntas oleh Kepolisian, juga Komisi Nasional (Komnas) Hak Asasi Manusia (HAM). Son Hadi menambahkan agar segera dibentuk tim pencari fakta atas kasus penembakan terduga teroris tersebut.
“Kami mendesak kepada pihak yang berkompenten, baik internal Polri maupun Komnas HAM untuk serius mengusut tuntas kasus ini, karena hal ini sangat mencederai nilai-nilai agama dan kemanusian. Kami mendesak segera dibentuk TPF (tim pencari fakta ) yang independen dan transparan untuk mengungkap kasus pembunuhan ini,” paparnya.
Seperti diketahui sebelumnya, Densus 88 Antiteror Polri meringkus 11 terduga teroris di Makassar dan Dompu pada 4-5 Januari 2012. Tujuh orang di antaranya tewas ditembak, yakni dua orang tewas di Makassar dan lima lainnya di Dompu.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal (Pol) Boy Rafli Amar mengatakan, terduga teroris tersebut ditembak karena berusaha melawan dan melarikan diri dari aparat saat dilakukan penangkapan.
Penembakan yang dilakukan, kata Boy, menjadi dinamika di lapangan yang dihadapi pasukan berlambang burung hantu tersebut. Saat penangkapan, polisi juga menyita senjata api dan granat.
Keberadaan mereka juga telah dipantau sebelumnya karena terlibat aksi teror di Makassar dan Poso, Sulawesi Tengah. “Mereka kelompok bersenjata, bahkan menguasai bahan peledak,” terang Boy.
Jakarta - 2 Terduga teroris di
Makassar, Sulawesi Selatan, yang disergap Densus 88 adalah pimpinan
kelompok teroris di Makassar. Mereka juga diketahui menebar teror di
Poso, Sulawesi Tengah.
"Jadi 2 orang itu Syamsudin HG alias Abu Uswah, (lahir di) Palopo 31 Mei 1978, dia ini merupakan pimpinan dari Kelompok Teroris Makassar yang selama ini melakukan aksi teror di Poso. Mereka sudah jadi target saat surveilance," jelas Karo Penmas Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar.
Hal itu dikatakan Boy saat jumpa pers di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Jumat (4/1/2013).
"Kedua, Ahmad Khalil alias Hasan. Lahirnya di Palopo, 27 Juli 1977. Dia ini terkait dengan jaringan Abu Umar yang merupakan penyuplai senjata api dari Filipina. Jadi dia sebagai penyuplai senjata perannya," jelas dia.
Mereka, imbuh Boy, diketahui berada di halaman RS dr Wahidin Sudirohusodo, Makassar, sedang mengadakan pertemuan dengan 2 orang lainnya. Sedangkan 2 orang lainnya, saat disergap, melarikan diri.
"Pada hari Jumat tadi pukul 10.30 Wita di Makassar, di halaman belakang RS Wahidin dilakukan upaya penangkapan. Dari penangkapan tersebut petugas melumpuhkan dengan tembakan," tuturnya.
Sementara identitas 2 orang lain yang melarikan diri belum diketahui. Mereka adalah anggota teror jaringan Makassar yang melakukan pelemparan bahan peledak di saat ulang tahun DPD Golkar yang dihadiri Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo.
"Mereka ini adalah jaringan Santoso yang berkembang ke Sulawesi Selatan. Dari mereka ditemukan barang bukti senjata jenis FN dan granat manggis yang berhasil diamankan. Saat ini jenazah dikirim ke RS Bhayangkara di Makassar," jelas Boy.
Menurut rencana, kedua jenazah teroris itu masih dalam proses pembahasan untuk dibawa ke Jakarta.
"Jadi 2 orang ini diduga kuat pernah memfasilitasi Santoso dan juga terkit dengan kelompok yang melakukan pembunuhan 2 anggota polisi di Taman Jeka (Poso)," imbuh Boy.
2 Orang terduga teroris yang ditembak mati ini adalah pengembangan dari tersangka teroris Awang dan Andika, yang ditangkap saat insiden pelemparan bahan peledak ke Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo pada 11 November 2012 lalu. Mereka diketahui kelompok terlatih dan biasa menggunakan senjata api.
Namun Boy mengakui belum ada informasi apakah ada baku tembak saat penyergapan siang tadi. Sementara 2 orang lain yang melarikan diri juga diketahui pernah berada di Poso. "Kedua orang ini (yang kabur) juga berhubungan dengan Santoso," tandas Boy.
(nwk/nrl)
Jakarta - Salah satu dari dua terduga teroris yang
tewas tertembak anggota Densus 88, di depan masjid Nur Al Afiah, RS
Wahidin Sudirohusodo, pukul 10.45 Wita pagi tadi, Jumat (4/1/2013),
diketahui sempat menginap di dalam masjid sehari sebelumnya. Hal ini
disampaikan oleh Ridwan, salah satu keluarga pasien RS Wahidin yang
mengaku pernah bertemu dengan salah satu teroris kelompok Poso ini.
"Semalam kami sempat diskusi soal aqidah dan agama, saya tidak sedikitpun curiga kalau ia teroris yang dicari-cari, dari logatnya sepertinya ia bukan dari Makassar, saya mengira dia keluarga pasien rumah sakit ini," ujar Ridwan.
Sesaat sebelum kejadian, ia tengah berada di dalam masjid untuk melaksanakan shalat dhuha. Ia kaget mendengar rentetan suara tembakan yang ternyata mengenai orang yang ia pernah temui malam sebelumnya.
Sementara dari keterangan saksi-saksi di sekitar TKP, salah satu dari teroris ini sebelum ditembak di tangga depan masjid Nur Al Afiah, sempat ditodong oleh salah satu anggota Densus 88 yang menyamar. Saat ia meloncat keluar masjid, salah satu anggota Densus 88 yang berada di luar masjid langsung menembaknya hingga tewas.
Sementara seorang lagi ditembak mati saat hendak melarikan diri tidak jauh dari masjid. Salah seorang rekan kedua teroris ini diketahui sempat melarikan diri, sebelum tertangkap di Pasar Daya.
Usai menghabisi kedua targetnya, beberapa anggota Densus 88 yang berada di sekitar kejadian langsung memungut selongsong peluru, membersihkan ceceran darah dan mengangkat kedua mayat dan memasukkan ke dalam mobil Toyota Avanza yang kemudian dibawa ke RS Bhayangkara. Menurut saksi mata, proses "eksekusi" oleh anggota Densus ini hanya berlangsung sekitar 5 menit.
Pasca kejadian, ibadah shalat jumat tetap dilaksanakan seperti biasanya, meskipun sisa darah masih berceceran di sekitar halaman masjid. Pihak kepolisian hanya memasang garis polisi di antara dua mobil yang diparkir di depan masjid. Peristiwa penangkapan ini mengagetkan beberapa keluarga pasien dan pihak pengelola rumah sakit.
(mna/fjp)
Laporan Wartawan Tribun Timur, Abdul Aziz
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Polisi dari Detasemen Khusus Antiteror 88 Mabes Polri menembak mati dua terduga teroris yang dikabarkan merupakan jaringan teroris Poso.
Penembakan sekaligus penangkapan berlangsung di depan pintu masuk Masjid Nur Alfiah, RS Wahidin Sudirohusodo, Jl Perintis Kemerdekaan, Makassar, Jumat (4/1/2013) sekitar pukul 10.45 wita.
Kapolsek Tamalanrea, Kompol Amiruddin mengatakan terduga teroris bernama Hasan alias Kholik dan Syamsuddin alias Asmar alias Buswah. “Ada juga yang terluka,” kata Amiruddin kepada tribun-timur.com. Jenazah terduga sedang diamankan polisi.
Polisi saat ini sedang mengamankan tempat kejadian. Pelaksanaan salat Jumat di masjid tersebut dikabarkan sempat terganggu. Penembakan berlangsung sejam sebelum rangkaian salat dimulai.(*)
Makassar - Dua terduga teroris yang
tewas ditembak di Makassar siap diterbangkan ke Jakarta. Kemungkinan,
jenazah diautopsi di RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur, untuk
penyelidikan lebih lanjut.
Pada pukul 15.00 Wita, Jumat (4/1/2013), ambulans telah bersiap di kamar jenazah RS Bhayangkara Makassar, Jalan Mappaoudang. Sejumlah polisi mengangkat dua peti mati ke dalam kamar jenazah. Belum diketahui pukul berapa jenazah akan dibawa keluar RS dan dengan pesawat apa jenazah akan diterbangkan.
Polisi menjaga ketat area sekitar kamar jenazah. Namun tidak terlihat petinggi Polda Sulselbar maupun Polrestabes Makassar.
Kedua terduga teroris ditembak di depan masjid yang terletak di kompleks RS Wahidin Sudirohusodo, Tamanlarea, Makassar, Jumat (4/1/2013) sekitar pukul 10.00 Wita. Kemudian polisi membawa kedua jenazah ke RS Bhayangkara untuk diautopsi.
Menurut sumber di kepolisian, keduanya bernama Syamsuddin alias Asmar alias Buswah dan Hasan alias Kholiq. Belum ada penjelasan resmi tentang penembakan ini dan kaitan kedua orang tersebut dengan jaringan teroris.
Penjagaan di RS Bhayangkara sangat ketat. Brimob bersenjata lengkap bersiaga di pintu depan dan belakang RS.
(try/lh)
JAKARTA - Pengamat terorisme Al Chaidar, menuding
aksi teror yang ada di Poso, Sulawesi Tengah dilakukan oleh kelompok
Komando Mujahidin Indonesia Timur (KMIT). Dia menyatakan kelompok ini
dipimpin oleh Santoso dan punya derah operasi tersebar dari Poso hingga
Papua.
"Pada 2011 mereka sudah sampai di Papua," kata Al-Chaidar saat berbincang dengan Okezone, di Jakarta, Selasa (25/12/2012) malam.
Selain Poso, menurut Chaidar, operasi Komando Mujahidin ini tersebar, antara lain, di Makassar, Palu, Manado, Ambon, Maluku, dan Papua sendiri. Kelompok ini dikenal punya daya tempur yang bagus. "Setengah dari anggota punya senjata tapi semuanya siap tempur," terangnya.
Lebih lanjut Chaidar mengatakan, KMIT merupakan gabungan dari dua kelompok Misbah yang dipimpin Abu Hanifah (terduga teroris yang ditangkap Detasemen Khusus 88 Polri) dan kelompok Umar Bin Khattab dari Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Dia memperkirakan jumlah anggota yang bergabung mencapai 271. "Sampai pertengahan 2012 jumlah mereka 271. Tapi, sekarang saya tidak tahu," ungkap Chaidar.
Dia menambahkan, pimpinan KMIT, Santoso, memiliki kemampuan membuat bom dengan daya ledak tinggi (high explossive). Dalam aksinya, Santoso mengambil target pasar, gereja, sekolah, dan pusat-pusat pemerintahan.
"Santoso itu salah satu murid dari Dr Azahari dan dekat dengan Noordin Muhammad Top (dua teroris asal Malaysia). Dia juga pernah membom rumah calon yang maju di Pilkada," ungkap Chaidar.
Selain itu, kata Chaidar, Santoso punya kemahiran berperang yang didapat langsung dari Kepulauan Mindanao, Filipina. Dia disebut-sebut pernah terlibat aktif dalam kerusuhan di Maluku, Poso, dan sejumlah pengeboman di Makassar.
Menurut Al Chaidar, kelompok ini berekspansi ke Papua sebagai tempat efektif melarikan diri. Papua dipilih kelompok ini karena dianggap kondusif dan memudahkan mereka bersembunyi jikalau sewaktu-waktu dikejar.
"Di sana ada konflik bersenjata antara Organisasi Papua Merdeka (OPM) dengan Pemerintah. Situasi konflik ini dianggap kondusif oleh mereka," tutup Chaidar.
(put)
Informasi yang diperoleh detikcom, bom itu ditemukan di Pospol Lantas Pasar Sentral Poso pukul 06.30 WITA. Awalnya Briptu Hartono tiba di Pospol itu untuk melakukan pengamanan Operasi Lilin.
Briptu Hartono memeriksa sekitar Pospol. Dia kemudian membuka laci meja dan menemukan satu tas laptop berwarna hitam. Briptu Hartono kemudian bertanya kepada rekannya Briptu Sahrul mengenai kepemilikan tas laptop ini.
Namun tak ada anggota Pospol itu yang merasa memiliki tas laptop itu. Nah karena curiga, maka tak ada satu pun anggota yang bertugas di Pospol menyentuh tas dan menjauh dari Pospol itu. Komandan Pospol Bripka Made Surawan melaporkan tas laptop mencurigakan itu ke Polres Poso.
Sekitar pukul 07.10 WITA, satuan penjinak bom dari Satuan Brimob Polda Sulteng tiba di TKP untuk mengamankan tas laptop mencurigakan itu. Tas mencurigakan itu kemudian dijinakkan.
Hasilnya, dalam satu tas laptop bermerek Toshiba warna hitam itu didapati 1 HP Nokia, kabel hitam dan merah, jerigen 5 kg warna merah, paku 13 cm, paku 5 cm, nomor panggilan masuk 4 kali panggilan tak terjawab di HP, 2 detonator, kartu XL, uraian nitrat, kantong kresek merah dan pembungkus detonator.
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Suhardi Alius ketika dikonfirmasi detikcom Polantas Pasar Sentral ini membenarkan penemuan itu.
"Iya, tadi pagi sebelum mengisi Pospam Pasar Sentral Poso dilakukan sterilisasi dan ditemukan ransel mencurigakan. Dan dilakukan pengecekan ternyata bom yang berhasil dijinakkan oleh Tim Gegana," kata Suhardi dalam pesan tertulis.
"Sedang didalami siapa yang menaruh dan apakah ada kaitan dengan kelompok-kelompok yang dalam penyelidikan aparat," tandas mantan Wakil Kapolda Metro Jaya ini.
(nwk/nrl)
Surabaya - Polisi mengungkap isu teror bom di malam natal dan tahun baru yang akan dilakukan keluarga (Alm) Amrozi. Keluarga terpidana mati Bom Bali I balik menilai polisi telah salah paham.
"Kapolrestabes salah paham terhadap informasi yang diterimanya," kata Ali Fauzi saat dihubungi detiksurabaya.com, Senin (24/12/2012).
Keluarga Amrozi ini buka suara menanggapi pernyataan Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Tri Maryanto yang mendapat informasi keluarga Amrozi telah bertemu Ustad Abu Bakar Ba'asyir di Lapas Nusa Kambangan untuk pengeboman di gereja-gereja atau mal-mal.
"Mungkin 2 hari lalu atau 3 hari lalu, ada keluarga Pak Muklas (terpidana mati Bom Bali I yang lain) ke Nusa Kambangan. Cuma ini belum saya konfirmasi," ujarnya.
Ali menerangkan, keluarga Muklas bukan dari Tenggulun, Solokuro, Lamongan. Karena dua istri Muklas tinggal di Malaysia dan Solo, Jawa Tengah.
Menurutnya, tidak mungkin istri atau keluarga Muklas meminta izin melakukan operasi pengeboman ke geraja-gereja, mal maupun tempat hiburan.
"Nggak mungkin toh, keluarga istri Pak Muklas dan Amrozi mengadakan operasi pengeboman," katanya.
"Kami sering menyuarakan bahaya radikalisasi atau pengeboman. Jika (operasi atau pengeboman) tidak ada kaitannya dengan jihad, saya akan lawan," tegasnya.
Ia menerangkan, sekitar dua minggu lalu, dirinya juga berkunjung ke Mapolrestabes Surabaya dan bersilaturahmi dengan Kasat Reskrim AKBP Farman.
"Sepertinya Kapolrestabes salah paham, salah informasi. Semua informasi yang disampaikan Pak kapolrestabes itu nggak benar. Memangnya selama ini Pak Kapolrestabes tidak melihat statemen saya di media massa. Sebaiknya Pak kapolrestabes menghubungi saya terlebih dahulu, untuk crosscheck, apa benar atau tidak. Biar isu tersebut tidak meresahkan masyarakat," jelasnya.
(roi/gik)
Baku Tembak di Poso, Satu Penembak Brimob Ditangkap
Lokasi Baku Tembak Poso Masih Dipagari Garis Polisi
RMOL. Aparat
keamanan masih menutup akses jalan menuju lokasi baku tembak antara
polisi dan kelompok sipil bersenjata di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah,
Kamis. Penutupan itu dilakukan dengan cara memberi garis batas polisi.
Kepala Polda Sulawesi Tengah Brigjen Pol Dewa Parsana yang dihubungi dari Palu mengatakan penutupan lokasi itu bertujuan untuk mensterilkan lokasi kejadian karena akan segera dilakukan olah tempat kejadian perkara.
Selain itu, katanya, lokasi baku tembak yang berlangsung di jalan umum itu dinilai bisa membahayakan warga sekitar.
Dia mengatakan kontak tembak yang berlangsung sekitar tiga jam itu tidak melukai warga sipil.
"Mungkin dari kelompok bersenjata ada yang terluka tapi belum bisa dipastikan," katanya.
Lokasi baku tembak itu berada di jalan umum namun jarang dilalui masyarakat, cuma para pekebun kakao saja.
Dalam aksi kontak senjata itu, tiga polisi tewas dan tiga lainnya serius diberondong tembakan oleh sekitar 10 orang.
Hingga saat ini polisi masih mengejar para pelaku namun mewaspadai area perbukitan yang diduga dipasangi jebakan oleh kelompok sipil bersenjata. [ant/arp]
Bogor, Beritasatu.com - Selain membekuk seorang teroris yang diduga anggota jaringan ISIS bernama Endang alias Abu Rafi (51) di Nanggewer Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (17/5/2019) petang, polisi juga membekuk seorang simpatisan ISIS lainnya berinisial S (27), beberapa jam sebelumnya di Tamansari, Kabupaten Bogor.
"Selain E, satu tersangka atas nama S diamankan kemarin pukul 13.30 WIB tempatnya di Jalan Kapten Yusuf Bogor, Jawa Barat," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo saat press rilis di tempat kejadian perkara (TKP) kediaman Endang, Nanggewer Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Sabtu (18/5/2019).
Menurutnya, S masih satu kelompok dengan Endang, tetapi hanya sebatas simpatisan. Dedi mengatakan, S merupakan anak buah dari Endang yang sudah memiliki keahlian merakit bom.
"Karena simpatisan ISIS sangat banyak. Perlu kita mitigasi, Densus 88 masih bekerja," tuturnya.
Dari tangan S, polisi menyita barang bukti berupa dua buah telepon genggam, satu buah KTP, dan satu buku catatan yang maknanya masih didalami kepolisian.
Sumber: ANTARA
๐
Merdeka.com - Wilayah kekuasaan Negara Islam Irak dan Suriah atau yang dikenal ISIS di Timur Tengah makin menyempit. Anggota-anggotanya banyak yang menyerahkan diri. Pasukan ISIS banyak yang kalah.
BERITA TERKAIT
Wilayah ISIS, yang dulu seluas Inggris, telah menyusut setelah empat tahun perang yang didukung Amerika dan pertempuran darat oleh para pejuang milisi Kurdi dan Syiah. Yang tersisa adalah sebuah desa kecil di Suriah tenggara yang bisa hancur kapan saja.
Lalu, apa penyebab kekalahan ISIS hingga ribuan anggotanya menyerahkan diri?
ISIS pernah mengalami masa kejayaan ketika mereka menguasai sebagian wilayah Irak dan Suriah. Tak hanya itu, mereka juga memperluas kekuasannya hingga ke wilayah Libya, Nigeria, Afghanistan, Afrika Selatan hingga Afrika Utara.
Namun masa kejayaan ini mulai berakhir. Pasukan Rusia menyerang ladang minyak ISIS, satu-satunya sumber pendapatan terbesar ISIS. Akibatnya, pemasukan ISIS dari segi keuangan mulai kacau.
Banyak anggota kelompok yang membelot karena penghasilan mereka dipotong dan tidak diberi jatah makan. Persediaan senjata pun semakin berkurang sehingga mereka kalah kuat saat berperang. Puncaknya, wilayah kekuasaan ISIS semakin menyusut karena berhasil direbut kembali.
Menurut juru bicara Pasukan Demokratik Suriah (SDF) Mustafa Bali, sekitar 3.000 anggota ISIS meninggalkan benteng pertahanan terakhir mereka di Suriah.
Kekalahan ISIS juga merupakan dampak dari banyaknya pentolan ISIS yang dikabarkan tewas dalam serangan. Salah satunya adalah seorang pemimpin ISIS dikenal sebagai 'emir' sekaligus 'menteri perang' yang pernah dilatih Amerika Serikat, Deir Azzor Abu Muhammad al-Shimali.
Bukan hanya al-Shimali saja yang diberitakan tewas, pemimpin ISIS Baghdadi juga berkali-kali dikabarkan tewas dalam serangan udara Rusia. Meski kabar tersebut belum bisa dipastikan karena tidak ada bukti yang akurat, namun hal itu cukup membuat struktur organisasi kepemimpinan ISIS jadi tumbang.
Bukan hanya al-Shimali saja yang diberitakan tewas, pemimpin ISIS Baghdadi juga berkali-kali dikabarkan tewas dalam serangan udara Rusia. Meski kabar tersebut belum bisa dipastikan karena tidak ada bukti yang akurat, namun hal itu cukup membuat struktur organisasi kepemimpinan ISIS jadi tumbang.
Pasukan Demokratis Suriah (SDF) yang didukung Amerika Serikat mengklaim telah merebut 41 wilayah yang diduduki militan ISIS. Mereka ingin membersihkan kantong terakhir yang dikuasai kelompok militan itu.
Pasukan SDF juga membombardir Baghouz sejak Minggu 11 Maret. Serangan dilakukan lewat udara dan menembaki Baghouz, wilayah kekuasaan ISIS di Suriah Timur. Namun serangan dihentikan sementara setelah 3.000 anggota ISIS meninggalkan benteng pertahanan terakhir mereka di Suriah.
Serangan ini dilakukan memungkinkan orang-orang meninggalkan desa untuk menyerahkan diri. Di luar Baghouz, militan ISIS kabarnya masih beroperasi di daerah-daerah terpencil di negara itu.
Pasukan SDF juga membombardir Baghouz sejak Minggu 11 Maret. Serangan dilakukan lewat udara dan menembaki Baghouz, wilayah kekuasaan ISIS di Suriah Timur. Namun serangan dihentikan sementara setelah 3.000 anggota ISIS meninggalkan benteng pertahanan terakhir mereka di Suriah.
Serangan ini dilakukan memungkinkan orang-orang meninggalkan desa untuk menyerahkan diri. Di luar Baghouz, militan ISIS kabarnya masih beroperasi di daerah-daerah terpencil di negara itu.
๐
Liputan6.com, Tal Afar - Pasukan Irak menampung lebih dari 1.300 perempuan dan anak-anak warga asing, kerabat anggota ISIS, di sebuah kamp pengungsian di Irak Utara.
Menurut laporan pejabat keamanan Irak yang tak ingin disebutkan namanya, 1.333 orang dari 14 negara itu menyerahkan diri ke pasukan Kurdi pada akhir Agustus lalu setelah pasukan Irak menyingkirkan kelompok ISIS dari kota Tal Afar, di dekat Mosul, Irak Utara. Demikian seperti dilansir VOA News Indonesia, Minggu (10/9/2017).
BACA JUGA
Mereka menyatakan perempuan dan anak-anak itu tidak akan dikenai dakwaan kriminal dan kemungkinan besar akan dipulangkan ke negara asal mereka. Sebagian besar berasal dari Asia Tengah, Rusia dan Turki, juga beberapa dari Jepang dan Korea Selatan.
Puluhan ribu orang asing bepergian menuju Irak dan Suriah untuk tinggal dalam aturan yang dibentuk ISIS. Wilayah kekuasaan mereka menyusut dengan cepat selama dua tahun ini karena pasukan Irak dan Suriah berhasil merebut kembali beberapa kota.
Feyruza, perempuan asal Dagestan, Rusia mengatakan, alasannya pergi ke Tal Afar adalah karena ia ingin menjalankan syariat Islam secara total.
"Kami diberitahu bahwa di Irak mereka memberlakukan syariat Islam. Kami datang ke sini dan ternyata itu benar. Kami menjalani hidup kami sebagai Muslim dan sangat bahagia, sampai pesawat-pesawat tempur datang dan menghancurkan semuanya," lanjut Feyruza.
Ia dan perempuan-perempuan lainnya menyatakan telah tinggal di Tal Afar sejak awal 2015. Mereka mengaku tidak tahu apa-apa mengenai kekejaman ISIS yang banyak dipublikasikan.
"Kami tidak melihat ada pembunuhan. Ini tidak terjadi. Semuanya sesuai Quran dan Sunnah. Apa yang kami lihat adalah penerapan syariat Islam," kata Aybenis, dari Azerbaijan.
Perempuan-perempuan itu menolak memberitahu nama keluarga mereka karena masalah keamanan. Mereka mengatakan hidup dengan baik di sana, hingga semuanya berubah pada Agustus 2017 ketika pasukan Irak meluncurkan operasi untuk merebut kembali Tal Afar.
Sejak itu, ribuan di antaranya telah melarikan diri dari Tal Afar, karena kekurangan makanan dan persediaan kebutuhan mendasar lainnya.
Para perempuan dan anak-anak itu kini tinggal di tenda-tenda dan menerima bantuan dari berbagai organisasi kemanusiaan.
1 of 2
Tal Afar Berhasil Direbut dari Tangan ISIS
Perdana Menteri Irak, Hayder Al Abadi mendeklarasikan kemenangan atas kelompok teror ISIS di Tal Afar dan seluruh Provinsi Niniwe. Meski demikian, masih terjadi pertempuran kecil di kota Al-Ayadiya.
Tal Afar telah dijadikan target oleh Militer Irak yang disokong pasukan sekutu pimpinan Amerika Serikat usai mereka merebut Mosul.
"Tal Afar telah dibebaskan," sebut Abadi seperti dikutip dari Al Jazeera, Jumat 1 September 2017.
"Kami sampaikan ke milisi ISIS, di mana kalian berada, kami akan datang dan kalian tidak punya pilihan lain selain menyerah," ucap dia.
Kemenangan di Provinsi Niniwe merupakan pencapaian besar. Sebab, Provinsi itu, khususnya di Mosul merupakan pusat komando dan pertahanan ISIS.
Sementara itu, dari keterangan Militer Irak, walau pertempuran kecil di Al Ayadiya masih berlangsung, sekitar 11 kilometer wilayah tersebut telah dibersihkan dari milisi ISIS.
Pasukan ISIS berhasil dipukul mundur lewat setelah tentara mendapat bantuan kelompok para-militer Syiah dan kepolisian federal Irak.
"Kami harus memastikan tidak ada lagi teroris bersembunyi di rumah-rumah kota itu," kata Letnan Kolonel Salah Kareem.
☺
Nama Dabiq diambil dari sebuah kawasan di sebelah utara Kota Aleppo, Suriah, tempat ISIS meyakini akan terjadi pertempuran besar yang berkecamuk di tempat tersebut. Kejadian ini sebagai salah satu tanda-tanda akhir zaman (apocalypse) yang diramalkan dalam sebuah hadis Nabi.
Dalam hadis itu dikatakan: “Kiamat takkan terjadi sehingga bangsa Romawi turun di A’maq atau Dabiq. Lalu mereka diserbu oleh balatentara dari Madinah, yang merupakan penduduk dunia yang terbaik waktu itu.”
ISIS tak sekadar mempercayai ramalan tersebut. Di banyak diskursus publiknya, ISIS menggunakan eskatologi Islam sebagai justifikasi untuk memobilisasi para jihadis agar bergabung dengannya. Sampai-sampai ISIS menamai majalahnya Dabiq dan agensi medianya dengan nama A’maq, nama tempat terjadinya perang akhir zaman seperti ramalan di hadis itu.
Menurut tafsiran ISIS, bangsa Romawi dalam hadis itu maksudnya adalah pasukan koalisi Barat. ISIS seringkali menyebutnya juga kaum kafir atau pasukan Salib.
Dalam setiap edisinya, majalah Dabiq juga kerap diawali dengan semboyan “apokaliptik” (hari kiamat) dari founding father ISIS, Abu Mus’ab al-Zarqawi: “Percikan api itu sudah menyala di sini; Irak dan panasnya akan terus berkobar hingga akan membakar pasukan salib di Dabiq.”
Direktur Institue for Policy Analysis of Conflict (IPAC) Sidney Jones mengungkapkan, salah satu faktor utama yang menyebabkan banyaknya warga asing (termasuk Indonesia) tertarik bergabung dengan ISIS adalah ramalan akhir zaman bahwa perang terakhir akan terjadi di Syam (Suriah). Sebab, Imam al-Mahdi akan datang. Faktor ekonomi bukanlah faktor yang utama.
Propaganda apokaliptik ISIS bahwa “kiamat sudah dekat” adalah rekrutmen yang kuat. Seolah inilah saat-saat yang menentukan, kesempatan terakhir umat manusia di dunia untuk memilih di pihak mana.
Dalam interpretasi ISIS, sosok Imam al-Mahdi akan muncul untuk memimpin pertempuran besar akhir zaman. Hanya mereka yang mendukung pihak Imam al-Mahdi yang selamat. Ideologi apokaliptik ISIS meyakini al-Mahdi akan muncul setelah kekhilafahan terbentuk. Al-Mahdi nantinya akan memimpin pasukan berbendera hitam dalam pertempuran final itu.
Sampai di sini semakin jelas motivasi ISIS selama ini menggunakan bendera hitam. Tak lain adalah menguatkan legitimasinya sebagai pasukan khilafah yang siap menyambut munculnya Imam al-Mahdi. Faktanya adalah ISIS telah mengumumkan berdirinya khilafah.
Setelah Jabhat Nusrah berpisah dengan al-Qaidah, kemudian menanggalkan “panji hitamnya” dan menggantinya dengan bendera putih bertuliskan nama organisasi baru Jabhat Fatih al-Sham (Front Penakluk Sham), ISIS semakin percaya diri bahwa dirinya adalah golongan yang paling mendekati dengan ramalan pasukan panji hitam itu.
ISIS terlihat piawai merawat ideologi apokaliptik di mata pengikutnya untuk menghindari perselisihan. Misalnya, kelompok ini menahan diri menyebut secara eksplisit siapakah sosok al-Mahdi itu, yang berarti pengikutnya harus menunggu dia untuk muncul sebelum dunia berakhir.
Namun, secara eksplisit ISIS merekonstruksi sosok al-Baghdadi sebagai Sang Khalifah. Ia diklaim adalah seorang yang memiliki garis keturunan Hussain, cucu Nabi Muhammad SAW. Sebab, sebagian ulama mengatakan syarat agar kekuasaan kekhilafahan yang sah adalah pemimpinnya harus keturunan Nabi. ISIS menggunakan argumen ini untuk membantah jihadis lain.
Genealogi ini cukup berpengaruh dan bisa memobilisasi pemuda Muslim dari berbagai tempat yang frustasi dengan gerakan atau tokoh Islam yang sudah ada. Al-Baghdadi diklaim termasuk anggota konfederasi tribal Quraisy, yang dipandang salah satu suku terhormat di Timur Tengah karena suku ini berhubungan erat dengan Nabi.
Di samping itu, ada sebagian ulama klasik yang memahami hadis secara tekstual, bahwa persyaratan suku Quraisy memang menjadi keharusan bagi seseorang menjadi khalifah.
Abu Bakar al-Baghdadi lahir pada tahun 1971 di dekat kota Samarra. Ia menempuh studi Islam dan memperoleh gelar master dan doktor di bidang studi Islam dari Universitas Ilmu Islam di daerah Adhamiya, pinggiran Baghdad. Ia terpengaruh paham puritan (salafisme) setelah dekat dengan Muhammed Hardan, salah satu veteran mujahidin perang Afghanistan pada 1990-an.
Perjalanannya terbilang panjang, pernah merasakan mendekam di kamp Bucca (penjara AS di Irak), sebuah “akademi jihad” yang membuat dirinya semakin ekstrim. Dia memimpin organisasi ISIS sejak kelompok ini masih berbentuk ISI (Islamic State of Iraq). Sebelumnya ia tercatat sebagai anggota Majelis Syura di kelompok ini.
Bagi ISIS, al-Baghdadi adalah pemimpin yang sempurna, bahkan bisa dikatakan menyisihkan figur Usamah bin Ladin yang hanya seorang miliuner. Al-Baghadadi tak hanya sekadar khalifah yang sah, ia dipandang pengikutnya sebagai tokoh yang sedang menjalankan skenario Tuhan di akhir zaman.
Singkat kata, apa pun tindakannya, ISIS selalu punya pembenaran. Daya tarik visi gelapnya tidak dapat diremehkan. Besar kemungkinan pihak-pihak yang memerangi ISIS selama ini tidak memahami siapa yang sedang mereka hadapi.๐ฎ
Donggala, Sulteng (ANTARA News) - Satuan tugas (Satgas) Operasi Tinombala akhirnya menemukan senjata api organik jenis M-16 milik Basri, salah seorang anggota Mujahiddin Indonesia Timur (MIT) yang ditangkap pada September 2016 lalu.
"Senjata itu ditemukan masih lengkap dengan tali sandang dan magazen sebanyak 20 butir peluru kaliber 5,56 milimeter dalam kondisi baik," kata Kapolda Sulteng Brigjen Polisi Rudy Sufahriadi kepada wartawan di Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Sulteng, Selasa.
Kapolda menjelaskan senjata itu ditemukan, Sabtu (4/3) sekitar pukul 17.10 Wita di dasar Sungai Puna, Dusun Gantinadi, Desa Tangkura, Kecamatan Poso Pesisir.
Awalnya sekitar pukul 15.00 Wita, masyarakat yang sedang mencari batu kali mendapatkan sejenis tali kemudian ditarik, namun setelah dicurigai dan diduga sebagai senjata api, maka tali itu dilepas kembali.
Kemudian sekitar pukul 15.45 Wita, masyarakat tersebut melaporkan kejadian itu kepada petugas Satgas Tinombala dan langsung melakukan koordinasi dan pencarian di lapangan.
Masyarakat yang menunjukan penemuan itu bersama Satgas Tinombala berhasil mengangkat senjata dari dasar Sungai Puna dan menyerahkan kepada tim Inafis untuk proses indentifikasi.
"Perkembangan lain nanti kita sampaikan di lain kesempatan," kata Kapolda menutup penjelasan singkatnya.
Kuat dugaan bahwa senjata temuan itu adalah milik Basri, salah seorang tangan kanan gembong teroris Santoso, yang ditangkap bersama istrinya, saat terjebak di Sungai Puna ketika ingin menyeberangi sungai itu pada tanggal 14 September 2016.
Saat itu, tiga orang yakni Andika yang hanyut dan meninggal dunia, Nurmi Usman alias Oma yang terjebak di tengah sungai kemudian ditangkap serta Basri yang berhasil menyeberangi sungai namun berhasil ditangkap.
Berdasarkan pengakuan Basri waktu itu, dirinya membawa senjata api jenis M-16, namun hanyut saat terseret derasnya arus sungai.
Hasil pengembangan dari itu tim Satgas Tinombala melakukan pencarian, namun tidak mendapatkan hasil karena saat itu air sungai sedang banjir berhubung musim hujan.
Editor: B Kunto Wibisono
✊
Senin, 6 Maret 2017 17:11:46Reporter : Iqbal Nugrohomerdeka.com: Penampakan kamp latihan bawah tanah ISIS di Mosul. Kamp yang berada 9,7 meter di bawah Desa Albu Seif tersebut diduga kuat digunakan para militan melatih kombatan asing dan anak-anak yang mereka culik sebelum melakukan aksi teror. Tentara Irak melintasi tembok bergambar bendera ISIS yang berada di bawah tanah di lereng bukit Mosul (4/3). Pasukan Irak menemukan kamp bawah tanah yang diduga digunakan sebagai tempat latihan. Kamp yang berada 9,7 meter di bawah Desa Albu Seif tersebut diduga kuat digunakan para militan melatih kombatan asing dan anak-anak yang mereka culik sebelum melakukan aksi teror.
Kamp latihan bawah tanah ISIS ini hanya bisa dimasuki dengan cara merangkak melewati sebuah terowongan.
Pasukan Irak saat menyisir kamp latihan bawah tanah ISIS.
๐บ
Merdeka.com - Anggota Komisi I DPR RI, Charles Honoris meminta kepada aparat keamanan dan masyarakat Indonesia harus mewaspadai aliran ISIS yang sudah menyusupi organisasi kemasyarakatan (ormas). Charles mengaku telah mengendus ISIS telah masuk ke salah satu ormas di Tanah Air. "Saya tidak mau sebut nama ormasnya lah, tapi mereka sudah mendukung ISIS secara terbuka," kata Charles di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (9/12).
Charles menyebut, salah satu Ormas di Indonesia tersebut sudah menjadi proxy (penghubung) ISIS di kawasan Asia. Bahkan, kata dia, ada pentolan ormas yang jelas-jelas membaiat warga untuk menjadi pengikut ISIS. Anggota Fraksi PDI Perjuangan ini mengatakan, ancaman jaringan dan ideologi ISIS bukan hanya menyangkut aksi-aksi terorisme saja, tapi juga dengan cara mengganggu stabilitas politik nasional dan melalui aksi makar. "Rakyat Indonesia harus waspada karena kelompok dan ideologi ini tidak akan berhenti sebelum tujuannya tercapai. Oleh karena itu, jaringan ini harus segera dimatikan," katanya. Selain itu, Charles mengingatkan, pernyataan Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengenai keinginan kelompok ISIS menguasai Filipina. Sehingga, hal tersebut harus membuat aparat keamanan di Indonesia lebih waspada, baik TNI, Polri maupun BIN. "Infiltrasi (aliran) kelompok ISIS di berbagai jaringan ormas di tanah air sudah jelas menjadi ancaman dan harus mendapatkan perhatian khusus," tukasnya. [rnd]
๐ฃ
Bekasi beritasatu - Para terduga teroris yang dibekuk anggota Tim Densus 88 Antiteror di Bintarajaya, Kota Bekasi, Jawa Barat telah diintai sejak perjalanan dari Solo, Jawa Tengah menuju Jakarta, dan digerebek saat singgah di Kota Bekasi, Sabtu (10/12).
Dua terduga teroris dibekuk Densus 88 setelah tiba di Kota Bekasi, tepatnya di bawah flyoverKalimalang. Kedua pelaku ini adalah NS dan AS, pelaku pria. Sedangkan, terduga waninta berinisial DYN, yang akan berperan sebagai "pengantin" atau pelaku bom bunuh diri yang diamankan di Jalan Bintara VIII RT 04/RW 09, Kelurahan Bintarajaya, Kecamatan Bekasi Barat.
"Pembuntutan dilakukan oleh anggota Densus 88 Antiteror dari Solo ke Jakarta terhadap kendaraan Agiya B 1578 GFX yang kendarai pelaku NS dan AS," ujar Kapolrestro Bekasi Kota, Kombes Pol Umar Surya Fana, Sabtu (10/12) malam.
Menurut dia, setibanya di Jakarta kendaraan yang ditumpangi NS dan AS kemudian menjemput "pengantin" wanita, DYN, di daerah Pondok Kopi, Jakarta Timur, yang membawa sebuah kardus.
Selanjutnya, DYN diantar ke kantor pos sekitar daerah Bintara untuk mengirim kardus yang dibawa DYN.
Setelah mereka pergi, kemudian paket tersebut diambil dan dibuka oleh anggota Densus 88 Antiteror. Dan ternyata, isinya barang-barang berupa pakaian dan surat wasiat dari teduga DYN kepada kedua orangtuanya.
Isi surat wasiat tersebut menyatakan kesiapan pelaku DYN melakukan amaliyah, meledakkan bom bunuh diri.
Dari kantor pos, ketiga terduga terorid ini menuju ke kos-kosan di Jalan Bintara Jaya VIII Bekasi. Di Lokasi ini, DYN turun dari mobil dengan membawa sebuah tas ransel warna hitam, masuk ke kamar 104.
Selanjutnya, kedua terduga meninggalkan DYN sendiri.
Saat NS dan AS meninggalkan kos-kosan DYN. Anggota Densus 88 melakukan pembuntutan terhadap mobil mereka.
"Sekitar pukul 15.40 WIB dilakukan penangkapan terhadap NS dan AS, di bawah flyoverKalimalang," ujarnya.
Kemudian sekitar pukul 15.50 WIB dilakukan penangkapan terhadap terduga DYN di Jalan Bintara Jaya VIII, Kota Bekasi dan ditemukan bom siap ledak di dalam kamar 104 yang tersimpan di dalam tas ransel warna hitam.
Rencananya, bom tersebut akan diledakkan di Istana Negara pada saat serah terima jaga Paspampres, Minggu (11/12), bersamaan dengan event car free day setiap hari Minggu.
Bom telah diledakkan pukul 19.15 WIB dalam lingkungan terkendali oleh Tim Jihandak Den Gegana Sat Brimob Polda Metro Jaya berjumlah 10 personel Pimpinan Kompol Jerol Combotai dan Tim Jihandak dari Den B Gegana Korps Brimob pimpinan Ipda Dwi berjumlah 6 anggota.
Sekitar pulul 21.30 WIB, tim Jihandak telah meninggalkan lokasi dengan membawa beberapa barang bukti di dalam tas besar.
waspada : 4/11 // 9/11
Liputan6.com, Jakarta - Densus 88 Antiteror Polri menggerebek bangunan di Jalan Bintara VIII RT 04/09, Bintara Jaya, Bekasi Barat, Kota Bekasi pada Sabtu petang kemarin. Di tempat itu ditemukan bom aktif dalam bentuk panci presto.
Selain menemukan bom, aparat juga menahan terduga teroris yang terdiri dari dua laki-laki dan satu perempuan. Dua di antaranya adalah pasangan suami istri. Ketiganya adalah Nur Solihin (NS), Agus Supriyadi (AS) dan Dian Yulia Novi (DYN).
BACA JUGA
Rencananya, Minggu pagi ini pihak Polda Metro Jaya akan menetapkan status terhadap ketiga orang tersebut.
"Iya rencananya hari ini, kita akan merilis terkait penangkapan tiga orang tersebut," ucap Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Raden Prabowo Argo Yuwono kepada Liputan6.com, Minggu (11/12/2016).
Meski demikian, dia enggan menjelaskan terkait pasal yang akan disangkakan terhadap ketiga orang yang diamankan.
Sebelumnyar, Argo juga sempat mengungkapkan peran dari Dian Yulia Novis. Dia disiapkan sebagai 'pengantin' saat kelompok ini akan meledakkan bom berkekuatan dahsyat itu di jantung Ibu Kota.
"Bom aktif yang terdapat di lokasi TKP merupakan bom yang akan diledakkan oleh seorang 'pengantin' perempuan," jelas Argo.
Peran Dian juga semakin terlihat jelas saat pihak kepolisian menemukan pengiriman paket berisi surat wasiat kepada orangtuanya di Cirebon.
"Kemudian paket tersebut diambil dan dibuka oleh anggota Densus yang isinya ditemukan barang-barang berupa pakaian dan surat wasiat dari Dian Yuli Novi kepada kedua orangtuanya. Adapun isi surat wasiat tersebut menyatakan kesiapan Dian Yuli Novi untuk melakukan amaliyah," kata Kabag Penum Mabes Polri Kombes Martinus Sitompul.
๐
TEMPO.CO, Jakarta – Polisi menetapkan tujuh orang sebagai tersangka ledakan bom di Gereja Oikumene, Samarinda. Dua di antaranya berusia belasan tahun.
Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan dua anak itu berinisial G, 16 tahun; dan R, 17 tahun. Mereka diduga sebagai murid Oman Abdurrahman.
Menurut Boy, Oman adalah tokoh dan pemimpin pondok pesantren di Bogor. Pesantren itu masih menjalankan aktivitasnya. Tersangka G adalah salah satu murid pesantren di Bogor.
“Ini JAD (Jamaah Ansharut Daulah) Samarinda yang dipimpin Joko Sugito. Dia tokoh JAD yang ditunjuk dan menghadiri acara JAD Indonesia 2015 di Batu, Malang,” kata Boy di kantornya, Jakarta Selatan, Rabu, 30 November 2016.
Dalam acara deklarasi itu, kata Boy, terjadi telekomunikasi dengan Oman Abdurrahman yang menjadi penghuni Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan. “Beberapa poin yang disampaikan Saudara Oman bahwa ada ajakan untuk hijrah ke Suriah,” kata Boy. Pembicaraan lainnya adalah pembentukan struktur organisasi di Suriah dan menyatukan visi-misi.
Boy mengatakan jaringan itu juga melibatkan Abu Jandal yang meninggal sebulan lalu. Menurut dia, Oman dan Abu Jandal sama-sama terlibat konflik di Maluku beberapa tahun lalu. Mereka mengajak sebagian masyarakat ke Suriah dan melakukan instruksi amaliah.
Seorang tersangka lagi adalah Ahmadani, yang membantu membuat bahan peledak bom untuk Juhanda, tersangka yang ditangkap warga melemparkan bom ke gereja. “Aktivitas mereka berjalan, sel bawah tanah yang merekrut masyarakat, amaliah dilakukan dan berbaiat di ISIS,” ucap Boy.
Pada 13 November lalu, Juhanda melemparkan bom yang diduga molotov di depan Gereja Oikumene di Jalan Cipto Mangunkusumo Nomor 32, RT 03, Kelurahan Sengkotek, Kecamatan Loa Janan Ilir, Samarinda, Kalimantan Timur. Akibat ledakan itu, 4 balita terluka dan mereka dilarikan ke rumah sakit. Keesokan harinya, salah seorang balita itu meninggal. Kerugian materi dari peristiwa ini adalah empat unit sepeda motor rusak.
REZKI ALVIONITASARI
๐
JAKARTA, KOMPAS.com -
Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Boy Rafli Amar, mengatakan, mereka sengaja menyusup untuk membuat kekacauan saat aksi unjuk rasa berlangsung. Penangkapan terhadap sembilan orang itu merupakan pengembangan penyelidikan atas dugaan adanya penyusup dalam aksi unjuk rasa saat itu.
"Di mana pada saat kegiatan yang diramaikan atau unjuk rasa yang berjalan diisukan adanya kelompok-kelompok jaringan teror yang mencoba ikut serta meramaikan kegiatan unjuk rasa," kata Boy dalam konfrensi pers di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Sabtu (26/11/2016).
Berdasarkan penyelidikan kemudian diketahui bahwa saat unjuk rasa berlangsung, mereka berniat mengambil senjata api milik petugas. Namun hal itu tidak terlaksana karena petugas yang mengawal aksi unjuk rasa tidak dibekali senjata api.
Kesembilan orang tersebut yakni Saulihun alias Abu Musaibah, Alwandi alias Aseng, Reno Suharsono, Dimas Adi Syahputra, Wahyu Widada, Ibnu Aji Maulana, Fuad alias Abu Ibrohim, Zubair, dan Agus Setiawan.
Saulihun alias Abu Musaibah berperan aktif untuk mendukung ISIS dan sebagai fasilitator bagi WNI ke Suriah. Alwandi alias Aseng merupakan anggota kelompok ISIS yang ikut pelatihan dan berencana melakukan penyerangan teror.
Sementara Reno Suharsono berperan membantu WNI ke Suriah dan menjemput mereka yang kembali ke Indonesia. Dimas Adi Syahputra merupakan anggota tim yang bertugas merancang pelatihan. Ia pernah ke Suriah dan berencana ikut mengacaukan aksi unjuk rasa 4 November lalu.
Lalu Wahyu Widada berperan dalam proses pelatihan serta membantu para rekannya berangkat ke Suriah. Ibnu Aji Maulana menyiapkan misi untuk membuat wilayah Indonesia sebagai Daulah Islamiyah.
Sementara Fuad alias Abu Ibrohim berperan menyiapkan keberangkatan WNI ke Suriah. Zubair merupakan anggota kelompok yang mengikuti kajian khilafah pimpinan Fauzan al Anshar. Ia juga ikut dalam pelatihan.
Terakhir, Agus Setiawan. Ia berperan membantu pembuatan surat-surat administrasi palsu seperti paspor, akta keluarga, dan kartu tanda penduduk (KTP)
Jakarta kontan. Densus 88 Antiteror Polri menangkap tersangka teroris bernama Rio Priatna (RPW) di Majalengka, Rabu (23/11/2016). Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Kombes Pol Rikwanto mengatakan, teroris asal Majalengka tersebut berniat melancarkan aksi di tempat-tempat sentral pemerintah.
Lokasi yang dia incar antara lain Gedung DPR, Mabes Polri, dan Markas Komando Brimob Polri. "Pada waktunya, sasaran akan ditujukan ke Gedung DPR, Mako Brimob, Mabes Polri, kedutaan tertentu, stasiun TV, tempat ibadah, dan kafe," ujar Rikwanto di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Jumat (25/11/2016).
BACA JUGA :
Rencananya serangan akan dilakukan akhir tahun 2016. Rikwanto mengatakan, RPW dan jaringannya sengaja menyasar tempat-tempat yang berpengaruh di Indonesia.
Tujuannya, jika tempat-tempat itu berhasil diledakkan, maka mereka mendapat sorotan. "Seperti bom Thamrin kemarin, mereka menyasar keramaian, mereka berani meledakkan, dan berani mati, itu gemanya mendunia. Jadi, ada efeknya," kata Rikwanto.
Berdasarkan pemeriksaan sementara, para teroris sengaja mengincar simbol demokrasi. Rikwanto mengatakan, Gedung DPR merupakan simbol demokrasi.
Mabes Polri dan Mako Brimob mewakili tempat penegak hukum yang merupakan bagian dari demokrasi. "Karena kelompok radikal itu sangat antidemokrasi," kata Rikwanto.
RPW meracik sendiri bom itu di laboratorium kecil di rumahnya. Bahan-bahan kimia tersebut bisa didapatkan dengan mudah dengan harga yang terjangkau.
Saat Densus 88 menangkap RPW di rumahnya, berbagai bahan kimia turut disita. "Tinggal dikombinasikan dengan ditambah booster dan paku bisa menciptakan bom yang dahsyat," kata Rikwanto.
Pembuatan bahan peledak itu dilakukan berdasarkan pesanan dari anggota kelompoknya sendiri. RPW merupakan anggota kelompok teroris yang dipimpin oleh Bahrun Naim. Pemesan tersebar dari Pulau Jawa, Sumatera, hingga Nusa Tenggara.
"Dalam kegiatannya, dibantu beberapa rekannya yang masih dalam pencarian. Inisialnya sudah ada, tinggal pencarian," kata dia.
(Ambaranie Nadia Kemala Movanita)
๐ฃ
TEMPO.CO, Lhokseumawe - Kepolisian Lhokseumawe dan Detasmen Khusus 88 Antiteror Markas Besar Kepolisian RI menangkap Bahraini Agam, 36 tahun, warga Desa Gunci, Sawang. Bahraini kini ditahan di Markas Brimob Kompi B Jeuleukat Lhokseumawe atas dugaan kasus terorisme jaringan Majalengka.
Sulaiman Yusuf, 29 tahun, adik Bahraini, mengatakan, kakaknya ditangkap sekitar pukul 11.00 WIB. “Dia ditangkap saat pasang batu heleng untuk buat kedai adik, saya waktu itu lagi minum, jaraknya sekitar 50 meter darinya, dan waktu ditangkap dia pakai baju kerja,” kata Sulaiman Yusuf, 29 tahun, saudara Bahraini kepada Tempo, Sabtu, 26 November 2016.
Menurut Sulaiman, Bahraini ditangkap di Desa Blang Tarakan, Kecamatan Sawang, Kabupaten Aceh Utara. Kakaknya itu kemudian dimasukkan ke dalam mobil minibus warna putih, sementara polisi lain menggeledah tas milik Bahraini dan bagian belakang rumah.
“Saat saya kembali ke lokasi kerja saya juga ikut ditangkap dan diborgol, saat diborgol saya bilang tidak usah ketat kali, bisa tertahan darah, saya minta dilepas saja, karena saya tidak akan lari dan saya merasa tidak salah apa-apa, dan setelah itu saya dilepas kembali,” Sulaiman mengisahkan.
Bahraini, kata dia, baru empat hari berada di rumah adiknya. Ia membantu memasang batu untuk pembangunan kedai.
Tersebar kabar, Bahraini ditangkap atas dugaan terlibat dalam jaringan terorisme Majalengka yang ditangkap oleh Markas Besar Polri, Rabu, 23 November 2016. Sejumlah warga di lokasi penangkapan mengungkapkan sehari sebelum penangkapan tersebut, sebuah mobil minibus putih dengan beberapa lelaki datang ke tempat itu. Mereka memotret lokasi tempat Bahraini ditangkap.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Aceh, Komisaris Goenawan kepada wartawan mengakui adanya penangkapan warga berinisial BA di Sawang Kabupaten Aceh Utara. “Benar ada penangkapan atas nama BA, di Sawang jam 10.45 WIB oleh Densus 88,” kata Komisaris Besar Goenawan dalam pernyataan tertulis.
IMRAN. MA
๐
JAKARTA, KOMPAS.com
- Detasemen Khusus 88 Antiteror Polrimenangkap tersangka teroris bernama Rio Priatna (23) di Majalengka, Rabu (23/11/2016).
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan, Rio merupakan anggota kelompok Jamaah Anshar Daulah Khilafah Nusantara (JADKN) yang dipimpin Bahrun Naim.
"Yang bersangkutan jaringan Bahrun Naim," ujar Boy saat dikonfirmasi, Rabu siang.
Rio ditangkap di rumahnya di Desa Girimulya RT 003 RW 005 Kecamatan Banjaran, Majalengka.
Dari lokasi, polisi menyita asam nitrat, asam sulfat, air raksa, pupuk urea, dan gelas kimia. Alat-alat tersebut diyakini dapat menimbulkan ledakan jika diracik dengan takaran tertentu.
"Juga kristal warna coklat dalam tupperware yang diakui tersangka sebagai DNT (bahan baku ledakan)," kata Boy.
Densus 88 sebelumnya sudah beberapa kali meringkus pengikut Bahrun Naim yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia.
Salah satunya yang banyak mendapat sorotan yaitu Nur Rohman, pelaku bom bunuh diri di Mapolresta Solo. Nur diketahui punya hubungan dekat dengan Bahrun.
Polisi pun menyebut keterlibatan Bahrun di balik ledakan di Sarinah pada Januari 2016 silam.
Bahrun merupakan warga negara Indonesia yang menjadi salah satu tokoh di Suriah setelah ia bergabung dengan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).
Ia pernah ditangkap Datasemen Khusus 88 Antiteror Polri pada November 2010 atas kepemilikan senjata api dan bahan peledak.
Namun, dalam proses penyidikan kasus Naim, kepolisian tidak menemukan adanya keterkaitan Naim dengan tindakan terorisme.
Akhirnya, pada persidangan di Pengadilan Negeri Surakarta, Jawa Tengah, 9 Juni 2011, majelis hakim menjatuhkan hukuman penjara 2 tahun 6 bulan bagi Naim karena melanggar Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1951 tentang Kepemilikan Senjata Api dan Bahan Peledak.
Seusai menjalani hukuman, ia bebas sekitar Juni 2012 dan berbaiat dengan ISIS pada 2014.
๐ฉ
Nineveh – (IraqiNews.com) Joint Operations Command announced on Thursday, that the security forces continue liberating six areas in the western coast of the city of Mosul.
The command said in a press statement, “Troops of Federal Policed in the southwest axis of Nineveh managed, today, to fully liberate al-Ezba village,” adding that, “Anti-Terrorism forces in the eastern axis continue liberating the areas of Adan, al-Bakr, al-Zahabiya, al-Khadra’, al-Qadisiyah al-Oula and al-Tahrir.”
“Troops of al-Hashd al-Shaabi in the western axis managed to besiege Tel Afar Airport, and continue the cleansing operations inside the airport,” the statement added.
Joint security forces, backed by Army Aviation and international coalition continue their advance in the battle launched in 17 October 2016, to liberate the city of Mosul.
๐
(IraqiNews.com) Nineveh – More than 200 tribal fighters of Sunni tribes, along with an brigade from the Iraqi army controlled the liberated areas, southeast of the city of Mosul that witnessed extensive military operations to liberate it from the grip of the Islamic State group, Shafaaq News reported on Tuesday.
Commander of Hashd Forsan Ninewa, Ghazi al-Abbar, said, “Forsan Ninewa Regiment (Nineveh’s Knights), which consists of 200 fighters of al-Hashd al-Ashaeri, along with the 9th brigade of Iraqi army were assigned to control Khawitela village and Hayy al-Eintsar southeast of Mosul, to allow Iraqi forces to advance toward other areas.”
๐ฅ๐ฅ๐ฅ
RMOL. Demonstrasi yang akan digelar Jumat siang (4/11) di depan Istana Negara sama sekali tidak mengusung isu negara Islam. Demonstrasi itu hanya untuk memperjuangkan kedaulatan hukum yang tampaknya diinjak-injak oleh penguasa, dalam hal ini Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Habib Rizieq menyadari bahwa ada upaya dari sementara kalangan untuk membelokkan isu dan memelintir kegiatan yang diperkirakan diikuti oleh lebih dari 100 ribu massa itu sebagai demonstrasi anti kelompok agama tertentu dan etnis tertentu. Juga ada yang mengatakan aksi 4/11 itu adalah aksi untuk mendukung khilafah Islamiyah.
Pelintiran dan penyesatan itu harus diluruskan, kata Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq ketika menerima kunjungan pendiri Yayasan Pendidikan Soekarno (YPS) Rachmawati Soekarnoputri di kediaman Jalan Petamburan III, Tanah Abang, Jakarta, Senin (31/10).
Penyesatan ini dilakukan untuk menakuti-nakuti masyarakat dan memecah belah persatuan bangsa.
"Ada yang plintir demonstrasi nanti adalah demonstrasi anti keturunan China dan anti Kristen," kata Habib Rizieq.
"Itu tidak benar. Karena bagi kami Pancasila dan NKRI adalah harga mati. Demikian juga UUD 1945 dan Bhinneka Tunggal Ika," demikian Habib Rizieq. [dem]
Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur the Institute for Policy Analysis of Conflict Sidney Jones mengatakan pendukung kelompok militan ISIS di Indonesia diketahui saling mendukung untuk memanfaatkan momen aksi demonstrasi 4 November sebagai wadah 'mengobarkan api jihad' di seluruh Indonesia.
"Mereka telah secara khusus mendukung satu sama lain untuk meniru pendukung muda ISIS dari Tangerang yang menikam beberapa polisi, dan kemudian ditembak dan dibunuh. Keberaniannya telah dikutip dalam edisi terbaru buletin ISIS, Al-Naba," kata Jones dalam tulisannya di www.lowyinstitute.org dengan judul Why Indonesian Extremists are Gaining Ground.
Jones menuturkan pada 29 Oktober lalu juga tersebar foto-foto anggota bersenjata lengkap dari Front Kemenangan Suriah (Syria's Victory Front atau Jabhat Fatah al-Sham). Kelompok itu sebelumnya dikenal sebagai al-Nusra Front.
Mereka yang bukan warga negara Indonesia itu, menurut Jones, memegang tanda yang bertuliskan "Hukum Ahok atau Kami akan Hukum Dia Dengan Peluru' dan di depan sebuah kotak kayu besar tertulis "Peti Mati Ahok".
Selain itu, dia mengkritik Presiden Jokowi dan politikus senior lainnya dengan sengaja menghindari setiap kritikan soal kelompok garis keras, meskipun jelas mereka mengkhawatirkannya.
"Mengapa ekstrimis dan intoleransi tumbuh di Indonesia? Karena tidak ada seorang pun yang berani mengakui soal hasutan terkait agama," katanya.
Kelompok lintas organisasi yang menamakan diri Gerakan Nasional Penjaga Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPFMUI) akan menggelar demonstrasi esok, Jumat (4/11).
Aksi unjuk rasa massa Islam itu bertujuan agar aparat penegak hukum menghukum calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama karena diduga melakukan penistaan agama terkait dengan pengutipan salah satu ayat Al-Maidah.
Rencananya ada sekitar ribuan orang yang akan long march dari Masjid Istiqlal kemudian menuju Balai Kota dan Merdeka Barat lewat Patung Kuda dan selanjutnya Istana Presiden.
Pihak kepolisian bersama TNI pun telah menyiagakan 18.000 personel keamanan untuk mengawal demo itu. (rel/asa)
Mereka yang bukan warga negara Indonesia itu, menurut Jones, memegang tanda yang bertuliskan "Hukum Ahok atau Kami akan Hukum Dia Dengan Peluru' dan di depan sebuah kotak kayu besar tertulis "Peti Mati Ahok".
Selain itu, dia mengkritik Presiden Jokowi dan politikus senior lainnya dengan sengaja menghindari setiap kritikan soal kelompok garis keras, meskipun jelas mereka mengkhawatirkannya.
"Mengapa ekstrimis dan intoleransi tumbuh di Indonesia? Karena tidak ada seorang pun yang berani mengakui soal hasutan terkait agama," katanya.
Kelompok lintas organisasi yang menamakan diri Gerakan Nasional Penjaga Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPFMUI) akan menggelar demonstrasi esok, Jumat (4/11).
Aksi unjuk rasa massa Islam itu bertujuan agar aparat penegak hukum menghukum calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama karena diduga melakukan penistaan agama terkait dengan pengutipan salah satu ayat Al-Maidah.
Rencananya ada sekitar ribuan orang yang akan long march dari Masjid Istiqlal kemudian menuju Balai Kota dan Merdeka Barat lewat Patung Kuda dan selanjutnya Istana Presiden.
Pihak kepolisian bersama TNI pun telah menyiagakan 18.000 personel keamanan untuk mengawal demo itu. (rel/asa)
Merdeka.com - Perwakilan Parlemen Indonesia dan Parlemen Irak mengadakan pertemuan bilateral di sela sela agenda Inter-Parliamentary Union di Jenewa, Swiss. Irak meminta Indonesia mendukung upaya mereka memerangi teroris ISIS.
Delegasi Indonesia diwakili Wakil Ketua DPR Fadli Zon dan Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen DPR Rofi Munawar. Sementara Parlemen Irak diwakili Aram Shekh Muhammed dan Dhiaa Al Asadi.
Aram dan Dhiaa tak mau menyebut ISIS atau IS sebagai Islamic State atau Negara Islam. Menurutnya tak pantas teroris disebut sebagai 'state'. Karena istilah 'state' hanya pantas untuk negara berdaulat. Di Irak, ISIS disebut 'Daish' atau teroris yang cuma mengaku menegakkan Daulah Islamiyah.
"Kami berperang dengan ISIS bukan hanya untuk negara kami di Irak. Tapi untuk seluruh Muslim dan orang di dunia," kata mereka, Senin (24/10).
Parlemen Irak menyebut Daish atau ISIS bukan memperjuangkan Islam. Mereka hanya peduli dengan kelompoknya. ISIS akan membunuh siapa pun yang berbeda dengan mereka. Aksi kekerasan hingga memenggal orang tak bersalah tak diajarkan dalam Islam.
"Mereka cuma sekelompok kriminal. Jangan pernah menganggap mereka representasi Islam. Kami ingin seluruh dunia tahu Daish itu bukan Islam," kata Dhiaa.
Bagaimana ISIS bisa berkembang di Irak?
"Banyak faktor. Tetapi yang pasti ada campur tangan negara besar dan ada pasar jual beli senjata di sana," kata Dhiaa.
Saat ini kekuatan ISIS sudah terdesak. Mosul menjadi pusat pertahanan terakhir mereka. Tentara Irak sudah mengepung posisi ISIS di sana, namun ISIS menjadikan warga sipil sebagai tameng.
"Kami meminta dukungan dari anda dan seluruh dunia untuk mengalahkan para teroris itu di sana. Jumlah mereka sudah sedikit. Kami juga meminta dunia tak mendengarkan propaganda para teroris ini," harap Aram.
Selain soal ISIS, parlemen Irak juga meminta Indonesia berinvestasi di sana. Mereka yakin bantuan dari Indonesia akan membantu ekonomi mereka sembuh lebih cepat.
Wakil Ketua DPR Fadli Zon menyampaikan Indonesia dan Irak punya sejarah persahabatan yang panjang. Apa yang terjadi di Irak menjadi perhatian rakyat Indonesia.
"Semoga masalah itu bisa segera diselesaikan. Irak merupakan negara yang kaya dengan warisan budaya dunia," kata Fadli Zon.
Sementara Rofi Munawar yang sudah mengunjungi Irak pada Januari lalu menyampaikan Irak butuh dukungan dari negara-negara Islam. Setelah lepas dari Saddam Hussein, Irak belum sempat tumbuh dan keburu diganggu persoalan ISIS.
"Mereka ingin kita berinvestasi tetapi masih terganjal konflik di sana," kata Rofi.
[did]
Kabar24.com, JAKARTA - Pasukan khusus Irak yang merangsek ke sebuah kota di sebelah timur Mosul, Kamis (20/10/2016) waktu setempat lalu, kendati menghadapi gelombang serangan bunuh diri, adalah pasukan paling profesional di Irak yang juga paling tidak sektarian di Irak.
Bernama resmi Dinas Kontra Terorisme (CTS), pasukan didikan Amerika Serikat ini memainkan peran kunci dalam merebut kembali desa-desa dan kota-kota dari ISIS. Kini mereka memimpin ofensif ke Mosul yang merupakan medan pertempuran paling keras mereka.
Berikut fakta-fakta mengenai pasukan khusus Irak ini, dikutip dari laman Fox News:
Bentukan Amerika
CTS dibentuk oleh militer AS tidak beberapa lama setelah invasi 2003 sebagai unit komando elite yang bertugas memburu para pemimpin pemberontak dan terlibat dalam berbagai penyergapan yang rumit. Mereka dilatih, dipersenjatai dan dipasok oleh Pasukan Khusus AS (Baret Hijau) yang bersama-sama memerangi pemberontak.
Pasukan ini menjadi mitra yang lebih bisa diandalkan oleh AS ketimbang pasukan keamanan biasa Irak yang terkenal korup dan banyak unit tempurnya terafiliasi kepada partai politik dan milisi. Namun banyak warga Irak yang menilai pasukan khusus ini sebagai pasukan pendudukan dan menyebutnya sebagai "Divisi Kotor."
Pasukan ini menjadi mitra yang lebih bisa diandalkan oleh AS ketimbang pasukan keamanan biasa Irak yang terkenal korup dan banyak unit tempurnya terafiliasi kepada partai politik dan milisi. Namun banyak warga Irak yang menilai pasukan khusus ini sebagai pasukan pendudukan dan menyebutnya sebagai "Divisi Kotor."
Bodyguard
Ukuran pasukan ini bertambah besar dari tahun ke tahun dan meluas lebih dari sekadar pasukan komando yang di antaranya ambil bagian dalam pertempuran-pertempuran konvensional dan bahkan menjadi penjaga pos pemeriksaan. Sekarang mereka berjumlah 12.000 orang dan sekitar 2.600 orang turut dalam operasi merebut kembali Mosul.
Unit ini tidak digabungkan ke dalam Kementerian Dalam Negeri dan hanya menerima perintah langsung dari perdana menteri. Pada masa pemerintahan Perdana Menteri Nouri al-Maliki banyak yang menyebut pasukan ini sebagai pasukan bodyguard (praetorian guard) untuk makin menancapkan kekuasaan al-Maliki sebelum dia mengundurkan diri pada 2014.
Unit ini tidak digabungkan ke dalam Kementerian Dalam Negeri dan hanya menerima perintah langsung dari perdana menteri. Pada masa pemerintahan Perdana Menteri Nouri al-Maliki banyak yang menyebut pasukan ini sebagai pasukan bodyguard (praetorian guard) untuk makin menancapkan kekuasaan al-Maliki sebelum dia mengundurkan diri pada 2014.
"Kotor" jadi "Emas"
Ketika ISIS menyapu bagian utara dan tengah Irak pada 2014, pasukan keamanan Irak hancur remuk. Para perwiranya tunggang langgang, sedangkan serdadu-serdadunya lari terbirit-birit ketakutan sambil menanggalkan seragam mereka dan meninggalkan begitu saja senjata-senjata dan (kendaraan tempur) humvee-humvee mereka.
Ketika ISIS menyapu bagian utara dan tengah Irak pada 2014, pasukan keamanan Irak hancur remuk. Para perwiranya tunggang langgang, sedangkan serdadu-serdadunya lari terbirit-birit ketakutan sambil menanggalkan seragam mereka dan meninggalkan begitu saja senjata-senjata dan (kendaraan tempur) humvee-humvee mereka.
Tetapi pasukan khusus tidak begitu. Mereka menolak menyerah sehingga menjadi sumber kebanggaan nasional.
"CTS mempertahankan kohesi dan struktur organisasinya pada 2014 ketika banyak unit tempur dari pasukan Irak tercerai berai," kata David M. Witty, kolonel purnawirawan Baret Hijau AS dan bekas penasihat CTS. "Para komandan CTS menjadi figur-figur sentral dalam persepsi publik Irak pada kampanye menghancurkan ISIS."
Pasukan yang juga dikenal dengan sebutan "Brigade Kesatu" itu kini tidak lagi disebut "kotor", melainkan luas dipanggil "Divisi Emas".
Nonsektarian
CTS dirancang sebagai pasukan yang non sektarian di mana anggotanya berasal dari orang Syiah, Sunni dan Kurdi yang tidak terafiliasi ke faksi politik atau milisi mana pun. Mereka memerangi pemberontak Sunni, namun juga menjadi pemimpin dalam ofensif melawan milisi Syiah pada 2008. Mayor Jenderal Fadhil al-Barwari yang menjadi panglima "Divisi Emas" adalah seorang Kurdi.
CTS dirancang sebagai pasukan yang non sektarian di mana anggotanya berasal dari orang Syiah, Sunni dan Kurdi yang tidak terafiliasi ke faksi politik atau milisi mana pun. Mereka memerangi pemberontak Sunni, namun juga menjadi pemimpin dalam ofensif melawan milisi Syiah pada 2008. Mayor Jenderal Fadhil al-Barwari yang menjadi panglima "Divisi Emas" adalah seorang Kurdi.
Catatan pelanggaran HAM mereka juga relatif sedikit, ketimbang pasukan lain yang berpartisipasi dalam Ofensif Mosul. Laporan Amnesti Internasional mengenai pelanggaran kemanusiaan di Anbar belakangan ini juga lebih banyak menyebut milisi Syiah, dan hanya sekali merujuk CTS.
Pimpin Ofensif Mosul
Pimpin Ofensif Mosul
Pasukan khusus Irak ini melancarkan serangan pertama mereka dalam Operasi Mosul Kamis pagi lalu dengan menduduki kota Bartella dibantu serangan udara helikopter, kendati menghadapi perlawanan sengit dari ISIS yang melepaskan sembilan serangan bom bunuh diri dengan sembilan truk berisi penuh bom. Salah satu truk ini menghantam sebuah Humvee bersenjata. Sisanya hancur sebelum mencapai target-targetnya.
"Kami akan memimpin masuk ke Mosul karena kami terlatih dalam perang kota dan perang gerilya," kata Brigadir Jenderal Haider Fadhil dari pasukan khusus Irak ini.
"Kami terlatih menerobos desa dan kota dengan sedikit jatuh korban."
Pasukan khusus diperkirakan bisa mengusir ISIS keluar dari Mosul dalam beberapa pekan atau bulan ke depan. Namun, masalahnya mereka tidak bisa menjadi polisi untuk negaranya, sehingga begitu mereka selesai dalam tugasnya, maka urusan setelah itu menjadi tanggung jawab tentara dan polisi Irak, selain milisi Syiah dan para pejuang suku Sunni. Adalah tugas mereka untuk memastikan ISIS tidak kembali.
Peristiwa berdarah ini tepatnya terjadi pada Kamis (20/10/2016) sekitar pukul 07.30 WIB pagi tadi. Ketika itu, Kapolsek Effendi bersama empat korban lainnya sedang bersiap melakukan pengamanan demo buruh.
Tiba-tiba pelaku datang dan menyerang Kompol Effendi, Iptu Bambang, Iptu Heru, Aiptu Agus dan Brigadir S Airifin dengan senjata tajam jenis golok. Kelima polisi itu terluka.
Tidak hanya itu, Sultan melempar dua benda yang menyerupai bom. Sultan akhirnya ditembak di bagian paha dan kakinya.
Jakarta, Oct 20, 2016 (AFP)
Indonesian police shot and wounded a man carrying knives, suspected pipe bombs and a symbol of the Islamic State group after he launched a daylight assault on officers near Jakarta on Thursday, an official said.
The man was shot three times as he stabbed wildly at officers on a busy intersection in Tangerang, a satellite city outside the capital, Jakarta police spokesman Awi Setiyono told AFP.
Setiyono said the perpetrator threw two suspected pipe bombs at the officers, but neither detonated, and displayed a symbol of the IS group on a nearby traffic pole during the frenzied attack.
"A man suddenly stuck an IS logo sticker on a traffic police post, took a machete from his bag and blindly attacked our personnel," Jakarta police spokesman Awi Setiyono told AFP.
The attacker -- believed to be a member of a local hardline group -- was also carrying a turban, along with knives and the suspected bombs, Setiyono added.
Three officers were injured and taken to hospital, while the attacker was also taken for medical treatment under police guard.
Police have often been the target of attacks by extremists in Indonesia, a country that has long struggled with Islamic militancy.
In January, police officers were targeted by gunmen and suicide bombers at a traffic post in central Jakarta. The IS-claimed attack left four civilians and four militants dead, and injured several police officers.
Police and military personnel have also been killed in clashes with extremists in a remote part of Sulawesi, where for years a ragtag militant group has been waging a conflict against security forces from their jungle hideout.
Indonesia suffered significant attacks in the 2000s including the 2002 Bali bombings that killed more than 200 people, mostly foreign tourists.
A sustained crackdown weakened the most dangerous networks but IS has proved a potent new rallying cry for Indonesia's radicals, stoking fears that militants fighting with the group could seek to organise attacks back home.
| BAGHDAD/ERBIL
REUTERS: Residents of Mosul said Islamic State was using civilians as human shields as Iraqi and Kurdish forces captured outlying villages in their advance on the jihadists' stronghold.
The leader of Islamic State was reported to be among thousands of hardline militants still in the city, suggesting the group would go to great lengths to repel the coalition.
With attacking forces still between 20 and 50 km (12-30 miles) away, residents reached by telephone said more than 100 families had started moving from southern and eastern suburbs most exposed to the offensive to more central parts of the city.
Islamic State militants were preventing people fleeing Mosul, they said, and one said they directed some toward buildings they had recently used themselves.
“It’s quite clear Daesh (Islamic State) has started to use civilians as human shields by allowing families to stay in buildings likely to be targeted by air strikes," said Abu Mahir, who lives near the city's university.
Like other residents contacted in the city, he refused to give his full name, but Abdul Rahman Waggaa, a member of the exiled Provincial Council of Nineveh of which Mosul is the capital, corroborated his account to Reuters.
Around 1.5 million people still live in Mosul and the International Organization for Migration said Islamic State may use tens of thousands of residents as human shields to hold onto their last city stronghold in Iraq.
The IOM said there was a likelihood of chemical attacks by the jihadists, who had used such weapons previously against Iraqi Kurdish forces.
Iraqi Prime Minister Haider al-Abadi said safe routes had been secured for civilians who wanted to leave Mosul. Syria meanwhile accused the U.S.-led coalition of planning to allow Islamic State militants to flee across the border into Syria.
The fall of Mosul would signal the defeat of the ultra-hardline Sunni jihadists in Iraq but could also lead to land grabs and sectarian bloodletting between groups which fought one another after the 2003 overthrow of Saddam Hussein.
For U.S. President Barack Obama, the campaign is a calculated risk. He is hoping to bolster his legacy by seizing back as much territory as he can from Islamic State before he leaves office in January.
"DISORIENTED"
The Iraqi army and Peshmerga forces from autonomous Iraqi Kurdistan began moving towards the city at dawn on Monday under air cover from a U.S.-led coalition set up after Islamic State swept into Iraq from Syria in 2014.
Hoshiyar Zebari, a senior Kurdish official, said initial operations succeeded due to close cooperation between the Iraqi government and Kurdish peshmerga fighters, allowing them to clear Islamic State from 9 or 10 villages east of Mosul.
“Daesh is disoriented they don’t know whether to expect attacks from the east or west or north,” he told Reuters.
On Tuesday the attacking forces entered another phase, Zebari said. “It won’t be a spectacular attack on Mosul itself. It will be very cautious. It is a high-risk operation for everybody.”
Islamic State leader Abu Bakr al-Baghdadi, and explosives expert Fawzi Ali Nouimeh were both in the city, according to what Zebari described as "solid" intelligence reports.
A total of 20 villages were taken from the militants east, south and southeast of Mosul by early Tuesday, according to statements from the two forces, fighting alongside one another for the first time.
Islamic State said on Monday its fighters had targeted the attacking forces with 10 suicide bombs and that their foes had surrounded five villages but not taken them. None of the reports could be independently verified.
RESIDENTS KEPT IN CITY
Abadi announced the offensive on Monday around two years after Iraq's second-largest city fell to the militants, who exploited the civil war that broke out in Syria in 2011 to seize territory there.
The operation had been planned since July with U.S. and other coalition forces and Western and Iraqi officials, mindful of the civil war that followed Saddam's fall, say plans for administering the mainly Sunni city and accommodating those who flee the fighting are in place.
The United Nations has said up to a million people could flee the city and that it expected the first big wave in five or six days, indicating fighting would reach the city then.
But some residents said Islamic State was making sure people did not leave. One, who gave his name as Anwar, said he fled the Sumer district near Mosul airport, fearing ground forces and aerial bombing.
"I told Daesh fighters at a checkpoint 'I’m going to stay at my sister’s house'," he said. "A Daesh fighter made calls through his radio to make sure I was not lying and only after the voice on the other side said 'Let him go', did I let myself breathe."
Fighting is expected to take weeks, if not months, as 30,000 government forces, Sunni tribal fighters and Kurdish Peshmerga first encircle the city then attempt to oust between 4,000 and 8,000 Islamic State militants.
More than 5,000 U.S. soldiers are also deployed in support missions, as are troops from France, Britain, Canada and other Western nations.
The Iraqi army is attacking Mosul on the southern and southeastern fronts, while the Peshmerga carried out their operation to the east and are also deployed north and northwest.
The Kurdish forces said they secured "a significant stretch" of the 80 km (50 mile) road between Erbil, their capital, and Mosul, about an hour's drive to the west.
Coalition warplanes attacked 17 Islamic State positions in support of the Peshmerga operation in the heavily mined area, the Kurdish statement said, adding that at least four car bombs were destroyed.
There was no indication of the number of military or civilian casualties in the Iraqi or Kurdish statements.
France said it would co-host a multilateral meeting with Iraq on Oct. 20 to discuss how to stabilize Mosul and its surroundings once Islamic State has been defeated.
Foreign Minister Jean-Marc Ayrault said the militants were likely to retreat to their Syrian bastion Raqqa, so it was vital to consider how to retake that city too.
"We can't let Islamic State reconstitute itself or strengthen to create an even more dangerous hub," he said.
(Additional reporting by Babak Dehghanpisheh in ERBIL, Ahmed Rasheed and Stephen Kalin in BAGHDAD, Stephanie Nebehay in GENEVA, Warren Strobel, Yara Bayoumy and Jonathan Landay in WASHINGTON; writing by Philippa Fletcher and Giles Elgood, editing by Peter Millership)
Washington, Oct 5, 2016 (AFP)
Recruits into the Islamic State group are better educated than their average countryman, contrary to popular belief, according to a new World Bank study.
Moreover, those offering to become suicide bombers ranked on average in the more educated group, said the newly released study titled "Economic and Social Inclusion to Prevent Violent Extremism".
The study, which aimed to identify socioeconomic traits that might explain why some are drawn to the Syria-based extremist group, made clear that poverty and deprivation were not at the root of support for the group.
Almost without exception, fighters joining IS's Syria and Iraq-based forces had several more years of education in their home countries -- whether in Europe, Africa or elsewhere in the Middle East -- than the average citizen.
The data shows clearly, the report said, that "poverty is not a driver of radicalization into violent extremism."
Out of 331 recruits described in a leaked Islamic State database, only 17 percent did not finish high school, while a quarter had university-level educations.
Only those from Eastern Europe were below the average, and only marginally so, according to the study.
"Foreign recruits from the Middle East, North Africa and South and East Asia are significantly more educated than what is typical in their region," the Bank report said.
About 30 percent of the recruits told the extremist group what positions in the force they wanted. Around one in nine volunteered for suicide operations, and their educational levels were on par with those who sought to be administrators, the report said.
"The proportions of administrators but also of suicide fighters increase with education," it said.
Most of the 331 recruits also reported having a job before traveling to join the Islamic State group, also known as Daesh, according to the study.
However, it noted that a significant number of those choosing "suicide fighter" as their preferred option when enlisting said that they had not been employed back in their home country, or that they were in the military before joining the group.
"An important finding is that these individuals are far from being uneducated or illiterate. Most claim to have attended secondary school and a large fraction have gone on to study at university," the report said.
"We find that Daesh did not recruit its foreign workforce among the poor and less educated, but rather the opposite. Instead, the lack of economic inclusion seems to explain the extent of radicalization into violent extremism."
(CNN)The US and Russia announced a plan Friday to bring about a ceasefire in Syria, Secretary of State John Kerry said.
"Today we are announcing an arrangement that we think has the capability of sticking but it's dependent on people's choices," Kerry said in Geneva.
Appearing alongside Russian Foreign Minister Sergey Lavrov, Kerry said the pact calls for the Syrian government and the opposition to respect a nationwide ceasefire scheduled to take effect at sundown on Monday.
He added that the accord will also prevent the air forces of Syrian President Bashar al-Assad from flying combat missions anywhere that the opposition is present, calling this provision the "bedrock of the agreement," labeling Assad's air force the "main driver of civilian casualties" and migrant flows.
"That should put an end to the barrel bombs, an end to the indiscriminate bombing of civilian neighborhoods," Kerry said.
Kerry and Lavrov said that once the cessation of hostilities holds for seven days, the US and Russia would begin working on military coordination in an effort to target al Qaeda's affiliate in Syria, the al Nusra Front.
"Going after Nusra is not a concession to anybody, it is profoundly in the interest of the United States to target al Qaeda," Kerry said, saying the group was planning attacks both in and outside of Syria, including attacks directed at the US.
"If groups within the legitimate opposition want to retain their legitimacy, they need to distance themselves in every way possible from Nusra and Daesh," Kerry added.
Kerry said this cooperation would entail "some sharing of information," with Russia pertaining to the delineation of the various groups on the battlefield. After the seven-day cessation of hostilities and delivery of aid, "US and Russian experts will work together to defeat Daesh and Nusra," Kerry added.
Lavrov said that the Syrian regime had been informed of the terms of the arrangement and was prepared to adhere to them.
Kerry also said that the accord would allow for humanitarian access to the besieged areas of Syria, such as Aleppo, and provide for the creation of a demilitarized areas around that city.
Kerry reiterated several times that the deal was dependent on the adherence of all parties, both regime and opposition, and not built on trust.
"It is an opportunity and not more than that until it becomes a reality," Kerry said.
Shortly after the deal was announced, Pentagon press secretary Peter Cook said the accord could help ease the suffering of the Syrian people but also said Syria and Russia's "commitments must be fully met before any potential military cooperation can occur. We will be watching closely the implementation of this understanding in the days ahead."
Months of effort
The landmark agreement comes after months of unsuccessful efforts to come to terms on a ceasefire between Assad's government and moderate rebels that would expand humanitarian access for hundreds of thousands of Syrians, efforts that were met by public skepticism from both the White House and the Pentagon.
The final announcement included some last-minute drama as the press conference announcing the deal was delayed several times. At one point, Lavrov emerged from negotiations to signal that the delay was due to officials in Washington who were holding up the accord's approval.
"We are there. I don't know where our friends are but I believe it is important for them to check with Washington. I apologize for the delay but we cannot help it," Lavrov told reporters who had assembled to hear the announcement.
He later appeared to mock the US delay saying, "It takes five hours for our friends to check with Washington," and telling reporters, "I am sorry for you."
While awaiting word from Washington a light-hearted moment occurred when the Russian minister orchestrated the delivery of pizzas and two bottles of Russian vodka to the waiting press, saying, "The pizza was from the US delegation, the vodka was from the Russian delegation."
Officials involved in the negotiations had been less than optimistic about a possible agreement in the days running up to the latest round of talks in Geneva, with one senior official traveling with Kerry saying, "We are going to try but our patience is not infinite."
"We are not going to keep going if we don't reach a conclusion relatively soon. We need to be moving very close to a deal and at some point we need to reach that deal," the official added.
Greater cooperation between US, Russia
The new US-Russia strategy hinges on deeper cooperation between the US and Russian military against extremist groups operating in Syria, particularly ISIS and Nusra Front. The two sides are also holding talks on coordinating more closely the air operations they are both conducting in Syria.
But the US has resisted coming to an agreement due to Russian and Syrian regime actions against civilians in Aleppo.
The US wants a nationwide ceasefire in Syria between the regime and the rebels in order to create the conditions for UN-led political talks to end the five-year war. The US-backed moderate opposition has refused to resume the UN-led talks unless a cessation of hostilities take hold and the regime and Russia end the siege and bombing of Aleppo.
"The opposition tells us they want to reach a deal with the Russians if in fact it would stop some of the worst forms of violence against the Syrian people," a second senior administration official said.
The UN Special Envoy for Syria, Staffan de Mistura, appeared with Kerry and Lavrov after the announcement to signal the UN's backing of the new agreement.
Earlier Friday, he had said an agreement would make "a major difference" in terms of the cessation of hostilities and have "a major impact" on the delivery of humanitarian aid
But both President Barack Obama and Secretary of Defense Ash Carter have had tough words for Russia in recent days, dimming the prospect of a deal on a ceasefire and closer military cooperation. The US and Russia are both ostensibly fighting ISIS in Syria, but America has charged that Russia has mostly focused on bombing groups opposing Assad, a close Moscow ally. Some of those groups are supported by the US.
Obama has questioned whether a deal was possible given the "gaps of trust" between the two countries after meeting in China Monday with Russian President Vladimir Putin on the sidelines of the G20.
The decision to deepen cooperation with Moscow was already controversial, given the Obama administration's public criticism of Russia's role in Syria. A cessation of hostilities negotiated between Kerry and Lavrov in February fell apart within weeks and efforts to reach a political settlement in the war-torn country are on the verge of collapse.
Asked by CNN's Wolf Blitzer Friday on "The Situation Room" if he trusted Russia in a deal like this, Democratic Rep. Adam Smith, the ranking member on the House Armed Services Committee, said no.
"I think it's good and I applaud Secretary Kerry because I think the effort needs to be made. The only way to stop the carnage in Syria is to get some sensible transition away from Assad and the Russians are key to that," Smith said. "I think in the meantime if we can get humanitarian aid to some of these places that are suffering, I mean that's a win, but at the end of the day, Syria will not make a successful transition to a reasonable government until Assad agrees to leave."
JEDDAH sindonews- Konsep Jihad dalam Islam telah banyak disalahartikan dan disalahpahami, bahkan oleh sebagian Muslim. Hal ini disampaikan oleh ulama top kelahiran India, Dr. Zakir Naik.
Zakir menuturkan, hal ini tidak terlepas dari perkembangan kelompok-kelompok teroris seperti ISIS di kawasan Timur Tengah, yang saat ini mulai menyebar ke bagian dunia lainnya. Menurutnya, konsep jihad yang disebar oleh kelompok-kelompk itu melenceng jauh dari makna jihad yang sebenarnya.
"Kelompok-kelompok seperti ISIS menggunakan interpretasi yang salah untuk menyebarkan ideologi mereka," kata Zakir dalam sebuah wawancara dengan The Economic Times, seperti dilansir Indian Times pada Minggu (24/7).
"ISIS membunuh orang yang tidak bersalah, yang menurut Quran adalah dosa terhadap kemanusiaan. Saya menyebutnya negara anti-Islam. Mereka telah memberikan arti yang salah terhadap Islam," sambungnya.
Dalam wawancara tersebut, Zakir juga melemparkan bantahan bahwa dirinya memaksa orang untuk masuk Islam. Menurutnya, semua orang yang masuk Islam setelah mendengar ceramahnya, melakukannya atas kemauan sendiri.
"Saya tidak pernah memaksa siapa pun untuk memeluk Islam. Ribuan orang telah memeluk Islam setelah mendengar pidato saya, tapi Allah telah memberikan mereka bimbingan. Jika seseorang ingin memeluk agama perdamaian, saya tidak bisa menghentikannya," pungkasnya.
(esn)
Since their emigration from Mecca (622), the Muslims in Medina had depended for economic survival on constant raids on Meccan caravans. When word of a particularly wealthy caravan escorted by Abลซ Sufyฤn, head of the Umayyad clan, reached Muhammad, a raiding party of about 300 Muslims, to be led by Muhammad himself, was organized. By filling the wells on the caravan route near Medina with sand, the Muslims lured Abลซ Sufyฤn’s army to battle at Badr, near Medina, in March 624. Despite the superior numbers of the Meccan forces (about 1,000 men), the Muslims scored a complete victory, and many prominent Meccans were killed. The success at Badr was recorded in the Qurสพฤn as a divine sanction of the new religion: “It was not you who slew them, it was God…in order that He might test the Believers by a gracious trial from Himself” (8:17). Those Muslims who fought at Badr became known as the badrฤซyลซn and make up one group of the Companions of the Prophet.
the atlantic: WHat is the islamic state?
Where did it come from, and what are its intentions? The simplicity of these questions can be deceiving, and few Western leaders seem to know the answers. In December, The New York Times published confidential comments by Major General Michael K. Nagata, the Special Operations commander for the United States in the Middle East, admitting that he had hardly begun figuring out the Islamic State’s appeal. “We have not defeated the idea,” he said. “We do not even understand the idea.” In the past year, President Obama has referred to the Islamic State, variously, as “not Islamic” and as al-Qaeda’s “jayvee team,” statements that reflected confusion about the group, and may have contributed to significant strategic errors.
Our ignorance of the Islamic State is in some ways understandable: It is a hermit kingdom; few have gone there and returned. Baghdadi has spoken on camera only once. But his address, and the Islamic State’s countless other propaganda videos and encyclicals, are online, and the caliphate’s supporters have toiled mightily to make their project knowable. We can gather that their state rejects peace as a matter of principle; that it hungers for genocide; that its religious views make it constitutionally incapable of certain types of change, even if that change might ensure its survival; and that it considers itself a harbinger of—and headline player in—the imminent end of the world.
We have misunderstood the nature of the Islamic State in at least two ways. First, we tend to see jihadism as monolithic, and to apply the logic of al-Qaeda to an organization that has decisively eclipsed it. The Islamic State supporters I spoke with still refer to Osama bin Laden as “Sheikh Osama,” a title of honor. But jihadism has evolved since al-Qaeda’s heyday, from about 1998 to 2003, and many jihadists disdain the group’s priorities and current leadership.
Bin Laden viewed his terrorism as a prologue to a caliphate he did not expect to see in his lifetime. His organization was flexible, operating as a geographically diffuse network of autonomous cells. The Islamic State, by contrast, requires territory to remain legitimate, and a top-down structure to rule it. (Its bureaucracy is divided into civil and military arms, and its territory into provinces.)
We are misled in a second way, by a well-intentioned but dishonest campaign to deny the Islamic State’s medieval religious nature. Peter Bergen, who produced the first interview with bin Laden in 1997, titled his first bookHoly War, Inc. in part to acknowledge bin Laden as a creature of the modern secular world. Bin Laden corporatized terror and franchised it out. He requested specific political concessions, such as the withdrawal of U.S. forces from Saudi Arabia. His foot soldiers navigated the modern world confidently. On Mohamed Atta’s last full day of life, he shopped at Walmart and ate dinner at Pizza Hut.
To take one example: In September, Sheikh Abu Muhammad al-Adnani, the Islamic State’s chief spokesman, called on Muslims in Western countries such as France and Canada to find an infidel and “smash his head with a rock,” poison him, run him over with a car, or “destroy his crops.” To Western ears, the biblical-sounding punishments—the stoning and crop destruction—juxtaposed strangely with his more modern-sounding call to vehicular homicide. (As if to show that he could terrorize by imagery alone, Adnani also referred to Secretary of State John Kerry as an “uncircumcised geezer.”)
But Adnani was not merely talking trash. His speech was laced with theological and legal discussion, and his exhortation to attack crops directly echoed orders from Muhammad to leave well water and crops alone—unless the armies of Islam were in a defensive position, in which case Muslims in the lands of kuffar, or infidels, should be unmerciful, and poison away.
The reality is that the Islamic State is Islamic. Very Islamic. Yes, it has attracted psychopaths and adventure seekers, drawn largely from the disaffected populations of the Middle East and Europe. But the religion preached by its most ardent followers derives from coherent and even learned interpretations of Islam.
Virtually every major decision and law promulgated by the Islamic State adheres to what it calls, in its press and pronouncements, and on its billboards, license plates, stationery, and coins, “the Prophetic methodology,” which means following the prophecy and example of Muhammad, in punctilious detail. Muslims can reject the Islamic State; nearly all do. But pretending that it isn’t actually a religious, millenarian group, with theology that must be understood to be combatted, has already led the United States to underestimate it and back foolish schemes to counter it. We’ll need to get acquainted with the Islamic State’s intellectual genealogy if we are to react in a way that will not strengthen it, but instead help it self-immolate in its own excessive zeal.
I. Devotion
In November, the Islamic State released an infomercial-like video tracing its origins to bin Laden. It acknowledged Abu Musa’b al Zarqawi, the brutal head of al‑Qaeda in Iraq from roughly 2003 until his killing in 2006, as a more immediate progenitor, followed sequentially by two other guerrilla leaders before Baghdadi, the caliph. Notably unmentioned: bin Laden’s successor, Ayman al Zawahiri, the owlish Egyptian eye surgeon who currently heads al‑Qaeda. Zawahiri has not pledged allegiance to Baghdadi, and he is increasingly hated by his fellow jihadists. His isolation is not helped by his lack of charisma; in videos he comes across as squinty and annoyed. But the split between al-Qaeda and the Islamic State has been long in the making, and begins to explain, at least in part, the outsize bloodlust of the latter.
There’s no question that ISIS forces are losing ground in territories in Syria and Iraq — after making so many enemies from several countries and across numerous ethnic lines, the group might have bit off more than it could chew.
Forces seem to be losing territory so fast that they resorted to tactics such as kidnapping civilians to form a “human shield” during hasty retreats.
And the death of ISIS spokesman Abu Muhammad al-Adnani this week will likely hasten problems within the group. Adnani helped spur recruitment for the group, as well as planning external operations.
Images taken of abandoned ISIS strongholds in Syria and Iraq suggest that the trove of valuable intelligence materials left behind, such as ordnance components, could be analyzed by experts to thwart ISIS in the future.
Here’s what its safe houses in Syria and Iraq looked like:
Read more at http://www.businessinsider.co.id/items-isis-leaves-behind-2016-8/#BW2ot00zucFlWDCS.99
Kabar24.com,BATAM—Usaha Gigih Rahmat Dewa untuk meluncurkan roket guna menyerang Singapura mungkin tidak akan pernah ketahuan kalau dia tidak mengganti gambar profil di akun Line-nya dengan sebuah gambar spanduk yang berisikan kata-kata bahwa Indonesia mendukung dan memiliki solidaritas untuk ISIS.
Gigih (31) salah satu pelaku dan perencana penyerangan atas Singapura yang akhirnya terungkap pada Jumat lalu (5/8/2016) ditahan di Batam setelah sebuah penyelidikan yang menunjukkan betapa besar rasa ketergantungan para militan Islamis di Indonesia terhadap media sosial.
“Pria di Batam sepertinya diradikalisasi melalui media sosial, secara lebih spesifik menngunakan Facebook,” kata Juru Bicara Kepolisian Boy Radli Amar seperti dikutip dari Reuters, Senin (8/8/2016).
Dia menyebutkan kelompok yang berencana untuk menyerang Singapura melakukan komunikasi dengan Bahrum Nain di Suriah. “Sepertinya Naim mengirimkan dana dan memberi instruksi pada mereka,” katanya merujuk pada orang dalang di balik rencana penyerangan Singapura yang telah meninggalkan Indonesia pada 2015 lalu untuk bergabung dengan pasukan garis depan ISIS.
Sebelumnya, Singapura yang diapit oleh dua negara berwarga mayoritas Muslim belum pernah diserang oleh militan Islamis, setidaknya meskipun pernah ada, usaha sejenis tidak pernah berhasil. Namun, pemerintah Singapura telah berulang kali menyebutkan kejadian ini pasti akan terjadi dan ini hanya masalah waktu.
Menurut pihak kepolisiam, Gigih dan kelompoknya diinstruksikan oleh mentor mereka di Suriah untuk menembakkan roket ke wilayah Marina Bay di Singapura, sebuah pusat kota mewah yang terletak di tepi laut dan merupakan tempat diadakannya Formula One Grand Prix serta menjadi rumah bagi sejumlah kasino dan area perkantoran.
Sementara itu, para warga Batam yang berjarak 15 kilometer dari wilayah Selatan Singapura mengatakan bahwa mereka cemas setelah mengetahui keenam orang tersebut, lima diantaranya adalah buruh pabrik lokal, merupakan anggota kelompok ekstrimis.
Monalisa (23) teman seangkatan Gigih di Politeknik Negeri Batam menyebutkan bahwa hingga 2014, dia mengenal gigih sebagai seorang murid departemen IT yang normal, positif, ceria, rendah hari dan berteman dengan siapa saja.
Namun, pada Maret lalu, dia terkejut ketika Gigih mengubah gambar di grup LINE-nya dengan sebuah foto yang menampilkan sekelompok orang memegang banner ISIS.
Menurut Mona, di kampusnya tidak pernah ada ajaran atau khotbah dari kelompok Islam garis keras dan tidak mungkin radikalisasi terhadap Gigih dilakukan di kampus.
“Namun, lain cerita dengan apa yang dilakukan di luar kampus, .”
Seorang analis keamanan yang berbasis di Jakarta, Sidney Jones mengatakan, Naim, soerang militan yang berbasis di Suriah sepertinya menggunakan segala jenis media sosial yang ada untuk menggaet sebanyak mungkin pengikut yang membuat satuan anti terorisme kesulitan untuk melacak para pengikutnya.
“Mungkin mereka berhasil menangkap satu kelompok tetapi ada banyak kelompok lain diluar sana,” katanya.
Dalam sebuh postingan blog setelah serangan terkoordinasi yang melanda Paris November lalu, Naim menghimbau pengikutinya di Indonesia untuk belajar dari kejadian itu dan menjelaskan betapa gampangnya untu menggerakkan jihad dari sekedar perang gerilya di hutan-hutan Indonesia menjadi serangan tehadap sebuah kota.
Juni lalu Indonesia berhasil menumpas militant paling dicari, Santoso, yang selama ini bersembunyi di hutan. Namun, analis menyebutkan ancaman yang mungkin ditimbulkan oleh Santoso jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan kelopok militant yang secara diam-diam berkembang di kota-kota di pulau utama Indoneisa, Jawa.
The Trend of ISIS Influence in South East Asia
By : Otjih Sewandarijatun *)Recently the presence of ISIS has likely created serious problem of the world especially among the countries dominated mainly by the Moslem inhabitant. ISIS called its presence in ME (Middle East) as the Islamic State in Iraq and Syria. However so far no clear information about the Constitution, the ISIS Government Composition and other State performance concerning ISIS is detected academically. Just for comparison ISIS looks different compared to The State of the Palestine in the Middle East which is trying to perform as the Conventional State and Government in the Palestine region.
In fact to understand what is the strategic concept of ISIS we should see academically the Constitution of ISIS, because to see what is the Philosophy, the Ending Goals and the possible strategic actions of this kind of Organization (mainly which is described its presence as a State) we should read clearly the Constitution and the various document considered as the publication of the State concerns.
Is ISIS a State or just a group of people who are commanded and controlled by a leader may be called as the Great Leader and constitutes an extreme power, to implement its radical unclear will and objective. Likely no official academic document is found about ISIS and published by the ISIS. Is ISIS the name of a State or just the name of a group of People that is similar to Al Qaeda under the leadership of Osama bin Laden, but ISIS has the bigger size organization than Al Qaeda and controls a certain large territory mainly in Syria and Iraq, but without clear source of Operational budget.
Now a publication that may be published by ISIS or its element in SEA under the name of Al Fatihin had been found and circulated in some countries in SEA which are considered dominated mostly by Moslem People, namely Malaysia, the South Philippines and also said in Indonesia (though so far not any information reported confirming this statement).
General assessment has been shortly made that the publication has been intended to support the Strategic Objectives of ISIS in SEA or at least to serve their considered foreign fighters in SEA, but what is the ISIS real objective in SEA and who are those people considered as its foreign fighters? We hope we could assess it if we could see, as mentioned above, the Constitution of ISIS. Reasonably, because internationally or at least the United Nations should make its official policy against the existence of ISIS in the world. Thus it is likely important internationally for the countries of the World to respond the ISIS presence. This comment is presented to respond to the circulation of a publication identified as the written product of ISIS recently in SEA under the name of Al Fatihin.
The circulation of ISIS publication in South East Asia (SEA)
Recently a publication that may be published by ISIS and circulated in SEA has been found in various countries of this region, namely Malaysia, in the South Philippines and may be also Indonesia. The information concerning the publication is likely could be absorbed from the assessment made by various Professions as follows :
The Islamic State in Iraq and Syria (ISIS) has launched its first Malay language newspaper for its supporters in Southeast Asia, as the terrorist group seeks to expand its reach in the region.
Malay daily Berita Harian reported on Monday that the publication, called Al Fatihin, was launched in southern Philippines on June 20. Al Fatihin means "The Conqueror" in Arabic. It is also being distributed in Singapore, Malaysia, Brunei, southern Thailand, Indonesia and the Philippines. According to the Malay Mail Online, which translated the Berita Harian report, an unnamed security expert was quoted as saying that the publication could signal that Malaysia was in ISIS' sights.
"This psychological campaign means that the terrorists have a big objective, which is to expand their influence among people who understand the Malay language," the expert said. "Based on the way the language is used, we believe the writer or editor of the paper may be from this country."
A paper published on June 23 by Singapore's S. Rajaratnam School of International Studies, which is based within Nanyang Technological University, also confirmed the existence of the publication. The paper's authors, senior analyst Jasminder Singh and research analyst Muhammad Haziq Jani, noted that Al Fatihin's tagline indicated that it would serve the existing Southeast Asian "foreign fighters", who mostly hail from Indonesia and Malaysia.
"Al-Fatihin's tagline drives the point that, no matter the differences and nuances in language, identity and origins, Southeast Asian jihadists have a common logos and as such, all Malay-speaking jihadists should act as one," the paper added. The 20-page inaugural edition was also "well-timed" for the holy month of Ramadhan, and focused heavily on its significance, as well as the rituals of fasting. There were also reports on the caliphate and features on religion.
The Assessment
Based on the above various comment a number of conclusion could be likely drawn and constituted a number of assessment as follows :first, it is still not clear whether the paper of around 20 pages under the name of Al Fatihin was edited and published originally in Middle East or apparently it is composed based on the original policy of ISIS leadership in ME but edited and published by the element of ISIS in South East Asia (SEA).
Second, there is suspicious that the leaflet is edited and run by Malay living in SEA and published in SEA, but definitely those group of people had been believed joining ISIS in ME in the past.
Third, there is not direct agitation in the leaflet that could provoke the eruption of radicalism and extremism instantly among young generation in SEA. However it indicated that the publication is confirmed that jihad is approved as the Islamic character in performing the Islamic teaching. And in this case Islam teaching is the Moslem objective to be implemented in the world.
Fourth, there is no specific statement that is indicating of calling and suggestion to establish the branch of ISIS in SEA but definitely this publication is concluding that jihad among the people Moslem in SEA is not necessarily influenced by the different nationality, culture and language. ISIS fighters everywhere in the world are one unity.
Fifth, the leaflet was indicating to be clearly circulated in the South Philippines and Malaysia but it is hoped will be done also in other states in SEA, included Indonesia. So far had no any report stating the circulation of Al Fatihin in any part of Indonesia.
Sixth, South Philippines is clearly the target of distribution of this kind of leaflet based on the fact that radical Moslem insurgents are existing here and Malaysia is a faithful Moslem Kingdom in SEA. North Malaya was also the basis of Thais Moslem insurgents in the past. However it should not be neglected that Malaysia is embarking to become modern and advance country similar to Singapore
Conclusion
This leaflet is definitely intended by ISIS or its supporter in SEA to popularize ISIS and to attract young generation to join ISIS. In this framework the radicalism under the tagline of Moslem jihad is definitely approved to rise and implemented in the Islamic struggle. The target of circulation of this kind of publication in Indonesia are definitely the Moslem Boarding School and mosques, though no report stated the ISIS leaflet has been found in Indonesia.
However, the Government is urgently suggested to publish this kind of leaflet to neutralize the impact of ISIS leaflet. Most on Indonesian are Moslem but clearly Indonesian Moslem mostly rejects extremism and radicalism. The ISIS publication should be considered as forbidden reading material and should be taken away from the book-store or market. Though Al Fatihin is only intended to serve the ISIS-fighters in SEA, but definitely it is also intended to popularize ISIS-presence and influencing its extreme and radicals characters among mentally weak young generation in SEA.
Meanwhile the Government has to consider to publish such kind of popular highly Islamic standard reading paper distributed freely among the boarding school and Mosques under the Program on Anti Radicalism and Extremism among young Moslem generation. The firm censorship should be implemented in all the Post Office and the Immigration check in counter against the passengers coming from abroad that may be bringing such kind of Al Fatihin reading material to Indonesia.
The government in SEA, included Indonesia should realize that the firm effort to strengthen the possibly mental weak condition existing of among young generation in this country should be anticipated and wisely implemented through education and other social activities.
*) The author is the alumni of Udayana University, Bali. Former Director of Mass Communication at Lembaga Analisa Politik dan Demokrasi, Jakarta. OKEZONE
JP: The United Nations counter-terrorism chief says the Islamic State group committed or indirectly inspired at least 393 attacks in 16 countries during the month of Ramadhan.
Executive Director of the UN Counter-Terrorism Committee Executive Directorate Jean-Paul Laborde said Friday that despite having their territorial expansion halted or reversed, such attacks are likely to continue as IS continues to transform itself from military organization into a "real terrorist organization."
He said the majority of the attacks, between June 6 and July 5, took place in Iraq and Syria.
"There is no doubt that the threat from terrorism remains persistent and unfortunately credible as demonstrated in many places," Laborde said. "The world is not becoming a safer place anytime soon." (ags)
Defense Secretary Ash Carter will meet with his counterparts on Wednesday to discuss how they can accelerate the campaign and build on some of the momentum, particularly in Iraq. The meeting comes as Iraqi security forces, aided by the coalition, are preparing to encircle and eventually attempt to retake the key northern city of Mosul.
The meeting of defense ministers at Joint Base Andrews just outside Washington, D.C., will be the fourth time that Carter has convened an anti-Islamic State coalition meeting. Pentagon press secretary Peter Cook said Carter will talk about the military campaign, and how it can be accelerated.
On Thursday, for the first time, Secretary of State John Kerry will host a joint meeting of defense and foreign ministers in the counter-ISIS coalition. They are expected to talk about the coordination of political and military efforts, including counter-terrorist financing, combating the flow of foreign fighters, and the stabilization of cities and towns that have been freed from Islamic State control.
"We are succeeding on the ground in Iraq and Syria but we have a lot of work to do," said Brett McGurk, the president's special representative to the counter-ISIL coalition. "This is an enormous challenge that will be with us for years to come."
He told reporters that the situation in Libya and a rise in the number of foreign fighters there will be one major focus of the meeting on Thursday.
"Libya is incredibly complicated to say the least," he said, noting that until six months ago the country was without a functioning central government. "We have some momentum, the discussion will be how to build on this momentum."
The gathering comes on the heels of the NATO summit in Warsaw earlier this month, when allies agreed to boost support for the anti-Islamic State mission. NATO agreed to start a training- and capacity-building mission for Iraqi armed forces in Iraq, and the allies agreed in principle that alliance surveillance aircraft would be able to provide direct support to the U.S.-led coalition fighting ISIS in Syria and Iraq.
The alliance will also begin flights by AWACS surveillance planes this fall and will set up an intelligence center in Tunisia, a major recruiting ground for ISIS.
The U.S. has announced that it will send 560 additional troops to Iraq, to transform a newly retaken air base into a staging hub for the long-awaited battle to recapture Mosul from Islamic State militants. The new American forces should arrive in the coming days and weeks.
Most of the engineers, logistics personnel, security and communications forces will concentrate on building up the Qayara air base, about 40 kilometers south of Mosul.
The extremist group captured Mosul in the summer of 2014. It is the second largest city in Iraq, and has been used as the group's main headquarters since.
The coalition is also looking to reinforce the fight in Syria, where U.S.-backed forces are in a tough fight for the town of Manbij.
Manbij lies on a key supply line from Turkey to the Islamic State's de facto capital of Raqqa. Ousting the militants from Raqqa is a key goal for the coalition.
read more: http://www.haaretz.com/world-news/1.732318
bbc.co.uk: More than 160 people are now known to have died in Sunday's appalling attack in Baghdad. It is just one of eight different attacks believed to have been carried out by the so-called Islamic State (IS) over the last month - the Muslim month of Ramadan.
In total, more than 300 people have died in such atrocities from Orlando to Dhaka to Istanbul.
Ramadan is traditionally viewed as the most holy and spiritual month in the Islamic calendar, a time of penance and temperance.
For 30 days, Muslims abstain from drink and food during sunlight hours and believe that God is at his most forgiving during this time.
Mosques are consequently fuller than usual, typically packed with worshippers seeking divine mercy and blessings.
Juxtaposed alongside that ascetic puritanism is the view of radicals who regard Ramadan as a month of conquest and plunder.
They believe it is an opportune moment to double down on their millenarian war against civilisation and therefore launch more attacks than normal.
Indeed, al-Qaeda's official chapter in Syria, the Nusra Front, recently described it as "a month of conquests."
As Ramadan approached, IS spokesman Abu Mohammed al-Adnani told supporters around the world; "Get prepared, be ready to make it a month of calamity everywhere for the non-believers... especially for the fighters and supporters of the caliphate in Europe and America."
This is the clarion call that likely roused lone wolves such as Omar Mateen, who massacred 49 revellers at a gay bar in Orlando, Florida, after pledging allegiance to Abu Bakr al-Baghdadi, the self-styled Caliph currently ruling over a significant portion of Syria and Iraq.
'Path of Allah'
The belief in Ramadan as a month of war comes from Islamic history itself.
The Prophet Muhammad waged his first offensive jihad, known as the Battle of Badr, during Ramadan in 624.
Eight years later he also conquered Mecca during the month of Ramadan, thereby claiming the city which houses one of Islam's most holy sites today: the Kaaba.
All of this fuels the radical belief that jihad is, in itself, much more than just a militaristic action. It is also seen as an act of worship akin to ordinary ritual acts and is fought "fi sabil Allah" (in the path of Allah).
Abdullah Azzam, who is often referred to as "the godfather of modern jihad" because he led the original Arab foreign fighters in Afghanistan during the 1980s, argued that "neglecting jihad is like abandoning fasting and praying."
Later, he wrote, "jihad is the most excellent form of worship, and by its means the Muslim can reach the highest of ranks [of paradise]."
Extremist interpretations
Ordinary Muslims rightfully despair at these interpretations of jihad and its link to Ramadan.
For them it is a month of restraint and reflection - but such is the crisis of modern Islam that extremist interpretations of the same idea are almost wholly divorced from normative understandings.
To the radical mind, if additional prayer and alms giving is encouraged in Ramadan - then why not more bloodshed too?
View it that way and you understand precisely the line of reasoning that has given rise to such a grisly and gruesome death toll this year.
Shiraz Maher is a member of the Department of War Studies at King's College London and Deputy Director of its International Centre for the Study of Radicalisation. He is the author of Salafi-Jihadism: The History of an Idea. Follow him @ShirazMaher
JAKARTA: A suicide bomber riding a motorbike attacked a police station in the Indonesian city of Solo on Tuesday (Jul 5), leaving one officer injured, an official said.
The attacker forced his way into the yard of the station in the city on Java island at 7.35am (0035 GMT), said national police spokesman Boy Rafli Amar.
"He argued that he wanted to go to the canteen. He forced his way in using a motorbike and blew himself up," the spokesman told television station Metro TV. "The information is the perpetrator died."
According to initial information, a member of the police was injured, he added.
In January, a suicide bombing and gun attack in Jakarta left four civilians and four attackers dead, the first major attack in Indonesia for seven years.
Indonesia, the world's most populous Muslim-majority nation, has suffered several Islamic extremist attacks in the past 15 years, including the 2002 Bali bombings that killed 202 people.
A crackdown had weakened the most dangerous networks, but the emergence of the Islamic State group has proved a potent new rallying cry for radicals.
Hundreds of Indonesians have travelled to the Middle East to join the jihadists, stoking fears that extremist groups are being revived and more attacks could be on the horizon.
One of the victims of the Dhaka cafe shooting was a Muslim student who, despite being allowed to leave by the militants responsible, refused to desert his friends and fellow hostages.
Faraz Hossain, a Bangladeshi student at Emory University in the US, was killed alongside 19 others including Abinta Kabir, who was studying at the same US university.
His nephew Hishaan said Mr Hossain had been offered the chance to leave the cafe along with women wearing hijabs.
However, according to the New York Times, when the two women accompanying him in Western clothes were refused, he chose to stay behind and was subsequently killed.
Twenty people were killed in the attack on Holey Artisan Bakery in the Bangladeshi capital including seven Japanese aid workers, an Indian student and nine Italian businessmen and women.
Two police officers were killed and 30 injured during the 12-hour siege before Bangladeshi commandos stormed the cafe rescuing 13 hostages. The commandos killed six of the gunmen and arrested another.
An Italian businessman, Gianni Boschetti, had taken a phone call in the cafe's garden when the attack began and managed to escape by throwing himself into nearby bushes, BBC reported.
The militants reportedly tortured and killed any hostage unable to recite a verse from the Qur'an.
Istanbul, - Kepolisian Turki menahan 11 warga asing lainnya terkait serangan bom bunuh diri di Bandara Internasional Ataturk, Istanbul. Mereka diduga sebagai anggota sebuah sel ISIS di Istanbul yang terkait dengan tiga pengebom bunuh diri di bandara utama Istanbul itu.
Disebutkan media lokal, Haberturk seperti dilansir kantor berita Reuters,Jumat (1/7/2016), dengan penahanan 11 orang tersebut, maka sejauh ini sudah 24 orang yang ditahan kepolisian Turki terkait teror bom Istanbul tersebut.
Penangkapan kesebelas orang tersebut dilakukan oleh skuad kepolisian antiteror di distrik Basaksehir pada Jumat dini hari waktu setempat.
Tiga pengebom bunuh diri di bandara Ataturk, Istanbul, Turki diidentifikasi sebagai warga Rusia, Uzbekistan dan Kyrgyzstan. Ketiga pelaku sempat terekam kamera CCTV di bandara sesaat sebelum beraksi.
Disampaikan sumber pejabat senior Turki kepada CNN, Jumat (1/7/2016), ketiga pelaku diketahui masuk ke wilayah Turki sekitar satu bulan yang lalu dari Raqqa, Suriah. Sumber itu juga menyebut, ketiga pelaku membawa serta rompi peledak dan bom yang akan digunakan dalam serangan di wilayah Turki.
Dijelaskan sumber pemerintahan Turki, para pelaku menyewa apartemen di distrik Fatih, Istanbul. Di lokasi yang sama, salah satu pelaku meninggalkan paspornya. Polisi Turki mendatangi distrik Fatih dan menunjukkan video serta foto ketiga pria yang diyakini sebagai pelaku, kepada warga setempat.
"Serangan itu direncanakan dengan baik, dengan keterlibatan pimpinan ISIS (Islamic State of Iraq and Syria)," sebut sumber itu.
Korban tewas dalam teror bom di bandara Ataturk pada Selasa, 28 Juni malam tersebut, sejauh ini tercatat sebanyak 44 orang. Sedangkan jumlah korban luka-luka mencapai sedikitnya 238 orang.
(ita/ita)
Iraqi forces on Friday entered the center of Falluja, the Iraqi city longest held by Islamic State, nearly four weeks after the start of a U.S.-backed offensive that cleared out the tens of thousands of residents still there.
Government troops, supported by multiple air strikes from a U.S.-led coalition, recaptured the municipal building, though the ultra-hardline militants still controlled a significant portion of Falluja, an hour's drive west of Baghdad, and many streets and houses remain mined with explosives.
Federal police raised the Iraqi state flag above the government building and continued pursuing insurgents, according to a military statement. U.S. Defense Secretary Ash Carter said Iraqi forces had taken back a portion of the city, although he added: "There's still some fighting to be done."
Prime Minister Haider al-Abadi declared victory shortly after nightfall, as government forces continued pushing into parts of the city held by the militants.
Security forces have "tightened their control inside the city and there are still some pockets that need to be cleansed in the coming hours," he said in a brief speech on state television.
Troops could be seen coming under sniper fire earlier in the day as they entered a large mosque about 100 meters (300 feet) from the municipal building. Clashes also involved gun fire, artillery and aerial bombardment, sending clouds of smoke towards the sky above the city center.
Heavily armed Interior Ministry police units were advancing along Baghdad Street, the main east-west road running through the city, and commandos from the counter-terrorism service (CTS) had surrounded Falluja hospital, the military statement said.
Sabah al-Numani, a CTS spokesman, said on state television that snipers were holed up inside the main hospital.
Iraq launched a major operation on May 23 to retake Falluja, a bastion of the Sunni Muslim insurgency against U.S. forces that toppled Saddam Hussein, a Sunni, in 2003, and Shi'ite-led governments that followed.
The participation of Iranian-backed Shi'ite militias in the battle alongside the Iraqi army raised fears of sectarian killings, and authorities are already investigating allegations that militiamen executed dozens of Sunni men fleeing the city.
Iraq's top Shi'ite cleric, Grand Ayatollah Ali al-Sistani, urged pro-government fighters in a Friday sermon not to seek revenge against residents. There were no initial signs that Shi'ite militiamen had entered the city proper.
Falluja was seen as a launchpad for recent Islamic State (IS) bombings in Baghdad, making the offensive a crucial part of the government's campaign to improve security in the capital.
U.S. allies would prefer to concentrate on Islamic State-held Mosul, Iraq's second largest city located in the far north of the country.
Enemies of Islamic State have launched major offensives against the jihadists on other fronts, including a thrust by U.S.-backed forces against the city of Manbij in northern Syria.
The attacks amount to the most sustained pressure on the group since it proclaimed a caliphate in 2014.
MASS DISPLACEMENT
Islamic State has begun allowing thousands of civilians trapped in central Falluja to escape and the sudden exodus has overwhelmed displacement camps already filled beyond capacity.
More than 6,000 families left on Thursday alone, according to Falluja Mayor Issa al-Issawi, who fled following the IS seizure of city in January 2014.
"We don't know how to deal with this large number of civilians," he told Reuters on Friday.
The number of displaced people surpassed 68,000, according to the United Nations, which recently estimated Falluja's population at 90,000, only about a third of the total in 2010.
Witnesses said Islamic State had announced via loudspeakers that residents could leave if they wanted. It was unclear why the group changed tack after clamping down on civilian movement only a few days ago.
The Norwegian Refugee Council (NRC), which has been providing aid to displaced people, said escapees reported a sudden retreat of IS fighters at key checkpoints inside Falluja that had allowed civilians to leave.
"Aid services in the camps were already overstretched and this development will push us all to the limit," said NRC country director Nasr Muflahi.
Islamic State, which by U.S. estimates has been ousted from almost half of the territory it seized when Iraqi forces partially collapsed in 2014, has used residents as human shields to slow the military's advance and help avoid air strikes.
Addressing Falluja's residents, Prime Minister Abadi said in his speech: "We want there to be security and peace in this city for you to go back to live there."
(Additional reporting by Saif Hameed in Baghdad, Phil Stewart in Washington and Ahmed Tolba in Cairo; Editing by Dominic Evans)
Orlando, - Pelaku penembakan di Orlando, Florida diidentifikasi sebagai Omar Saddiqui Mateen (29). Kepolisian Orlando menyebut dalam akun twitter resminya bahwa Omar telah ditembak mati.
"Petugas menembak mati tersangka. Dalam baku tembak itu seorang petugas kepolisian tertembak, tetapi kevlar dan helm menyelamatkannya," tulis akun twitter @OrlandoPolice mengutip pernyataan Kepala Kepolisian Orlando John Mina dalam jumpa pers seperti dikutip detikcom, Senin dini hari (13/6/2016).
Omar merupakan warga Fort Pierce yang terletak pada 120 mil sebelah tenggara Orlando. Dia telah terlatih sebagai petugas keamanan.
Dilansir CNN, mulanya para petugas mendapat info bahwa pelaku memiliki bahan peledak yang dilekatkan pada tubuh dan kendaraannya. Tetapi kemudian diketahui bahwa benda tersebut tidak ada sama sekali.
Mina lalu menyebut bahwa pelaku sempat kembali ke klub malam itu dan mengambil beberapa sandera. Orang-orang yang menjadi sandera kemudian berkomunikasi dengan petugas pada waktu itu hingga pukul 05.00 waktu setempat.
Seorang petugas kemudian mengalami luka pada matanya setelah sebuah peluru mengenai helmnya. Helm tersebut telah menyelamatkan nyawanya.
Peristiwa penembakan ini terjadi pada Minggu (12/6) dini hari pukul 02.00 waktu setempat pada sebuah klub malam gay. Sedikitnya 50 orang tewas dan 53 lainnya luka-luka akibat peristiwa ini.
(bag/elz)
"We are saying we are apologizing for the whole incident," the elder Mateen said. "We weren't aware of any action he is taking. We are in shock like the whole country."
He added: "This had nothing to do with religion."
Driving the point home that religion was a consideration in the mind of investigators, at a 10:30 a.m. news conference Saturday, officials brought a member of the Muslim community to speak.
Police did not explicitly say Mateen was Muslim, but Islamic groups put out statements denouncing the carnage.
"We condemn this monstrous attack and offer our heartfelt condolences to the families and loved ones of all those killed or injured. The Muslim community joins our fellow Americans in repudiating anyone or any group that would claim to justify or excuse such an appalling act of violence," the Council on American-Islamic Relations Orlando Regional Coordinator Rasha Mubarak said in a statement.
TEMPO.CO, Baghdad - Menteri Luar Negeri Irak Ibrahim al-Jafari mengungkapkan perbuatan biadab kelompok militan Negara Islam Irak Suriah (ISIS) yang menyembunyikan bom dan bahan peledak di dalam Al-Quran. "Perbuatan biadab mereka hanya akan memberikan motivasi kepada tentara Irak untuk secara habis-habisan melawan mereka," kata Al-Jafari, seperti dilansir Press TV, pada 9 Juni 2016.
Menurut Al-Jafari, ISIS sering menggunakan taktik yang aneh setelah tentara Irak memukul mundur kelompok itu di Fallujah. Dia menilai milisi ISIS sudah dalam taraf putus asa untuk membalas kekalahan mereka. Akhirnya, mereka menghalalkan segala cara, termasuk menggunakan taktik yang dinilai mencemari kesucian Islam.
Fallujah, yang terletak 65 kilometer dari Ibu Kota Baghdad, telah dikuasai kelompok militan itu sejak Januari 2014. Menurut pejabat dan organisasi bantuan, kelompok teroris itu melakukan tindakan mengerikan di kota dan menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia.
Dalam insiden baru-baru ini, para teroris menembak mati sejumlah warga sipil ketika warga mencoba melarikan diri dari Fallujah.
Di sisi lain, tentara Irak dilaporkan telah menguasai wilayah al-Shuhada al-Thaniya di Fallujah selatan. Penguasaan itu ditandai dengan pengibaran bendera nasional di gedung utama di kota itu.
PRESS TV | YON DEMA
time.com:
“Everything is depressed there. Everything.”
The chemical engineer escaped on a moonless night, fleeing from ISIS-held territory. As he crossed the front line, ISIS sentries shot at him. When he reached the other side, Iraqi soldiers also fired in his direction again—before allowing him to cross to safety.
Like hundreds of thousands of other civilians in Iraq, the engineer had been trapped by ISIS militants, unable to the leave the small town where he lived in the countryside south of the city of Mosul. Two years after ISIS seized vast sections of Iraqi territory, the military operations to dislodge ISIS from Iraq’s cities are unfolding at a slow pace, hampered by political gridlock and constrained by the Iraqi army’s thin ranks. The quagmire leaves ordinary Iraqis still living in ISIS-occupied areas at an agonizing crossroads: either stay under the suffocating rule of the extremists, or risk a potentially lethal crossing to territory held by the central government or northern Iraq’s Kurdish administration.
Those who remain in ISIS-held territory face a bleak present and a worse future. At the Debaga Camp for displaced people near the northern Iraqi town of Makhmour, single men and families who recently left ISIS-controlled villages south of Mosul described a world where most ordinary social life ceased to exist and the economy had come to a standstill. They said the jihadists banned cafes, smoking, cellphones and satellite television. Without jobs and denied ordinary sources of entertainment, residents struggled to find something to fill the empty hours—without falling afoul of the jihadists.
“We have no jobs, no work, no companies. You have to sit at home,” says Ayman, the chemical engineer. (His name has been changed, and certain details of his story have been withheld in order to protect his family from reprisal.) “If you want to go out you have to have a big beard and short trousers. Women should be totally covered in black.” The punishment for an infraction of any of these rules, he went on, could range from a fine to a beating, or worse.
Ayman hails from a small town south of Mosul, not far from the oil town of Qayyarah, which is also home to an air base that was seized and then used by the U.S. military following the 2003 invasion. The base and the town were seized by ISIS in the summer of 2014. Ayman had planned his escape for months, ultimately leaving behind his wife and young children in hopes of raising the money to smuggle his family out to join him. He had actually escaped once before, reaching Turkey in 2014, a few months after ISIS arrived. He found an apartment in Istanbul and then returned to Iraq, planning to take his family out of the country. But ISIS tightened restrictions on civilians under their control, blocking his exit from the country. Ayman was trapped, along with his family and neighbors, under the jihadists’ infant experiment in fundamentalist rule.
In March, the Iraqi army launched an operation to reclaim villages south of Mosul, in preparation for an eventual attack on the city itself, one of the largest in Iraq and a key strategic goal in the broader battle against ISIS. The military succeeded in retaking some villages. But as a result of the fighting, thousands of civilians have been forced to flee. The United Nations said in April that as many as 30,000 people could soon be displaced by instability in the area. Thousands of others are fleeing amid a separate battle to reclaim the city of Fallujah, west of Baghdad. Those who successfully escape join more than 3.4 million people already displaced throughout the country.
After ISIS fighters arrived in Mosul and the surrounding area in June 2014, they set about transforming the region to fit their medieval style of governance, dismantling cell phone towers and confiscating satellite dishes. Ayman said his house was located close enough to the Kurdish regional capital that he and his family could still get a faint cell signal. They’d climb on the roof for surreptitious conversations. “If somebody hears a sound, they will come to your home and come looking for the mobile and maybe you’ll get killed, or maybe not,” he says. “That depends on the guy looking for your cell phone.” He said he also resisted the ban on satellite dishes, hiding a dish on his roof after handing another one over to the ISIS authorities, along with the wiring and the remote control.
Several types of ISIS cadres began appearing in the streets. Security men wore black, while officers policing personal behavior were garbed in white. Others wore military-style uniforms. “Just like the Iraqi army, except with a big beard and long hair,” says Ayman. The troops manning the checkpoints were usually Iraqi recruits of ISIS, he said, but there were also foreigners. “I heard people talking French. I heard people talking English—American. I know the American accent,” he says.
Under ISIS, the economic and social life of the town began to die out. Struggling under banking and other sanctions levied against ISIS, a reduction in oil revenues, inflation and the flight of the population even despite ISIS’ restrictions, the economy began to crumble in ISIS’ self-proclaimed caliphate. Ayman worked for a large company that shuttered its operations in the area after ISIS took control?. Without work, he found himself staying at home with his family. He kept his daughter out of school, refusing to send her to an institution that had been taken over by fundamentalists. To pass the time, they’d visit relatives and neighbors, sit and drink tea, or take walks. For ordinary civilians, one of the unexpected results of jihadist rule was unimaginable tedium.
“Everything is depressed there. Everything,” says Mohamed Mahmoud Ali, 54, who is also a shopkeeper from the village of Sidera. “We don’t have food. The refrigerators are empty.” After ISIS took over the town in 2014, Ali closed his corner shop, and relied on money loaned or gifted by relatives. Like Ayman, Ali had recently fled, and was waiting in a processing center in a large white tent at Debaga Camp, in the stifling late spring heat. The new arrivals have to wait, essentially detained in the tent while intelligence officials vet them, fearing that ISIS could be sending infiltrators among the displaced civilians.
Others fleeing ISIS-held areas described a depression that seemed to blanket the region. Out of fear or despair, some people simply stayed home. “You can ask my wife. We started to annoy each other,” says Abdullah Eissa, a shopkeeper in his late fifties, another new arrival at Debaga Camp. He sat in an adjacent tent on a mattress with more than a dozen members of his family around him, swatting flies in the heat. Restless children squirmed on the floor around them.
Ayman’s own family remain in ISIS-controlled territory. He had told his family he planned to leave, but refused to tell them the exact date, a measure taken to preserve the secrecy of the plan. He moved them to a different house, fearing for their safety. It was the only way, he told them. His plan is to return to work with his company, earning enough money to hire a smuggler to help them flee safely. Since he escaped, he managed to call his young daughter, who cried as they spoke. “They are worried about it,” Ayman says, “but we have no choice.”
By Kristina Wong - 03/18/16 04:40 PM EDT
thehill.com: President Obama wants the Islamic State in Iraq and Syria (ISIS) defeated by the end of his term, Defense Secretary Ash Carter says.
"That's what he said he wants. That's what he told me and [Chairman of the Joint Chiefs of Staff Joseph Dunford]. He said, 'Get this done as soon as possible. I'd like to not leave this to my successor,' " Carter said Friday an event hosted by Politico.
The administration now has only nine months left, but Carter said he's optimistic.
"I'm confident that we'll do it. And we have an operational plan now," he said.
A military spokesman later Friday gave a more cautious assessment as to when the coalition could take back Mosul and Raqqa, ISIS's respective strongholds in Iraq and Syria.
"I'm not going to put a timeline on it other than to say, you know, we are going to work with our partners on the ground, and the coalition to move as fast as possible," said Air Force Col. Pat Ryder, spokesman U.S. Central Command.
But he added that "our campaign plan is predicated on providing support to and enabling indigenous ground forces, and so, that strategy and that approach has been working."
So far, U.S. operations against ISIS have cost $6.5 billion since August 2014, about $11.4 million per day for 571 days, according to a new Pentagon estimate on Friday.
Republicans in Congress have blasted the administration for not moving faster and not taking more action against ISIS.
After Secretary of State John Kerry on Thursday formally labeled ISIS's crimes as "genocide," the first time since 2004 the U.S. has used that term — Republicans called upon the administration to do more to defeat the group.
"Now that our government is recognizing this crisis, it needs to do more to stop it," House SpeakerPaul Ryan (R-Wis.) said Thursday.
"The president must step up and lay out a broad, overarching plan that's needed to actually defeat and destroy ISIS," added House Foreign Affairs Committee Chairman Ed Royce (R-Calif.).
Congress required the administration to provide lawmakers with a strategy to defeat ISIS, but the White House missed the deadline last month.
With some exceptions on both sides, neither Republicans nor Democrats have the appetite to approve a new authorization for the use of military force against ISIS.
Republicans and Democrats have butted heads over what kind of authorization would be appropriate. Republicans say they want to see the president's strategy before approving one but don't want to tie commanders' hands. Democrats want any authorization to limit operations in order to avoid another open-ended ground war in the Middle East.
Washington detik- Jumlah anggota militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) disebut berada di level paling rendah sejak tahun 2014. Kondisi ini dipicu berbagai serangan militer lokal juga internasional terhadap ISIS di Irak dan Suriah.
Pernyataan itu disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, selang sehari sebelum Presiden Barack Obama menemui tim keamanan nasional di markas CIA untuk mengkaji pertempuran melawan ISIS.
"Dengan bekerja bersama dan melalui mitra lokal, kami merebut kembali 40 persen wilayah yang setahun lalu dikuasai Daesh (nama Arab untuk ISIS) di Irak dan 10 persen di Suriah," ucap Blinken kepada anggota parlemen AS dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Rabu (13/4/2016).
"Faktanya, kami menaksir jumlah anggota Daesh saat ini paling rendah sejak kami mulai memantau kekuatan mereka tahun 2014," imbuhnya.
Baca juga: Menhan Prancis: Benteng ISIS di Irak dan Suriah Harus Dikuasai Tahun 2016
Namun Blinken tidak menyebut secara rinci jumlah kekuatan ISIS saat ini dalam pernyataannya kepada Komisi Senat AS, yang mengawasi pendanaan program Departemen Luar Negeri AS dalam memberantas ekstremisme.
Namun pada September 2014 lalu, sesuai penghitungan akhir yang disebut Blinken, seorang pejabat intelijen AS menuturkan kepada AFP, bahwa CIA meyakini ISIS memiliki sekitar 20 ribu hingga 31.500 anggota di lapangan, baik militan asing maupun warga lokal.
Sejak saat itu, pasukan militer Irak dan milisi Kurdi dengan didukung serangan udara AS berhasil memukul mundur ISIS dari sejumlah kota seperti Tikrit dan Ramadi di Irak, serta sejumlah wilayah di Suriah bagian utara. Sedangkan militer Suriah yang didukung serangan udara Rusia berhasil merebut kembali Palmyra dari ISIS.
Baca juga: Ada Ancaman ISIS dan Al-Qaeda, AS Keluarkan Travel Warning ke Arab Saudi
Pada Rabu (13/4) waktu setempat, Obama dan para pejabat tinggi keamanan AS akan mengevaluasi perkembangan operasi militer anti-ISIS serta membahas proposal soal rencana meningkatkan tekanan pada ISIS.
"Presiden telah meminta mereka untuk datang kepadanya dengan gagasan soal bagaimana caranya memperkuat elemen dalam strategi kami yang paling sukses," tutur juru bicara Gedung Putih AS, Josh Earnest, kepada wartawan.
(nvc/ita)
Syrian and allied forces backed by Russian air strikes drove Islamic State militants out of the town of al-Qaryatain on Sunday after encircling it over the past few days, Syria's military command said.
Surrounded by hills, al-Qaryatain is 100 km (60 miles) west of the ancient city of Palmyra, which government forces recaptured from Islamic State last Sunday.
Al-Qaryatain had been held by the militant group since late August. Syrian President Bashar al-Assad has been trying to retake al-Qaryatain and other pockets of Islamic State control to reduce the jihadist group's ability to project military power into the heavily populated western region of Syria, where Damascus and other main cities are located.
Syrian state television said the army and its allies "fully restored security and stability to al-Qaryatain after killing the last remaining groups of Daesh terrorists" in the town, using the Arabic acronym for Islamic State.
In a statement read out on Syrian television, the military command said this was a strategic victory which secures oil and gas routes between the Damascus area and oilfields in eastern Syria. It also disrupts Islamic State supply routes within Syria.
Government forces entered the town from a number of directions, Syrian media said. A Syrian military source told SANA state news agency the army had cleared areas northwest of the town of explosives planted by Islamic State.
Islamic State militants retreating from Palmyra laid thousands of mines which the Syrian army is now clearing before civilians can return.
The Syrian Observatory for Human Rights said government forces had taken over half the town and that fierce fighting continued between Assad's troops and Islamic State to the north and southeast of al-Qaryatain.
The Britain-based Observatory, which monitors the five-year-old Syrian conflict through a network of sources on the ground, said more than 40 air strikes by Russian and Syrian planes hit areas near the town on Sunday.
When Islamic State took over al-Qaryatain last August it demolished a Christian monastery and took around 200 of the town's residents prisoner, transferring some of them to the Syrian city of Raqqa, the group's de facto capital.
Islamic State still has complete control over Raqqa and runs most of Deir al-Zor province in eastern Syria, which borders Iraq.
A fragile "cessation of hostilities" truce has held in Syria for over a month as the various parties to the conflict try to negotiate an end to Syria's civil war.
But the truce excludes Islamic State and the al Qaeda-affiliated Nusra Front. Air and land attacks by Syrian and allied forces continue in parts of Syria where the government says the groups are present.
Fierce fighting that broke out over the weekend continues south of Aleppo near the main highway linking that city with the capital, Damascus. It began when rebels and Nusra Front mounted an offensive against government forces.
(Additional reporting by Suleiman al-Khalidi; Editing by Dale Hudson and David Evans)
Selain ahli membuat roket, Khadijah diketahui adalah orang yang bertanggung jawab atas serangan mematikan ke pangkalan militer Negeri Paman Sam di Irak utara sebulan lalu.
“Kami meyakini, dia (Jasim Khadijah) terbunuh dalam serangan udara kami di Baghdad. Orang ini sebelumnya pernah memimpin penyerangan di pangkalan kami di utara Irak, yang mengakibatkan Sersan Louis F Cardin meninggal dunia dan banyak tentara lain terluka,” kata juru bicara pasukan koalisi anti-teroris AS, Kolonel Steve Warren, seperti dikutip dari The Guardian, Minggu (3/4/2016).
Marinir AS dikabarkan memang tengah gencar menggempur wilayah kekuasaan ISIS di Irak. Sementara basis utama mereka di Suriah menjadi bagian Rusia untuk memeranginya habis-habisan. Bersama pasukan pemerintah, Rusia maju memukul mundur ISIS keluar dari Kota al Qaryatain pada hari yang sama dengan tertembaknya Khadijah.
Al Qaryatain merupakan kota yang dikelilingi oleh bukit-bukit. Jaraknya sekira 60 mil ke sebelah barat dari kota kuno Palmyra, yang baru saja direbut militer Suriah dari ISIS sepekan lalu.
Syrian troops have reportedly discovered a mass grave in Palmyra that contains the bodies of 42 people, some beheaded, who were killed while Islamic Statefighters controlled the ancient city.
The discovery comes as Syria’s partial ceasefire appears to be unravelling after at least 25 pro-government fighters died in clashes with opposition forces near Aleppo.
A state news agency in Syria reported that government forces had uncovered the mass grave after the area, home to world-renowned Roman ruins, was recaptured from Isis almost a week ago.
A military source told AFP on Friday that the Syrian military had found a grave site where officers, soldiers, members of pro-regime committees and their relatives had been buried.
Twenty-four of the victims were civilians, including three children, the source said. “They were executed either by beheading or by shooting.”
The grave was on the north-eastern edge of Palmyra, according to the news agency.
The bodies have been transferred to a military hospital in the provincial capital, Homs, and some have been identified, according to the source.
During its occupation of Palmyra, Isis killed at least 280 people, according to the Syrian Observatory for Human Rights, a UK-based monitor that confirmed the discovery of the mass grave.
Soon after Isis took the city, its fighters shot dead 25 soldiers in the ancient Roman theatre. It later released a video of the mass killing in which the killers appeared to be children or teenagers.
The Syrian and Russian governments have hailed their recapture of Palmyra, ending a 10-month ordeal that resulted in the destruction of some of the historic site’s most famed monuments.
The fall of the city to Isis in May 2015 attracted worldwide attention because it hosted some of the most well-preserved ruins of antiquity.
Isis destroyed the temples of Bel and Baalshamin and the Arch of Triumph, looting graves and using the amphitheatre to stage killings.
The defeat of Isis in Palmyra was a remarkable turn of fortune for the militant group. The territory it controls in both in Syria and Iraq has receded considerably under disparate offensives throughout the two collapsing nation states.
Fighting near Aleppo continued on Saturday close to the village of Tel al-Ais, which overlooks the main road connecting the city with Damascus, the Syrian Observatory said.
A fragile ceasefire has largely held for the past five weeks, but does not apply to territory held by Isis or the Nusra Front, an al-Qaida affiliate.
On Thursday, government jets carried out airstrikes outside Damascus that killed 33 civilians, the Syrian Observatory reported.
Turkish forces launched artillery strikes on Isis positions around the town of Azaz in northern Syria on Saturday, the Dogan news agency said. It was the the first time there had been reports of Turkey striking Isis in Syria since early March.
The report said the artillery strikes were carried out following air raids in the same region by the US-led coalition against Isis.
On Thursday at least 40 mostly foreign Isis members, including 18 child soldiers, were killed in raids on a village in Deir Ezzor province, the Syrian Observatory said. It was one of the highest tolls that Isis had suffered in a single strike since it emerged in Syria in 2013, the monitoring group said.
The jihadis have lost several high-ranking commanders in recent weeks, mainly to strikes by the US-led coalition.
On Wednesday, a drone strike near Raqqa killed Abu al-Haija, a Tunisian commander summoned by Isis leader Abu Bakr al-Baghdadi from Iraq.
Isis has since arrested 35 of its militants suspected of having revealed Haija’s location, according to the Syrian Observatory.
Iraqi special forces lead march on ISIL-controlled Heet
At least 15 troops killed in ISIL attacks, including eight after a convoy was struck by a suicide car-bomber.
Eight Iraqi soldiers were killed on Thursday after an ISIL suicide car bomber detonated near an army convoy advancing towards the town of Heet during an operation to oust the armed group, military sources told Al Jazeera.
Iraqi special forces - backed by army troops and US-led coalition air strikes - moved on the town in western Anbar province that has been for months under the control of Islamic State of Iraq and the Levant (also known as ISIS).
Retaking Heet - strategically located on the Euphrates River near the Ain al-Asad air base, where several hundred US forces are training Iraqi troops - would push ISIL further west towards the Syrian border, cutting a connection to the northern town of Samarra while leaving Fallujah as the group's only stronghold near the capital, Baghdad.
Iraqi forces recaptured areas south and west of Heet on Thursday.
A senior officer from the special forces - the elite US-trained units that led the recapture of the key nearby city of Ramadi three months ago - told Reuters news agency his troops were 1km from the town centre, about 130km west of Baghdad.
Another officer, on a front line less than 3km from Heet, said the operation had begun early on Thursday and was progressing swiftly.
"There are some IEDs [improvised explosive devices] along the movement, but it's still good to go and we are moving," he said by phone.
Both officers spoke on condition of anonymity as is military policy.
In a separate attack, military sources told Al Jazeera at least seven Iraqi soldiers were killed and 14 others wounded in an ISIL assault on military units protecting the al-Habaniyah air base, northeast of Ramadi.
Baghdad has had success in pushing back ISIL fighters in recent months, and has pledged to retake the northern city of Mosul later this year, but progress has often been fitful.
In a statement announcing the Heet advance, the military called on civilians - thought to number in the tens of thousands - to move away from ISIL positions: "Those targets will be destroyed."
The armed group has regularly used civilians as human shields - a tactic aimed at slowing the movement of Iraqi forces and complicating air strikes essential to ground operations.
Source: Al Jazeera and agencies
dw:
Syria state media reports Palmyra retaken from 'Islamic State'
Regime forces backed by Russian airstrikes have taken full control of Palmyra after a three-week battle, state media report. A monitoring group says hundreds of extremists have been killed.
Haji Imam, a key figure overseeing ISIS finance, was killed in a raid earlier this month
American forces killed a top deputy for the militant group ISIS in a raid earlier this month, top U.S. officials revealed.
U.S. Secretary of Defense Ash Carter and Joint Chiefs Chairman Gen. Joe Dunford announced the killing of ISIS leader Haji Imam at a news conference Friday morning.
“We believe these actions have been successful and have done damage,” Carter said. “The momentum of this campaign is now clearly on our side.” He described Imam as the key figure overseeing financing of ISIS operations
The death comes as anti-ISIS forces are gaining traction in the Middle East, even as the group has successfully staged major terrorist attacks in Brussels and Paris in recent months. Secretary of State John Kerry said this weekthat ISIS efforts are “collapsing before their eyes.”
Beirut (ANTARA News) - Tentara Suriah merebut kembali citadel (benteng) kuno Palmyra yang menghadap reruntuhan kota kuno itu, Jumat, melalui sebuah ofensif yang dapat membuka koridor ke sebagian besar wilayah Suriah tengah bagis pasukan pemerintah.
Perebutan kembali Palmyra yang diduduki ISIS Mei tahun lalu itu menandai kemajuan besar bagi Presiden Bashar al-Assad sejak Rusia intervensi September tahun lalu dan segera mengubah arah pendulum konflik yang sudah berusia lima tahun ke pihak Assad.
Palmyra adalah situs untuk beberapa reruntuhan paling ekstensif dari kekaisaran Romawi kuno, namun kuil-kuil dan makam-makam kuno dihancurkan dengan dinamit oleh ISIS yang disebut PBB sebagai kejahatan perang.
Kota ini mengendalikan rute timur ke jatung wilayah yang dikuasai ISIS.
Serangan ke Palmyra ini dilancarkan dari udara dan serangkaian tembakan mortir, sedangkan ISIS membalas dengan dua bom mobil. Pasukan Rusia ternyata tetap membantu Suriah dari udara, kendati Moskow sudah menyatakan akan menarik mundur pasukannya.
Saluran televisi Beirut Al-Mayadeen yang menyiarkan keadaan di Palmyra memperlihatkan sebuah jet terbang rendah untuk melancarkan tiga kali pemboman ke arah petempur ISIS yang mundur dari citadel Palmyra.
Observatorium HAM Suriah memastikan bahwa citadel itu telah direbut kembali, demikian Reuters.
usa today
Coalition forces killed a top Islamic State commander earlier this month, the Pentagon announced Friday, the latest blow to the terror group’s command structure in its Syrian stronghold.
Abd ar-Rahman Mustafa al-Qaduli, a senior religious leader for the terrorist group, was killed in Syria, said the official who was not authorized to speak publicly about the attack. Al-Qaduli went by the alias Haji Imam. The U.S. had a $7 million bounty on his head.
Defense Secretary Ashton Carter and Marine Gen. Joseph Dunford , chairman of theJoint Chiefs of Staff , are expected to announce the news this morning during a Pentagon press conference.
His demise comes on the heels of the death of Islamic State senior operative Omar al-Shishani , who was targeted in an airstrike earlier this month
The Pentagon has said Iraqi forces, backed by U.S.-led coalition airstrikes, have recaptured about 40% of the territory that had been held by the Islamic State in Iraq.
Syrian regime forces appeared on Wednesday night to be the verge of recapturing the ancient city of Palmyra from the Islamic State of Iraq and the Levant (Isil) after a long offensive that only added to the destruction in the 4,000-year-old city.
Supported by heavy Russian airstrikes and Hizbollah fighters, troops loyal to Bashar al-Assad pushed back jihadist forces and closed in on the outskirts of desert city.
Syrian troops said they were "within hours" of taking the entire city.
Palmyra fell to Isil in May 2015 and the world watched in horror as the jihadists executed civilians and began destroying some of the World Heritage site's most important ruins.
Isil fighters blew up part of the 2,000-year-old Arch of Triumph, the symbolic Roman entrance to the city, and dynamited the iconic temple of the Mesopotamian god Bel.
While archaeologists have yet to assess the scale of the damage firsthand, activists said the Syrian government offensive and Russian bombing had only exacerbated the destruction.
The Palmyra Coordination Committee (PCC), an opposition group that monitors the situation in the city, said: "Russia is destroying our city and civilization.
"Russian war planes, artillery and missiles have not stopped their random bombing of the city without differentiation between humans stones."
Even as some Russian military units began departing Syrian on the orders of Vladimir Putin, the Russian air force continued to launch around 25 strikes a day in support of Mr Assad's forces near Palmyra.
Recapturing the city would be a symbolic victory and the most visible symbol of Mr Assad's momentum on the battlefield.
But it would also give regime forces a major strategic foothold in central Syria and control of vast swathes of desert that extend south to the border with Iraq.
Losing Palmyra and the surrounding area could cut Isil's area of control by up to a quarter, according to an estimate by the Syrian Observatory for Human Rights, a UK-based monitor of the war.
The regime advance came as John Kerry, the US secretary of state, arrived in Moscow for meetings with Mr Putin and Sergei Lavrov, the Russian foreign minister.
US officials said the meetings would focus on "the brass tacks" of Mr Assad's future - a major sticking point at the Syrian peace talks underway in Geneva.
The Syrian opposition, backed by the West, argues Mr Assad must step down as part of a political transition to a new unity government in Damascus.
The Syrian regime has said it will not even discuss the possibility of Mr Assad's resignation.
Russia has strongly backed the Syrian regime but it remains unclear how devoted Mr Putin is to Mr Assad himself and whether Moscow would be prepared to sacrifice the Syrian leader in order to reach an agreement.
"The Secretary would like to now really hear where President Putin is in his thinking," a US official said.
Both the Syrian opposition and Staffan de Mistura, the UN envoy mediating the Geneva talks, said they hoped progress in Moscow would give new momentum to discussions in Switzerland.
Mr de Mistura said there was "a strong expectation that the talks in Moscow will be productive."
The opposition and regime negotiators have yet to meet face-to-face and Mr de Mistura has shuttled back and forth between the two sides in an effort to close the gaps.
The US and Russia will also discuss how to monitor a UN-brokered truce in Syria which came into force last month but has been violated by both rebels and the regime.
The truce does not cover Isil or other jihadist groups and both Russia and the US-led coalition have continued their bombing campaigns.
The truce has allowed humanitarian aid to reach several opposition towns which had previously been surrounded and starved by regime forces.
finally
The Syrian Armed Forces are inching closer to fully recapture the historic city of Palmyra amid massive retreat of ISIS militants. Having seized the strategic SyriaTel hilltop which overlooks the ancient castle of Palmyra yesterday, the government troops managed today to impose full control on the castle.
Earlier this morning, the Islamic State in Iraq and Syria (ISIS) launched a counteroffensive against the hotels compound located to the southwest of Palmyra. Committing to its usual tactics, the terror group initiated the assault with sending two VBIEDs. One of them has been destroyed before reaching its target by the Syrian Armed Forces; the other went off at the entrance of one of the compound’s hotels.
Fierce clashes broke out thereafter, forcing the National Defense Forces to retreat from the area. Only a few hours later, the defiant Desert Hawks units blitzed the area, killing most of the jihadis, some of them suicide bombers with their explosive vest still put on.
The hotels compound is an area located to the southeast of Palmyra where a few hotels have been built to host the tourists visiting the ancient city.
https://www.almasdarnews.com/article/field-report-syrian-army-retakes-palmyra-castle-map-update/ | Al-Masdar News
TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin al-Qaeda, Osama bin Laden, mengatakan keinginan sekelompok orang mendirikan negara Islam akan berakhir dengan kegagalan. Pernyataan Osama itu dimuat dalam dokumen bertajuk “Liberating Humans Before Liberating States” yang dirilis intelijen Amerika Serikat, Selasa, 1 Maret 2016.
Dokumen setebal 113 halaman tersebut memuat penjelasan Osama tentang kenapa dia memiliki keyakinan soal gagalnya pendirian negara Islam. Sebaliknya, misi utama ISIS justru mendirikan negara Islam.
Osama, seperti dikutip dari The Daily Beast, 2 Maret 2016, menegaskan penolakannya mendirikan negara Islam kepada para pengikutnya. Saat itu terjadi perdebatan di antara anggota al-Qaeda mengenai kapan saat yang tepat untuk menguasai wilayah dan membuat pemerintahan berdasarkan peraturan agamanya.
Osama menyebutkan keinginan menyerang para murtad dan membentuk kekhalifahan sebagai nafsu orang-orang muda yang tidak paham bahwa mendirikan sebuah negara perlu biaya dan berpeluang hancur.
Sikap Osama menimbulkan kebingungan para pengikutnya. "Kami mendengar dari beberapa pemimpin bahwa mereka mengklaim akan mendirikan negara merdeka dan tidak terikat dengan al-Qaeda dan Pemimpin, yang membuat saudara-saudara itu semakin bingung," kata Abu al Abbas, seorang milisi al-Qaeda, pada selembar surat tanpa tanggal.
Osama tetap berfokus pada tujuan utamanya. Ia berusaha menekan negara-negara Barat untuk menarik dukungan dari negara-negara yang ditudingnya murtad, seperti Israel, Arab Saudi, Yaman, Qatar, dan Mesir. Dengan begitu, negara-negara murtad itu akan hancur. Hanya dengan situasi seperti itu dapat didirikan sebuah kekhalifahan.
Itu sebabnya, Osama mendorong semua pengikutnya menyerang Barat. "Kita perlu memperluas dan membangun operasi di Amerika dan tidak membatasi penghancuran pesawat-pesawat," Osama menegaskan dalam suratnya kepada pemimpin al-Qaeda di Yaman, Nasir al-Wuhayshi. Namun, dalam dokumen itu, Osama tidak menjelaskan cara menyerang Amerika.
Osama dikenal dunia setelah menyatakan al-Qaeda bertanggung jawab atas serangan terhadap Amerika Serikat pada 11 September 2001. Ia tewas dalam operasi militer Amerika di Abbottabad, Pakistan pada 2 Mei 2011.
THE DAILY BEAST | MARIA RITA
time.com: The group is seen as a greater threat than ISIS
Jemaah Islamiyah, Indonesia’s homegrown Islamist extremist group, is quietly re-establishing itself in the country after more than a decade of apparent dormancy, officials and former extremists told Reuters.
Since last month, when supporters of the Islamic State of Iraq and Greater Syria (ISIS) launched an attack with guns and bombs at a bustling Jakarta intersection, attention has returned to the jihadist threat in Indonesia, the world’s largest Muslim country. JI was for many years the face of extremism in the nation, responsible for a series of bombings in the early 2000s that killed hundreds and prompted a crackdown that successfully jailed many of the group’s leaders.
Today, however, the group is rebounding. One analyst in Jakarta told Reuters that JI has about 2,000 active members — roughly where it was prior to the crackdown. Former members of the group, which historically had ties with al-Qaeda, corroborated this.
“JI is currently in preparation level,” Nasir Abbas, a former JI member, told Reuters. “They have not done any operations but they are recruiting people, strengthening their knowledge, education, network and finances. I would not underestimate them.”
The group is reportedly sending members to Syria for “humanitarian support,” but Abu Rusydan, JI’s current leader, said that it is focused on Indonesia.
Though supporters of ISIS claimed responsibility in last month’s attack in Jakarta, which left eight dead including four perpetrators, police say that JI poses a more significant threat to Indonesia given its longer legacy of training and organization.
Security officials say that monitoring the group’s activities has proved difficult, as many of its most important personnel are currently operating from underground.
"(Teroris) di Malang ada terkait Santoso juga. Di Palu kan melakukan penembakan juga, di Malang melakukan penambakan juga terhadap polisi," kata Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Anton Charliyan di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan, Selasa (23/2/2016).
Namun, Anton belum dapat menjelaskan dugaan keterlibatan kelompok tersebut terhadap Santoso. Yang pasti, kata dia, kaitan utama adalah tentang kemampuan menembak.
"(Kaitannya) Ya nembak, nah masalah pelatihan apakah bareng atau tidak kita masih didalami. Apakah masuk dalam kelompok yang ada pelatihan di Aceh atau tidak," kata Anton.
Selain terkait Santoso, Anton menegaskan jaringan ini juga ada hubungannya dengan bom Thamrin. Namun apa peran mereka, saat ini juga masih dalam pendalaman.
"Justru sedang didalami perannya masing-masing itu apa. Tapi yang jelas mereka mengetahui bom Thamrin," katanya.
Anton mengatakan, dalam penggerebekan di Malang pada Jumat (20/2) lalu itu, ada banyak barang bukti yang disita seperti buku-buku dan senjata airsoftgun.
"Ada yang diduga bahan-bahab peledak, tetapi setelah kita teliti itu bukan," tuturnya.
(kff/aan) Jakarta detik- Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengatakan, salah satu senjata yang ditemukan dalam penggerebekan teroris di Kampung Penatoi, Bima, NTB, merupakan milik kepolisian. Senjata itu milik mantan Kapolsek Ambalawi AKP (Anm) Abdul Salam.
"Tadi ditemukan senjata anggota Polri, Kapolsek Ambalawi yang ditembak, kemudian senjatanya diambil. Inilah orang yang menembaknya," kata Badrodin di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan, Senin (15/2/2016).
Abdul gugur dalam tugas pada tahun 2014 lalu di Bima. Para anggota teroris disebut terlibat penembakan polisi saat patroli di Poso beberapa saat lalu.
"Kelompok ini juga terlibat penembakan di Poso yang lalu," ujarnya.
Dalam penggerebekan teroris pagi tadi, satu anggota Polri terluka di bagian lengan tangan. Sementara 1 orang terduga teroris bernama Fajar tewas.
"Kemudian 2 orang pelaku kami tangkap," ujar Badrodin.
(khf/fdn)
POSO. The Poso Police’s bomb squad detonated a bomb found in a black backpack that had been placed in front of a house in Poso, Central Sulawesi, on Monday. The incident came amid the intensification of the hunt for Indonesia's terror fugitive Santoso, suspected to be hiding out in the area.
Local people told thejakartapost.com that a silver Toyota Avanza car stopped in front of the house of M. Rundubelo in Kawua subdistrict, Poso, at around 10:30 a.m., on Sunday. At the same time, another car, an L-300, also stopped near the location.
"Suddenly, a passenger got out of the L-300 and put a bag on the side of the road. He then moved into the Avanza and left," Kawua resident Nova Riatimogi told thejakartapost.com on Sunday.
Another resident named Sugeng Rundubelo said that he saw two people get out of the L-300 car, one of them wearing a white cap and the other one wearing a white undershirt.
A few hours later, Poso Police's bomb squad arrived to handle the possible bomb.
The police have yet to deliver a statement on the incident.
The National Police and the Indonesian Military (TNI) are hunting Santoso, alias Abu Wardah, the country's most wanted terrorist, in the forested areas around Poso. Santoso and his 45 followers of the East Indonesia Mujahidin terrorist group are believed to be hiding in the forests where they hold military training camps and arrange attacks against the police. (Ruslan Sangadji)
TEMPO.CO, Jakarta - Setelah aktif di dunia maya, Muhammad Bahrun Naim, terduga otak teror bom Thamrin, mem-posting ulasan serangan yang berjudul “Nasehat untuk Penonton”. “Serangan tersebut adalah bentuk qishash (pembalasan) terhadap serangan pasukan salibis terhadap kaum muslimin di Indonesia,” tulis akun Bahrun Naim, Senin, 18 Januari 2016.
Tulisan tersebut dikutip Tempo pada Selasa, 19 Januari 2016, di blog pribadinya,www.bahrunnaim.site. Dalam serangan teror Thamrin, kata dia, Junud Daulah Islam di Indonesia sengaja menargetkan aparat kepolisian dan warga asing yang berada di Indonesia.
BACA: Sempat Diblokir, Blog Milik Bahrun Naim Aktif Lagi
Menurut dia, pembalasan itu dilakukan lantaran banyak muslimin di Indonesia yang terbunuh. Dia memperkirakan jumlahnya sekitar 200 jiwa. Dia berujar, mereka dibunuh Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri, yang ia sebut sebagai Densus Yesus.
Mengenai teror Thamrin, Bahrun juga menulis bahwa telah memberi peringatan melalui terduga Santoso alias Abu Wardah. “Meninggalnya beberapa orang dalam serangan tersebut memberikan catatan kepada kita semua bahwa serangan Junud Daulah Islam adalah sesuatu yang telah diserukan.”
BACA: Polisi Selidiki Keaslian Suara Bahrun Naim di Sound Cloud
Dalam tulisan itu, Bahrun pun memperingatkan masyarakat agar menghindari perbuatan kufur, syirik, dan maksiat. Bahkan dia mengajak masyarakat membenci pemerintah, kepolisian, dan setiap langkah yang memerangi Islam.
“Membenci setiap langkah mereka (pemerintah) yang bersekutu dengan asing dan kapitalis,” tulisnya. Selain itu, ada sejumlah peringatan lain kepada masyarakat.
Di akhir tulisan, Bahrun menyatakan peringatan tersebut bukan sekadar ejekan, cemoohan, dan tontonan. “Takutlah terhadap setiap ucapan dan perbuatan yang akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat. Sungguh anak-anak yatim dan orang-orang yang terzalimi teramat dekat kedudukannya di akhirat bersama Allah dan Rasul-Nya.”
BACA: Jibriel: Bahrun Naim Lebih Suka Meretas Ketimbang Menyerang
Hanya belum ada sikap resmi dari pihak pemerintah ataupun kepolisian terkait dengan posting-an Bahrun tersebut. Sampai berita ini ditulis, blog tersebut masih bisa diakses khalayak setelah sempat diblokir beberapa hari. Diduga, Bahrun membobol blokiran pemerintah, mengingat dia adalah ahli informatika dan telekomunikasi serta memiliki tim peretas.
AVIT HIDAYAT
Jakarta detik - Tim Densus 88 Antiteror menangkap enam anggota teroris kelompok Santoso. Salah satu di antara yang ditangkap itu pernah menyembunyikan Santoso.
"AP, 38 tahun, pendukung logistik dan pernah sembunyikan Santoso di rumahnya," kata Kabag Penum Polri Kombes Suharsono dalam keterangannya, Jumat (1/1/2016).
Sedangkan lima orang lainnya masing-masing adalah DRK (25), SB (30), R alias A (19), S alias T (40), dan SP alias L (28). "Keenam orang itu ditangkap di daerah Poso, Malino dan Ampana. Saat ini masih dilakukan pendalaman dan pengembangan," ujar dia.
Kapolri Jenderal Badrodin Haiti sebelumnya mengatakan, 6 orang berjenis kelamin pria itu ditangkap petugas pada Kamis (31/12/2015) kemarin.
"Dia yang mengkooradinasi di bawah, yang mengatur ada anggota bergabung, ada informasi-informasi penting, gerakan-gerakan penting, itu dia yang mengatur semua," ujar Kapolri.
(idh/bag)
Bisnis.com, MAKASSAR - Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti mempersilakan teroris yang paling diburu saat ini, Santoso, untuk meledakkan Polda Metro Jaya.
Hal itu diungkapkannya terkait dengan video propaganda yang tersebar di media sosial.
"Silakan kalau mau meledakkan (Polda Metro Jaya) dan kita sudah antisipasi itu, silakan datang," tegasnya saat membuka Rakorda Pilkada Serentak 2015 Provinsi Sulawesi Selatan di Makassar, Selasa (24/11/2015).
Sebuah video berisi rekaman suara berdurasi 9 menit 34 detik yang disebut sebagai pemimpin Jamaah Indonesia Timur Santoso alias Abu Warda mengancam akan meledakkan Polda Metro Jaya dan Istana Merdeka beredar luas di media sosial.
Pada video itu tercantum tulisan 'Seruan Sang Komandan, Abu Wardah Asy-Syarqi'. Pada video terlihat kibaran bendera ISIS di bagian kiri gambar dan sosok seorang pria yang diduga komandan kelompok Mujahidin Indonesia Timur, Santoso alias Abu Wardah.
"Saat ini anggota sudah memburunya. Doakan saja, semoga Santoso dan jaringannya ini bisa ditemukan segera," kata Kapolri.
Dia juga meminta masyarakat tidak terpengaruh atas video tersebut.
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sudah meminta Kementerian Komunikasi dan Informatika memblokir video propaganda tersebut di media sosial.
BNPT juga berkoordinasi dengan Subdirektorat Cyber Crime Bareskrim Mabes Polri untuk menindaklanjuti adanya video yang beredar luas tersebut.
Jakarta detik- Sejumlah WNI dilaporkan bergabung dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Pengamat terorisme Sidney Jones mengingatkan pemerintah Indonesia agar mewaspadai kemungkinan jaringan terorisme akan lebih kuat sekembalinya WNI itu ke Tanah Air.
"Begitu banyak orang sekarang ini bergabung dengan ISIS. Bahwa Indonesia harus siap, bahwa mereka harus siap, kami harus siap bahwa lambat laun mereka akan kembali," ujar Sidney di Polda Metro Jaya, Jl Sudirman, Jakarta, Rabu (18/11/2015).
"Jika mereka kembali bahwa sel-sel jihadis di Indonesia jadi lebih profesional," imbuh Direktur Institute for Policy and Analysis Conflict (IPAC) ini.
Menurut dia, Polri telah melakukan upaya penindakan terhadap jaringanterorisme karena mereka belum benar-benar terlatih sejak tahun 2009.
"Karena sejak 2009 polisi di Indonesia begitu hebat karena mereka (jaringan teroris) belum kompeten tapi bisa jadi jauh lebih profesional kalau ada yang sudah berlatih dan ikut bertempur di Suriah," ujarnya.
Terkait serangan di Paris pada Jumat 13 November, Sidney menilai jaringan terorisme di Indonesia belum bisa meniru kejadian seperti di Paris. "Saya kira sekarang ini mereka tidak punya kapasitas untuk melakukan serangan seperti di Paris. Tapi bahwa mereka ada keinginan, kemungkinan iya," kata warga Australia ini.
(aan/nrl)
Moskow detik -
Pemerintah Mesir menahan dua karyawan bandara Sharm al-Sheikh terkait jatuhnya pesawat Metrojet Rusia pada tanggal 31 Oktober 2015. Mereka diduga kuat memasukkan bom dalam pesawat nahas itu.
"Sebanyak 17 orang ditahan dan dua dari mereka terbukti telah membantu memasukan bom ke dalam pesawat di bandara Sharm al-Sheikh," ujar salah satu pejabat yang tak disebutkan namanya seperti dilansir Reuters, Selasa (17/11/2015).
Sedangkan Kepala keamanan federasi Rusia (FSB) Alexander Bortnikov mengatakan pihaknya menyimpulkan bom rakitan yang mengandung sekitar 1 kg (2 lbs) dari TNT telah meledakkan pesawat Metrojet.
"Kami tegaskan itu aksi teroris!" kata Bortnikov
Sebelumnya, FSB mengatakan akan memberikan imbalan sebesar US$ 50 juta atau sekitar Rp 687 miliar bagi yang bisa memberikan informasi. Informasi mengenai pelaku teroris di balik jatuhnya pesawat yang menewaskan 224 penumpang.
FSB juga meminta agar pelaku bisa teridentifikasi dengan segera. Agar secepatnya bisa tertangkap.
"Kami akan memberikan hadiah sebesar US$ 50 juta bagi siapa saja yang bisa memberikan informasi dan menangkap pelaku," kata FSB dalam situs resminya.
Pesawat jenis Airbus A-321 milik maskapai Rusia, Metrojet atau yang memiliki nama resmi Kogalymavia, jatuh selang 23 menit setelah lepas landas dari Bandara Sharm el-Sheikh, Mesir menuju St Petersburg Rusia pada 31 Oktober 2015 lalu.
(yds/nwk)
Kabar24.com, SIDOARDJO -- Menanggapi teror bom di Bali, aparat pertahanan dan keamanan di tanah air diminta melakukan patroli bersama.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menginstruksikan prajuritnya untuk melaksanakan patroli bersama anggota Polri di berbagai daerah guna memberi jaminan keamanan bagi masyarakat di seluruh wilayah.
"Tingkatkan koordinasi dan intens lakukan patroli dengan rekan-rekan Polri di seluruh daerah, khususnyA wilayah yang patut digelar patroli," ujarnya di hadapan wartawan usai menyaksikan laga grup C Piala JenderaL Sudirman di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, Minggu (15/11/2015).
Peningkatan keamanan tersebut, kata dia, sebagai wujud antisipasi dan pencegahan menanggapi serangan bom di Paris oleh kelompok tertentu beberapa hari lalu.
"Jangan sampai terjadi hal-hal tak diinginkan di wilayah keamanan hukum di Indonesia," ucap mantan Pangdam V Brawijaya tersebut.
Tidak itu saja, orang nomor satu di tubuh TNI tersebut juga meminta anggotanya mengadakan pengamatan dan selanjutnya menginformasikan sesuatu yang dianggap janggal demi mewujudkan keamanan maupun ketertiban.
"Tugas TNI dan Polri adalah menciptakan keamanan di seluruh wilayah Tanah Air, serta mencegah hal-hal yang tidak diinginkan," katanya didampingi KSAD Jenderal TNI Mulyono.
Sebelumnya, terjadi serangan bersenjata di gedung konser Bataclan di Paris Perancis, Jumat (13/11), yang menewaskan lebih dari 100 orang.
Pada hari yang sama juga terjadi ledakan bom di dekat stadion Stade de France yang sedang menggelar pertandingan antara tim nasional Prancis melawan Jerman dan dilaporkan lima orang tewas pada ledakan tersebut.
Suara ledakan terdengar sampai ke Stade de France, arena yang berlokasi di pinggiran selatan Saint-Denis.
Seorang saksi mata mengatakan, ledakan tersebut melemparkan orang keluar restoran cepat saji McDonald's yang berseberangan dengan stadion.
Pertandingan sepak bola tersebut berlangsung sampai selesai, tapi kepanikan segera menjalar setelah beredarnya kabar soal serangan teroris tersebut.
YOGYAKARTA ID-Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi menilai penyebaran paham
terorisme oleh para ekstrimis di Indonesia saat ini lebih banyak
menyasar komunitas mahasiswa."Ancaman terorisme betul-betul nyata. Kini penyebaran paham terorisme lebih banyak menyasar komunitas-komunitas mahasiswa," kata Imam Nahrawi usai acara Gelar Budaya Nusantara yang diselenggarakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Lapangan Graha Sabha Pramana Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Jumat malam.
Menurut Nahrawi, lingkungan kampus merupakan objek yang paling mudah menerima isme-isme atau paham transnasional seperti terorisme.
Oleh sebab itu, kata dia, dibutuhkan upaya antisipasi oleh berbagai pihak. Kemenpora bersama BNPT, menurut dia, sebelumnya telah meningkatkan sosialisasi kepada kalangan mahasiswa mengenai bahaya radikalisme dan terorisme.
"Oleh sebab itu semakin banyak kita melakukan sosialisasi dan antisipasi dari awal merupakan solusi cepat memerangi terorisme," kata dia.
Ia mengatakan, penjajahan yang menyerang tanah air saat ini bukan lagi menggunakan senjata. Penjajahan yang dapat berwujud penyebaran radikalisme lebih banyak menyerang kekuatan budaya, tradisi, serta ilmu pengetahuan.
"Penjajahan itu menggiring generasi muda untuk membangkang kepada negara," kata dia.
Selain itu, Nahrawi mengatakan kalangan mahasiswa atau pemuda secara umum juga perlu didorong menumbuhkan rasa cinta tanah air. "Perlu diingatkan bahwa Indonesia merupakan negara yang patut dibanggakan dan kaya raya," kata dia.
Para pemuda, lanjut Nahrawi, juga perlu terus didorong untuk tidak berhenti meningkatkan kreatifitas, sebab dalam diri mereka sesungguhnya terdapat potensi yang luar biasa.
Gelar Budaya Nusantara yang merupakan penutup rangkaian acara BNPT di Yogyakarta itu dihadiri oleh ratusan mahasiswa dari perguruan tinggi negeri dan swasta di Yogyakarta. Selain menyajikan tarian kolosal juga menghadirkan artis kenamaan Armand Maulana dan Charlie van Houten.(ant/hrb)
TEMPO.CO, Islamabad - Pada peringatan 14 tahun serangan 11 September di Amerika Serikat, pemimpin Al-Qaeda telah membidik musuhnya dalam sebuah pidato penuh kemarahan, tapi kali ini bukan Amerika. Sasaran kemarahan kelompok ekstremis itu adalah kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Perang tersebut adalah peperangan yang "tak terdamaikan".
Dikutip dari ABC News, Kamis, 10 September 2015, Ayman al-Zawahiri, dokter asal Mesir yang menggantikan peran Osama bin Laden di Al-Qaeda empat tahun lalu, dalam sebuah pesan audio terbarunya menuduh pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi, telah menghasut dengan mengatakan bahwa ia dan kelompoknya, Al-Qaeda, bukanlah pemimpin semua umat Islam. Ayman juga menyebut ISIS telah merendahkan Al-Qaeda. Dia menanggapi pernyataan Al-Baghdadi yang disampaikan 14 bulan lalu di sebuah masjid Mosul.
Dalam rekaman itu, Al-Zawahiri juga mengeluh bahwa Baghdadi telah mengabaikan muslim yang menderita di Gaza dan di Pakistan. "Kami lebih suka merespons sesedikit mungkin, tapi keluar dari tindakan untuk memadamkan api penghasutan," kata Zawahiri. "Namun Abu Bakr al-Baghdadi tidak memberikan kami pilihan. Dia telah menuntut bahwa semua mujahidin harus membatalkan dan menolak janji kepada kepatuhan (Al-Qaeda) dan membuat mereka berjanji untuk apa yang mereka klaim sebagai kekhalifahan."
Perbedaan yang semakin meruncing dari kedua kelompok ekstremis itu mendapat perhatian pengamat. "Ini cukup menarik," ujar mantan Direktur Pusat Kontra-Terorisme Nasional Matthew Olsen. “Zawahiri sampai sekarang belum bersedia secara terbuka mengutuk Baghdadi dan ISIS. Ini menyoroti seberapa dalam perbedaan antara kepemimpinan Al-Qaeda dan ISIS.”
Menurut dia, dengan situasi terbaru ini, Amerika seharusnya bisa mengeksploitasi kedua kelompok. AS bisa menggunakan informasi palsu untuk membuat ancaman terhadap milisi kedua kelompok satu sama lain dan mendesain pertempuran.
ISIS, sebelumnya cabang Al-Qaeda di Irak, memisahkan diri dua tahun lalu.
ABC NEWS | MECHOS DE LAROCHA
TEMPO.CO, Malang - Sutiaji, Wakil Wali Kota Malang, Jawa Timur, mengungkap informasi adanya sebuah kampus di kota itu yang menjadi area bebas Tuhan. Sutiaji enggan menyebutkan kampus tersebut dan hanya menekankan perlunya pengawasan yang melibatkan unsur tokoh masyarakat dan agama setempat.
Sutiaji mengungkap itu dalam rapat koordinasi penanganan perkara tindak pidana terorisme di Balai Kota Malang, Selasa 25 Agustus 2015. Rapat koordinasi digelar Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama unsur Pengadilan, Kepolisian, Kejaksaan, dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT).
Menurut Sutiaji, Kota Malang dan sekitarnya menjadi perhatian dalam penanggulangan terorisme lantaran menjadi tempat persembunyian pelaku terorisme mulai Azhari, Noordin M Top dan pelaku teror yang tergabung dalam Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). "Terakhir terjadi bentrok narapidana terorisme di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru," ujarnya.
Kelompok ekstrem kiri dan ekstrem kanan, katanya, tumbuh di Malang, termasuk yang diungkapnya tentang aea bebas Tuhan itu. Namun Sutiaji enggan menyebutkan identitas kampus tersebut. "Untuk itu dilakukan pengawasan melibatkan unsur tokoh masyarakat dan agama setempat," katanya.
Sebelumnya, Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT, Inspektur Jenderal Arif Darmawan, menerangkan, rapat koordinasi digelar untuk tujuan menyusun formula yang efektif dalam memberantas pelaku tindak pidana terorisme. Selain koordinasi, juga digelar pelatihan untuk penanggulangan terorisme dengan ancaman senjata kimia, biologi, radiologi dan nuklir.
Pelatihan dilakukan di dalam dan luar ruangan dan Kota Malang dianggap memiliki kesatuan tugas yang lengkap dalam latihan pemberantasan terorisme itu. Latihan luar ruangan rencananya diselenggarakan di Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh Malang, Rabu 26 Agustus 2015.
Selain di Kota Malang, koordinasi berlangsung di lima kota lainnya meliputi Pekanbaru, Samarinda, Pontianak, Padang, dan Jakarta.
EKO WIDIANTO
Solo - Tiga tersangka kasus teror yang ditangkap di Solo adalah disebut sebagai pembuat bom rakitan handal. Mereka bisa merakit bom dengan daya ledak tinggi.
Dari penangkapan terhadap tiga tersangka dan penggeledahan di empat di Solo dan Karanganyar, polisi mengaku menemukan sejumlah bahan kimia yang akan dimodifikasi untuk rakitan. Selain itu juga ditemukan beberapa handphone yang telah disiapkan untuk alat kendali jarak jauh, kertas tutorial perakitan bom, bendera simbol ISIS, serta sebuah kaos.
"Dari temuan lapangan dan pengakuan menunjukkan mereka telah melakukan pengembangan secara signifikan dalam perakitan bom," ujar ahli bom Mabes Polri, AKBP Sunandi kepada wartawan di Mapolresta Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (14/8/2015).
Adapun komponen-komponen yang ditemukan polisi saat dilakukan penggeledahan, lanjut Sunandi, memang masih terpisah-pisah. Namun karena rangkaian switcher sudah jadi maka hanya butuh waktu satu jam untuk merangkai semua dan tak butuh waktu satu jam untuk menjadi rangkaian sempurna siap meledak.
"Dari pengakuan mereka akan menyerang Polsek Pasarkliwon, tempat ibadah, anggota (Polri). Caranya rangkaian bom akan diletakkan di Polsek atau gereja yang ditarget lalu ditinggal," lanjutnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, polisi telah menangkap tiga pemuda Solo, yaitu Ibadurahman, Yuskarman dan Giyanto. Mereka disebut hendak menyerang kantor polisi dan anggota Polri, tempat ibadah Nasrani dan Khonghucu, dan akan mengacaukan peringatan Kemerdekaan RI.
(mbr/rul)
MAKASSAR koran tempo - Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan dan Barat Inspektur Jenderal Anton Setiadji mengatakan Detasemen Khusus Antiteror Mabes Polri sedang mendalami jaringan Ustad Muhammad Basri terduga pengikut kelompok Islamic State of Iraq and al-Sham ISIS di Makassar Pemimpin Pondok Pesantren Tanfizul Al-Quran Makassar itu ditangkap setelah membeli sayur kemarin Untuk saat ini pemeriksaan masih dilakukan di Makassar Tapi tim Densus tidak menyebutkan lokasi pemeriksaan kata Anton kepada Tempo kemarin Anton.
Jakarta detik - Datasemen Khusus 88/Antiteror melakukan penggeledahan di rumah Daeng Koro, pentolan teroris Poso yang tewas dalam baku tembak beberapa pekan lalu. Aparat menemukan sejumlah barang bukti, salah satunya adalah baju dan bendera berkalimat Tauhid yang digunakan teroris ISIS.
Penggeledahan dilakukan pada Rabu (22/4/2015) sekitar pukul 12.30 WITA. Tim Densus 88 dibantu Brimob Polda Sulawesi Tengah dan Polres Morowali menyisir rumah yang ditempati istri Daeng Koro, Nurjanah, yang berada di dalam Pondok Pesantren Darul Anshor, Dusun IV Desa Panca Makmur, Kecamatan Soyo Jaya, Kabupaten Morowali.
Penggeledahan juga dilakukan di beberapa ruangan dan rumah yang ada di dalam pondok pesantren. Ini dikarenakan didapai bendera berlambang kalimat tauhid yang digunakan kelompok teroris ISIS, terpasang di ruang kelas belajar ponpes.
Saat menggeledah ruang lainnya, penyidik menemukan seorang yang terbaring lumpuh. Pria tersebut diketahui bernama Lukmanul Hakim. Dia diuga terluka saat mengikuti pelatihan militer (tadrib) bersama Daeng Koro dan Santoso.
"Di rumah yang ditempati LNH ini petugas menyita beberapa barang bukti dan dokumen penting," kata salah seorang perwira di Densus 88, Jumat (24/4/2015).
Penggeledahan pun berlanjut ke rumah mertua Daeng Koro, Napisa. Namun di lokasi yang terletak tidak jauh dari lokasi pesantren tersebut, polisi tidak menemukan bukti terkait Daeng Koro.
Aparat menyita beberapa barang bukti dari penggeledahan tersebut, antara lain 1 buah kompas, 1 pisau badik, 1 pasang pelindung lutut, 2 lembar bendera hitam dengan kalimat tauhid (lambang ISIS), 1 masker hitam, dan sebuah jas hujan hijau.
Sementara itu, Ketua Komnas HAM RI perwakilan Sulawesi Tengah Dedi Askary meminta negara mengambil langkah penting terkait nasib istri dan tiga anak Daeng Koro pasca tewasnya otak teror Poso.
"Terhadap istri almarhum Daeng Koro, mengingat yang bersangkutan dalam kondisi hamil delapan bulan, haruslah ada kebijakan khusus, semisal membantu yang bersangkutan menjalani kehidupannya menyongsong momentum lahirnya sang bayi hingga pembiayaan penghidupan sang ibu dan anak," kata Dedi dalam keterangan pers yang diterima detikcom.
Berbarengan dengan langkah dan intervensi kepada istri Daeng Koro, tidak kalah penting upaya dan langkah-langkah yang dipandang penting dan strategis terhadap ketiga anak yang masih di bawah umur, apalagi dalam foto yang dilansir Polda Sulteng mereka terlihat tengah menenteng senjata.
"Publik dibuat shok, betapa tidak anak seusia itu telah dididik memanggul senjata, tentunya keadaan tersebut memunculkan berbagai tanya, bagaimana nasib dan arah kehidupan ketiga anak almarhum di kemudian hari," kata Dedi.
JAKARTA -Istri Daeng Koro memastikan bahwa jenazah terduga teroris yang tewas ditembak Densus 88 adalah suaminya. Daeng Koro tewas usai baku tembak di Pegunungan Sakina Jaya, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Nama asli Daeng Koro adalah Sabar Subagio.
"Istri Daeng Koro sudah dipertemukan dengan jenazah Daeng Koro, dan yang bersangkutan meyakini bahwa itu adalah suaminya," jelas Kombes Pol Rikwanto Kepala Bagian Penerangan Umum Humas Mabes Polri, saat dikonfirmasi, Minggu (5/4/2015).
Daeng Koro adalah anggota TNI yang dipecat, terakhir bertugas di Sulawesi Selatan. Daeng Koro juga beberapa kali melakukan pelatihan perang yang diikuti sejumlah pemuda.
Gembong teroris Sulawesi Tengah itu tewas saat baku tembak antara kelompok teroris dan aparat polisi di Kabupaten Parigi Moutong, Jumat 3 April 2015.
Daeng Koro dipercaya sebagai orang nomor dua setelah Santoso yang tergabung dalam kelompok Mujahidin Indonesia Timur yang beranggotakan 20 hingga 30 orang. Daeng Koro dan sejumlah rekannya telah ditetapkan oleh polisi ke dalam daftar pencarian orang (DPO) karena terkait serangkaian kasus kekerasan di Sulawesi Tengah.(ful)
Liputan6.com, Palu - Jenazah terduga teroris yang tewas saat baku tembak dengan tim gabungan Densus 88 Antiteror dan Brimob di Kabupaten Parigi Moutong yang berbatasan dengan Poso, dibawa dengan ambulans ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda di Palu, Sulawesi Tengah. Dengan kawalan ketat satu regu Brimob bersenjata lengkap, ambulans akhirnya tiba malam tadi pukul 21.50 Wita.
Kapolda Sulteng Brigjen Pol Idham Aziz mengatakan, jenazah tersebut dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara guna menjalani proses autopsi.
"Sesuai protap yang ada jenazah harus diautopsi. Setelah ada hasilnya, baru kita cocokkan dengan sipil bersenjata yang telah ditetapkan sebagai DPO (daftar pencarian orang atau DPO)," kata Idham yang dihubungi dari Palu saat berada di Polres Parigi Moutong, Sabtu (4/4/2015) dini hari.
Terduga teroris tewas dalam baku tembak di pegunungan Salumpangi, Desa Sakinah Jaya, Kecamatan Parigi Utara itu diperkirakan pria berinisial MK alias BK yang telah ditetapkan sebagai DPO kasus terorisme Poso. Dugaan itu diperkuat berdasarkan foto wajah BK yang terpampang dalam poster DPO Polda Sulteng sama dengan jenazah sipil bersenjata tersebut.
"Untuk pembenarannya tunggu hasil autopsi dulu. Yang pasti satu orang yang tewas itu merupakan kelompok dari Santoso dan Daeng Koro," tandas Idham.
Sebelumnya, tim gabungan Densus 88 dan Brimob terlibat baku tembak dengan kelompok sipil bersenjata yang berjumlah 12 orang di pegunungan Salumpangi, Desa Sakinah Jaya, Kecamatan Parigi Utara, sekitar pukul 16.00 Wita.
Dalam baku tembak kurang lebih satu jam itu, satu anggota sipil bersenjata tewas setelah terkena tembakan di bagian dada. Hingga berita ini diturunkan, penyisiran Densus dan Brimob dihentikan. Penyisiran lanjutan akan digelar kembali pada Sabtu pagi nanti.
Adapun usai baku tembak dengan terduga teroris, barang bukti yang ditemukan berupa dua pucuk senjata api jenis rakitan dan organik M-16. Selain itu ditemukan ratusan selongsong amunisi dan serpihan bahan peledak. (Ans)
Kabar24.com, SANAA/ADEN – Serangan bom bunuh diri terhadap dua masjid terjadi di Ibu Kota Yaman, Sanaa, saat jamaah sedang melaksanakan shalat Jumat.
Akibat serangan yang diakui kelompok Negara Islam (ISIS) itu 137 jamaah meninggal dunia dan ratusan lainnya mengalami luka-luka.
Serangan terhadap masjid yang digunakan oleh pendukung pejuang Syiah Houthi , yang menguasai kota itu, merupakan aksi yang paling mematikan dalam tahun-panjang kekerasan di negara tersebut.
Seperti diketahui, Washington telah melancarkan serangan pesawat tanpa awak atau drone terhadap cabang markas lokal kelompok militan al Qaeda.
Kerusuhan sektarian merebak di kawasan ini dalam beberapa bulan terakhir setelah para pejuang Syiah yang didukung Iran menguasai wilayah ibu kota Yaman.
Empat pembom mengenakan sabuk berpeledak menjadikan jamaah yang berada di dalam masjid sebagai target. Kantor berita pemerintah, Saba, yang dikendalikan oleh kelompok Syiah Houthi, menyebutkan korban tewas mencapai 137 orang, korban luka 357 orang.
Rumah sakit kewalahan, dan meminta warga menjadi donor darah untuk membantu mengobati sejumlah besar korban.
Seorang wartawan Reuters di masjid Badr menghitung setidaknya 25 mayat berdarah tergeletak di jalan dan di dalam gedung. Satu orang membawa anak dalam pelukannya.
Milisi Negara Islam yang mengontrol sejumlah bagian Suriah dan Irak dan telah merekrut pengikut dari negara-negara lain menganggap Syi'ah sebagai kelompok sesat.
Milisi ISIL dan Al Qaeda kini bersatu melawan Huthi di Yaman, memberi mereka musuh bersama yakni rezim pemerintah dukungan AS, dalam konflik multi-sisi yang kompleks di negara termiskin di dunia Arab ini.
"Biarkan Houthi musyrik mengetahui bahwa tentara dari Negara Islam tidak akan beristirahat dan tidak akan tinggal diam sampai mereka terbasmi habis-habisan," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh pendukungnya di Twitter.
"Insya Allah, operasi ini hanya bagian dari banjir yang akan datang," ancam pesan tersebut lebih jauh.
Di antara korban tewas adalah Almortada al-Mahatwary, tokoh terkemuka Syiah Zaidi di Yaman Syiah, demikian dikabarkan saluran televisi al- Masirah yang dikendalikan kelompok Syiah Houthi.
Masjid Badr diledakkan oleh dua pembom bunuh dirinya dan dua lainnya menyerang sebuah masjid kedua.
Seorang pembom kelima tewas ketika mencoba menyerang sebuah masjid di provinsi Saada, wilayah di utara ibu kota yang juga dikuasai kubu Houthi. Peledak yang dikenakan pelaku meledak terlalu cepat, ujar seorang sumber keamanan kepada Reuters.
"Saya akan berdoa di masjid (Badr) saat saya mendengar ledakan pertama, dan sedetik kemudian saya mendengar ledakan lainnya," kata seorang saksi mata.
Tayangan televisi menunjukkan sejumlah pemuda berpakaian tradisional Yaman mengangkut tubuh-tubuh tak bernyawa, beberapa masih menetes darahkan, keluar dari masjid.
Di Washington, Gedung Putih mengutuk pemboman dan namun mengatakan tidak bisa mengkonfirmasi apakah penyerang itu benar-benar berafiliasi dengan milisi Negara Islam.
Kabar24.com, SANAA/ADEN – Serangan bom bunuh diri terhadap dua masjid terjadi di Ibu Kota Yaman, Sanaa, saat jamaah sedang melaksanakan shalat Jumat.
Akibat serangan kembar yang diakui kelompok Negara Islam (ISIS) itu 137 jamaah meninggal dunia dan ratusan lainnya mengalami luka-luka.
Serangan terhadap masjid yang digunakan oleh pendukung pejuang Syiah Houthi , yang menguasai kota itu, merupakan aksi yang paling mematikan dalam tahun-panjang kekerasan di negara tersebut.
Seperti diketahui, Washington telah melancarkan serangan pesawat tanpa awak atau drone terhadap cabang markas lokal kelompok militan al Qaeda.
Kerusuhan sektarian merebak di kawasan ini dalam beberapa bulan terakhir setelah para pejuang Syiah yang didukung Iran menguasai wilayah ibu kota Yaman.
Empat pembom mengenakan sabuk berpeledak menjadikan jamaah yang berada di dalam masjid sebagai target. Kantor berita pemerintah, Saba, yang dikendalikan oleh kelompok Syiah Houthi, menyebutkan korban tewas mencapai 137 orang, korban luka 357 orang.
Rumah sakit kewalahan, dan meminta warga menjadi donor darah untuk membantu mengobati sejumlah besar korban.
Seorang wartawan Reuters di masjid Badr menghitung setidaknya 25 mayat berdarah tergeletak di jalan dan di dalam gedung. Satu orang membawa anak dalam pelukannya.
Milisi Negara Islam yang mengontrol sejumlah bagian Suriah dan Irak dan telah merekrut pengikut dari negara-negara lain menganggap Syi'ah sebagai kelompok sesat.
Milisi ISIL dan Al Qaeda kini bersatu melawan Huthi di Yaman, memberi mereka musuh bersama yakni rezim pemerintah dukungan AS, dalam konflik multi-sisi yang kompleks di negara termiskin di dunia Arab ini.
"Biarkan Houthi musyrik mengetahui bahwa tentara dari Negara Islam tidak akan beristirahat dan tidak akan tinggal diam sampai mereka terbasmi habis-habisan," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh pendukungnya di Twitter.
"Insya Allah, operasi ini hanya bagian dari banjir yang akan datang," ancam pesan tersebut lebih jauh.
Di antara korban tewas adalah Almortada al-Mahatwary, tokoh terkemuka Syiah Zaidi di Yaman Syiah, demikian dikabarkan saluran televisi al- Masirah yang dikendalikan kelompok Syiah Houthi.
Masjid Badr diledakkan oleh dua pembom bunuh dirinya dan dua lainnya menyerang sebuah masjid kedua.
Seorang pembom kelima tewas ketika mencoba menyerang sebuah masjid di provinsi Saada, wilayah di utara ibu kota yang juga dikuasai kubu Houthi. Peledak yang dikenakan pelaku meledak terlalu cepat, ujar seorang sumber keamanan kepada Reuters.
"Saya akan berdoa di masjid (Badr) saat saya mendengar ledakan pertama, dan sedetik kemudian saya mendengar ledakan lainnya," kata seorang saksi mata.
Tayangan televisi menunjukkan sejumlah pemuda berpakaian tradisional Yaman mengangkut tubuh-tubuh tak bernyawa, beberapa masih menetes darahkan, keluar dari masjid.
Di Washington, Gedung Putih mengutuk pemboman dan namun mengatakan tidak bisa mengkonfirmasi apakah penyerang itu benar-benar berafiliasi dengan milisi Negara Islam.
Ia telah menjalani hukuman kurang dari 10 tahun dari total hukuman 18 tahun penjara. "Kholili berkelakuan baik dan mendapat remisi pada lebaran lalu, setiap tahun juga mendapat remisi," kata Kepala Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Malang, Herry Wahyudiono, Rabu (6/8/2014)
Meski demikian, selama menjalani pembebasan bersyarakat Kholili wajib lapor sebulan sekali ke Badan Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM.
Kholili alias Yahya merupakan jaringan teroris pimpinan Dr Azhari dan Noordin M Top. Dia berperan sebagai kurir bom yang diproduksi Azahari.
Densus 88 Anti-Teror menangkapnya di perbatasan Semarang-Demak pada 9 November 2005. Dari Kholili terungkap markas persembunyian Dr Azahari di Jalan Flamboyan Kota Batu.
Kholili juga mengaku baru mendapat pemberitahuan tadi pagi dan belum memberitahu keluarga. Warga Jodipan Gang I, Kota Malang ini, mengurus administrasi sendirian tanpa didampingi keluarga.
"Baru tadi pagi diberitahu kalapas," ujarnya di sela-sela mengurus administrasi.
Sejak dipindahkan dari Lapas Krobokkan, Bali pada 10 Oktober 2008 lalu, Kholili menempati Blok 12 dengan penjagaan ketat serta jauh dari blok tahanan lainnya. (ris)
(kem)
detik Sanaa, - Seorang pemimpin berpengaruh Al-Qaeda di Yaman memuji kelompok militan Sunni, Daulah Islamiyah atau tadinya ISIS, atas kemenangan mereka di Irak.
"Saya mengucapkan selamat kepada seluruh mujahiddin di berbagai front dan seluruh muslim atas kemenangan saudara-saudara kita di Irak terhadap boneka (Syiah Iran)," cetus pemimpin ideologi Al-Qaeda di Yaman, Ibrahim al-Rubaish dalam video yang diposting online, seperti diberitakan AFP, Kamis (14/8/2014).
Rubaish dianggap sebagai kepala urusan agama jaringan Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP), kelompok Al-Qaeda cabang Yaman yang dibentuk tahun 2009 dalam merger antara cabang Arab Saudi dan Yaman.
"Siapa yang tidak menyambut kemenangan Sunni dan kekalahan kelompok-kelompok (Perdana Menteri Nuri al-) Maliki yang telah sewenang-sewenang terhadap Sunni?" tutur Rubaish.
PM Maliki terus menentang desakan internasional untuk meletakkan jabatannya. Banyak pihak yang menganggap kebijakan Maliki di Irak telah memperlebar perpecahan sektarian, sehingga menimbulkan ketidakpercayaan terhadap pemerintah yang mendorong munculnya kelompok ISIS.
Kelompok AQAP dianggap oleh pemerintah Amerika Serikat sebagai cabang Al-Qaeda paling mematikan di dunia. AQAP telah menyatakan pihaknya tetap setia kepada Ayman al-Zawahiri, pria kelahiran Mesir yang dikenal sebagai penerus pendiri Al-Qaeda, Osama bin Laden.
TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Densus 88 Antiteror Polri dan Polda Metro menangkap Ketua Harian Ketua Harian Jamaat Ansorut Tauhid (JAT) atas nama Ustaz Afif Abdul Majid alias Afif.
Afif ditangkap di pinggir jalan tepatnya di depan Toko Kebab Jalan Wibawa Mukti Kecamatan Jati Asih Bekasi kota sekitar pukul 22.45 WIB, Sabtu (9/8/2014).
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Ronny Franky Sompie menuturkan Afif terlibat pendanaan terhadap Ubaid tahun 2010 di Aceh. Serta terlibat pula pendanaan untuk pelatihan militer di Aceh, termasuk mendeklarasikan bergabung dengan Islamic State Of Iraq and Syiria (ISIS) dengan Abu Bakar Baasyir.
Saat dikonfirmasi ke Ustaz Syamsuddin Uba yang diberitakan mendeklarasikan dan membentangkan bendera ISIS di Masjid AL-Muhajirin, Jl Pulo Sirih Timur 8 Taman Galaxi Indah Bekasi Selatan, Minggu (3/8/2014) lalu, Ustaz Syamsuddin Uba mengaku tidak mengenai Afif.
"Saya tidak kenal, bertemu dan tatap muka juga belum. Terlibat dalam organisasi duduk satu meja juga tidak pernah," tegas Ustaz Syamsuddin Uba saat ditemui di kediamannya, Minggu (10/8/2014).
Ustaz Syamsuddin Uba mengaku mengetahui adanya penangkapan Afif melalui pemberitaan di televisi.
Lalu saat ditanya apakah dirinya tidak takut jika diincar atau terus dipantau oleh kepolisian, ia mengaku tidak takut.
"Saya tidak takut, saya tidak merasa salah. Saya masih suka bepergian, ini nanti mau ke Condet," tambahnya.
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Din Syamsuddin mengatakan munculnya selebaran Lowongan Budak Seks ISIS di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta adalah bentuk provokasi dari pihak yang tak bertanggung jawab. Menurut dia, selebaran itu untuk memantik konflik di kalangan umat Islam Indonesia.
"Saya minta kepada masyarakat untuk santai dan tidak terpancing emosi ketika melihat isi dari pamflet itu," kata Din saat dihubungi, Jumat, 8 Agustus 2014. "Ada indikasi memecah, mendiskreditkan Islam sebagai agama."
Di tengah beredarnya video ajakan bergabung dengan Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS), beredar pula pamflet lowongan menjadi budak seks di organisasi radikal tersebut. (Baca: Ada Pesan Lowongan Budak Seks ISIS di UIN)
Dalam pamflet itu disebutkan Masjid Fathullah--yang merupakan masjid di kampus UIN--dijadikan sekretariat ISIS Indonesia. Menanggapi hal ini, Din yakin dan tidak heran kalau pamflet itu dibuat oleh orang yang secara tidak langsung juga ingin membuat citra lembaga Islam tercoreng. "Ini efeknya buruk kalau kita sebagai umat Islam menanggapi itu." (Baca: UIN Ciputat Akui Kecolongan Deklarasi ISIS dan Aktor Video ISIS Bachrumsyah Suka Bolos Kuliah)
REZA ADITYA
Kabar24.com, JAKARTA - Terpidana kasus terorisme Ustad Abu Bakar Ba'asyir membenarkan foto-foto pembaiatan yang diunggah di jejaring media sosial adalah dirinya namun dia tidak ingat siapa yang mengambil foto-foto pembaiatan tersebut.
"Betul itu foto Beliau dan kejadiannya sudah lama, Beliau tidak tahu siapa yang mengambil foto itu dan mengunggahnya di Internet," kata anggota Tim Pengacara Muslim (TPM) Hasyim Abdullah di Dermaga Wijayapura, tempat penyeberangan menuju Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, Kamis (7/8/2014) siang.
Hasyim juga mengatakan bahwa Ba'asyir dan terpidana kasus terorisme lain di Lembaga Pemasyarakatan Pasir Putih tidak berbaiat kepada ISIS melainkan kepada Daulah Khilafah Islamiyyah.
Ia juga mengutip pernyataan Ba'asyir bahwa ISIS sebenarnya sekarang sudah tidak ada dan tidak benar jika ISIS masih menjadi sebuah organisasi.
"Sekali lagi, Beliau mengatakan bahwa sekarang ISIS sudah tidak ada, yang ada hanyalah Khilafah, tapi mengapa ISIS itu diributkan."
"Beliau mengakui jika telah berbaiat bersama teman-teman yang ada di dalam, tetapi bukan untuk ISIS, melainkan untuk Khilafah," tegasnya.
Selain masalah pembaiatan, Abu Bakar Ba'Asyi juga menyerahkan bendera dan kaus bergambar lambang Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) kepada petugas dari Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
"Itu dilakukan Ustad ABB (Abu Bakar Ba'asyir) wujud bahwa Beliau tidak ada hubungan dengan ISIS. Saya selaku anggota TPM menjadi saksi dalam penyerahan itu."
Hasyim, yang baru kembali dari mendampingi keluarga Ba'asyir menjenguk ke Lembaga Pemasyarakatan Pasir Putih, Pulau Nusakambangan, mengatakan Ba'asyir menyerahkan satu lembar bendera ISIS dan 1o kaus berlogo ISIS kepada petugas.
"Kaus itu sebenarnya sudah lama, sebelum ada Daulah Khilafah Islamiyyah. Oleh karena itu, kata Beliau, 'sebagai wujud ISIS itu tidak ada, ya saya serahkan gambar atau logo ISIS." katanya. (Antara)
TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Sudarnoto, membenarkan informasi bahwa Bachrumsyah atau lebih dikenal dengan nama Abu Muhammad al-Indonesi pernah menjadi mahasiswa Jurusan Komunikasi Fakultas Ilmu Dakwah kampus tersebut. “Dia pernah kuliah pada tahun 2003,” kata Sudarnoto saat dihubungi Tempo, Kamis, 7 Agustus 2014. (Baca: Siapa Bachrumsyah, Pria dalam Video Pendukung ISIS)
Sudarnoto mengatakan Bachrumsyah menjadi mahasiswa UIN hanya selama tiga semester. Bachrumsyah dikeluarkan dari kampus karena tidak pernah masuk dan tidak memberikan kabar ataupun berita ke kampus. “Bachrumsyah menghilang begitu saja,” katanya. (Baca: Kapolri Sebut Aktor Video ISIS Anak Buah Santoso)
Menurut dia, Bachrumsyah lebih suka mengikuti kegiatan bernuansa militer dibanding kuliah. Paham yang dia bawa tidak cocok dengan lingkungan kampus. Bachrumsyah, kata Sudarnoto, tidak bisa beradaptasi dengan kondisi di UIN Jakarta. “Pemahaman yang dia bawa tidak masuk di lingkungan kampus yang moderat ini,” ujarnya. (Baca juga: Pengamat: ISIS Tidak Cocok Diterapkan di Indonesia)
Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme telah mengantongi identitas Abu Muhammad Al-Indonesi. Sosok pemuda berbaju hitam yang mengajak warga Indonesia memberi dukungan kepada Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) itu punya nama asli. “Bachrumsyah,” ujar Direktur Penindakan BNPT Brigadir Jenderal Petrus Reinhard Golose.
Sosok Bachrumsyah menyita perhatian setelah dia mengunggah video berjudul “Join the Ranks”. Dalam video tersebut, dia mengajak warga Indonesia mendukung perjuangan ISIS menjadi khilafah dunia. Video berdurasi delapan menit yang diunggah pada 22 Juli 2014 itu kini telah diblokir oleh Google atas permintaan Kementerian Komunikasi dan Informatika.
SAID HELABY
RMOL. Rumor kemunculan kelompok Negara Islam Irak dan Syiriah atau ISIS di Indonesia jadi perbincangan sebagian warga dunia maya. Di Twitterland, obrolan mengenai ISIS ini beragam. Ada yang minta segera ditindak tegas. Ada juga yang menjadikannya bahan guyonan.
Di dunia maya, keberadaan ISIS memang cukup eksis. Di laman Youtube, muncul video yang berisi ajakan dari seorang WNI untuk bergabung dengan ISIS. Sampai sekarang video tersebut masih bisa diakses. Di jagat Twitter, foto-foto berkaitan dengan ISIS juga beredar. Seperti ada foto dua bocah berusia sekitar lima tahun dengan kostum ninja berdiri di depan bendera ISIS. Selain itu, beredar juga foto yang disebut-sebut sebagai Abu Bakar Baasyir bergabung dengan kelompok tersebut.
Pegiat Twitter serius mengingatkan agar penghuni Twiiterland agar tidak mendukung atau bergabung dengan kelompok radikal tersebut. Menurut mereka, dukungan terhadap ISIS membahayakan kebhinekaan Indonesia. "Agree," seru @tjkasuma, mengomentari berita ancaman ISIS bagi Indonesia.
Tweeps lain berkomentar boleh saja mendukung ISIS asal tidak tinggal di Indonesia. "Aneh, suka ISIS ngak suka NKRI, tetapi tinggal di NKRI," kata @harryfadil. Pemilik akun @beylaspriana menilai keberadaan ISIS tidak hanya membahayakan NKRi tapi Islam di dunia. "Enyah kalian dari bumi nusantara!" seru @killthedj.
Berita mengenai ISIS di-retweet oleh ribuan tweep. Begitu juga dukungan pencabutan kewarganegaraan bagi mereka yang mendukung. Front Pembela Islam (FPI) di akun resminya @DPP_FPI secara tegas melarang anggotanya untuk bergabung dengan ISIS.
Namun tak sedikit yang menjadikan topik kelompok radikal ini sebagai candaan. Muhammad Shidqi di akunnya @ShidQ_ mengunggah sebuah gambar metamorfosis lambang dolar "$" menjadi "ISIS".
"Pengen tahu asal mula ISIS, ini dia," kata Shidqi mengomentari postingannya. Gambar tersebut lalu di-retweet berulang-ulang. Termasuk oleh pegiat JIL Ulil Absar Abdalla di akunnya @ulil yang merasa geli dengan gambar tersebut. "Hahaha..," tulisnya.
Budayawan Akhmad Sahal mengingatkan semua pihak agar tidak terkecoh dengan ajakan dari kelompok ISIS. "ISIS mengklaim terapkan syariah n khilafah, tp nyatanya barbar. Syariah n khilafah kerap dijadikan kedok di mana2. Jgn terkecoh!" ingatnya di akun @sahaL_AS.
Sebagian Tweeps mengingatkan agar tidak mudah percaya dengan berita keberadaan ISIS di tanah air. Menurut mereka, berita tersebut adalah fitnah. "Jgn gampang prcaya yg kyk gini, ada yg mau sebar fitnah,” ingat @iwanest. [dem]
Di dunia maya, keberadaan ISIS memang cukup eksis. Di laman Youtube, muncul video yang berisi ajakan dari seorang WNI untuk bergabung dengan ISIS. Sampai sekarang video tersebut masih bisa diakses. Di jagat Twitter, foto-foto berkaitan dengan ISIS juga beredar. Seperti ada foto dua bocah berusia sekitar lima tahun dengan kostum ninja berdiri di depan bendera ISIS. Selain itu, beredar juga foto yang disebut-sebut sebagai Abu Bakar Baasyir bergabung dengan kelompok tersebut.
Pegiat Twitter serius mengingatkan agar penghuni Twiiterland agar tidak mendukung atau bergabung dengan kelompok radikal tersebut. Menurut mereka, dukungan terhadap ISIS membahayakan kebhinekaan Indonesia. "Agree," seru @tjkasuma, mengomentari berita ancaman ISIS bagi Indonesia.
Tweeps lain berkomentar boleh saja mendukung ISIS asal tidak tinggal di Indonesia. "Aneh, suka ISIS ngak suka NKRI, tetapi tinggal di NKRI," kata @harryfadil. Pemilik akun @beylaspriana menilai keberadaan ISIS tidak hanya membahayakan NKRi tapi Islam di dunia. "Enyah kalian dari bumi nusantara!" seru @killthedj.
Berita mengenai ISIS di-retweet oleh ribuan tweep. Begitu juga dukungan pencabutan kewarganegaraan bagi mereka yang mendukung. Front Pembela Islam (FPI) di akun resminya @DPP_FPI secara tegas melarang anggotanya untuk bergabung dengan ISIS.
Namun tak sedikit yang menjadikan topik kelompok radikal ini sebagai candaan. Muhammad Shidqi di akunnya @ShidQ_ mengunggah sebuah gambar metamorfosis lambang dolar "$" menjadi "ISIS".
"Pengen tahu asal mula ISIS, ini dia," kata Shidqi mengomentari postingannya. Gambar tersebut lalu di-retweet berulang-ulang. Termasuk oleh pegiat JIL Ulil Absar Abdalla di akunnya @ulil yang merasa geli dengan gambar tersebut. "Hahaha..," tulisnya.
Budayawan Akhmad Sahal mengingatkan semua pihak agar tidak terkecoh dengan ajakan dari kelompok ISIS. "ISIS mengklaim terapkan syariah n khilafah, tp nyatanya barbar. Syariah n khilafah kerap dijadikan kedok di mana2. Jgn terkecoh!" ingatnya di akun @sahaL_AS.
Sebagian Tweeps mengingatkan agar tidak mudah percaya dengan berita keberadaan ISIS di tanah air. Menurut mereka, berita tersebut adalah fitnah. "Jgn gampang prcaya yg kyk gini, ada yg mau sebar fitnah,” ingat @iwanest. [dem]
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Video Warga Negara Indonesia (WNI)yang mengajak umat Islam di Indonesia untuk bergabung dengan kelompok ISIS menjadi perhatian banyak pihak. Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) ternyata telah menjalar ke berbagai negara.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai menjelaskan persoalan ISIS tersebut. Ia mengatakan pemerintah Suriah telah menetapkan ISIS sebagai kelompok teroris. Begitu pula Iran yang meminta bantuan Amerika Serikat untuk menangkal serangan ISIS.
"Sekjen PBB serta negara-negara Eropa melarang keras warganya ke daerah tersebut," kata Ansyaad ketika dihubungi Tribunnews.com, Jumat (1/7/2014).
Sehingga, kata Ansyaad, bila ada warga negara Indonesia yang bergabung dengan kelompok tersebut bisa dikatakan anggota teroris. Apalagi, BNPT telah mendapatkan laporan di sejumlah daerah mengenai kegiatan berbaiat kelompok ISIS. Daerah itu meliputi Jakarta, Bima, Kalimantan dan Sulawesi.
"Baiat itu sumpah setia, bisa dicabut kewarganegaraannya. Kalau dia WNI, bisa dicabut, karena dengan baiat, yang bersangkutan mengangkat sumpah setia kepada negara asing," ujar Ansyaad.
Ia juga mengingatkan warga negara yang bergabung dalam kelompok itu melanggar hukum. "Di negara asalnya saja melanggar hukum," tuturnya.
Ansyaad mengatakan anggota ISIS di Indonesia melakukan baiat secara mandiri dengan melakukan sumpah setia kepada Khalifah ISIS, Abdullah Al Baghdadi. "Mereka, menyatakan niatnya tunduk dan taat kepada Al Baghdadi," katanya.
Ia lalu mencontohkan adanya keberadaan ISIS di Indonesia saat adanya unjuk rasa di Bundaran Hotel Indonesia (HI) di bulan Maret 2014. Dimana terdapat bendera ISIS yang ikut dikibarkan disana. "Itu kelompok radikal," kata Ansyaad.
Selain itu adapula beberapa kelompok di Bima serta narapidana terorisme sekitar 20 orang yang bergabung dengan ISIS. Ansyaad juga menyebut adanya salah satu kampus di Ciputat yang diketahui menggelar aktivitas berbau ISIS. Namun, Ansyaad enggan menyebut nama kampus tersebut.
"Bukan kampusnya tetapi mereka menggunakan fasilitas kampus, ada ratusan, ini harus menjadi peringatan," imbuhnya.
Mengenai pendanaan ISIS, Ansyaad mengatakan kelompok tersebut merupakan kelanjutan Al-Qaeda. Ia menuturkan pendanaan memakai cara iuran. Namun, belum diketahui kelompok tersebut melakukan perampokan di Indonesia.
"Justru itu harus diwaspadai bila mereka kembali menggunakan cara merampok bank atau toko emas," ujar Ansyaad.
Mengenai adanya pesan berantai berisi ancaman bom usai lebaran dan pemilihan presiden, Ansyaad menduga isu tersebut dihembuskan oleh kelompok tertentu. "Mereka memanfaatkan situasi pertikaian politik pascapilpres untuk memperkeruh suasana," ujarnya.
Ansyaad menegaskan kelompok teroris tidak pernah mengumumkan rencana serangan. "Mengenai edaran itu ya pasti ada kelompok lain memanfaatkan dengan pertikaian politik. Pihak bertikai juga tidak melakukan itu," ungkapnya.
Ia pun meminta masyarakat tidak perlu takut atas edaran tersebut. "Tidak perlu takut namun diminta tetap waspada," kata Ansyaad.
Sementara pengamat Intelijen Wawan Purwanto mengatakan ancaman kelompok ISIS terjadi pada pemilu kemarin. Namun, aparat keamanan sudah melakukan pengamanan berlapis di seluruh wilayah Indonesia.
"Pengamanan berlapis sesuai gradasi. Ini bukan rumor hal baru, tetapi memang tidak dibuka saja. Maka aparat melakukan upaya penambahan personil untuk deteksi dini," kata Wawan ketika dihubungi Tribunnews.com.
Wawan mengatakan kelompok ISIS di Indonesia banyak diisi orang baru yang simpatik dengan gerakan tersebut. Mereka merasa senasib sepenanggungan dengan perjuangan di Suriah.
"Sekarang juga situs terbuka mempelajari langsung atau praktek mandiri membuat bahan peledak. Ada juga yang diajak untuk dibaiat," kata Wawan.
Dengan baiat, kata Wawan, maka mereka secara psikologis terikat untuk memajukan gerakan ISIS. Wawan mengatakan kelompok tersebut banyak merekrut remaja. Sebab, mereka belum memiliki tanggungan keluarga dengan emosi yang masih labil. Remaja juga dinilai memiliki spirit yang militan.
"Lebih banyak memiliki sikap sentimen keagamaan. Ini berbeda dengan kelompok tua yang masih memiliki tanggungan serta kebutuhan ekonomi," ujar Wawan.
Sementara untuk pendanaan, Wawan melihat donasi dilakukan dengan jaringan dari luar negeri dan dalam negeri dalam bentuk uang.
"Ada juga logistik senjata dan amunisi tergantung kebutuhan wilayahnya," imbuhnya.
Untuk itu, Wawan meminta aparat tetap melakukan pengamanan berlapis. Tidak hanya TNI dan Polri tetapi masyarakat sipil.
"Waspada bukan hanya saat pilpres dan Idul Fitri tetapi menjelang 17 Agustus 2014," katanya.
Wawan mengatakan kelompok ISIS terdeteksi di Jakarta dan Malang. Adapula yang telah menetap di Suriah. Pola gerakan mereka tidak langsung kenegara tujuan tetapi pintu masuk melalui negara lain.
Jakarta - Deklarasi yang dilakukan pucuk pimpinan tinggi Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) Abu Bakar Baasyir (ABB) yang mendukung Islamic State of Iraq and Syam (ISIS) berbuntut pada perpecahan kelompok tersebut. Sebagian besar memilih meninggalkan JAT dan sebagian kecil lainnya memilih bertahan di kelompok yang didirikan ABB tersebut.
"Anak muda suka euforia yang high issue, mereka tidak mau melihat dengan jernih dan informasi dari pihak lain (terkait ke-khilafahan)," kata orang nomor dua di JAT, Ustadz Muhammad Achwan, saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (2/8/2014).
Ustadz Achwan yang merupakan representasi ABB di luar penjara merupakan satu dari sederet pimpinan JAT yang memilih tidak mendeklarasikan dan memberi dukungan untuk ISIS. "Hampir seluruh JAT wilayah tidak bergabung dengan langkah Ustadz ABB, yang bergabung juga sedikit sekali ada satu-dua saja," ujarnya.
Menurutnya, sebelum ABB mendeklarasikan dan mendukung ISIS, pihaknya sudah beberapa kali bertemu dan memberikan pandangan mengenai persoalan ini. "Hampir tiga bulan kami terus memberi masukan kepada ustadz (ABB) dan kami meminta beliau tidak terburu-buru, serta memilih untuk netral saja," kata Achwan.
Meski Achwan merupakan pimpinan tinggi JAT, dia tidak berhak untuk memaksakan anggotanya untuk mendukung atau tidak gerakan ISIS itu. "Biar mereka yang menimbang sendiri," kata Achwan.
Achwan kembali menegaskan bila dari ribuan anggota JAT yang terdaftar tidak banyak yang mendukung ISIS. Bahkan dia menampik bila ada yang mengatasnamakan JAT dan mengklaim mendukung ISIS hingga ribuan orang.
"Itu tidak benar, saya tahu kondisinya seperti apa," ujarnya.
TEMPO.CO, Jakarta -Direktur Institute for Policy Analysis of Conflict, Sidney Jones menjelaskan, pendukung utama milisi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Indonesia adalah mereka yang membentuk kamp pelatihan militer di Aceh yang kemudian digerebek aparat pada tahun 2010.
Mereka, pendiri kamp pelatihan militer di Jantho, Aceh itu, merupakan aliansi dari sejumlah kelompok ekstrimis dari beberapa kota seperti Aceh, Medan, Solo, Malang dan beberapa daerah di Jawa Timur, Bima, dan Poso. Belakangan dukungan juga datang dari kelompok esktrimis Darul Islam dan jaringan teroris Banten.
"Mereka sekarang yang menjadi inti pendukung ISIS di sini," kata Sidney yang ditemui di kantornya, Jakarta, Jumat, 1 Agustus 2014. (Baca:Polisi Kantongi Identitas Aktor dalam Video ISIS) Tokoh-tokoh kelompok ekstrimis itu bahkan sudah membaiat diri mendukung pemimpin ISIS Abu Bakar al Baghdadi diantaranya Abu Bakar Baasyir, Aman Abdurrahman (Jamaah Ansharut Tauhid-JAT), dan Santoso alias Abu Wardah (pemimpin kelompok teroris di di Poso, Sulawesi Tengah). Kelompok ekstrimis Jamaah Islamiyah satu-satunya pendiri kamp pelatihan militer di Aceh yang tidak mendukung ISIS. Kelompok ini tetap mendukung jaringan ekstrimis Al Qaeda di Suriah, Al Nusra .
Awalnya, kata Sidney,para pendiri kamp pelatihan militer di Aceh adalah pendukung Ayman al Zawahiri, tokoh jihad Al Qaeda yang membidani ISIS dan tewas ditembak pasukan Amerika Serikat di Irak tahun 2006. "Dialah orang yang namanya sudah banyak diketahui orang-orang disini," ujar Sidney. (Baca:Pendukung Pemimpin Milisi ISIS Dibaiat di Malang)
Para pendiri kamp militer di Aceh mendukung Zawahiri termasuk Noordin Top, pemimpin kelompok teroris warga Malaysia yang tewas ditembak pada September 2009 di satu rumah di kota Solo, Jawa Tengah. Belakangan mereka mendukung mentor Zawahiri yang juga penulis banyak buku tentang jihad, Abu Bakar al Baghadadi.
Menurut Sidney, para pendiri kamp militer di Aceh ini menilai strategi operasi Zawahiri hanya memukul musuh dan bersifat jangka pendek. Sementara Baqhadadi sebagai pendiri resmi ISIS, punya tujuan jelas mendirikan negara Islam (kekhalifan).(Baca:Kenapa ISIS Berpotensi Membahayakan Indonesia)
Momen kemenangan besar ISIS di Irak dan Suriah telah membuat pemimpin kamp militer di Aceh berbalik mendukung pria kelahiran Samarra, kota di utara Baghad,tahun 1971 itu. "Semua orang ingin bergabung dengan pemenang," kata Sidney menjelaskan alasannya. MARIA RITA
MALANG - Narapidana kasus terorisme Muhammad Kholili hari ini dibebaskan dari Lapas Lowokwaru Malang. Ia mendapat pembebasan bersyarat dari Kementerian Hukum dan HAM.
Ia telah menjalani hukuman kurang dari 10 tahun dari total hukuman 18 tahun penjara. "Kholili berkelakuan baik dan mendapat remisi pada lebaran lalu, setiap tahun juga mendapat remisi," kata Kepala Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Malang, Herry Wahyudiono, Rabu (6/8/2014)
Meski demikian, selama menjalani pembebasan bersyarakat Kholili wajib lapor sebulan sekali ke Badan Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM.
Kholili alias Yahya merupakan jaringan teroris pimpinan Dr Azhari dan Noordin M Top. Dia berperan sebagai kurir bom yang diproduksi Azahari.
Densus 88 Anti-Teror menangkapnya di perbatasan Semarang-Demak pada 9 November 2005. Dari Kholili terungkap markas persembunyian Dr Azahari di Jalan Flamboyan Kota Batu.
Kholili juga mengaku baru mendapat pemberitahuan tadi pagi dan belum memberitahu keluarga. Warga Jodipan Gang I, Kota Malang ini, mengurus administrasi sendirian tanpa didampingi keluarga.
"Baru tadi pagi diberitahu kalapas," ujarnya di sela-sela mengurus administrasi.
Sejak dipindahkan dari Lapas Krobokkan, Bali pada 10 Oktober 2008 lalu, Kholili menempati Blok 12 dengan penjagaan ketat serta jauh dari blok tahanan lainnya. (ris)
(kem)
Sabtu, 11 Mei 2013 | 08:58 WIB
Sabtu, 11 Mei 2013 | 08:58 WIB
Sempat Ikut JAT, William Tak Suka Abubakar Ba'asyir
TEMPO.CO, Bandung - William Maksum, salah seorang terduga teroris Bandung,
disebut pernah aktif dalam acara pengajian yang digelar Jama'ah
Anshorut Tauhid saat masih dipimpin Abubakar Ba'asyir beberapa tahun
lalu. Untuk mengikuti pengajian ini, William sering meninggalkan
anak-istrinya di Bandung.
Hal itu dikemukakan Ade Suherman, 53
tahun, ayah kandung William, saat ditemui di rumahnya, Jalan Cikoneng,
Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jumat, 10 Mei 2013. "William
memang sering ikut pengajian sampai ke luar kota. Dia juga pernah ikut
pengajian Abubakar Ba'asyir di Bandung, di Tasikmalaya, dan Ciamis
beberapa tahun lalu," ujar Ade.
Namun, ia melanjutkan, setelah
Ba'asyir ditangkap dan dipenjara, William mengaku berhenti mengikuti
pengajian JAT. "Katanya, dia tidak setuju dan tidak suka dengan cara
perjuangan Abubakar Ba'asyir," kata Ade. "Tapi, kalau sekarang sampai
begini (dicokok Densus), berarti ada kegiatan dia di luar yang tidak
saya ketahui."
Ade sendiri, juga keluarga, kini mengaku pasrah
atas proses hukum yang bakal ditempuh William. Ia pun mengaku siap
menerima apa pun putusan pengadilan kelak. "Ini takdir dan ujian Allah.
Tapi saya siap mengawal supaya jangan sampai anak saya diperlakukan
tidak adil. Itu pun kalau anak saya bersedia."
Ade menerangkan,
William adalah anak sulung dari enam bersaudara. William lahir pada 12
April 1983. "William itu saya serap dari kata waliyun yang berarti pemimpin. Dan maksum itu artinya yang dibela Allah. Jadi pemimpin yang dibela Allah," tutur dia.
William menempuh pendidikan sekolah dasar di Cikoneng. Selepas sekolah
dasar, Ade mengirim si sulung ini sekolah ke Pesantren Gontor, Jawa
Timur. "Tapi, setelah lima tahun di Gontor, dia saya tarik pulang ke
Bandung dan saya masukkan ke sekolah menengah atas yayasan milik saya
sendiri, Yayasan Darul Hikmah di sini (Cikoneng)," kata dia.
Setamat
SMA, William kuliah S-1 di jurusan Sastra Inggris Institut Agama Islam
Negeri atau kini Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Jati, Kota
Bandung. Lulus S-1, William sempat mengikuti program S-2 di kampus yang
sama. "Tapi cuma satu semester. Katanya, ya, ingin berhenti saja
kuliah," tutur Ade.
Sekitar lima tahun lalu, William menikah
dengan gadis pilihannya, Petra, kini 26 tahun. Pasangan muda ini kini
sudah dikaruniai dua anak berumur 4 tahun dan 1,5 tahun. Setelah
menikah, Ade memberikan keluarga kecil ini sebuah rumah di kompleks Bumi
Sari Indah, Baleendah, Kabupaten Bandung.
"Tapi belakangan,
dia sering bepergian ke luar kota untuk ikut berbagai pengajian (selain
pengajian kelompok Abubakar Ba'asyir). Karena sering ditinggal,
anak-istrinya lalu saya boyong untuk tinggal di Cikoneng," kata Ade.
Ade pun mengaku sempat meminta William menjadi pengajar honorer dan
kepala bagian administrasi di sekolah Yayasan Darul Hikmah selama
setahun sampai 2012 lalu. William, kata dia, juga pernah menjadi
pedagang kaki lima berjualan kaus, jaket, dan barang konfeksi lainnya di
lapangan Gasibu dan kawasan Bale Endah.
"Tapi dia tetap sering
bepergian. Saya sendiri jarang ketemu dia. Terakhir ketemu sekitar 21
Februari lalu. Waktu itu saya ajak dia umrah tapi dia enggak mau," kata
Ade.
William dicokok Densus 88 dengan tudingan terlibat dalam
kelompok teroris. Sebagian kelompok William disergap Densus di
Cigondewah, Rabu lalu, dalam keadaan tiga orang ewas dan seorang
tertangkap hidup. William sendiri, menurut Kepala Polri Jenderal Timur
Pradopo, diciduk Densus di kawasan Cipacing, Sumedang, Rabu lalu.
ERICK P. HARDI
Hal itu dikemukakan Ade Suherman, 53 tahun, ayah kandung William, saat ditemui di rumahnya, Jalan Cikoneng, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jumat, 10 Mei 2013. "William memang sering ikut pengajian sampai ke luar kota. Dia juga pernah ikut pengajian Abubakar Ba'asyir di Bandung, di Tasikmalaya, dan Ciamis beberapa tahun lalu," ujar Ade.
Namun, ia melanjutkan, setelah Ba'asyir ditangkap dan dipenjara, William mengaku berhenti mengikuti pengajian JAT. "Katanya, dia tidak setuju dan tidak suka dengan cara perjuangan Abubakar Ba'asyir," kata Ade. "Tapi, kalau sekarang sampai begini (dicokok Densus), berarti ada kegiatan dia di luar yang tidak saya ketahui."
Ade sendiri, juga keluarga, kini mengaku pasrah atas proses hukum yang bakal ditempuh William. Ia pun mengaku siap menerima apa pun putusan pengadilan kelak. "Ini takdir dan ujian Allah. Tapi saya siap mengawal supaya jangan sampai anak saya diperlakukan tidak adil. Itu pun kalau anak saya bersedia."
Ade menerangkan, William adalah anak sulung dari enam bersaudara. William lahir pada 12 April 1983. "William itu saya serap dari kata waliyun yang berarti pemimpin. Dan maksum itu artinya yang dibela Allah. Jadi pemimpin yang dibela Allah," tutur dia.
William menempuh pendidikan sekolah dasar di Cikoneng. Selepas sekolah dasar, Ade mengirim si sulung ini sekolah ke Pesantren Gontor, Jawa Timur. "Tapi, setelah lima tahun di Gontor, dia saya tarik pulang ke Bandung dan saya masukkan ke sekolah menengah atas yayasan milik saya sendiri, Yayasan Darul Hikmah di sini (Cikoneng)," kata dia.
Setamat SMA, William kuliah S-1 di jurusan Sastra Inggris Institut Agama Islam Negeri atau kini Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Jati, Kota Bandung. Lulus S-1, William sempat mengikuti program S-2 di kampus yang sama. "Tapi cuma satu semester. Katanya, ya, ingin berhenti saja kuliah," tutur Ade.
Sekitar lima tahun lalu, William menikah dengan gadis pilihannya, Petra, kini 26 tahun. Pasangan muda ini kini sudah dikaruniai dua anak berumur 4 tahun dan 1,5 tahun. Setelah menikah, Ade memberikan keluarga kecil ini sebuah rumah di kompleks Bumi Sari Indah, Baleendah, Kabupaten Bandung.
"Tapi belakangan, dia sering bepergian ke luar kota untuk ikut berbagai pengajian (selain pengajian kelompok Abubakar Ba'asyir). Karena sering ditinggal, anak-istrinya lalu saya boyong untuk tinggal di Cikoneng," kata Ade.
Ade pun mengaku sempat meminta William menjadi pengajar honorer dan kepala bagian administrasi di sekolah Yayasan Darul Hikmah selama setahun sampai 2012 lalu. William, kata dia, juga pernah menjadi pedagang kaki lima berjualan kaus, jaket, dan barang konfeksi lainnya di lapangan Gasibu dan kawasan Bale Endah.
"Tapi dia tetap sering bepergian. Saya sendiri jarang ketemu dia. Terakhir ketemu sekitar 21 Februari lalu. Waktu itu saya ajak dia umrah tapi dia enggak mau," kata Ade.
William dicokok Densus 88 dengan tudingan terlibat dalam kelompok teroris. Sebagian kelompok William disergap Densus di Cigondewah, Rabu lalu, dalam keadaan tiga orang ewas dan seorang tertangkap hidup. William sendiri, menurut Kepala Polri Jenderal Timur Pradopo, diciduk Densus di kawasan Cipacing, Sumedang, Rabu lalu.
ERICK P. HARDI
Geledah Kos Terduga Teroris, Polisi Sita Senpi dan Bom Siap Rakit
Tri Ispranoto - Okezone
Kamis, 9 Mei 2013 23:43 wib
BANDUNG - Petugas Kepolisian mengamankan beberapa barang bukti dari dalam kamar kos milik terduga teroris bernama Tedi, di Kiaracondong, Kota Bandung, Jawa Barat.
"Hasil penggeledahan ini kami temukan ada senjata api laras panjang jenis US Karbine dengan amunisi 20 butir," jelas Kapolrestabes Bandung, Kombes Pol Abdul Rakhman Baso, usai penggeledahan, Kamis (9/5/2013).
Selain senjata, pihaknya juga menyita lima butir amunisi 9 mm, dan 15 butir amunisi 38 mm spesial. Namun, kedua jenis amunisi tersebut telah digergaji dan dikeluarkan serbuk amunisinya.
Rakhman juga membeberkan, pihaknya telah menyita barang bukti bahan-bahan rangkaian peledak seperti switching, kabel, dan serbuk yang belum diketahui jenisnya.
"Saat ini serbuk itu masih kami teliti di Jibom Brimob. Kemudian kami juga temukan peredam senjata, untuk senjata panjang, kemungkinan ini digunakan untuk sniper," bebernya.
Lebih jauh Rakhman mengatakan, saat penggeledahan ada dua jenis amunisi peluru yang sudah digergaji dan dikeluarkan serbuknya. "Itu sudah merupakan niat untuk menyusun rangkaian bom," ucapnya.
Pihaknya memastikan, senjata yang disita bukan jenis rakitan. Namun senjata tersebut biasa digunakan untuk tim sniper dan pemburu.
Saat ini barang bukti masih diamankan tim Inafis Polda Jabar dan Polrestabes Bandung, Puslabfor Mabes Polri, dan tim Jibom Brimob Polda Jabar.
BANDUNG - Petugas Kepolisian mengamankan beberapa barang bukti dari dalam kamar kos milik terduga teroris bernama Tedi, di Kiaracondong, Kota Bandung, Jawa Barat.
"Hasil penggeledahan ini kami temukan ada senjata api laras panjang jenis US Karbine dengan amunisi 20 butir," jelas Kapolrestabes Bandung, Kombes Pol Abdul Rakhman Baso, usai penggeledahan, Kamis (9/5/2013).
Selain senjata, pihaknya juga menyita lima butir amunisi 9 mm, dan 15 butir amunisi 38 mm spesial. Namun, kedua jenis amunisi tersebut telah digergaji dan dikeluarkan serbuk amunisinya.
Rakhman juga membeberkan, pihaknya telah menyita barang bukti bahan-bahan rangkaian peledak seperti switching, kabel, dan serbuk yang belum diketahui jenisnya.
"Saat ini serbuk itu masih kami teliti di Jibom Brimob. Kemudian kami juga temukan peredam senjata, untuk senjata panjang, kemungkinan ini digunakan untuk sniper," bebernya.
Lebih jauh Rakhman mengatakan, saat penggeledahan ada dua jenis amunisi peluru yang sudah digergaji dan dikeluarkan serbuknya. "Itu sudah merupakan niat untuk menyusun rangkaian bom," ucapnya.
Pihaknya memastikan, senjata yang disita bukan jenis rakitan. Namun senjata tersebut biasa digunakan untuk tim sniper dan pemburu.
Saat ini barang bukti masih diamankan tim Inafis Polda Jabar dan Polrestabes Bandung, Puslabfor Mabes Polri, dan tim Jibom Brimob Polda Jabar.
"Hasil penggeledahan ini kami temukan ada senjata api laras panjang jenis US Karbine dengan amunisi 20 butir," jelas Kapolrestabes Bandung, Kombes Pol Abdul Rakhman Baso, usai penggeledahan, Kamis (9/5/2013).
Selain senjata, pihaknya juga menyita lima butir amunisi 9 mm, dan 15 butir amunisi 38 mm spesial. Namun, kedua jenis amunisi tersebut telah digergaji dan dikeluarkan serbuk amunisinya.
Rakhman juga membeberkan, pihaknya telah menyita barang bukti bahan-bahan rangkaian peledak seperti switching, kabel, dan serbuk yang belum diketahui jenisnya.
"Saat ini serbuk itu masih kami teliti di Jibom Brimob. Kemudian kami juga temukan peredam senjata, untuk senjata panjang, kemungkinan ini digunakan untuk sniper," bebernya.
Lebih jauh Rakhman mengatakan, saat penggeledahan ada dua jenis amunisi peluru yang sudah digergaji dan dikeluarkan serbuknya. "Itu sudah merupakan niat untuk menyusun rangkaian bom," ucapnya.
Pihaknya memastikan, senjata yang disita bukan jenis rakitan. Namun senjata tersebut biasa digunakan untuk tim sniper dan pemburu.
Saat ini barang bukti masih diamankan tim Inafis Polda Jabar dan Polrestabes Bandung, Puslabfor Mabes Polri, dan tim Jibom Brimob Polda Jabar.
Kamis, 09/05/2013 12:18 WIB
20 Terduga Teroris yang Tertangkap Densus 88 Kelompok Santoso
Jakarta - Densus 88 menangkap 20 terduga teroris dari penggerebekan di 4 tempat yakni Ciputat, Bandung, Kebumen, dan Kendal. 13 terduga teroris tertangkap hidup dan sisanya tewas, semuanya terkait DPO teroris Poso, Santoso.
"Total yang kita tangkap ada 20, 13 diantaranya hidup. Dari penelusuran Abu Roban, mereka tetap terkait dengan Santoso dari Posi yang saat ini masih DPO," kata Karopenmas Mabes Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar, dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan, Kamis (9/5/2013).
Para teroris ini pernah melakukan pengumpulan dana dengan perambokan Bank BNI di Batang, Kebumen, dan Lampung. Polisi masih terus melakukan pengembangan.
"Jadi ini antara lain catatan kejahatan yang tetungkap dari mereka ini. Kita masih menelusuri lagi siapa yang menerima aliran dana ini," katanya.
Menurut Boy, sel jaringan teroris ini terus berkembang. "Jadi kita harus terus waspada. Jika melihat adanya pendatang jadi harus waspada. Kalau kita lihat ini adalah sel sel baru, ada tujuan besar dan jangka pendek mereka," lanjut Boy.
Santoso sendiri sampai saat ini masih buron. Polisi masih terus melakukan pencarian.
"Oleh karena itu kita akan terus berupaya. Kita tidak bisa berdiam diri. Rangkaian peristiwa ini ada yang melakukan perakitan bahan peledak. Kita berupaya agar perakitan ini tidak sampai meledak.Upaya untuk menelusuri kelompok terdahulu katakan Santoso cs ini masih terus kita lakukan," pungkasnya.
(van/gah)
Tiga Teroris di Bandung Ditembak Mati
Rabu, 8 Mei 2013 19:42 WIB
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Pengerebekan terdugateroris di Kampung Batu Rengat, Cigondewah, Kabupaten Bandung berakhir. Densus 88 dibantu Brimob Polda Jawa Barat menyerbut rumah kontrakan bercat merah.
Pantauan Tribunnews.com, Rabu petang (8/5/2013) sekitar pukul 18.45 terja ledakan keras dari rumah kontraka tersebut. Kemudian disusul embakan saling bersahut-sahutan tatkala puluhan Densus dan Brimbob merangsek masuk ke rumah kontrakan tersebut.
Hingga pukul 19.30 WIB, dari rumah kontrakan tersebut sudah diangkut tiga kantong jenazah yang langsung dibawa dengan mobil ambulans.
Sebelumnya, Densus 88 berhasil menangkap hidup-hidup satu terduga teroris berinisial HR (25) pada pukul 15.30 WIB. Tiga terduga teroris yang ditembak tersebut diduga adalah BD, TD, dan HD
"Satu orang sudah tertangkap. Sehat tidak luka. Tiga orang masih ada di dalam kontrakan. Kami sudah mengevakuasi masyarakat di sekitar. Kami masih berusaha melumpuhkan yang lainnya tanpa ada yang harus terluka," ujar Wakapolda Jabar Brigjen Pol Ricko Almeza Dahniel di lokasi kejadian, Rabu.
Densus Gerebek Terduga Teroris di Batang, Satu Orang Tewas
Rabu, 8 Mei 2013 16:57 WIB
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Terungkapnya jaringan terorisdi Bandung Jawa Barat, Rabu (8/5/2013) diawali dengan penangkapan dua orang terduga teroris di Kabupaten Batang, Jawa Tengah pada hari yang sama.
Ketua Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irjen Pol (Purn) Ansyad Mbai menjelaskan bahwa tim Densus 88Antiteror Polri bersama BNPT menggerebek tempat persembunyian teroris tersebut pagi tadi sekitar pukul 05.15 WIB.
"Kita melakukan penangkapan teroris di Kabupaten Batang sebanyak dua orang. Mereka bersenjata," ucap Ansyad kepada wartawan, Rabu (8/5/2013).
Aksi baku tembak pun terjadi dalam penyergapan tersebut.
"Satu orang (terduga teroris) meninggal dunia atas nama Abu Roban," katanya.
Kelompok teroris di Kabupaten Batang tersebut pernah melakukan beberapa kali aksi terorisme untuk kepentingan fai atau mencari dana untuk kebutuhan teror.
Mereka sempat melakukan perampokan Bank di Pringsewu, Lampung di tahun 2013. Selain itu mereka pun juga melakukan perampokan di Bank BRI Batang dengan menggasak uang ratusan juta rupiah.
"Rp 1 miliar kurang lebih mereka dapatkan dari hasil merampok, meraka mengumpulkan dana untuk aksi pelatihan teror di Poso," ungkapnya.
Gofar Kaget Dua Anaknya Jadi Sandera Teroris
Rabu, 8 Mei 2013 19:39 WIB
TRIBUNNEWS.COM BANDUNG - Gofar (38), penghuni rumah kontrakan yang bersebelahan dengan kamar terduga teroriskaget mendapat kabar dua anaknya disebut-sebut menjadi sandera teroris. Terlebih, terduga teroris yang diberitakan media massa itu tak lain adalah tetangga sebelah kontrakannya selama ini di Kampung Baturengat, Cigondewah Hilir, Kabupaten Bandung.
Pria yang sehari-hari berjualan martabak di salah satu sekolah tak jauh dari rumahnya itu pun bergegas pulang. Ia pun bersyukur, ternyata kedua anaknya Jasen (4) dan Merlin serta istrinya, Nani Nabila (35) sudah diamankan oleh kepolisian di salah satu rumah warga.
"Tadi kan di teve dibilangin, ada anak disandera. Itu anak saya. Enggak ada. Tadi itu, istri dan anak saya langsung menutup pintu. Disangkanya disandera. Tadi, sekitar jam satu sudah diamankan di rumah pak RT, jam satu tadi. Kaget aja," ujar Gofar, Rabu (8/5).
Pria asal Brebes ini mengungkapkan, dia tidak mengenal betul tetangga sebelah kontrakannya. Gofar bersama istri dan kedua anaknya baru tinggal di kontrakan milik pengusaha konveksi, Anda sejak sekitar 1, 2 bulan lalu. Sedangkan, terduga terorisdiperkirakan sudah 1,5 bulan dan sudah terlebih dulu menempati kontrakan kamar bercat merah itu.
Disebutkan Gofar, tetangganya yang ternyata terduga terorisjarang berkomunikasi. Sesekali saja, seperti hari itu dia hanya sempat bertegus sapa pada Rabu (8/5) pagi. Tapi, tak pernah ngobrol lama.
"Enggak pernah ngobrol. Sekali-sekali aja. Katanya sih orang Ciamis, tapi kadang-kadang bicara bahasa Sunda, Jawa juga. Yang tadi dimasukin ke mobil itu (HR), nah dia yang orang Ciamis itu. Katanya sih mereka itu Sales. Nah, sales apanya enggak tahu. Kalau hari-hari biasa sepi. Ramai itu, kalau hari minggu. Suka banyak orang kayak mahasiswa gitu," kata Gofar. (*)
Waduh! Ajaran Berbahaya Ditemukan di Komputer Istri Bomber Boston
Posted: 06/05/2013 06:18
Bom Teroris di Mampang Mirip Bom Sebelumnya
Oleh: Marlen Sitompul
metropolitan - Jumat, 3 Mei 2013 | 01:54 WIB
INILAH.COM, Jakarta - Jenis lima bom yang ditemukan Densus 88 di rumah warga yang diduga teroris, di Jalan Bangka 2 F, Jakarta Selatan (Jaksel), Kamis (2/5/2013) malam ini, memiliki kemiripan dengan bom yang sebelumnya ditemukan oleh Polri.
Menurut Karopenmas Mabes Polri, Brigjen Boy Rafli Amar, dari hasil penyelidikan sementara, jenis bom itu memiliki kemiripan dengan jenis bom yang sebelumnya ditemukan polri. "Kalau soal kemiripan operandi itu ada dari beberapa contoh bom sebelumnya," kata Boy, Jakarta, Jumat (3/5/2013).
Namun demikian, dia masih enggan menjelaskan jenis bom yang dimaksud. "Tapi kita belum bisa jelaskan," ujar Boy.
Sebelumnya diberitakan, Boy menjelaskan, bom yang ditemukan Densus 88 itu bisa membahayakan keselamatan orang lain. Bom itu rencananya akan diledakkan di Kedutaan Besar (Kedubes) Myanmar.
"Kandungannya kami belum bisa pastikan, tapi kalau mengenai orang bisa menyebabkan fatal, bisa menyebabkan orang meninggal dunia," jelasnya. [mes]
Menurut Karopenmas Mabes Polri, Brigjen Boy Rafli Amar, dari hasil penyelidikan sementara, jenis bom itu memiliki kemiripan dengan jenis bom yang sebelumnya ditemukan polri. "Kalau soal kemiripan operandi itu ada dari beberapa contoh bom sebelumnya," kata Boy, Jakarta, Jumat (3/5/2013).
Namun demikian, dia masih enggan menjelaskan jenis bom yang dimaksud. "Tapi kita belum bisa jelaskan," ujar Boy.
Sebelumnya diberitakan, Boy menjelaskan, bom yang ditemukan Densus 88 itu bisa membahayakan keselamatan orang lain. Bom itu rencananya akan diledakkan di Kedutaan Besar (Kedubes) Myanmar.
"Kandungannya kami belum bisa pastikan, tapi kalau mengenai orang bisa menyebabkan fatal, bisa menyebabkan orang meninggal dunia," jelasnya. [mes]
Terduga Teroris Berboncengan Motor Saat Ditangkap di Jalan Jenderal Sudirman
Penulis : Zico Nurrashid Priharseno | Jumat, 3 Mei 2013 | 04:42 WIB
"Tadi kira-kira hampir jam 10-an (malam) ada yang ditangkap, dua orang naik motor, laki-laki semua," ujar Usman, tukang ojek yang mangkal di depan gedung kantor pusat Bank Rakyat Indonesia (BRI) di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, Jumat (3/5/2013) dini hari. Dia mengatakan, penangkapan terjadi tepat di depan gedung bank ini.
Penangkapan, sebut Usman, dilakukan oleh 10 polisi. Sepeda motor yang dikendarai dua terduga teroris itu dihentikan paksa di lokasi yang tepat berseberangan dengan kampus Universitas Atma Jaya itu. Motor yang dikendarai kedua terduga, imbuh Usman, adalah Honda Kharisma berwarna biru.
Usman, yang sedang mangkal menanti penumpang di depan pagar gedung BRI, mengatakan bahwa polisi sempat mengeluarkan senjata api, yang langsung diarahkan kepada kedua terduga teroris. "Sempet ditodong pistol tadi," kata dia. Menurut Usman, saat itu tak ada upaya perlawanan dari kedua pengendara motor tersebut.
Setelah berhasil menangkap kedua orang tersebut, lanjut Usman, para polisi berpakaian preman yang sebelumnya juga mengendarai sepeda motor, membawa kedua orang tadi dengan menumpang taksi. "(Taksi melintas di Jalan Jenderal Sudirman) mengarah ke Jalan Thamrin," kata dia. Ketika peristiwa berlangsung, Usman mengaku tak tahu bahwa itu adalah penangkapan terduga teroris oleh serombongan polisi.
Menurut Usman, jalanan di ruas jalan protokol itu masih cukup ramai dilintasi masyarakat ketika penangkapan terjadi. Bahkan, sebut dia, aksi penangkapan sempat menjadi tontonan warga di sekitar lokasi, baik yang ada di halte bus di dekat lokasi penangkapan, maupun dari kendaraan yang melintas.
Meski demikian, penangkapan itu tak sampai menimbulkan kemacetan karena hanya dalam waktu singkat. "Saya pikir tadinya orang biasa, (saya kira) orang berantem nabrak motor," kata Usman.
Editor :
Palupi Annisa Auliani
Densus 88 Dilibatkan Cari Napi Teroris Kabur di Poso
Rabu, 24 April 2013, 16:00 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Kepala Humas Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Sulawesi Tengah, Rustam Effendi menyatakan, pencarian narapidana kasus terorisme, Basri yang kabur beberapa hari lalu difokuskan di Kabupaten Poso.
"Kita fokuskan di situ, karena dia diketahui hilang saat menjenguk keluarganya di Poso," kata Rustam di Kota Palu, Rabu.
Dia mengatakan proses pencarian juga melibatkan aparat kepolisian, termasuk dari Densus 88 antiteror. Pencarian tersebut juga melibatkan masyarakat yang kemungkinan mengetahui tempat persembunyian Basri.
"Kita harap masyarakat bisa bekerja sama untuk menangkap Basri," ujar Rustam, berharap.
Basri adalah narapidana kasus terorisme yang divonis 19 tahun pada Desember 2007 di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan karena terlibat pembunuhan tiga siswa SMA di Kabupaten Poso, dan sejumlah tindak kekerasan lainnya.
Basri selama ini mendekam di Lembaga Permasyarakatan Klas II/A Ampana, Kabupaten Tojo Una-Una. Narapidana tersebut kabur pada 19 April 2013 saat menjenguk keluarganya yang sakit keras di Kabupaten Poso yang berjarak sekitar 230 kilometer dari Kabupaten Tojo Una-Una.
Basri diduga kabur dengan memanfaatkan kelengahan petugas yang mengawalnya.
Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Sulawesi Tengah juga mendapat kabar kaburnya Basri setelah beberapa hari kejadian.
Rustam berharap Basri segera ditangkap karena memiliki ciri fisik yang mudah dikenali, yakni badan dan lengan yang penuh tato.
Saat ini Polri juga masih memburu 21 buronan kasus kekerasan Poso yang telah masuk dalam daftar pencarian orang.
Suspects' Mother Was Placed on Watch List
wsj
By ALAN CULLISON and PERVAIZ SHALLWANI
MAKHACHKALA, Russia—The mother of the two young men alleged to have plotted and carried out the Boston Marathon bombing was placed on the same classified watch list as her elder son, according to U.S. officials, raising further questions about her role in his apparent radicalization.Zubeidat Tsarnaeva and her son Tamerlan were placed at the same time in late 2011 on the Terror Identities Datamart Environment database, a low-level watch list that contains the names of more than 500,000 people flagged by multiple U.S. security agencies. It wasn't clear why she was placed on the list.
Her presence on the list is one more thing Ms. Tsarnaeva shared with Tamerlan, who is believed to have masterminded the marathon bombing.
Earlier in the week, after insisting in a two-hour interview with The Wall Street Journal that Tamerlan had been framed, Ms. Tsarnaeva said strife in her family had arisen from its ultimately unsuccessful attempt to adjust to American life. "We never should have come to America," she said. "We tried, but I wouldn't do it again."
Ms. Tsarnaeva said in the interview she often surfed many of the same Internet sites as her son, as the two exchanged ideas on religion and adopted more orthodox Islamic practices. She denied that she or her son adopted any extremist ideologies, however.
Ms. Tsarnaeva also faces a warrant for her arrest in the U.S. after failing to show up for an October court appearance on charges she shoplifted seven dresses at a suburban Boston department store, according to court records. Ms. Tsarnaeva is charged with one count of larceny and two counts of vandalizing property because several of the dresses were damaged in the alleged June 30, 2012, incident at a Lord & Taylor in Natick, Mass., according to court records.
Authorities are still pursuing the case and would arrest her if given the opportunity, a spokeswoman for the Middlesex County District Attorney's Office said Friday.
Ms. Tsarnaeva said in the interview that her shoplifting charge was simply the result of a misunderstanding. She had been suffering from a bout of depression, she said, and when she was feeling bad she would try to give her children a lot of gifts "so that they had everything."
She said she had bought a lot of clothes for her daughters online. She went to Lord & Taylor to return some of the items, but had no receipt. She said she had had another shoplifting incident, and the case was resolved when she agreed to see a psychologist. Daniel J. Cappetta, Ms. Tsarnaeva's attorney, decline to comment on the case.
A female crime-prevention officer at the Natick Lord & Taylor told police that she had seen Ms. Tsarnaeva through a drape over the fitting room door using scissors to remove security tags from the dresses and stuff the dresses into a bag she had been carrying, according to court records.
The security guard told police she also saw Ms. Tsarnaeva cut small holes into two other items of clothing and attached security tags she had removed onto the damaged clothing, before returning them to a clothing rack in the store, court records said.
According to the guard, Ms. Tsarnaeva then walked past cash registers and out of the store without paying for seven dresses she had concealed in her bag, court records said. Department-store security officers detained her outside, the records said. The stolen dresses were valued at $1,624; five valued at $1,016 were damaged as a result of Ms. Tsarnaeva removing the tags, the records said.
Ms. Tsarnaeva was released on $200 bail. She made three court appearances, but failed to show up for her last appearance on Oct. 25, 2012.
Ms. Tsarnaeva and her husband split about two years ago, but are back together now, fixing up the first-floor apartment they acquired a few years ago.
Both Tsarnaevs said they were struggling with bouts of depression. A neighbor said that Zubeidat's depression appeared especially tragic because "she was a typical woman from a Muslim family who was powerless and struggling to keep her family together."
Religion was a bond that Zubeidat thought could hold the family together, and keep her son from going astray. She said that around 2007 or 2008 Tamerlan was partying and drinking and smoking marijuana. She could tell, she said, because in the evening he used to come in at night and kiss her on the lips. But that changed, and she said he would instead go straight to the bathroom to brush his teeth. "I would ask him 'why don't you kiss me? Are you afraid of something?'," she said.
Neighbors say that Tamerlan's death seems only to have accentuated Ms. Tsarnaeva's devotion to Tamerlan. She continually speaks of him as "my Tamerlan," they said. In the interview, she talked far less about Dzhokhar.
"He was really nice," she said of Tamerlan at a press conference earlier this week. "He never rejected anyone American just because they are Americans."
—Evan Perez and Siobhan Gorman contributed to this article.
Rabu, 24/04/2013 09:47 WIB
Dzhokhar Sebut Perang Afghanistan & Irak Sebagai Pemicu Bom Boston
Hal tersebut disampaikan Dzhokhar kepada para penyidik Biro Investigasi Federal Amerika Serikat, FBI. Menurut pejabat pemerintah AS kepada Washington Post, Rabu (24/4/2013), Dzhokhar yang masih dirawat di rumah sakit, sejauh ini kooperatif dalam penyelidikan.
Remaja berumur 19 tahun itu telah memberikan sejumlah keterangan kepada penyidik terkait ledakan bom Boston Marathon pada 15 April lalu. Keterangan-keterangan tersebut diberikan Dzhokhar lewat tulisan karena hingga kini dirinya belum sepenuhnya sembuh, menyusul luka tembak di kerongkongannya yang membuatnya sulit berbicara.
Pejabat pemerintah AS yang tak disebutkan namanya itu mengatakan, Dzhokhar secara spesifik menyebut tentang perang AS di Afghanistan dan Irak telah mendorong mereka untuk melakukan serangan bom Boston.
Kepada penyidik, remaja asal Chechnya itu juga mengaku mereka tak melakukan kontak dengan kelompok teroris manapun di luar negeri. Menurutnya, serangan bom Boston mereka lakukan berdua saja, tanpa bantuan pihak-pihak lain. Dikatakannya, mereka mencari informasi lewat internet tentang bagaimana membuat bom.
Para penyidik FBI menganggap keterangan-keterangan tersebut bersifat sementara. Sebab hal-hal tersebut harus diselidiki lebih lanjut sebelum bisa diyakini kebenarannya.
Dzhokhar hingga kini masih dirawat secara intensif di rumah sakit Beth Israel Deaconess Hospital, Boston dengan pengawalan ketat polisi. Tiap beberapa jam, penyidik FBI masuk ke ruangan Dzhokhar untuk menanyai remaja itu yang kemudian menjawabnya lewat tulisan.
(ita/ita)
Jumat, 15/03/2013 12:25 WIB
Tim Gegana Ledakkan 12 Bom Rakitan di Bekasi
2 Anggota Gegana masuk ke sebuah bedeng furniture, tempat bom tersebut disimpan di kawasan Mustika Jaya, Bekasi, Jumat (15/3/2013).
Tim gegana yang mengenakan baju antibom lengkap dengan helm pelindung itu menyambungkan kabel yang panjang sekitar 15 meter dari tempat bom berada ke arah luar. Bom tersebut akan dipicu dengan detonator saat diledakkan.
"Di dalam ditemukan 12 bom rakitan. Kami belum mengetahui jenis bom, daya ledaknya berapa. Kita juga belum dapat memastikan material bom, dan bom itu jenis apaan," kata Kepala Bareskrim Polri, Komjen Sutarman.
Anggota Gegana juga mengimbau puluhan warga sekitar yang berkerumun menonton untuk menjauhi lokasi penemuan bom. Imbauan itu dilakukan berulang kali.
"Para warga kami imbau menjauhi lokasi sterilisasi bom. Kami mengharapkan warga berada 15 meter dari lokasi dan mematikan alat komunikasi," imbau anggota Gegana.
Sekitar pukul 12.15 WIB, terdengar 1 kali bunyi ledakan. Namun suara ledakan itu terdengar tidak begitu keras. Duaar!
(aan/mok)
Who's the most wanted suspected terrorist in Poso?
Oleh Rika Theo - Minggu, 13 Januari 2013 | 11:45 WIB | Sumber The Jakarta Post
POSO. Who is responsible for the acts of terror in Poso,
Central Sulawesi? The question is often a topic of discussion among many
people. During the discussions, the name Santoso is frequently
mentioned.ร
The man is currently the most wanted suspected terrorist in Poso as he is said to be the leader of a terrorist group involved in various terror attacks in the regency.
Attacks launched in 2012 include the murder of two police officers, Andi Sappa and Sudirman, in Tamanjeka hamlet, Poso Pesisir, in August; a bomb attack in North Poso, also in August; a bomb attack at a Poso City Police post in September; the shooting of the North Poso Pesisir Police station chief in November; and the shooting of four police Mobile Brigade (Brimob) members in North Poso Pesisir in December.ร
So, just who is Santoso? According to various sources, Santoso is a school dropout. Before the devastating riot of 2000, Santoso was a thug operating at the Poso central market.ร
He was a former member of the group led by Basri, who was on top of the policeรขs wanted list in 2007. Basri eventually surrendered to police after a gunfight on Feb. 1, 2007 in Poso. Basri was believed to be a member of the Jamaah Islamiyah group.
After Basri was arrested and subsequently imprisoned, the hard-line group in Poso was without a leader until Santoso took over later in 2007.
However, Santoso disappeared soon after that. It is believed he went to Java and Bima, West Nusa Tenggara (NTB), and later joined the Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) group, formed by Abu Bakar Baรขasyir, who is currently serving time in Nusa Kambangan Penitentiary in Central Java.
During his absence from Poso, Santoso reportedly learned guerilla warfare strategies and how to assemble bombs. He is also adept at operating a computer and the Internet.ร
Santosoรขs name emerged again when two police officers stationed at a security post at a private bank in Palu, were shot dead in May 2011.ร
A week later, two suspects in the attack were shot by the policeรขs Densus 88 counterterrorism squad in a Poso forest.
รขThey were members of Santosoรขs gang,รข Central Sulawesi Police chief Brig. Gen. Dewa Parsana said.
Santoso and his men from Bima reportedly set up militant training camps in Gunung Biru, Tamanjeka hamlet, Poso Pesisir, and in Malino village, Malei district, and turned Gunung Biru into their base camp.
Santoso and a number of Bima residents arrived in Poso after a bomb explosion at the Umar bin Khattab Islamic boarding school, led by Abrori bin Ayubi, in Bima in July 2011.ร
A few days before Christmas, police nabbed Mutun, alias Dhani, who is believed to be a member of Santosoรขs group. Mutun admitted that Santoso was still in Poso. The police said they had obtained information on Santosoรขs whereabouts from him.
Poso has experienced prolonged sectarian conflict in past years. Conflict broke out in 1998, and again in 2000, when more than 2,000 people were either killed or went missing. In 2001, a peace pact called the Malino Declaration was signed in Malino, South Sulawesi, facilitated by former vice president Jusuf Kalla.ร
After the Malino Declaration, no more conflict involving the Muslim and Christian communities occurred, but the seeds of terrorism have thrived ever since.ร
A number of people, who are still consistent in their struggle, are believed to have joined JAT.ร
A researcher with the Prasasti Indonesia Foundation, Taufik Andrie, said the recent terror attacks in Poso were more directed at the police and not civilians.
They apparently target the police because they are regarded as a hindrance to their cause. For the terrorists, dying in the line of a religious cause is shuhada (martyrdom) and the authorities are considered enemies who must be fought.
รขMembers of the group also choose to die for their religious cause, because for them it is shuhada and the reward is heaven. This is dangerous,รข said Taufik.
The police have launched a number of operations to secure Poso and track down Santoso, but to no avail.ร
A former member of a hard-line group in Tokorondo village who has become a pacifist, identified only as AT, told The Jakarta Post that he often saw Santoso riding a motorcycle in Poso Pesisir.
รขI was threatened by him [Santoso] twice. If I were to go missing or be killed, the perpetrator would likely be Santoso,รข AT told the Post.
(Ruslan Sangaji / The Jakarta Post)ร
The man is currently the most wanted suspected terrorist in Poso as he is said to be the leader of a terrorist group involved in various terror attacks in the regency.
Attacks launched in 2012 include the murder of two police officers, Andi Sappa and Sudirman, in Tamanjeka hamlet, Poso Pesisir, in August; a bomb attack in North Poso, also in August; a bomb attack at a Poso City Police post in September; the shooting of the North Poso Pesisir Police station chief in November; and the shooting of four police Mobile Brigade (Brimob) members in North Poso Pesisir in December.ร
So, just who is Santoso? According to various sources, Santoso is a school dropout. Before the devastating riot of 2000, Santoso was a thug operating at the Poso central market.ร
He was a former member of the group led by Basri, who was on top of the policeรขs wanted list in 2007. Basri eventually surrendered to police after a gunfight on Feb. 1, 2007 in Poso. Basri was believed to be a member of the Jamaah Islamiyah group.
After Basri was arrested and subsequently imprisoned, the hard-line group in Poso was without a leader until Santoso took over later in 2007.
However, Santoso disappeared soon after that. It is believed he went to Java and Bima, West Nusa Tenggara (NTB), and later joined the Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) group, formed by Abu Bakar Baรขasyir, who is currently serving time in Nusa Kambangan Penitentiary in Central Java.
During his absence from Poso, Santoso reportedly learned guerilla warfare strategies and how to assemble bombs. He is also adept at operating a computer and the Internet.ร
Santosoรขs name emerged again when two police officers stationed at a security post at a private bank in Palu, were shot dead in May 2011.ร
A week later, two suspects in the attack were shot by the policeรขs Densus 88 counterterrorism squad in a Poso forest.
รขThey were members of Santosoรขs gang,รข Central Sulawesi Police chief Brig. Gen. Dewa Parsana said.
Santoso and his men from Bima reportedly set up militant training camps in Gunung Biru, Tamanjeka hamlet, Poso Pesisir, and in Malino village, Malei district, and turned Gunung Biru into their base camp.
Santoso and a number of Bima residents arrived in Poso after a bomb explosion at the Umar bin Khattab Islamic boarding school, led by Abrori bin Ayubi, in Bima in July 2011.ร
A few days before Christmas, police nabbed Mutun, alias Dhani, who is believed to be a member of Santosoรขs group. Mutun admitted that Santoso was still in Poso. The police said they had obtained information on Santosoรขs whereabouts from him.
Poso has experienced prolonged sectarian conflict in past years. Conflict broke out in 1998, and again in 2000, when more than 2,000 people were either killed or went missing. In 2001, a peace pact called the Malino Declaration was signed in Malino, South Sulawesi, facilitated by former vice president Jusuf Kalla.ร
After the Malino Declaration, no more conflict involving the Muslim and Christian communities occurred, but the seeds of terrorism have thrived ever since.ร
A number of people, who are still consistent in their struggle, are believed to have joined JAT.ร
A researcher with the Prasasti Indonesia Foundation, Taufik Andrie, said the recent terror attacks in Poso were more directed at the police and not civilians.
They apparently target the police because they are regarded as a hindrance to their cause. For the terrorists, dying in the line of a religious cause is shuhada (martyrdom) and the authorities are considered enemies who must be fought.
รขMembers of the group also choose to die for their religious cause, because for them it is shuhada and the reward is heaven. This is dangerous,รข said Taufik.
The police have launched a number of operations to secure Poso and track down Santoso, but to no avail.ร
A former member of a hard-line group in Tokorondo village who has become a pacifist, identified only as AT, told The Jakarta Post that he often saw Santoso riding a motorcycle in Poso Pesisir.
รขI was threatened by him [Santoso] twice. If I were to go missing or be killed, the perpetrator would likely be Santoso,รข AT told the Post.
(Ruslan Sangaji / The Jakarta Post)ร
Setelah 7 Terduga Teroris Tewas Ditembak
Mereka terduga teroris. Ditembak mati karena melawan.
ddd
Minggu, 6 Januari 2013, 21:14
Arfi Bambani Amri, Heryu Nandiasa, Tommy Adi Wibowo, Edi Gustan (Mataram)
VIVAnews -
Detasemen Khusus 88 kembali menembak mati tujuh orang terduga teroris
yang berusaha ditangkap di Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat.
Kemudian empat orang lainnya ditangkap.
Dua terduga teroris yakni Hasan alias Kholik dan Syamsuddin alias Asmar alias Buswah tewas di Makassar pada Jumat 4 Januari 2013. Kemudian, sejumlah orang lainnya yakni Thamrin, Arbain Yusuf, Syarifudin dan Fadli ditangkap di Makassar pada pukul 10 pagi, keesokan harinya.
"Mereka kelompok Abu Ruswa, jaringan Poso yang sedang melakukan teror di Makassar," kata Kepala Bidang Penerangan Umum Mabes Polri Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar di kantornya, Jakarta, Sabtu 4 Januari 2012.
Dalam penelusuran jaringan Poso ini, petunjuk kemudiah mengarah ke Bima. Di perbatasan Bima dan Dompu, polisi menemukan empat lokasi pelatihan merakit bom. "Kami sudah intai dua bulan," katanya.
Di Bima dan Dompu
Kepala Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Barat, Brigadir Jenderal Polisi Mochamad Irawan, mengatakan penangkapan lima terduga teroris di Dompu dan Bima, Jumat 4 Januari 2013, dilakukan di dua tempat kejadian berbeda, yakni di Bima dan Dompu.
Penangkapan terduga teroris di Bima, tepatnya perbatasan antara Dompu dan Bima, dilakukan terhadap dua orang, yaitu Roy yang merupakan warga Makassar, dan Bachtiar yang merupakan warga Bima. Keduanya ditembak mati karena melawan saat ditangkap. “Petugas terpaksa melakukan tindakan tegas karena mereka berusaha melawan,” kata Kapolda di Mataram, Sabtu 5 Januari 2013.
Roy dan Bachtiar pun tewas. Mereka merupakan jaringan teroris Poso. Dari tangan keduanya, Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri menyita satu unit sepeda motor serta dua senjata api laras pendek jenis revolver dan FN.
Sementara di Dompu, tepatnya Dusun Kandai Gintei Kecamatan Woja Kabupaten Dompu, polisi menembak mati tiga terduga teroris. Irawan mengatakan, identitas ketiga teroris tersebut belum diketahui karena petugas tidak menemukan identitas dari ketiga teroris. Seorang terduga teroris lainnya berhasil melarikan diri dari sergapan petugas.
Kapolda mengatakan, polisi terpaksa menembak mati ketiga teroris tersebut karena mereka juga melawan petugas dengan senjata api saat ditangkap. Ketiganya bahkan memasang bom siap ledak di tubuh mereka. Akibatnya mereka langsung dilumpuhkan.
Dari ketiganya, polisi menyita barang bukti berupa tiga bom siap ledak, serta bahan-bahan merakit bom seperti pipa paralon dan paku. “Petugas gegana sudah melakukan disposal terhadap tiga bom yang berdaya ledak tinggi itu,” kata Kapolda NTB.
Dan hasilnya, "Selama 2x24 jam Densus 88 sudah menangkap 11 orang di Makassar dan Dompu," kata Boy.
Dalam penggerebekan ini polisi menyita bom pipa 1,5 inci yang siap digunakan, 4 bom pipa masih dalam penyelesaian perakitan, bahan pendukung campuran yang lazim digunakan di bom rakitan, pupuk urea, asam nitrat, dan beberapa paku besi yang diduga kuat bahan campuran peledak.
Eksodus dari Poso
Boy mengisahkan, beberapa minggu sebelumnya, tim fokus di Sulawesi. Terduga teroris kemudian berlarian meninggalkan Poso, bergabung di Sulsel, kemudian sebagian di Makasar dan yang lain menuju ke Dompu. Kelompok itu, kata Boy, terkait dengan penembakan dua anggota Polri di Poso pada akhir tahun 2012 lalu. Pasca penembakan ada semacam eksodus yang signifikan dari tim ini.
"Sudah dipantau sejak 1,5 bulan lalu, November pertengahan," katanya.
Boy menuturkan, anggota kelompok itu asalnya dari beragam daerah. "Campur-campur," katanya.
Kini jenazah para terduga teroris itu berada di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta, untuk dilakukan identifikasi. Menurut keterangan petugas Instalasi Forensik dan Kamar Jenazah RS Polri Sukanto yang enggan disebutkan namanya, total terduga teroris yang sudah berada di ruang forensik ada 5 jenazah, dua dari Bima dan tiga dari Dompu.
"Semalam tiba pukul 20.30 WIB dan saat ini semuanya masih dalam proses identifikasi," kata dia kepada VIVAnews, Minggu, 6 Januari 2012.
Ia menjelaskan untuk melakukan identifikasi butuh waktu, ada data-data yang harus dilengkapi untuk mengetahui identitas jenazah-jenazah tersebut.
"Teman-teman di wilayah masih mengumpulkan data antemortem. Ada dua data penting, ada primer dan sekunder. Primer berupa DNA, sidik jari, dan gigi. Sementara data sekunder seperti pakaian dan ciri-ciri fisik berupa cacat tubuh dan tahi lalat," ujarnya.
Jika data-data sekunder sudah pas, pihaknya harus memastikan lagi dengan data primer untuk ketepatannya. "Saat ini belum ada pihak keluarga yang dihubungi untuk mencari data-data tersebut," katanya. (eh)
Dua terduga teroris yakni Hasan alias Kholik dan Syamsuddin alias Asmar alias Buswah tewas di Makassar pada Jumat 4 Januari 2013. Kemudian, sejumlah orang lainnya yakni Thamrin, Arbain Yusuf, Syarifudin dan Fadli ditangkap di Makassar pada pukul 10 pagi, keesokan harinya.
"Mereka kelompok Abu Ruswa, jaringan Poso yang sedang melakukan teror di Makassar," kata Kepala Bidang Penerangan Umum Mabes Polri Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar di kantornya, Jakarta, Sabtu 4 Januari 2012.
Dalam penelusuran jaringan Poso ini, petunjuk kemudiah mengarah ke Bima. Di perbatasan Bima dan Dompu, polisi menemukan empat lokasi pelatihan merakit bom. "Kami sudah intai dua bulan," katanya.
Di Bima dan Dompu
Kepala Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Barat, Brigadir Jenderal Polisi Mochamad Irawan, mengatakan penangkapan lima terduga teroris di Dompu dan Bima, Jumat 4 Januari 2013, dilakukan di dua tempat kejadian berbeda, yakni di Bima dan Dompu.
Penangkapan terduga teroris di Bima, tepatnya perbatasan antara Dompu dan Bima, dilakukan terhadap dua orang, yaitu Roy yang merupakan warga Makassar, dan Bachtiar yang merupakan warga Bima. Keduanya ditembak mati karena melawan saat ditangkap. “Petugas terpaksa melakukan tindakan tegas karena mereka berusaha melawan,” kata Kapolda di Mataram, Sabtu 5 Januari 2013.
Roy dan Bachtiar pun tewas. Mereka merupakan jaringan teroris Poso. Dari tangan keduanya, Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri menyita satu unit sepeda motor serta dua senjata api laras pendek jenis revolver dan FN.
Sementara di Dompu, tepatnya Dusun Kandai Gintei Kecamatan Woja Kabupaten Dompu, polisi menembak mati tiga terduga teroris. Irawan mengatakan, identitas ketiga teroris tersebut belum diketahui karena petugas tidak menemukan identitas dari ketiga teroris. Seorang terduga teroris lainnya berhasil melarikan diri dari sergapan petugas.
Kapolda mengatakan, polisi terpaksa menembak mati ketiga teroris tersebut karena mereka juga melawan petugas dengan senjata api saat ditangkap. Ketiganya bahkan memasang bom siap ledak di tubuh mereka. Akibatnya mereka langsung dilumpuhkan.
Dari ketiganya, polisi menyita barang bukti berupa tiga bom siap ledak, serta bahan-bahan merakit bom seperti pipa paralon dan paku. “Petugas gegana sudah melakukan disposal terhadap tiga bom yang berdaya ledak tinggi itu,” kata Kapolda NTB.
Dan hasilnya, "Selama 2x24 jam Densus 88 sudah menangkap 11 orang di Makassar dan Dompu," kata Boy.
Dalam penggerebekan ini polisi menyita bom pipa 1,5 inci yang siap digunakan, 4 bom pipa masih dalam penyelesaian perakitan, bahan pendukung campuran yang lazim digunakan di bom rakitan, pupuk urea, asam nitrat, dan beberapa paku besi yang diduga kuat bahan campuran peledak.
Eksodus dari Poso
Boy mengisahkan, beberapa minggu sebelumnya, tim fokus di Sulawesi. Terduga teroris kemudian berlarian meninggalkan Poso, bergabung di Sulsel, kemudian sebagian di Makasar dan yang lain menuju ke Dompu. Kelompok itu, kata Boy, terkait dengan penembakan dua anggota Polri di Poso pada akhir tahun 2012 lalu. Pasca penembakan ada semacam eksodus yang signifikan dari tim ini.
"Sudah dipantau sejak 1,5 bulan lalu, November pertengahan," katanya.
Boy menuturkan, anggota kelompok itu asalnya dari beragam daerah. "Campur-campur," katanya.
Kini jenazah para terduga teroris itu berada di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta, untuk dilakukan identifikasi. Menurut keterangan petugas Instalasi Forensik dan Kamar Jenazah RS Polri Sukanto yang enggan disebutkan namanya, total terduga teroris yang sudah berada di ruang forensik ada 5 jenazah, dua dari Bima dan tiga dari Dompu.
"Semalam tiba pukul 20.30 WIB dan saat ini semuanya masih dalam proses identifikasi," kata dia kepada VIVAnews, Minggu, 6 Januari 2012.
Ia menjelaskan untuk melakukan identifikasi butuh waktu, ada data-data yang harus dilengkapi untuk mengetahui identitas jenazah-jenazah tersebut.
"Teman-teman di wilayah masih mengumpulkan data antemortem. Ada dua data penting, ada primer dan sekunder. Primer berupa DNA, sidik jari, dan gigi. Sementara data sekunder seperti pakaian dan ciri-ciri fisik berupa cacat tubuh dan tahi lalat," ujarnya.
Jika data-data sekunder sudah pas, pihaknya harus memastikan lagi dengan data primer untuk ketepatannya. "Saat ini belum ada pihak keluarga yang dihubungi untuk mencari data-data tersebut," katanya. (eh)
JAT: Tembak Mati 7 Teroris, Densus Langgar HAM
Penulis : Dian Maharani | Minggu, 6 Januari 2013 | 19:55 WIB
Menurut Son Hadi, ketujuh orang tersebut masih berstatus terduga teroris yang belum dapat dipastikan keterlibatannya dalam aksi teror.
“Mereka hanya terduga teroris. Namun yang jelas mereka adalah seorang muslim dan yang lebih memprihatinkan, dua orang dibunuh di teras Masjid Nur Alfiah RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar,” tulis Son Hadi dalam pernyataan tertulisnya, Minggu (6/1/2013).
Menurutnya, penembakan oleh Densus tersebut termasuk kategori pelanggaran HAM berat dan harus diusut tuntas oleh Kepolisian, juga Komisi Nasional (Komnas) Hak Asasi Manusia (HAM). Son Hadi menambahkan agar segera dibentuk tim pencari fakta atas kasus penembakan terduga teroris tersebut.
“Kami mendesak kepada pihak yang berkompenten, baik internal Polri maupun Komnas HAM untuk serius mengusut tuntas kasus ini, karena hal ini sangat mencederai nilai-nilai agama dan kemanusian. Kami mendesak segera dibentuk TPF (tim pencari fakta ) yang independen dan transparan untuk mengungkap kasus pembunuhan ini,” paparnya.
Seperti diketahui sebelumnya, Densus 88 Antiteror Polri meringkus 11 terduga teroris di Makassar dan Dompu pada 4-5 Januari 2012. Tujuh orang di antaranya tewas ditembak, yakni dua orang tewas di Makassar dan lima lainnya di Dompu.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal (Pol) Boy Rafli Amar mengatakan, terduga teroris tersebut ditembak karena berusaha melawan dan melarikan diri dari aparat saat dilakukan penangkapan.
Penembakan yang dilakukan, kata Boy, menjadi dinamika di lapangan yang dihadapi pasukan berlambang burung hantu tersebut. Saat penangkapan, polisi juga menyita senjata api dan granat.
Keberadaan mereka juga telah dipantau sebelumnya karena terlibat aksi teror di Makassar dan Poso, Sulawesi Tengah. “Mereka kelompok bersenjata, bahkan menguasai bahan peledak,” terang Boy.
Editor :
Kistyarini
KONFLIK POSO
Ralat: Densus 88 tembak mati 7 tersangka teroris
Oleh Rika Theo - Sabtu, 05 Januari 2013 | 19:06 WIB | Sumber Kompas.com
Tim Detasemen Khusus 88 Anti-teror menembak mati tujuh orang
terduga teroris di berbagai kawasan dalam dua hari belakangan ini.
Selain itu, ada empat orang yang berhasil ditangkap hidup petugas
Densus. Pada berita sebelumnya, disebutkan terdapat 11 orang yang ditembak mati.
Para terduga teroris ini diduga terkait jaringan teroris baru yakni kelompok Poso yang dipimpin oleh Santoso.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan penangkapan bermula pada Jumat (4/1/2013). Dua teroris tewas ditembak di halaman masjid Masjid Nur Alfiah, di dalam rumah sakit Wahidin, Makasar, sekitar pukul 10.30 WITA.
Kedua orang yang diduga teroris itu ditembak lantaran melakukan perlawanan. Mereka adalah Abua Suaya dan Hasan alias Kholil.
Penangkapan selanjutnya dilakukan pada hari yang sama pukul 14.30 WITA di Terminal Daya, Makassar Sulawesi Selatan terhadap Thamrin dan Arbain. Dari keterangan kedua orang ini, polisi kemudian menangkap Syarifudin dan Fadhli pada pukul 18.30 WITA.
Sementara di saat yang hampir bersamaan, tim Densus juga melumpuhkan kawanan yang sama di Dompu, Nusa Tenggara Barat. Dua orang yang ditembak mati yakni Roy dan Bachtiar.
"Terakhir hari ini pagi pukul 07.00 ada tiga orang ditembak mati di Kebon Kacang, Kelurahan Kandai, Dompu, Nusa Tenggara Barat. Dari tiga orang yang tewas ini, satu sudah teridentifikasi atas nama Andi, sedangkan dua lainnya belum teridentifikasi. Dari tiga orang itu diamankan senjata api laras pendek jenis FB," ucap Boy.
Di dalam proses penangkapan ini, polisi menyita barang bukti 1 bom pipa siap ledak, 4 bom pipa masih dalam perakitan, serta bahan-bahan bom, urea, asam nitrat, sodium, paku besi, baterai. "Kelompok ini terkait dengan pelatihan terorir di Posos, penyerangan Gubernur Sulawesi Selatan di Poso, dan melakukan aksi teror di daerah Dompu," ujar Boy.
Kompas.com
Catatan Redaksi: dengan demikian berita Densus 88 tembak mati 11 tersangka teroris Posoร kami cabut.
Jumat, 04/01/2013 17:15 WIB Para terduga teroris ini diduga terkait jaringan teroris baru yakni kelompok Poso yang dipimpin oleh Santoso.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan penangkapan bermula pada Jumat (4/1/2013). Dua teroris tewas ditembak di halaman masjid Masjid Nur Alfiah, di dalam rumah sakit Wahidin, Makasar, sekitar pukul 10.30 WITA.
Kedua orang yang diduga teroris itu ditembak lantaran melakukan perlawanan. Mereka adalah Abua Suaya dan Hasan alias Kholil.
Penangkapan selanjutnya dilakukan pada hari yang sama pukul 14.30 WITA di Terminal Daya, Makassar Sulawesi Selatan terhadap Thamrin dan Arbain. Dari keterangan kedua orang ini, polisi kemudian menangkap Syarifudin dan Fadhli pada pukul 18.30 WITA.
Sementara di saat yang hampir bersamaan, tim Densus juga melumpuhkan kawanan yang sama di Dompu, Nusa Tenggara Barat. Dua orang yang ditembak mati yakni Roy dan Bachtiar.
"Terakhir hari ini pagi pukul 07.00 ada tiga orang ditembak mati di Kebon Kacang, Kelurahan Kandai, Dompu, Nusa Tenggara Barat. Dari tiga orang yang tewas ini, satu sudah teridentifikasi atas nama Andi, sedangkan dua lainnya belum teridentifikasi. Dari tiga orang itu diamankan senjata api laras pendek jenis FB," ucap Boy.
Di dalam proses penangkapan ini, polisi menyita barang bukti 1 bom pipa siap ledak, 4 bom pipa masih dalam perakitan, serta bahan-bahan bom, urea, asam nitrat, sodium, paku besi, baterai. "Kelompok ini terkait dengan pelatihan terorir di Posos, penyerangan Gubernur Sulawesi Selatan di Poso, dan melakukan aksi teror di daerah Dompu," ujar Boy.
Kompas.com
Catatan Redaksi: dengan demikian berita Densus 88 tembak mati 11 tersangka teroris Posoร kami cabut.
2 Teroris di Makassar yang Didor Pimpinan Kelompok, Peneror di Poso
"Jadi 2 orang itu Syamsudin HG alias Abu Uswah, (lahir di) Palopo 31 Mei 1978, dia ini merupakan pimpinan dari Kelompok Teroris Makassar yang selama ini melakukan aksi teror di Poso. Mereka sudah jadi target saat surveilance," jelas Karo Penmas Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar.
Hal itu dikatakan Boy saat jumpa pers di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Jumat (4/1/2013).
"Kedua, Ahmad Khalil alias Hasan. Lahirnya di Palopo, 27 Juli 1977. Dia ini terkait dengan jaringan Abu Umar yang merupakan penyuplai senjata api dari Filipina. Jadi dia sebagai penyuplai senjata perannya," jelas dia.
Mereka, imbuh Boy, diketahui berada di halaman RS dr Wahidin Sudirohusodo, Makassar, sedang mengadakan pertemuan dengan 2 orang lainnya. Sedangkan 2 orang lainnya, saat disergap, melarikan diri.
"Pada hari Jumat tadi pukul 10.30 Wita di Makassar, di halaman belakang RS Wahidin dilakukan upaya penangkapan. Dari penangkapan tersebut petugas melumpuhkan dengan tembakan," tuturnya.
Sementara identitas 2 orang lain yang melarikan diri belum diketahui. Mereka adalah anggota teror jaringan Makassar yang melakukan pelemparan bahan peledak di saat ulang tahun DPD Golkar yang dihadiri Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo.
"Mereka ini adalah jaringan Santoso yang berkembang ke Sulawesi Selatan. Dari mereka ditemukan barang bukti senjata jenis FN dan granat manggis yang berhasil diamankan. Saat ini jenazah dikirim ke RS Bhayangkara di Makassar," jelas Boy.
Menurut rencana, kedua jenazah teroris itu masih dalam proses pembahasan untuk dibawa ke Jakarta.
"Jadi 2 orang ini diduga kuat pernah memfasilitasi Santoso dan juga terkit dengan kelompok yang melakukan pembunuhan 2 anggota polisi di Taman Jeka (Poso)," imbuh Boy.
2 Orang terduga teroris yang ditembak mati ini adalah pengembangan dari tersangka teroris Awang dan Andika, yang ditangkap saat insiden pelemparan bahan peledak ke Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo pada 11 November 2012 lalu. Mereka diketahui kelompok terlatih dan biasa menggunakan senjata api.
Namun Boy mengakui belum ada informasi apakah ada baku tembak saat penyergapan siang tadi. Sementara 2 orang lain yang melarikan diri juga diketahui pernah berada di Poso. "Kedua orang ini (yang kabur) juga berhubungan dengan Santoso," tandas Boy.
(nwk/nrl)
Jumat, 04/01/2013 23:01 WIB
Terduga Teroris di Makassar Sempat Menginap di Masjid RS Wahidin
"Semalam kami sempat diskusi soal aqidah dan agama, saya tidak sedikitpun curiga kalau ia teroris yang dicari-cari, dari logatnya sepertinya ia bukan dari Makassar, saya mengira dia keluarga pasien rumah sakit ini," ujar Ridwan.
Sesaat sebelum kejadian, ia tengah berada di dalam masjid untuk melaksanakan shalat dhuha. Ia kaget mendengar rentetan suara tembakan yang ternyata mengenai orang yang ia pernah temui malam sebelumnya.
Sementara dari keterangan saksi-saksi di sekitar TKP, salah satu dari teroris ini sebelum ditembak di tangga depan masjid Nur Al Afiah, sempat ditodong oleh salah satu anggota Densus 88 yang menyamar. Saat ia meloncat keluar masjid, salah satu anggota Densus 88 yang berada di luar masjid langsung menembaknya hingga tewas.
Sementara seorang lagi ditembak mati saat hendak melarikan diri tidak jauh dari masjid. Salah seorang rekan kedua teroris ini diketahui sempat melarikan diri, sebelum tertangkap di Pasar Daya.
Usai menghabisi kedua targetnya, beberapa anggota Densus 88 yang berada di sekitar kejadian langsung memungut selongsong peluru, membersihkan ceceran darah dan mengangkat kedua mayat dan memasukkan ke dalam mobil Toyota Avanza yang kemudian dibawa ke RS Bhayangkara. Menurut saksi mata, proses "eksekusi" oleh anggota Densus ini hanya berlangsung sekitar 5 menit.
Pasca kejadian, ibadah shalat jumat tetap dilaksanakan seperti biasanya, meskipun sisa darah masih berceceran di sekitar halaman masjid. Pihak kepolisian hanya memasang garis polisi di antara dua mobil yang diparkir di depan masjid. Peristiwa penangkapan ini mengagetkan beberapa keluarga pasien dan pihak pengelola rumah sakit.
(mna/fjp)
Densus Tembak Mati 2 Terduga Teroris Sebelum Jumatan
Tribunnews.com - Jumat, 4 Januari 2013 13:56 WIB
(TRIBUN TIMUR/ABDUL AZIZ)
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Polisi dari Detasemen Khusus Antiteror 88 Mabes Polri menembak mati dua terduga teroris yang dikabarkan merupakan jaringan teroris Poso.
Penembakan sekaligus penangkapan berlangsung di depan pintu masuk Masjid Nur Alfiah, RS Wahidin Sudirohusodo, Jl Perintis Kemerdekaan, Makassar, Jumat (4/1/2013) sekitar pukul 10.45 wita.
Kapolsek Tamalanrea, Kompol Amiruddin mengatakan terduga teroris bernama Hasan alias Kholik dan Syamsuddin alias Asmar alias Buswah. “Ada juga yang terluka,” kata Amiruddin kepada tribun-timur.com. Jenazah terduga sedang diamankan polisi.
Polisi saat ini sedang mengamankan tempat kejadian. Pelaksanaan salat Jumat di masjid tersebut dikabarkan sempat terganggu. Penembakan berlangsung sejam sebelum rangkaian salat dimulai.(*)
Jumat, 04/01/2013 14:11 WIB
2 Terduga Teroris yang Tewas Didor di Makassar Siap Dibawa ke Jakarta
Pada pukul 15.00 Wita, Jumat (4/1/2013), ambulans telah bersiap di kamar jenazah RS Bhayangkara Makassar, Jalan Mappaoudang. Sejumlah polisi mengangkat dua peti mati ke dalam kamar jenazah. Belum diketahui pukul berapa jenazah akan dibawa keluar RS dan dengan pesawat apa jenazah akan diterbangkan.
Polisi menjaga ketat area sekitar kamar jenazah. Namun tidak terlihat petinggi Polda Sulselbar maupun Polrestabes Makassar.
Kedua terduga teroris ditembak di depan masjid yang terletak di kompleks RS Wahidin Sudirohusodo, Tamanlarea, Makassar, Jumat (4/1/2013) sekitar pukul 10.00 Wita. Kemudian polisi membawa kedua jenazah ke RS Bhayangkara untuk diautopsi.
Menurut sumber di kepolisian, keduanya bernama Syamsuddin alias Asmar alias Buswah dan Hasan alias Kholiq. Belum ada penjelasan resmi tentang penembakan ini dan kaitan kedua orang tersebut dengan jaringan teroris.
Penjagaan di RS Bhayangkara sangat ketat. Brimob bersenjata lengkap bersiaga di pintu depan dan belakang RS.
(try/lh)
Mengenal Kelompok Teroris Poso
Mustholih - Okezone
Rabu, 26 Desember 2012 06:05 wib
"Pada 2011 mereka sudah sampai di Papua," kata Al-Chaidar saat berbincang dengan Okezone, di Jakarta, Selasa (25/12/2012) malam.
Selain Poso, menurut Chaidar, operasi Komando Mujahidin ini tersebar, antara lain, di Makassar, Palu, Manado, Ambon, Maluku, dan Papua sendiri. Kelompok ini dikenal punya daya tempur yang bagus. "Setengah dari anggota punya senjata tapi semuanya siap tempur," terangnya.
Lebih lanjut Chaidar mengatakan, KMIT merupakan gabungan dari dua kelompok Misbah yang dipimpin Abu Hanifah (terduga teroris yang ditangkap Detasemen Khusus 88 Polri) dan kelompok Umar Bin Khattab dari Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Dia memperkirakan jumlah anggota yang bergabung mencapai 271. "Sampai pertengahan 2012 jumlah mereka 271. Tapi, sekarang saya tidak tahu," ungkap Chaidar.
Dia menambahkan, pimpinan KMIT, Santoso, memiliki kemampuan membuat bom dengan daya ledak tinggi (high explossive). Dalam aksinya, Santoso mengambil target pasar, gereja, sekolah, dan pusat-pusat pemerintahan.
"Santoso itu salah satu murid dari Dr Azahari dan dekat dengan Noordin Muhammad Top (dua teroris asal Malaysia). Dia juga pernah membom rumah calon yang maju di Pilkada," ungkap Chaidar.
Selain itu, kata Chaidar, Santoso punya kemahiran berperang yang didapat langsung dari Kepulauan Mindanao, Filipina. Dia disebut-sebut pernah terlibat aktif dalam kerusuhan di Maluku, Poso, dan sejumlah pengeboman di Makassar.
Menurut Al Chaidar, kelompok ini berekspansi ke Papua sebagai tempat efektif melarikan diri. Papua dipilih kelompok ini karena dianggap kondusif dan memudahkan mereka bersembunyi jikalau sewaktu-waktu dikejar.
"Di sana ada konflik bersenjata antara Organisasi Papua Merdeka (OPM) dengan Pemerintah. Situasi konflik ini dianggap kondusif oleh mereka," tutup Chaidar.
(put)
Selasa, 25/12/2012 17:30 WIB
Bom Rakitan Ditemukan di Pospol Pasar Sentral Poso
Jakarta - Bom rakitan yang siap meledak ditemukan di Pos Pengamanan Polisi Pasar Sentral Poso, Sulawesi Tengah pada hari Natal, Selasa (25/12/2012) ini. Bom itu berhasil dijinakkan oleh Tim Gegana.Informasi yang diperoleh detikcom, bom itu ditemukan di Pospol Lantas Pasar Sentral Poso pukul 06.30 WITA. Awalnya Briptu Hartono tiba di Pospol itu untuk melakukan pengamanan Operasi Lilin.
Briptu Hartono memeriksa sekitar Pospol. Dia kemudian membuka laci meja dan menemukan satu tas laptop berwarna hitam. Briptu Hartono kemudian bertanya kepada rekannya Briptu Sahrul mengenai kepemilikan tas laptop ini.
Namun tak ada anggota Pospol itu yang merasa memiliki tas laptop itu. Nah karena curiga, maka tak ada satu pun anggota yang bertugas di Pospol menyentuh tas dan menjauh dari Pospol itu. Komandan Pospol Bripka Made Surawan melaporkan tas laptop mencurigakan itu ke Polres Poso.
Sekitar pukul 07.10 WITA, satuan penjinak bom dari Satuan Brimob Polda Sulteng tiba di TKP untuk mengamankan tas laptop mencurigakan itu. Tas mencurigakan itu kemudian dijinakkan.
Hasilnya, dalam satu tas laptop bermerek Toshiba warna hitam itu didapati 1 HP Nokia, kabel hitam dan merah, jerigen 5 kg warna merah, paku 13 cm, paku 5 cm, nomor panggilan masuk 4 kali panggilan tak terjawab di HP, 2 detonator, kartu XL, uraian nitrat, kantong kresek merah dan pembungkus detonator.
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Suhardi Alius ketika dikonfirmasi detikcom Polantas Pasar Sentral ini membenarkan penemuan itu.
"Iya, tadi pagi sebelum mengisi Pospam Pasar Sentral Poso dilakukan sterilisasi dan ditemukan ransel mencurigakan. Dan dilakukan pengecekan ternyata bom yang berhasil dijinakkan oleh Tim Gegana," kata Suhardi dalam pesan tertulis.
"Sedang didalami siapa yang menaruh dan apakah ada kaitan dengan kelompok-kelompok yang dalam penyelidikan aparat," tandas mantan Wakil Kapolda Metro Jaya ini.
(nwk/nrl)
Senin, 24/12/2012 14:06 WIB
Keluarga Amrozi Bantah Siapkan Aksi Teror Natal dan Tahun Baru
Rois Jajeli - detikSurabayaSurabaya - Polisi mengungkap isu teror bom di malam natal dan tahun baru yang akan dilakukan keluarga (Alm) Amrozi. Keluarga terpidana mati Bom Bali I balik menilai polisi telah salah paham.
"Kapolrestabes salah paham terhadap informasi yang diterimanya," kata Ali Fauzi saat dihubungi detiksurabaya.com, Senin (24/12/2012).
Keluarga Amrozi ini buka suara menanggapi pernyataan Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Tri Maryanto yang mendapat informasi keluarga Amrozi telah bertemu Ustad Abu Bakar Ba'asyir di Lapas Nusa Kambangan untuk pengeboman di gereja-gereja atau mal-mal.
"Mungkin 2 hari lalu atau 3 hari lalu, ada keluarga Pak Muklas (terpidana mati Bom Bali I yang lain) ke Nusa Kambangan. Cuma ini belum saya konfirmasi," ujarnya.
Ali menerangkan, keluarga Muklas bukan dari Tenggulun, Solokuro, Lamongan. Karena dua istri Muklas tinggal di Malaysia dan Solo, Jawa Tengah.
Menurutnya, tidak mungkin istri atau keluarga Muklas meminta izin melakukan operasi pengeboman ke geraja-gereja, mal maupun tempat hiburan.
"Nggak mungkin toh, keluarga istri Pak Muklas dan Amrozi mengadakan operasi pengeboman," katanya.
"Kami sering menyuarakan bahaya radikalisasi atau pengeboman. Jika (operasi atau pengeboman) tidak ada kaitannya dengan jihad, saya akan lawan," tegasnya.
Ia menerangkan, sekitar dua minggu lalu, dirinya juga berkunjung ke Mapolrestabes Surabaya dan bersilaturahmi dengan Kasat Reskrim AKBP Farman.
"Sepertinya Kapolrestabes salah paham, salah informasi. Semua informasi yang disampaikan Pak kapolrestabes itu nggak benar. Memangnya selama ini Pak Kapolrestabes tidak melihat statemen saya di media massa. Sebaiknya Pak kapolrestabes menghubungi saya terlebih dahulu, untuk crosscheck, apa benar atau tidak. Biar isu tersebut tidak meresahkan masyarakat," jelasnya.
(roi/gik)
Baku Tembak di Poso, Satu Penembak Brimob Ditangkap
[JAKARTA] Kepala Biro Penerangan Umum (Kabag Penum) Divisi Hubungan
Masyarakat (Humas) Mabes Polri, Kombes Pol Agus Rianto di Jakarta, Kamis
mengatakan bahwa satu pelaku penembakan anggota Brimob Poso ditangkap.
Namun Agus belum dapat menyebutkan inisial pelaku yang mengakibatkan tewasnya anggota Brimob di Poso, Kamis sekitar pukul 10.00 WITA. [Ant/L-9]
Namun Agus belum dapat menyebutkan inisial pelaku yang mengakibatkan tewasnya anggota Brimob di Poso, Kamis sekitar pukul 10.00 WITA. [Ant/L-9]
Lokasi Baku Tembak Poso Masih Dipagari Garis Polisi
Kamis, 20 Desember 2012 , 22:46:00 WIB
Kepala Polda Sulawesi Tengah Brigjen Pol Dewa Parsana yang dihubungi dari Palu mengatakan penutupan lokasi itu bertujuan untuk mensterilkan lokasi kejadian karena akan segera dilakukan olah tempat kejadian perkara.
Selain itu, katanya, lokasi baku tembak yang berlangsung di jalan umum itu dinilai bisa membahayakan warga sekitar.
Dia mengatakan kontak tembak yang berlangsung sekitar tiga jam itu tidak melukai warga sipil.
"Mungkin dari kelompok bersenjata ada yang terluka tapi belum bisa dipastikan," katanya.
Lokasi baku tembak itu berada di jalan umum namun jarang dilalui masyarakat, cuma para pekebun kakao saja.
Dalam aksi kontak senjata itu, tiga polisi tewas dan tiga lainnya serius diberondong tembakan oleh sekitar 10 orang.
Hingga saat ini polisi masih mengejar para pelaku namun mewaspadai area perbukitan yang diduga dipasangi jebakan oleh kelompok sipil bersenjata. [ant/arp]
Komentar
Posting Komentar