gaLau neh YOUW (5)


Jumat, 20/07/2012 19:09 WIB

fotoNews

Pilkada 2 Putaran Mulai "Diadili" di MK

Fotografer - Ari Saputra
detiknews
Pilkada 2 Putaran Mulai
Ketiga warga yang mengajukan gugatan tersebut yakni Abdul Havid, warga Cipinang Asem, Jakarta Timur, M Huda, warga Rawamangun, Jakarta Timur dan Satrio Fauziadamardji, warga Cilandak Jakarta Selatan.
Panwaslu Larang Berkampanye di Tempat Ibadah

Panwaslu Larang Berkampanye di Tempat Ibadah

Oleh: Wahyu Praditya Purnomo metropolitan - Kamis, 26 Juli 2012 | 18:15 WIB INILAH.COM, Jakarta - Untuk mencegah tempat ibadah sebagai sarana kampanye, Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) telah mengambil langkah antisipasi. Salah satunya mengirim surat imbauan kepada Forum Kebersamaan Umat Beragama (FKUB) DKI Jakarta serta timses dua pasangan calon yang bersaing.
"Dalam surat imbauan tersebut, kita mengingatkan berdasarkan Undang-Undang (UU) No. 32 tahun 2004 pasal 78 huruf (i), dalam kampanye dilarang menggunakan tempat ibadah dan tempat pendidikan. Serta merujuk pada Peraturan KPU No. 69 tahun 2009 pasal 5 angka 1 huruf d menyebutkan kampanye dilakukan pada jadwal dan waktu kampanye," kata Ketua Panwaslu DKI Jakarta Ramdansyah, Kamis (26/7/2012).
Ramdhansyah mengatakan, untuk mengawasi peraturan yang berlaku, Panwaslu DKI juga mengandeng FKUB DKI Jakarta bersama dengan pimpinan majelis agama Provinsi DKI Jakarta. Deengan demikian diharapkan FKUB dan majelis agama DKI dapat mengawasi dan menjaga sehingga tercipta suasana Jakarta yang kondusif.
Ia melanjutkan, pemimpin agama serta tokoh-tokoh agama, tidak dilarang menjadi anggota partai politik tertentu. "Namun saat menjalankan tugasnya memberikan khotbah di rumah ibadah, dia tidak boleh menghasut jamaahnya untuk mendukung atau tidak mendukung salah satu pasangan calon. Itu sudah melakukan pelanggaran," jelasnya.
Menurutnya dalam UU No. 32 tahun 2004 pasal 116 ayat 1. Tertulis setiap orang yang dengan sengaja melakukan kampanye di luar jadwal waktu yang telah ditetapkan oleh KPU Provinsi DKI Jakarta untuk masing-masing pasangan calon seperti yang tertera dalam pasal 75 ayat 2, akan diancam dengan pidana penjara paling singkat 15 hari dan paling lama 2 bulan. Dan denda paling sedikit Rp100.00 hingga Rp1 juta.
Begitu juga dengan praktik politik uang, berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 pasal 117 ayat 2, setiap orang yang dengan sengaja memberi atau menjanjikan uang atau materi lainnya kepada seseorang supaya tidak menggunakan hak pilihnya atau memilih pasangan calon tertentu, atau menggunakan hak pilihnya dengan cara tertentu sehingga surat suaranya menjadi tidak sah, diancam pidana penjara paling singkat 2 bulan dan paling lama 12 bulan, atau denda paling sedikit Rp1 juta hingga Rp10 juta.[bay]
Panwaslu: Haram Kampanye di Tempat Ibadah BERITAJAKARTA.COM — 26-07-2012 17:12 Saat bulan Ramadhan sejumlah masjid selalu ramai dengan aktivitas warga yang ingin beribadah. Kondisi ini sangat rawan dijadikan ajang kampanye, sehingga Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) DKI Jakarta mengeluarkan kebijakan larangan kampanye di tempat ibadah bagi pasangan cagub DKI yang lolos putaran kedua, yaitu Joko Widodo-Basuki Thajaja Purnama dan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli. Ketua Panwaslu DKI Jakarta, Ramdansyah mengatakan, larangan ini telah dituangkan dalam surat imbauan yang telah dikirim ke Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) DKI dan dua tim pasangan calon. Dalam surat tersebut, mengacu pada UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 78 huruf (i) disebutkan, kampanye dilarang menggunakan tempat ibadah dan tempat pendidikan. Kemudian merujuk pada Peraturan KPU Nomor 69 tahun 2009 pasal 5 angka 1 huruf d juga disebutkan kampanye dilakukan pada jadwal dan waktu kampanye. “Surat imbauan Panwaslu itu telah dikirim pada 23 Juli lalu. Yakni ke FKUB dan tim sukses dua pasangan calon yang lolos ke putaran kedua. Tentunya kami berharap, imbauan ini diterapkan oleh pasangan calon dan tim suksesnya masing-masing,” kata Ramdansyah, Kamis (26/7). Selanjutnya untuk mengetahui apakah imbauan ini benar-benar dijalankan atau tidak, Panwaslu DKI mengajak pada FKUB DKI untuk bersama-sama mengawasinya. Setidaknya, FKUB bersama pimpinan majelis keagamaan di DKI ini diajak untuk bersama menjaga dan menciptakan suasana Jakarta yang kondusif dengan mencegah rumah ibadah dijadikan ajang tempat kampanye politik dari dua pasang calon yang akan bertarung di putaran kedua Pilgub 2012 ini. Sehingga upaya aksi politik uang, fitnah atau menghasut seseorang karena suku, ras, agama dan antar golongan dapat dicegah. Ramdansyah juga menyebut, dalam UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pasal 78 huruf (i), selain dilarang menggunakan tempat ibadah dan tempat pendidikan, pada pasal 116 ayat 3 juga disebutkan, setiap orang yang dengan sengaja melanggar ketentuan larangan pelaksanaan kampanye pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah diancam dengan pidana penjara minimal satu bulan atau paling lama enam bulan dengan denda paling sedikit Rp 100 ribu hingga Rp 1 juta. Dalam kesempatan tersebut, Ramdansyah juga mengingatkan agar para pemimpin agama dan tokoh agama untuk tidak menghasut jamaahnya agar mendukung atau tidak mendukung salah satu pasangan calon. Sebab hal itu sudah masuk kategori pelanggaran pilgub. "Dai, pendeta, atau para pendakwah agama lainnya tidak dibolehkan kampanye politik saat menyampaikan khotbah di hadapan jamaahnya masing-masing," tandasnya. Kamis, 26/07/2012 18:56 WIB Dikunjungi Foke, Ketua Masjid di Kramatjati Acungkan Telunjuk Silvanus Alvin - detikNews Berbagi informasi terkini dari detikcom bersama teman-teman Anda Jakarta Kedatangan Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, di masjid kawasan Kramatjati, Jakarta Timur, mendapat sambutan hangat masyarakat setempat. Dukungan pada Fauzi sangat terasa meskipun kedatangannya ke masjid itu bukan untuk kampanye pilgub.
Pria yang akrab disapa Foke ini tiba di Masjid Jami Baitussalam, Kompleks Paspampres, Kramtjati, Jakarta Timur, Kamis (26/7/2012) pukul 17.00 WIB. Dia datang dengan menumpang Toyota Land Cruiser hitam dengan kawalan dua motor besar polisi. Rombongan dari Wali Kota Jakarta Timur turut menyertai kedatangan Foke.
Karpet merah dibantangkan untuk sang Gubernur. Musik marawis pun diperdengarkan untuk menyambutnya. Foke pun menyalami warga yang datang. Sesaat kemudian, Ketua Masjid H Achmad Ansori, menyambutnya.

mengacungkan telunjuknya merujuk ke angka 1

"Kalau (mengacungkan telunjuknya merujuk ke angka 1) sah, kalau ini (mengacungkan jari membentuk lambang metal) ini haram," ucap Achmad Ansori.
Foke kemudian memberikan santunan untuk anak yatim. Penyerahan bantuan diberikan secara simbolis kepada 5 anak. Rp 28 juta juga diberikan ke masjid sebagai bantuan. Dia lantas memberikan kartu Jamkesmas dan e-KTP untuk warga.
"Saya beri kartu berobat untuk ibu-ibu, bukan saya mendoakan ibu-ibu sakit tapi mendoakan ibu-ibu sehat. Kalau ibu-ibu sakit kartu ini akan berguna, bukan cuma sakit ringan, operasi jantung sekalipun alhamdulillah kita layani," ujar Foke yang mengenakan baju koko warna krem. Dia juga menyinggung program wajib belajar 12 tahun di Jakarta. Hal itu terwujud atas ridho Allah.
"Kalau kita lihat pendidikan kita harus tahu betapa pentingnya pendidikan di Jakarta ini. Mulai tahun ini wajib belajar menjadi 12 tahun, bukan 9 tahun lagi," sambungnya.
Menurut Foke program ini bukan sekadar perpanjangan wajib belajar tapi soal mewujudkan penidikan berkualitas di Jakarta. Untuk program ini, dana yang dikeluarkan tidak sedikit, namun harus tetap dikeluarkan karena untuk kepentingan warga jakarta.
"Setiap murid SMA di Jakarta dapat biaya operasional Rp 4,8 juta. Untuk SMK dana yang dikeluarkan lebih besar Rp 7,2 juta per tahunnya. Ini kita canangkan karena di Jakarta tidak ada sumber daya alam, hanya ada SDM. Jadi pendidikan yang kita prioritaskan," papar Foke.
"Terima kasih sudah mendoakan Bang Kumis," ucap Foke lagi di hadapan sekitar 400 warga yang hadir.
Usai Foke memberikan sambutan, ketua masjid kembali angkat bicara. "Apakah bapak dan ibu mau menjadi tim sukses Fauzi Bowo?" tanyanya. "Mau," jawab warga kompak.
(vit/nwk)
Kamis, 26 Juli 2012 | 00:55 WIB Dalam Masjid, Ustadz Kampanye Foke
TEMPO.CO, Jakarta - Panasnya persaingan menuju kursi DKI-1 rupanya merasuk juga ke dalam masjid di bulan Ramadan ini. Rabu 25 Juli 2012, usai ibadah Shalat Ashar, ketika menyampaikan ceramah rutinnya, Ketua Masjid Jami'' Asy–Syukur, Miftah Rauf, secara tak langsung mengimbau warganya agar memilih kembali Fauzi Bowo dalam putaran kedua Pemilihan Gubernur Jakarta, 20 September depan.
“Kita butuh pemimpin yang berkah, kuat imannya, manusiawi dan istiqomah. Kita butuh pemimpin yang berkumis,” kata Miftah merujuk pada Fauzi Bowo yang memang berkumis tebal. Miftah juga menekankan bahwa pemimpin Jakarta sudah seharusnya warga Jakarta. “Orang lain hanya bisa ke sini mengacak ngacak Jakarta,” katanya bersemangat.
Masjid Jami Asy – Syukur terletak di RT 02 RW 06, Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Menurut Miftah, semua warga Menteng siap memilih Fauzi menjadi Gubernur Jakarta periode mendatang. “Jangan sampai kita salah, nanti susah mendengar dzikir, jangan sampai kita susah mendengar takbir. Jangan sampai iman dibeli dengan uang,” katanya, tanpa memerinci apa maksud pernyataan itu. Hingga ceramah usai, Miftah tak pernah secara eksplisit menyebut siapa yang dia maksud.
Fauzi Bowo yang hadir dalam kegiatan di masjid itu mengaku kedatangannya adalah bagian dari upaya mendekatkan pemerintah dengan rakyat. “Kehadiran saya bukan untuk kampanye. Karena pemerintahan itu ada untuk rakyat. Jangan sendiri sendiri, camat jangan sendiri, lurah juga jangan sendiri,” katanya.
Fauzi mengatakan kedatangannya di Menteng juga wujud pertanggungjawabannya dalam memegang amanah dari warga. “Saya berterima kasih warga sini masih banyak yang percaya pada Bang Kumis pada putaran pertama lalu. Ya mudah mudahan tetap berjalan lancar pada putaran kedua Jakarta,” katanya. Fauzi berharap warga Jakarta mendapatkan pemimpin yang beriman. “Yang membawa warganya lebih beriman dan berjalan dengan iman,” katanya.
Usai berpidato, Fauzi menyerahkan dana sebesar Rp 28 juta pada Masjid Jami'' Asy–Syukur dengan rincian sebesar Rp18 juta dari dana hibah bantuan masjid dan Rp 10 juta dari Bazis. Selain itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga menyerahkan bantuan pada 75 anak yatim, lampu hemat energi, meja ping pong, dan penyerahan kartu gakin secara simbolis.
AMANDRA MUSTIKA MEGARANI Fauzi Bowo: Terima Kasih Percaya pada Pak Kumis Oleh: Wahyu Praditya Purnomo metropolitan - Kamis, 26 Juli 2012 | 13:15 WIB INILAH.COM, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, menegaskan kunjungan kepada warga selama Ramadan bukanlah dalam rangka kampanye untuk meraih dukungan di Pemilukada DKI Jakarta putaran kedua. "Itu kunjungan kerja. Kunjungan ini untuk mendekatkan pemerintah kepada rakyat, karena pemerintah ada untuk rakyat. Sehingga pemerintah tidak jalan sendiri, melainkan berjalan bersama rakyatnya," jelas Fauzi Bowo saat ditemui di Kelurahan Tambak, Jakarta Pusat, Rabu (25/7/2012) malam kemarin. Fauzi Bowo mengatakan, bukan kali ini ia melakukan kegiatan seperti ini. Sejak ia masih menjabat sebagai wakil gubernur era kepemimpinan Sutiyoso sebagai gubernur DKI Jakarta, bahkan hingga saat ini dimana dia menjabat Gubernur kunjungan ke warga Jakarta terus dilakukan. "Mungkin kalau ada orang bilang ini kampanye, ya tidak apa-apa, mungkin dia nggak ngerti," katanya. Saat ditanya mengenai persiapan dan strategi dalam menghadapi putaran kedua Pemilukada, Fauzi Bowo enggan menjelaskan lebih jauh. Ia hanya mengucapkan terima kasih kepada warga Jakarta yang telah memberikan dukungan kepadanya di putaran pertama. Meski kalah dari pasangan Jokowi-Ahok, namun dengan memperoleh dukungan sebesar 34 persen, hal itu membuktikan masih ada warga yang mengapresiasi dan mendukung "Putaran pertama banyak yang percaya pada Pak Kumis, saya berterima kasih. Ya mudah-mudahan putaran kedua berjalan lancar. Mudah-mudahan Allah memberikan yang terbaik buat Jakarta," ucapnya sambil tersenyum. Pada Kamis (26/7/2012) hari ini, Gubernur Fauzi Bowo berencana akan melakukan kunjungan kerja kebeberapa tempat. Diantaranya, shalat ashar berjamaah di masjid al Munawaroh Pasar Induk, buka puasa di masjid baitus salam komplek Paspampres, Kramat Jati dan shalat Taraweh dimasjid Baitussholihin Jl.Trikora 53, Pasar Rebo.[bay] KEBAKARAN Gudang Mebel Milik Keluarga Jokowi Diduga Karena Korsleting Kamis, 26/7/2012 | Dian Dewi Purnamasari/JIBI/SOLOPOS |
SUKOHARJO--Gudang mebel milik keluarga Walikota Solo Joko Widodo (Jokowi), Rakabu Furniture, terbakar Kamis, (26/7) siang sekitar pukul 12.30 WIB. Kerugian akibat kebakaran gudang mebel yang berada di Jl Kartasura-Solo, Pabelan, Kartasura itu ditaksir mencapai Rp300-Rp400 juta.
Manajer gudang mebel Anjas Wijanarko mengatakan, pihaknya menduga penyebab kebakaran berasal dari hubungan pendek arus listrik (korsleting). Berdasarkan pernyataan para saksi mata, Hamid Ahmadi, 26 dan Nululapan, 34, sumber api berada di tengah pabrik. Api lagsung membesar dan dengan cepat merembet ke seluruh ruangan. Lokasi kebakaran yang berada di Jl Kartasura Solo dipadati warga sekitar maupun pengguna jalan yang ingin melihat langsung kebakaran. Lalu lintas di sekitar lokasi kejadian sempat macet.
Berbagai peralatan furniture seperti meja dan kursi yang siap diekspor ke luar negeri serta tumpukan kain perca ludes terbakar. Menurut Anjas gudang mebel itu merupakan gudang yang bersejarah bagi Walikota Solo. Oleh karena itu masih tetap dipertahankan meskipun pengelolaannya di bawah keluarga besar.
Saksi mata kejadian lain, Miyadi, 40, mengatakan saat kejadian berlangsung para pegawai sedang istirahat. Tidak ada yang tahu persis apa penyebab kebakaran tersebut.
Sementara itu Kapolsek Kartasura, AKP Fachrul Sugiarto, belum bersedia dimintai konfirmasi terkait penyebab kebakaran. Ia masih akan melakukan penyelidikan dengan saksi mata kejadian. “Kami tidak bisa berspekulasi, saksi-saksi akan kami periksa dulu,” ujar Fachrul.
Gudang mebel milik keluarga Jokowi terbakar
Kamis, 26 Juli 2012 19:31 WIB | 1615 Views
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Sukoharjo (ANTARA News) - Gudang pabrik mebel Rakabu milik keluarga Wali Kota Surakarta Joko Widodo (Jokowi) di Pabelan, Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jateng yang terbakar pada Kamis siang juga menghabiskan dua kontainer mebel siap ekspor. Kebakaran di gudang pabrik mebel Rakabu di Jalan Ahmad Yani, kompleks Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pabelan itu juga menghabiskan dua kontainer mebel siap ekspor ke Prancis dan Spanyol, kata pengelola pabrik mebel Rakabu, Wahyu Andriyanto (45), yang juga adik ipar Jokowi.
Menurut dia, dua kontainer mebel tersebut sudah dikemas dan tinggal menunggu waktu pengiriman ke Prancis dan Spanyol, yakni pada tanggal 6 Agustus mendatang.
Namun, kata dia, apa boleh buat kebakaran yang belum tahu penyebabnya tersebut meludeskan semua isi gudang. Akibat kebakaran tersebut, dia memperkirakan mencapai Rp300 juta hingga Rp400 juta atau tidak seperti diberitakan sebelumnya Rp300 miliar.
Yanuar Subakti selaku pengelola kapas dan kain perca yang ikut ludes terbakar usahanya itu juga mengalami shock berat hingga pesan.
Menurut Yanuar Subakti, dirinya baru tahu setelah dihubungi karyawannya bahwa pabrik mebel milik keluarga Jokowi dan kapas miliknya terbakar.
Pabrik seluas 1 hektare yang terbakar itu semula memang milik Jokowi, tetapi telah dijual kepada Kusumo. Namun, keluarga besar Jokowi masih menggunakan pabrik itu dengan menyewa gudang berjalan satu tahun ini.
Sementara itu, gudang pabrik mebel Rakabu milik keluarga Wali Kota Surakarta Joko Widodo (Jokowi) di Jalan Ahmad Yani, kompleks PIK Pabelan, Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Kamis siang, kebakaran.
Api muncul tiba-tiba dari dalam pabrik mebel Rakabu sekitar pukul 11.30 WIB, dan menghanguskan semua mebel yang sudah dikemas dan siap diekspor.
Sejumlah mobil pemadam kebakaran baik dari Kota Solo dan Sukoharjo berupaya melakukan pemadaman pada lokasi yang di dalamnya sarat kayu dan bahan yang mudah terbakar.
Menurut Joko salah satu karyawan di Kompleks PIK, munculnya api tidak diketahui. Akan tetapi, dari gudang mebel milik keluarga Jokowi itu tiba-tiba keluar asap tebal.
Menurut Wahyu Andriyanto salah satu pengelola pabrik mebel Rakabu, munculnya api tidak diketahui, kecuali tiba-tiba keluar asap tebal saat karyawannya sedang waktu beristirahat.
Menurut Kepala Polsek Kartasura AKP Fahrul Sugiarto menyatakan belum bisa memberikan keterangan penyebab kebakaran tersebut.
Pihaknya masih menyelidik antara lain dengan meminta keterangan para karyawan pabrik mebel tersebut dan kemungkinan mendatangkan tim labfor Polri untuk meneliti penyebab kebakaran. (B018/D007) Editor: Ruslan Burhani ====================================================================================
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Calon gubernur DKI Jokowi dikenal sebagai pribadi yang tak menyukai bantuan dalam bentuk uang. Hal ini diungkapkan langsung oleh pendiri Mustika Ratu, Mooryati Soedibyo.
Ditemui di Jokowi Center Jalan Ki Mangunsarkoro, Jakarta Pusat, Mooryati mengatakan pihaknya tak memberikan apa-apa pada pasangan Jokowi-Ahok selain rumahnya untuk ditempati para relawan Jokowi.
Mooryati pun menegaskan kalau Jokowi tidak mau menerima bantuan uang untuk membiayai dana kampanye dan sebagainya.
"Mana dia (Jokowi) mau, dia bilang saya tak suka seperti itu. Karena dia tidak perlu itu. Tidak ada dana bantuan dari saya untuk kampanye atau survei-survei," ungkap Mooryati, Selasa (24/7/2012). Mooryati menjelaskan pihaknya hanya membantu memasarkan dan menjual baju kotak-kotak yang menjadi ciri khas pasangan tersebut. Hasil penjualan baju kotak-kotak itu, lanjutnya, digunakan untuk membiayai kampanye.
"Sejak awal saya memang mendukung Jokowi. Saya orang Solo juga, dan saya setuju program-programnya. Track recordnya bisa dilihat di Solo," tuturnya.
Hidayat Nurwahid Minta Hentikan Isu SARA Tribunnews.com - Selasa, 24 Juli 2012 23:34 WIB
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA--Isu SARA (Suku, Agama, Ras dan Antargolongan) marak terjadi menjelang putaran kedua Pilkada DKI Jakarta. Menanggapi hal tersebut, mantan Calon Gubernur DKI Jakarta Hidayat Nur Wahid meminta semua pihak menghentikan fitnah dengan isu agama atau suku.
"Ingat ini bulan Ramadan, hentikan fitnah dengan isu SARA," kata Hidayat Nur Wahid saat acara buka puasa bersama dikediamannya, Jakarta, Selasa (24/7/2012). Hidayat pun mengutip ucapan Nabi Muhammad dalam menanggapi isu SARA. Ia mengatakan siapa yang sedang berkuasa tetapi menyebarkan kebohongan dan mengadu domba maka puasa yang dijalankannya tidak berarti. "Puasanya jadi tidak berguna dan hanya menahan haus dan lapar saja," imbuhnya. Mantan Presiden PKS itu pun meminta pihak-pihak terkait untuk berpolitik secara santun dalam Pilkada DKI ini. "Berpolitik yang santun, jangan gunakan isu SARA," tuturnya.
Ruhut Berpesan, Ahok Jangan Peralat Umat Kristen Oleh: Anton Hartono metropolitan - Senin, 23 Juli 2012 | 00:18 WIB
INILAH.COM, Jakarta - Ketua DPP Partai Demokrat, Ruhut Sitompul berpesan kepada Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki T. Purnama atau yang dikenal Ahok untuk tidak memperalat umat Kristen dalam upaya memenangkan Pemilukada Jakarta. Pasalnya hal itu akan menimbulkan kesan tidak baik. Menurutnya, Ahok telah mengumbar janji yang sudah mengarah ke unsur SARA (Suku, Agama, Ras dan Antargolongan) demi mendapatkan simpati yang mengatasnamakan agama. Seperti halnya janji Ahok yang akan mempermudah pemberian izin pendirian gereja di Jakarta. "Kampanye boleh, tapi jangan SARA," ujarnya, pada Jumat (20/7/2012) lalu. Ruhut juga berpesan kepada Ahok, agar jangan sok berkuasa. Karena itu ia mengajak untuk saling menghormati umat beragama di Indonesia. Pernyataan tersebut terlihat sangat berkaitan dengan pesan yang beredar melalui BlackBerry Messenger (BBM) yang berisi tentang Short Message Service (SMS) yang disebar oleh Ahok kepada kelompok Cina dan orang-orang Kristen untuk meraih kemenangannya dalam Pemilukada Jakarta.
Berikut adalah isi pesan tersebut, "Ini SMS Ahok kepada kelompok Cina dan orang Kristen, dlm rangka utk pemenangannya : 1. Teman seiman yg dikasihi Tuhan Yesus, Mari sama2 kita rapatkan barisan menjaga kekristenan kita dgn memiih no 3, dan Tuhan Yesus pasti menolong kita. 2. Kuasa Salib di depan mata. Pilih Ahok, Iman kristen kita pasti terjaga 3. Kasih Tuhan dan kuasa Gereja akan terbukti setelah 20 September 2012 Satukan barisan buat Jokowi-Ahok 4. Hadirkan Kuasa Yesus di Jakarta dan kita kalahkan kesombongan muslim. Pilih No 3 5. Mari rapatkan barisan gereja, kita menuju kemenangan No. 3 6. Kita pasti menang, Ahok pasti jadi Gubernur setelah Jokowi menjadi Wapres 7. Jokowi se-iman dg kita, jangan kuatir. Kristen bersatu memenangkan Jakarta 8. Kalbar dan kalsel sdh di tangan kita, kristen berkibar di Indonesia dimulai dari Jakarta. Pilih Ahok dan jangan ragu. Tuhan Yesus bersama kita 9. Kristen dan Katholik bersatu memenangkan Jakarta Satu 10. Cristian Center pasti terwujud menyambut kemenangan jokowi Ahok 11. Kita belajar dari Singapura, Cina kuasai melayu. Jakarta milik kita 12. Masa' sih cuma Islamic Center, Kapan Cristian Center terbentuk? Jangan tunda lagi, pilih Jokowi-Ahok. Cristian Center pasti terwujud".
Namun hingga saat ini pihak dari Cagub dan Cawagub DKI Jakarta dengan nomor urut 3 tersebut, belum bisa dikonfirmasi. [ton]
Oknum Ustad Jelekkan Jokowi-Ahok saat Ceramah Tribunnews.com - Minggu, 22 Juli 2012 19:44 WIB
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Warga Kelurahan Utan Kayu Utara mengeluhkan ceramah seorang ustad di Masjid Nurul Amal sebelum Salat Witir, Sabtu (21/7/2012) lalu. Warga mempermasalahkan isi ceramah ustad yang berbau SARA, dan menyudutkan pasangan Jokowi-Ahok. Menurut Sekretaris Lembaga Musyawarah Kelurahan Utan Kayu Utara (LMK UKU) Chairul Ichsan, ustad bernama Effendi di akhir ceramahnya mengajak Umat Muslim memilih pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI yang seiman. "Saya pikir stop sampai di situ, enggak tahunya ada lanjutannya. Dia bilang, sejelek-jeleknya pasangan nomor satu (Foke-Nara), masih disenangi ulama dan Umat Muslim. Kalau pasangan nomor tiga itu Kristen, antek Yahudi, apalagi Ahok. Kalau pilih calon jangan yang Cina," ungkap Chairul kepada Tribun, Minggu (22/7/2012) malam. Chairul menambahkan, ia cukup terkejut mendengar pernyataan sang ustad. Ia juga menyesal tidak membawa ponsel untuk merekam ceramah berbau SARA. "Tapi, setelah itu pengurus RW memanggil ustad, ditegur. Dia ngomong begitu enggak di sini saja, di wilayah lain juga sama. Hari ini saya dengar di Rawamangun ada selebarannya," tutur Chairul. Pernyataan Ustad Effendi, lanjutnya, justru membuat warga Kelurahan Utan Kayu Utara makin tidak simpatik kepada Foke-Nara. "Kemarin di Kelurahan Utan Kayu memang menang pasangan Jokowi-Ahok," cetusnya. (*) Faisal Basri: Lembaga survei harus diaudit Reporter: Muhammad Sholeh Faisal Basri menyayangkan kondisi lembaga survei yang ada dalam menyajikan data kepada masyarakat. Selain itu, Faisal menganggap lembaga survei yang menyajikan data terkait Pilgub DKI Jakarta sebagai pembunuh, terlebih kepada calon independen. "Survei terhadap saya diturunkan sampai 1,6 persen, itu jelas membunuh, mempengaruhi lingkungan saya. Saya dorong agar ada aturan yang mendorong adanya audit terhadap lembaga-lembaga survei," jelas Faisal usai diskusi di DPR RI, Jakarta, Kamis, (19/7). Faisal menjelaskan, dibuatnya aturan terhadap lembaga survei karena menyangkut kepentingan publik. Aturan tersebut perlu membuka bagaimana kajian, sample dan metodologi atau bahkan lebih jauh dari itu perlu diatur sedemikian rupa. "Saya akan mendorong adanya aturan audit lembaga survei. Harus ada aturannya. Lembaga survei sudah sangat parah," tegas Faizal. Dalam Pilgub DKI Jakarta kemarin, Faisal memastikan lembaga-lembaga survei yang ada dibayar untuk berafiliasi dengan parpol tertentu. "Ini pesanan semua, bukan indikasi lagi, sudah jelas dibayar. Tidak masalah semua itu, tapi sekali lagi, kalau sudah disampaikan ke publik, itu lain cerita, harus diaudit. Saya dirugikan , ini keterlaluan, publik dirugikan. Kita butuh perlindungan publik atas rekayasa lembaga survei ini," tandasnya. [hhw] Bang Yos prediksi peluang Foke makin berat Reporter: Nurul Julaikah Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso memperkirakan langkah pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli pada putaran kedua semakin berat. Apalagi lawannya adalah pasangan Jokowi-Ahok. "Dua-duanya punya peluang, tapi Foke lebih berat, karena Foke memerlukan 17 persen sedangkan Jokowi hanya 7 persen," kata Sutiyoso atau biasa disapa Bang Yos dalam seminar dengan tema 'Disharmoni Hubungan Presiden dengan DPR' di Hotel Sari Pan Pacivic, Jakarta, Rabu (18/7). Sutiyoso berharap, pada putaran kedua nanti Foke bekerja lebih keras lagi mengambil hati warga Jakarta. Jika tidak, Foke sulit kalahkan Jokowi. Untuk memuluskan kembali Foke menjadi DKI 1, Sutiyoso akan tetap mendukung. "Tidak mungkin golput. Sementara tidak berubah, tetap (mendukung) Foke," ujar Bang Yos. Sutiyoso juga meminta agar Foke melakukan evaluasi. Mengapa pada Pilgub kemarin pasangan yang diprediksikan menang dalam satu putaran ini justru keok oleh Jokowi. "Harus dipelajari, di mana kekurangannya, kenapa bisa kalah. Kalau tidak akan berat," kata Bang Yos. Dalam hitungan cepat beberapa lembaga survei, pasangan Foke-Nara hanya memperoleh 34 persen suara. Sedangkan Jokowi-Ahok memperoleh 43 persen. Karena tidak ada yang memperoleh suara di atas 50 persen, Pilgub DKI akan berlangsung dua putaran, yaitu Foke menghadapi Jokowi. [has] Profil Jokowi di situs World Mayor banjir testimoni Reporter: Aryo Putranto Saptohutomo Profil Joko Widodo, Wali Kota Surakarta dan Calon Gubernur DKI Jakarta serta salah satu nominasi wali kota terbaik sejagat di situs www.worldmayor.com mulai dibanjiri para pemilih. Hal itu terlihat dari sekitar 30 testimoni dibuat oleh para pendukungnya. Rata-rata para pemilih Jokowi sapaan akrab Joko Widodo, menuliskan komentar dalam bahasa Inggris. Hanya satu orang menuliskannya dalam bahasa Indonesia, yakni Jokondho asal Surakarta, seperti dilansir dari situs www.worldmayor.com, Minggu (22/7). Komentar terpanjang ditulis oleh Agus S. Dia memaparkan beberapa keberhasilan Jokowi dalam membangun Kota Solo. Dia menyinggung mengenai prestasi lulusan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada tentang efisiensi birokrasi, utamanya dalam hal pengurusan administrasi warga ditingkat kelurahan hingga kecamatan. Sementara itu, seseorang bernama Lita menulis komentar menyanjung sikap Jokowi tidak pernah mengambil honornya sebagai wali kota selama lima tahun. Hal itu terjadi lantaran dia mendapatkan penghasilan lebih dari cukup dari usaha furniturnya. Selain itu dia menuliskan Jokowi adalah sosok sederhana, bersahaja, serta bebas dari tindak korupsi. Beberapa komentar lainnya umumnya sama yakni memuji keberhasilan Jokowi mengubah Kota Bengawan menjadi lebih bersih dan baik. Selain itu dia juga dianggap sukses dalam mempromosikan Solo lewat jalur kebudayaan. Batas akhir pemilihan walikota terbaik sejagat versi world mayor ditutup pada pertengahan Oktober tahun ini. Setelah itu pemenangnya bakal diumumkan awal Desember. Saat ini terdapat 25 calon, termasuk Wali Kota Solo Joko Widodo, akrab disapa Jokowi, dan Wali Kota Tel Aviv, Israel, Ron Huldai. Semua kandidat berlomba-lomba menjadi pemimpin terbaik di mata warga mereka. Ini dilihat dari tingkat kepuasan penduduk atas kinerja wali kota dan kenyamanan layanan publik tersedia. Jika Anda pendukung Jokowi, maka jangan lupa sumbangkan suara serta komentar Anda ke situs www.worldmayor.com. [did] Adolf Hitler Maki-maki Semua Cagub DKI Jum'at, 22 Juni 2012 , 21:02:00 WIB MASIH ingat cuplikan film Dawn Fall di Youtube dengan teks Indonesia yang isinya mengenai album SBY. Dalam video itu, Adolf Hitler memarah-marahi para jenderalnya karena tidak diberitahu dan diajak SBY rekaman. Kini, cuplikan film yang bercerita tentang kejatuhan Hitler itu diberi teks tentang Pilgub DKI Jakarta. Video yang dipublikasi ke Youtube oleh Malesbanget solo, tanggal 8 Juni itu diberi judul "Hitler Ngamuk ke Jokowi Alex Hidayat Foke Hendardji dan Faisal." Tidak ada yang diubah dalam tayangan film.Video adalah cuplikan adegan asli film saat Hitler mengumpulkan para jenderal dan orang-orang setianya di bunker. Dialog film sebenarnya berbahasa Jerman. Namun diberi teks yang seolah-olah terjemahan ke bahasa Indonesia. Berikut cuplikan film "Dawn Fall" dengan teks Indonesia gubahan Malesbanget Solo dan dapat dilihat di http://www.youtube.com/watch?v=nLj9J9g9Mg0 itu. Cerita berawal saat anak buah Hitler menerangkan posisi lokasi-lokasi TPS yang dibuat KPUD DKI sambil menunjuk lokasi persisnya di peta. Hitler pun langsung memerintahkan anak buahnya itu untuk memantau dan mengamankan langsung Pilkada. Tiba-tiba anak buah Hitler yang lainnya, dengan muka tegang, langsung menimpali. "Maaf Pak, dipastikan ada enam kandidat yang bermasalah yang maju," Hitler langsung marah. "Yang bukan warga Jakarta silakan keluar!" Tinggal tiga anak buah Hitler yang ada di ruangan. "Semua tidak becus...Lihat si Joko, bisanya cuma pencitraan demi kekuasaan. Padahal masih banyak rakyat Solo yang miskin, gagal menangani transportasi terpadu, masalah sampah, mobil Eesemka yang diklaim, listrik masih hutang. Kasihan rakyat dibohongi Joko." "Bangun gapura kota Solo yang kecil gak selesai-selesai. Gitu kok mau jadi gubernur DKI Jakarta. Mau jadi apa Jakarta ini nantinya di mata dunia kalau kelakuannya seperti itu???" Lalu, anak buah Hitler lainnya bertanya: Bagaimana kalau si Alex menurut Bapak? "Apa kamu gak tau? Atau gak punya televisi?" "Televisi saya ditarik dealer Pak." "Kamu tahu Alex itu lebih parah lagi..!!!" sergah Hitler dengan nada semakin tinggi sambil membanting dua pena. "Sekolah gratis di Sumsel gak beres, kantor dia saja masih banjir.. Belum selesai sudah incar jabatan yang lain. Dan yang paling menyedihjan lagi... Dia terjerat isu perselingkuhan. Kalian tahu itu...??? "Seperti inikah orang-orang yang katanya hebat dan nanti akan memimpin kota jakarta tercinta ini??? Yang satu lebay, yang satu rakus. Tidak becus!!! Saya pikir saya mulai galau." "Apalagi melihat si Hidayat. Nanti bisa-bisa hiburan malam ditutup! Gimana kalau saya lagi galau malam-malam?" "Si Foke juga mau bersaing dengan Kumis saya... haaah!!! Emangnya dia pikir kumisnya ganteng???" "Coba lihat junior saya si Hendardji, bicara masih blepotan jualan Kumis!! Ada lagi si Faisal, ngaku miskin tapi iklan dimana-mana. Sudah begitu malah menghapus marga Batubaranya sendiri. Terlalu sok idealis padahal suka duit. Di bagian akhir cuplikan, Hitler memberi nasihat. "Memimpin Jakarta tidaklah mudah. Kalau begini makin banyak saja yang Golput dalam pemilihan suara nanti. Pastikan Jakarta memiliki pemimpin yang tepat untuk kita semua!!! Pertemuan kita sudahi!" Denny JA: Apakah Foke Biayai Survei, Saya Hanya Tersenyum Minggu, 22 Juli 2012 , 08:45:00 WIB RMOL.Kepercayaan masyarakat terhadap lembaga survei tidak bakal memudar walau salah memprediksi hasil Pilkada DKI Jakarta. “Kalau misalnya survei di­lakukan 100 kali, kesalahannya di bawah 10 kali, itu sudah cukup ba­gus,” kata Direktur Eksekutif Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA kepada Rakyat Mer­deka, kemarin. Seperti diketahui, sejumlah lem­baga survei ternama mem­prediksi pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli memenangkan putaran pertama Pilkada DKI Jakarta. Tapi ternyata salah. KPU DKI Jakarta menetapkan pe­menang Pilkada DKI Jakarta putara pertama adalah pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Pur­nama yang meraup 1.847.157 suara atau 42,59 persen. Sedangkan di urutan kedua pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli dengan 1.476.648 suara atau 34,05 persen. Sementara, Hi­dayat Nurwahid-Didik J Rach­bini posisi ketiga dengan 508.113 suara. Posisi keempat pasangan Fai­sal Basri-Biem Benyamin dengan 215.935 suara, disusul pasangan Alex Noerdin-Nono Sampono dengan 202.643 suara, dan tera­khir pasangan Hendarji Soepanji-Riza Patria dengan 85.990 suara. Denny JA selanjutnya menga­ta­kan, pihaknya juga salah mem­prediksi dalam Pilkada Aceh dan Pilkada Jawa Barat. “Kalau benar semua, Tuhan dong. Bukan lembaga survei lagi. Lembaga survei terkenal di dunia seperti Time Magazine atau CNN pun pernah salah,” ujarnya. Berikut kutipan selengkapnya: Bukannya masyarakat mulai ragu terhadap lembaga survei? Perlu saya jelaskan. Sekitar dua bulan hingga satu minggu se­belum pelaksanaan Pilkada DKI, banyak lembaga survei melaku­kan survei. Track recordnya su­dah kita kenal seperti Lingkaran Survei Indonesia, Indobarometer, Lembaga Survei Indonesia, Ja­ringan Survei Indonesia, Soegeng Soerjadi Syndicated, dan lainnya. Semua lembaga survei itu ber­saing, mana mungkin kongka­likong mengenai hasilnya. Sebab, tidak pernah ada pembicaraan mengenai hasilnya. Tapi ternyata hasilnya sama. Fauzi Bowo merasa dibo­ho­ngi, bagaimana tanggapan Anda? Sebenarnya ada kondisi yang membuat dia terkejut. Saya pun terkejut dengan hasil Pilkada DKI pada putaran pertama ini. Saya rasa Jokowi pun nggak menyang­ka seperti itu hasilnya. Ada kejadian yang sangat ja­rang terjadi. Itu namanya ano­mali. Anomali ini, jika terjadi bisa di­pahami meskipun jarang terjadi. Kenapa prediksi awal LSI hasilnya sangat jauh kenyataan? Hasil survei sebelumnya me­nun­jukkan pasangan Foke-Nara urutan pertama. Jokowi-Ahok pada urutan berikutnya dan tidak pernah melampaui 30 persen. Se­dangkan Foke-Nara tidak sampai 50 persen tetapi mengungguli Jokowi. Hasil dari berbagai lembaga survei pun sama. Artinya, di era H-2 bulan hingga H-7 pemilih Jakarta seperti itu. Tetapi pada H-7 inilah, lembaga survei sudah tidak bisa lagi melakukan survei. Kenapa seperti itu? Karena untuk melakukan survei dibutuhkan waktu 7 hari le­bih. Saat survei itu kan dila­ku­kan wawancara terbuka yang membutuhkan waktu minimal 7 hari. Kalau H-7 itu sudah telat. Ada yang menilai lembaga survei berupaya mengarahkan publik, apa benar begitu? Tidak. Keinginan lembaga sur­vei untuk mempengaruhi publik itu tidak bisa dan tidak pernah ter­jadi. Lembaga survei ini nggak efek­tif untuk mempengaruhi ma­syarakat. Kami hanya melakukan riset saja yang langsung melaku­kan wawancara terbuka kepada masyarakat. Pada perhitungan cepat atau quick count yang kami lakukan cu­kup tepat. Itu bukti lembaga sur­vei perhitungannya masih akurat. Antara lembaga survei tidak saling berkoordinasi tapi hasil quick count-nya sama yakni Jokowi pada urutan pertama dan Foke pada urutan kedua. Apakah metodologi dalam survei salah? Sama sekali tidak salah. Meto­dologinya sudah benar dan sam­ple yang kami gunakan pada quick count itu sama dengan yang kami pakai pada survei. Kalau metodologinya benar, kenapa prediksinya salah? Masalahnya, ketika kami me­lakukan survei waktunya masih lama. Setelah adanya hasil survei, terjadilan perubahan. Ini khusus Jakarta saja. Sebab, peran sosial me­dia begitu besar terutama twitter, facebook, dan BlackBerry Massanger. Sosial media ini gencar dilakukan setelah tidak boleh kampanye atau sekitar 3 hari sebelum hari H. Masa sih LSI tidak melihat hal itu? Sosial media inilah penyebab perubahan perilaku yang tidak lagi tertangkap oleh survei. Tapi lembaga survei ini kan tetap membuktikan keakuratannya pada quick count. Bukankah pengguna sosial media itu mayoritas kelas me­nengah ke atas? Meski demikian, itulah yang terjadi. Lima tahun lalu saat kami melakukan survei bahwa Foke menang. Hasilnya memang Foke manang kan karena sosial media tidak ada. Namun, sosial media yang terjadi saat inilah yang perlu dipelajari. Kabarnya LSI dibiayai Fauzi Bowo ya? Itu isu yang kontroversial. Ka­lau ditanya apa Foke membiayai survei, saya hanya tersenyum saja, he-he-he. [Harian Rakyat Merdeka] Kubu Jokowi Sesumbar Raih 80 Persen Suara Oleh: Ahmad Farhan Faris metropolitan - Sabtu, 21 Juli 2012 | 15:44 WIB INILAH.COM, Jakarta - Relawan pasangan calon Gubernur Jokowi-Ahok, semakin percaya diri dan menyatakan siap akan memenangkan Pemilukada putaran kedua nanti. Bahkan, tidak tanggung-tanggung, mereka yakin akan meraih hingga 80% suara di putaran kedua mendatang. "Target suara untuk putaran kedua, targetnya 80% suara untuk Jokowi-Ahok untuk putaran kedua. Angka 80%, bukan angka mustahil kita raih selama 60 hari," ujar salah satu tim sukses Jokowi-Ahok, Mustar Bona Ventora di Jakarta, Sabtu, (21/7/2012). Ia menjelaskan, untuk mencapai 80 persen itu yakni melakukan konsolidasi dan itu ada 5 tahap. Pertama, konsolidasi rakyat dengan membentuk posko dan jumlah posko 50 titik. "Jadi, modal kami itu hanya Posko tenda di gang, kampung, di dalam rumah. Itu sudah tersebar 150 titik di putaran pertama," jelasnya. Kemudian, lanjut Mustar, para tim sukses menginap di rumah rakyat yang juga menjadi program 'rumah kita'. "Nah di sana kita membagikan brosur, memberikan penjelasan tentang sosok Jokowi ditambah jadwal berkunjung oleh figur Jokowi, itu sudah kita kerjakan lebih dulu. Jadi, sudah ada tim yang bekerja dan Jokowi datang sebagai pelengkap," ucapnya. Selain itu, komunikasi yang dibangun yakni silent komunikasi. Hal itu dilakukan dengan membangun Posko, membangun keorganisasian. Sebab, kemenangan Jokowi itu melalui keorganisasian. "Jadi, konsolidasi atas-bawah kita lakukan. Kemenangan Jokowi melalui keorganisasian, Jokowi mau dikenal dan mengenal. Dengan tiga hal itu dilakukan secara efektif tidak mustahil dapat meraih 80 persen. Iya itu tidak akan sulit kita capai," tandasnya.[bay] Ahok Blunder Politik Bagi Jokowi Oleh: R Ferdian Andi R metropolitan - Senin, 16 Juli 2012 | 13:05 WIB INILAH.COM, Jakarta - Hasil hitung cepat Pemilu Kepala Daerah (Pemilukada) DKI Jakarta menempatkan pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama meraih suara teratas di kisaran 42-43 persen. Publik mengunggulkan pasangan ini sebagai pemenang dalam putaran kedua kelak. Berhasilkah? Euforia Jokowi kini melanda Jakarta. Fenomena ini setelah hasil hitung cepat berbagai lembaga menempatkan Joko Widodo-Ahok di urutan pertama mengalahkan kandidat petahana Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli. Bahkan, tak sedikit yang memprediksikan pasangan Jokowi-Ahok akan mengulang suksesnya di Pemilukada putaran kedua kelak pada 20 Spetember 2012. Namun, kalkulasi dan ekspektasi politik terhadap Jokowi-Ahok ini tidak menutup kemungkinan meleset total. Harus diingat, politik cukup dinamis. Kesenangan publik terhadap duet ini dipengaruhi oleh persepsi yang dibangun terhadap kandidat ini. Jika melihat pengalaman saat kampanye Pemilukada di putaran pertama lalu, tak jarang Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) kerap membuat blunder dengan pernyataan politik yang justru kontraproduktif. Seperti pernyataan akhir pekan lalu yang menyebutkan pihaknya tidak akan menjalin koalisi dengan calon gubernur yang kalah saat putaran pertama sebelumnya. Ia menegaskan lebih baik menjalin silaturahmi. Membangun koalisi saat ini belum tepat. "Bukan dalam rangka koalisi. Sekarang ini warga DKI yang dipilih bukan hanya bungkusnya tapi isi. Akal sehat utuk memilih timbul," kata Ahok usai diskusi di Jakarta, akhir pekan lalu. Pernyataan Ahok memang logis. Namun pernyataan itu berpotensi menimbulkan salah paham di antara kandidat gubernur lainnya. Ikhtiar membangun komunikasi politik yang telah dirajut Jokowi sebelumnya bisa saja bubar di tengah jalan. Pernyataan Ahok lainnya saat merespons penolakan kelompok tertentu terkait rencana konser Lady Gaga awal Juni lalu. Saat itu, Ahok menghadap-hadapkan antara konstitusi dan ayat suci. Ahok mengkritik sikap pemeluk agama tertentu yang menjadikan dalil agama untuk menolak Lady Gaga. Menurut dia, kitab suci hanya digunakan untuk kepentingan pribadi, sehingga lebih tepat untuk patuh kepada kitab konstitusi. "Kita tidak boleh taat pada ayat suci. Kita taat pada ayat-ayat konstitusi," ujar Ahok. Secara substansi pernyataan Ahok tidak ada masalah. Namun, pernyataan di saat berkompetisi politik seperti Pemilukada DKI ini, jelas pernyataan itu menjadi lahan empuk dijadikan materi kampanye hitam kepada pasangan ini. Jika merujuk konstalasi sebelum dan sesudah Pemilukada DKI di putaran pertama beberapa waktu lalu, figur Ahok memang kerap menjadi celah untuk mendegadrasi pasangan ini. Isu ras yang kerap dimunculkan jelas ditujukan kepada Ahok yang memang beretnis Tionghoa. Meski dalam Pemilukada putaran pertama pasangan Jokowi-Ahok melenggang dengan memperoleh suara terbanyak, bukan berarti tren ini secara otomatis juga akan didapat saat Pemilukada putaran kedua mendatang. Faktor Ahok yang kerap membuat pernyataan blunder bisa saja menjadi sasaran empuk rivalnya untuk dijadikan materi politik hitam terhadap pasangan ini. [mdr] Parpol Tak Punya Pengaruh Signifikan untuk Pilkada Oleh: Ahmad Farhan Faris metropolitan - Minggu, 22 Juli 2012 | 18:37 WIB INILAH.COM, Jakarta - Pengamat politik The Indonesian Institute Hanta Yuda AR mengatakan suara partai politik dalam Pilkada DKI Jakarta tidak terlalu berpengaruh. "Faktor partai politik memang tidak terlalu signifikan di setiap pilkada, bahkan di Pilpres juga demikian," ujar Hanta kepada INILAH.COM, Jakarta, Minggu (22/7/2012). Dia menjelaskan, kekuatan figur dan kecenderungan perilaku pemilih lebih menentukan daripada partai politik. "Konsolidasi parpol tidak tepat dan tidak relevan lagi sekarang, lihat saja parpol pendukung Fauzi Bowo paling besar, tapi faktanya mereka tidak sesuai dengan dukungan parpol tersebut," terangnya. Ia menggambarkan sosok Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2004, yang hanya didukung oleh beberapa partai politik, berbanding jauh lebih banyak dari Megawati. Jadi, variabel partai memang tidak begitu penting dalam pemilihan langsung. "Untuk konteks Pilkada DKI, figur itulah yang paling kuat. Kemudian, trend perilaku pemilih, berikutnya baru mesin politik. Mesin politik ada pengaruhnya tapi tidak signifikan. Kalau mesin parpol yang paling pengaruh mestinya Fauzi pemenang di putaran pertama kemarin," jelasnya. [mvi] Giliran Kubu Jokowi-Ahok Tersandera Isu SARA Oleh: Herdi Sahrasad metropolitan - Sabtu, 21 Juli 2012 | 18:28 WIB INILAH.COM, Jakarta - Dengan ketegasan kubu Fauzi-Nachrowi untuk menjauhi isu SARA, kini justru laju isu itu menjerat kubu lawannya. Tak lain karena belum clear-nya isu komunitas Tionghoa yang diduga mengerucut mendukung Ahok (kubu Jokowi-Ahok) dan menimbulkan prasangka di kalangan bumiputera. ''Saya melihat, tarik-menarik isu SARA (suku, agama, ras dan antargolongan) itu kini justru menyandera kubu Jokowi-Ahok karena kita khawatirkan menyimpan bom waktu ke depan,'' kata peneliti Center for the Study of Religion and Culture, UIN Jakarta Mohamad Nabil . Menurutnya, sejatinya isu agama dan etnis tidak akan mempengaruhi dukungan kepada pasangan calon gubernur Joko Widodo-Ahok, namun karena berbagai informasi dengan deras menyingkapkan bahwa komunitas Tionghoa mengerucutkan dukungan pada Ahok, akhirnya isu pembelahan sosial itu tidak terhindarkan dan menyandera Ahok pula. Ini jelas kerugian di pihak kubu Jokowi-Ahok pada putaran kedua pemilukada DKI nanti. Karena itu, gencarnya kubu Fauzi-Nachrowi yang memastikan diri bahwa mereka tidak menggunakan kampanye hitam dengan menghembuskan isu SARA, menjadi relevan dan signifikan secara sosio-politik dalam menghadapi kubu Jokowi. "Sejak awal kampanye putaran satu Timses Fauzi-Nachrowi tidak pernah menggunakan kampanye hitam yang berbau SARA," tegas Ketua Komunitas Intelektual Muda Betawi (KIMB) Ramdan Alamsyah di Jakarta, Kamis (19/7/2012). Kubu incumbent ini malah meyakini, justru sejak awal kampanye putaran pertama, Fauzi-Nachrowi sudah menjadi korban kampanye hitam. Salah satu isu SARA yang dihantamkan ke kubu Fauzi-Nachrowi adalah mengidentikan Fauzi dengan Nazaruddin dengan kalimat ‘satu guru satu ilmu’ disebarkan melalui poster dan uang mainan. Namun kini dengan kemungkinan langkah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk mengalihkan suaranya kepada Fauzi Bowo maka kubu ini meraih amunisi baru. Sementara Partai Amanat Nasional (PAN) sampai saat ini masih dalam barisan partai pendukung Fauzi-Nara. Yang harus dicermati kubu Fauzi-Nachrowi adalah kekalahan pada hasil penghitungan cepat beberapa lembaga survei dikarenakan ada arus kader yang terpecah. Sehingga mesin partai kurang optimal untuk mendulang suara untuk Fauzi. Kini hanya dua pasangan yang bertanding yakni kubu Fauzi vs kubu Jokowi. Semuanya ditentukan kelincahan dan kemampuan kubu Foke dan Jokowi, siapa yang mampu memikat suara rakyat DKI? Meski dukungan arus PKS-PAN bagi Fauzi menjadi cukup berarti, namun tetap diperlukan kesigapan dan kelincahan Fauzi-Nachrowi dalam mengimbangi Jokowi-Ahok dalam berkomunikasi dan bersambung rasa dengan rakyatnya. Tidak terlalu berlebihan kalau para analis menilai, pasangan calon Gubernur Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli akan mampu membalikkan keadaan dan mengalahkan pasangan Jokowi-Ahok, di Pemilukada DKI Jakarta putaran kedua. Tapi butuh kerja keras dan cerdas untuk mencapainya. Kubu petahana (Fauzi) harus mampu mensosialisasikan dan mendiseminasikan apa yang sudah dibangun dan dicapai selama lima tahun ini, dan apa yang mau dikerjakan dan ditargetkan kelak secara kesinambungan. Sementara hampir pasti kubu Jokowi akan menyuarakan ‘perubahan atau pembaruan’, bukan keberlanjutan, untuk memikat rakyat. Jika tidak jelas apa yang dimaksud dengan ‘perubahan dan pembaruan’ itu sendiri, kubu Jokowi bisa menuai blunder dan merugi. Dengan tiadanya isu SARA dari kubu Fauzi mupun Jokowi, meski Ahok tersandera isu ini, boleh jadi pertarungan gagasan, ideologi dan visi-misi bakal menjadikan Pemilukada DKI ini ke arah yang konstruktif. Pilihan rasional bisa jadi kian mengemuka di kalangan warga DKI dalam menentukan kepemimpinan Jakarta mendatang. Selamat Berjuang! [mdr] Jokowi-Basuki Figur yang Merangkul Semua Golongan Kurnia Sari Aziza | Benny N Joewono | Jumat, 20 Juli 2012 | 06:32 WIB JAKARTA, KOMPAS.com - Politisi Partai Amanat Nasional, Bima Arya Sugiharto, menuturkan salah satu kunci kemenangan pasangan calon Jokowi-Basuki pada putaran pertama Pilkada DKI Jakarta 2012 adalah karakter ketokohan yang cukup kuat. "Sentimen kepartaian hancur pada Pilkada DKI Jakarta kali ini karena pasangan Jokowi-Basuki menampilkan figur yang terlihat mampu merangkul berbagai kalangan dan golongan," kata Bima Arya, dalam Diskusi "Masihkah Layak Lembaga Survei Dipercaya?", di Jakarta Media Center, Jakarta, Kamis, (19/6/2012). Dalam menghadapi putaran kedua, menurut Bima, kedua pasang calon harus lebih fokus kepada ide dan gagasan ketimbang pencitraan. Ia pun menyetujui apabila Jakarta dianggap sebagai barometer politik nasional. Bima melanjutkan, fenomena adanya swing voters atau pemilih yang ketika dilakukan survei belum menetapkan pilihan sampai hari H pencoblosan mengerahkan suara mereka kepada pasangan calon Jokowi-Basuki. "Para swing voters ini memiliki kecenderungan bergerak ke arah Jokowi-Basuki," ujarnya. Hal tersebut, menurut Bima, juga dikarenakan oleh faktor figur dan karakter yang dimiliki oleh pasangan calon besutan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tersebut. "Karena figur dan karakter Jokowi maupun Basuki yang menawarkan ide perubahan. Selain itu, visi dan misi Jokowi-Basuki juga berhasil disosialisasikan media secara baik," katanya. Hari Kamis, (19/7/2012), Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jakarta, telah menetapkan pasangan nomor urut tiga Joko Widodo-Basuki Tjahaja sebagai pemenang Pilkada DKI Jakarta 2012 putaran pertama. Pasangan Jokowi-Basuki memperoleh suara tertinggi di antara lima calon lainnya. Berdasarkan penghitungan suara keseluruhan, pasangan Jokowi-Ahok meraup suara sebanyak 1.847.157 atau sebesar 42,60 persen. Rabu, 18/07/2012 07:37 WIB Golput Pilgub DKI Jakarta Hampir 50 Persen, Ini Jawaban KPUD Pandu Triyuda - detikNews Jakarta Hampir separuh golput terjadi pada rekapitulasi sementara Pilgub DKI Jakarta. Kenyataan ini disebabkan oleh berbagai variabel yang mendukung sehingga angka golput dinilai cukup tinggi. "Orang tidak memilih karena banyak variable, seperti ketidakpercayaan terhadap pejabat negara yang korup, masalah sosialisasi yang kurang dan ketidakpercayaan terhadap partai politik," ujar Ketua Pokja pemungutan suara dan penghitungan suara, Sumarno, saat dihubungi detikcom, Selasa (17/7/2012). Sumarno menilai masyarakat Jakarta memiliki asumsi setiap cagub tidak bakal mendatangkan perubahan bagi Jakarta. "Apa gunanya memilih toh bakal sama-sama saja. Apalagi masyarakat Jakarta yang terdidik dan kritis," ungkapnya. Sumarno menambahkan banyak alasan teknis sehingga warga Jakarta tidak menggunakan hak pilihnya. "Mungkin ada alasan teknis, misalnya bersangkutan kerja, keluar kota dan sakit," tutupnya. (mok/mok) Rabu, 18 Juli 2012 | 07:20 WIB Dihitung Manual, Jokowi -Ahok Tetap Kuasai Jakarta TEMPO.CO, Jakarta - Keunggulan calon gubernur Joko Widodo atas calon incumbent Fauzi Bowo yang didapat lewat hasil hitung cepat lembaga survei pekan lalu ditegaskan lewat hasil hitung manual. Komisi Pemilihan Umum tingkat kota dan kabupaten menyelesaikan proses penghitungan itu di wilayah masing-masing Selasa 17 Juli 2012. Jokowi, yang berpasangan dengan Basuki T. Purnama (Ahok), sebagai calon gubernur terbukti unggul di lima wilayah kota. Fauzi, yang berpasangan dengan Nachrowi Ramli, terhitung hanya unggul di Kepulauan Seribu. Khusus di wilayah kabupaten ini, kubu Jokowi tersungkur di urutan ketiga setelah pasangan Alex Noerdin-Nono Sampono. Sedangkan di lima wilayah kota di Jakarta daratan, kubu Jokowi berhasil menyisihkan Fauzi ke urutan kedua. Menurut wakil sekretaris tim sukses pasangan calon Jokowi-Ahok, Marihot Napitupulu, hasil hitung manual sekaligus menegaskan bahwa masyarakat Jakarta menginginkan perubahan yang signifikan. “Kami akan mempertahankan dan menjaga kepercayaan masyarakat yang sudah memilih di putaran kedua nanti,” katanya kemarin. Pengakuan atas realitas hasil perhitungan juga disampaikan Budi Siswanto, sekretaris tim sukses pasangan calon Fauzi-Nachrowi. Hasil perhitungan hari ini juga sesuai dengan perhitungan yang dilakukan sendiri. "Hasil manualnya hampir sama dengan real count yang kami lakukan," kata Budi. Menurut hasil hitung manual kemarin, perlawanan sengit kubu Fauzi-Nachrowi hanya terjadi di Jakarta Selatan. Di wilayah ini, kubu incumbent dan pesaingnya yang berasal dari Solo, Jawa Tengah, itu sama-sama mendapat kemenangan di lima dari sepuluh kecamatan yang ada. Tapi, secara keseluruhan, Fauzi hanya memperoleh 319.389 suara, sedangkan Jokowi dipilih oleh 357.172 orang. Di empat wilayah kota lainnya, kemenangan Jokowi cukup telak. Di Jakarta Pusat, misalnya, Jokowi hanya kalah oleh Fauzi di Kecamatan Menteng, tempat tinggal sang incumbent. Di lima kecamatan lainnya di wilayah itu, Jokowi yang menang. Begitu pun di Jakarta Barat. “Jokowi selalu berada di urutan pertama di semua kecamatan,” kata Ketua KPU Jakarta Barat Sjahrin Lumbantoruan, di sela rekapitulasi di Hotel Twin Plaza. Dengan selesainya proses penghitungan suara di tingkat kota, rekapitulasi yang dilakukan oleh KPU Provinsi DKI Jakarta dijadwalkan Kamis, 19 Juli 2012. Mereka lalu akan membuat pengumuman resmi hasil pemungutan suara pada 20 Juli 2012. Sejatinya, apabila pada hari itu sudah ada pasangan calon yang memperoleh suara 50 persen plus satu, hari itu juga akan langsung diputuskan siapa pemenang pemilu. Sedangkan untuk gugatan atas hasil perhitungan tersebut, ditunggu hingga tiga hari, yakni hingga 23 Juli 2012. ANANDA PUTRI | I WAYAN AGUS | RAFIKA AULIA | MITRA TARIGAN | ANDI PERDANA | AFRILIA SURYANIS | WURAGIL Rabu, 18 Juli 2012 | 05:23 WIB Jokowi-Ahok Terima 40 Juta Dolar dari Vatikan? TEMPO.CO, Jakarta--Ketua Tim Kampanye Joko Widodo- Basuki Tjahaja Purnama, Boy Sadikin menepis berkembangnya isu bahwa Jokowi-Ahok menerima bantuan senilai 70 juta dollar dari Gereja Vatikan dan kelompok gereja Kanada dan Amerika. "Ini tentu saja tidak benar, fitnah ini sungguh keji. Tidak pernah ada bantuan itu," kata Boy pada Tempo di Jakarta, Selasa, 17 Juli 2012. Sebelumnya beredar rumor bahwa Jokowi-Ahok menerima dana 30 juta dollar dari kelompok gereja Kanada dan Amerika. Gereja Vatikan menyumbang 40 juta dollar untuk pemenangan dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta. Sebagai ''balasan'' atas bantuan ini, Jokowi-Ahok terikat komitmen untuk mendirikan 96 gereja katolik dan protestan di DKI Jakarta. Boy menilai upaya ini sebagai langkah untuk menjatuhkan Jokowi-Ahok. Ia menyatakan komunikasi saja tidak pernah dibangun dengan pihak Vatikan maupun gereja Kanada. "Apalagi menerima bantuan," katanya. Boy berharap masyarakat tidak cepat terpancing dengan rumor yang sengaja dihembuskan untuk menjatuhkan Jokowi-Ahok. Timses Jokowi-Ahok sendiri belum mengidentifikasi pihak yang sengaja menyebarkan rumor tersebut. Ia enggan menuduh lawan Jokowi di putaran kedua sebagai pihak yang sengaja menghembuskan isu tersebut. "Saya tidak ingin menuduh, yang jelas ini upaya untuk menjatuhkan," katanya. ANANDA W. TERESIA Rabu, 18 Juli 2012 | 05:57 WIB 100 Persen Warga Tionghoa Pilih Jokowi-Ahok TEMPO.CO , Jakarta:Hasil exit poll yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada hari pemilihan Gubernur DKI Jakarta, Rabu 11 Juli 2012 menunjukkan 100 persen warga Tionghoa Jakarta menjatuhkan pilihan pada pasangan Jokowi-Ahok. Hasil survei ini diambil dari 410 Tempat Pemungutan Suara. Menurut peneliti Lembaga Survei Indonesia (LSI) Burhanudin Muhtadi peningkatan jumlah partisipasi pemilih etnis Tionghoa dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta mengindikasikan munculnya semangat perubahan warga Tionghoa. Etnis Tionghoa, kata dia, ingin keluar dari bayang-bayang Orde Baru yang seolah hanya memanfaatkan mereka secara ekonomi. "Keinginan perubahan ini bertepatan dengan munculnya Ahok," kata Burhanudin Selasa 17 Juli 2012. Tak hanya menonton, warga Jakarta beretnis Tionghoa ingin terjun langsung berpartisipasi aktif agar bisa memicu perubahan di Jakarta. Jumlah populasi penduduk Tionghoa di Jakarta cukup lumayan. Berdasarkan data Sensus Penduduk pada 2000, jumlah penduduk Tionghoa di Jakarta mencapai 460 ribu atau 5,5 persen dari total 8,3 juta penduduk Jakarta. Selama ini, menurut Burhanudin, warga etnis Tionghoa jarang sekali dimanfaatkan atau terjun langsung dalam ranah politik. Sistem pemerintah yang berkuasa di masa lalu "memaksa" mereka untuk fokus pada isu ekonomi. Simpati warga Tionghoa ini diakui Ahok. Menurut dia, donasi atau sumbangan bagi Jokowi-Ahok seringkali diterima melalui acara jamuan informal dengan pengusaha dan warga Jakarta beretnis Tionghoa. "Biasanya saat acara jamuan malam mereka memberikan donasi," kata Ahok. ANANDA W. TERESIA Senin, 16/07/2012 09:22 WIB 'Tawaf' Relawan Pembawa Kemenangan Jokowi Deden Gunawan - detikNews
Berbagi informasi terkini dari detikcom bersama teman-teman Anda Jakarta Jakarta memerlukan orang baru. Saya lihat realitas pembangunan di Jakarta (sekarang) tidak ada yang fokus, sehingga begini jadinya.” Kalimat itu diucapkan aktor Rano Karno dalam pembukaan film berjudul “Jakarta Baru The Movie”. Itu adalah film produksi Cirus Network Consultindo untuk pemenangan cagub-cawagub DKI Jakarta, Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama (Jokowi- Ahok).
Film berdurasi 1 jam itu berkisah tentang sosok dan rekam jejak Jokowi-Ahok. Lalu konsep keduanya untuk membenahi problematika ibukota seperti banjir dan kemacetan. Film juga menampilkan opini dari warga Solo dan Belitung Timur, tempat pasangan nomor 3 itu berasal.
Anggota tim sukses Jokowi-Ahok, Dwi Djoko Rusryanto, mengatakan, peluncuran film itu sebetulnya agak terlambat, yakni tiga minggu sebelum pencoblosan, Rabu 11 Juli 2012. Namun, film itu dengan cepat menyebar lewat internet maupun keping-keping DVD.
Hasilnya di luar dugaan. Film itu cukup memengaruhi pilihan warga kepada Jokowi-Ahok di detik-detik terakhir menjelang hari H. Awaludin, seorang sopir taksi mengaku makin mantab mencoblos Jokowi-Ahok setelah menonton film itu. *** (iy/iy) Foke Merasa Dibohongi Lembaga Survei Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo. Foto: Dok. JPNN JAKARTA - Kendati dipastikan masuk putaran kedua dalam bursa Pilkada DKI Jakarta, pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli tetap tidak puas dengan perolehan suara yang menempatkan pasangan tersebut diurutan kedua di bawah Jokowi-Ahok. Cagub incumbent ini pun menuding kalau lembaga survei ikut andil dalam ketidakmaksimalan suara yang diraihnya tersebut. "Mereka (Lembaga survei) membohongi saya," ujar Fauzi Bowo kepada INDOPOS (JPNN Grup). Kekesalan Fauzi Bowo terhadap lembaga survei memang cukup beralasan. Sebab sebelum pencoblosan berlangsung, beberapa lembaga survei seperti LSI, JSI, Indo Barometer serta lembaga survei lainnya memberikan data pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli bakal menjadi pemenang dalam raihan suara Pilkada Jakarta. Bahkan dalam data lembaga survei tersebut Fauzi bisa menyelesaikan Pilkada cukup hanya dalam satu putaran. Namun, kenyataan pahit harus diterima Fauzi.Dia kalah dengan pasangan Jokowi-Ahok yang memperoleh suara 43 persen. Sementara Foke-Nara hanya 34 persen."Pokoknya saya dibohongi dan saya sedang menyelidiki masalah ini," tegasnya http://www.jpnn.com/read/2012/07/16/...embaga-Survei- Selasa, 17/07/2012 18:22 WIB Jokowi Libas Foke di 5 Wilayah Jakarta Muhammad Iqbal - detikNews Berbagi informasi terkini dari detikcom bersama teman-teman Anda Jakarta Setelah unggul di 4 wilayah, pasangan Jokowi-Ahok lagi-lagi menang di Jakarta Selatan. Pasangan nomor urut tiga itu menjadi jawara dengan perolehan 357.172 suara. "Pasangan nomor urut tiga memperoleh suara sebanyak 357.172 suara," tutur Ketua KPU Jakarta Selatan, Ahmad Fachrudin, di Hotel Maharadja, Jl. Mampang Prapatan, Jaksel, Selasa, (17/7/2012). Menyusul tipis di urutan kedua adalah pasangan incumbent Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli dengan perolehan 319.389 suara. Urutan ketiga pasangan Hidayat Nur Wahid dan Didik Rachbini dengan perolehan 126.989 suara. "Kemudian pasangan Faisal Basri dan Biem Benjamin memperoleh 62.685 suara. Berikutnya pasangan Alex Noerdin dan Nono Sampono memperoleh 43.119 suara," ungkapnya. Di urutan paling akhir adalah pasangan independen Hendardji Soepandji dan Ahmad Riza Patria dengan perolehan 18.361 suara. "Untuk suara sah sebanyak 927.715, suara tidak sah 20.065. Jadi total jumlah suara sah dan tidak sah sebanyak 947.780 suara," kata Ahmad. Berikut detail rekapitulasi perolehan suara di Kota Administrasi Jakarta Selatan menurut kecamatan masing-masing: 1. Kecamatan Cilandak Foke-Nara 27.770 Hendardji-Riza: 1.788 Jokowi-Ahok: 37.122 Hidayat-Didik: 9.798 Faisal-Biem: 6.493 Alex-Nono: 3.144 Suara sah: 86.115 Suara tidak sah: 1.567 Jumlah suara: 87.682 2. Kecamatan Kebayoran Lama Foke-Nara: 39.005 Hendardji-Riza: 2.625 Jokowi-Ahok: 55.967 Hidayat-Didik: 15.213 Faisal-Biem: 8.376 Alex-Nono: 5.874 Suara sah: 127.060 Suara tidak sah: 2.732 Jumlah suara: 129.792 3. Kecamatan Kebayoran Baru Foke-Nara: 20.191 Hendardji-Riza: 2.423 Jokowi-Ahok: 28.601 Hidayat-Didik: 6.402 Faisal-Biem: 4.962 Alex-Nono: 2.336 Suara sah: 64.915 Suara tidak sah: 1.300 Jumlah suara: 66.215 4. Kecamatan Jagakarsa Foke-Nara: 50.047 Hendardji-Riza: 2.381 Jokowi-Ahok: 46.017 Hidayat-Didik: 19.747 Faisal-Biem: 8.835 Alex-Nono: 5.377 Suara sah: 132.404 Suara tidak sah: 3.067 Jumlah suara: 135.471 5. Kecamatan Setiabudi Foke-Nara: 18.631 Hendardji-Riza: 889 Jokowi-Ahok: 18.079 Hidayat-Didik: 6.462 Faisal-Biem: 2.830 Alex-Nono: 2.799 Suara sah: 49.690 Suara tidak sah: 1.248 Jumlah suara: 50.938 6. Kecamatan Tebet Foke-Nara: 41.002 Hendardji-Riza: 1.565 Jokowi-Ahok: 36.040 Hidayat-Didik: 15.485 Faisal-Biem: 7.186 Alex-Nono: 4.338 Suara sah: 105.616 Suara tidak sah: 2.607 Jumlah suara: 108.223 7. Kecamatan Pancoran Foke-Nara: 27.901 Hendardji-Riza: 1.362 Jokowi-Ahok: 22.916 Hidayat-Didik: 10.844 Faisal-Biem: 4.643 Alex-Nono: 2.378 Suara sah: 70.044 Suara tidak sah: 1.329 Jumlah suara: 71.373 8. Kecamatan Mampang Prapatan Foke-Nara: 26.567 Hendardji-Riza: 988 Jokowi-Ahok: 22.615 Hidayat-Didik: 10.914 Faisal-Biem: 3.211 Alex-Nono: 1.764 Suara sah: 66.059 Suara tidak sah: 1.469 Jumlah suara: 67.528 9. Kecamatan Pesanggrahan Foke-Nara: 26.723 Hendardji-Riza: 2.178 Jokowi-Ahok: 39.952 Hidayat-Didik: 13.617 Faisal-Biem: 6.789 Alex-Nono: 7.353 Suara sah: 96.612 Suara tidak sah:1.972 Jumlah suara: 98.584 10. Kecamatan Pasar Minggu Foke-Nara: 41.552 Hendardji-Riza: 2.162 Jokowi-Ahok: 49.863 Hidayat-Didik: 18.507 Faisal-Biem: 9.360 Alex-Nono: 7.756 Suara sah: 129.200 Suara tidak sah: 2774 Jumlah suara: 131974 (mpr/mpr) Jokowi: Saya Punya Jurus Rahasia Hadapi Foke "Kami sudah tahu siapa-siapa yang ikut main." Senin, 16 Juli 2012, 00:20 Eko Priliawito, Nila Chrisna Yulika, Fajar Sodiq (Solo) VIVAnews - Hasil perhitungan cepat (quick count) berbagai lembaga survei menempatkan pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama pada posisi puncak putaran pertama Pilkada DKi Jakarta, mengalahkan pasangan incumbent Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli. Saat diwawancarai secara khusus oleh VIVAnews, di rumah dinasnya di kawasan Loji Gandrung, Solo, Jumat, 13 Juli 2012, Jokowi yakin bisa menang pada putaran kedua dan melenggang ke Balaikota DKI Jakarta. Berikut petikan wawancaranya: Menang putaran pertama, bagaimana perasaan Anda? Alhamdulilah bersyukur sangat banyak sekali. Sebelumnya sudah yakin menang? Optimis lah, moso kerja tidak optimis. Kalau wajah saya masih senang seperti ini tandanya optimis. Itulah kehendak warga Jakarta, saya haya menerima. Alhamdulilah warga Jakarta rasional dan cerdas. Kabarnya ada dugaan manipulasi? Ya itu nanti ada satgas anticurang. Anda pernah dengar ada yang curang? Saya sering di sms, tapi ya sudahlah, tidak ada buktinya. Saya fair saja, supaya Pilkada itu betul-betul fair. Ada pesan dari Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri? Makan yang banyak, biar sehat. Anda yakin empat pasangan lain yang sudah tersingkir akan mendukung Anda? Sejak awal kami kan sudah berkawan. Sudah melobi partai mana saja untuk putaran kedua? Nggak usah lobi-lobi lah, yang penting didolani (disambangi). Apa strategi Anda di putaran kedua nanti? Kemarin saya memang tidak pernah menjanjikan apa-apa dalam setiap kampanye. Saya hanya menyampaikan visi-visi yang sederhana dan program-program yang sederhana. Apa contohnya? Ya, seperti Kartu Jakarta Sehat dan Kartu Jakarta Pintar. Itu bukan janji karena sudah dilakukan kok. Program-program itu sistemnya sudah kami siapkan. Itu bukan janji tetapi sistem yang sudah dipersiapkan. Saya selalu menyampaikan bahwa itu sistem yang kami persiapkan untuk masyarakat. Anda akan menggunakan strategi yang sama di putaran kedua? Pada putaran kedua nanti akan ada dua strategi, yakni strategi lama yang masih digunakan dan menggunakan strategi baru. Oh itu bukan strategi tapi cara lah.. Cara lama masih akan dilakukan seperti halnya dengan mendatangi ke kampung-kampung. Tapi yang cara baru ini masih rahasia. Pokoknya yang digunakan cara-cara simpel saja lah. Kampanye masih akan memasang baliho atau spanduk? Seperti saat kampanye kemarin itu memang ada yang pasang. Tapi siapa yang memasang saya tidak tahu. Itu bukan dari tim sukses yang memasang. Pemasangan spanduk murni sukarela dari warga. Kan ada beberapa spanduk yang dipasang itu. Apa sebenarnya resep Anda menghadapi Fauzi Bowo sebagai incumbent? Kalau saya biasa saja. Menurut saya, dalam Pilkada mestinya yang benar adalah adu visi misi, adu program dan adu solusi. Mestinya yang dilakukan seperti itu, bukan menggunakan black campaign. Masyarakat Jakarta itu masyarakat rasional. Warga Jakarta itu warga yang pintar dan cerdas. Kalau black campaign ya tetap mikir, tidak langsung tepengaruh. Fauzi Bowo kuat pada lini birokrasi, bagaimana Anda akan mengantisipasinya? Oh nggak. Saya juga sangat percaya bahwa Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan birokrasi di DKI Jakarta itu tidak mengikut kemana-mana alias netral. Kami mengerti lah, ada satu, dua, tiga, empat, lima oknum-oknum yang ikut-ikutan. Akan tetapi jangan digeneralisir semua PNS DKI Jakarta seperti itu. Yang ikut-ikutan tidak ada sepuluh persen. Dan kami juga sudah tahu siapa-siapa yang ikut main. Hati-hati karena tindak seperti itu termasuk tindakan pidana dan di undang-undang maupun aturan jelas tidak boleh. Birokrasi sebaknya jangan bertaruh risiko lah. Birokrasi memang seharusnya lebih bagus kalau netral total. Nanti kalau ikut-ikutan kepleset malah jadi pidana. Jangan seperti kemarin, masih ada beberapa yang kut bermain sekitar satu, dua, tiga, empat. Saya mengerti siapa saja yang ikut main. Dilihat bisa tapi untuk pembuktiannya yang sulit. Anda belum pernah menjadi gubernur dan berasal dari daerah. Anda yakin bisa mengatur Ibukota? Itu hanya dua penyelesaiannya, yakni quality of management dan quality of leadership. Hanya itu saja kiatnya. Diselesaikan dengan kepemimpinan yang berkualitas dan manajemen yang berkualitas. Ya seperti penangangan manajemen, ya manajemen secara total. Kemudian untuk kepemimpinan, ya kepemimpinan yang mau turun ke bawah, mau turun ke lapangan. Jika mengubah gaya manajemen secara drastis, Anda tidak khawatir akan ada penolakan? Tidak ada penolakan dari para pegawai nantinya. Kalaupun ada penolakan-penolakan perubahan, biasanya hanya dalam enam bulan pertama. Kami sudah hafal lah seperti halnya di Solo. Kami nantinya juga tidak akan gonta-ganti pejabat. Asalkan semuanya mengikuti manajemen dan sistem, tidak akan ada penggantian pejabat. Paling hanya satu dan dua yang diganti. Jika terpilih menjadi gubernur, gebrakan pertama apa yang akan Anda lakukan? Ya, membenahi manajemen sistem, terutama pelayanan publik seperti di kelurahan hingga kecamatan untuk pembuatan KTP. Terus di kantor perizinan. Yang itu-itu saja dulu yang dibenahi. Pokoknya yang berhubungan dengan pelayanan masyarakat. Yang paling utama adalah yang berhubungan dengan kebutuhan dasar masyarakat, seperti pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan. Itu yang pertama harus dirampungkan. Target Anda berapa bulan untuk gebrakan pertama tersebut? Saya mentargetkan enam bulan pertama harus sudah terwujud. Pokoknya tiga bulan sampai enam bulan harus sudah selesai melakukan gebrakan pertama itu. Soal transportasi massal, akan ada penambahan selain bus Transjakarta? Kalau masalah transportasi sebentar dulu lah. Jangan membayang-bayangin gitu, kan nantinya masih ada putaran kedua. Itu berandai-andai, saya tidak mau itu. Berbicara yang kecil-kecil dulu lah, jangan berbicara yang masalah itu. Bagaimana masalah banjir yang setiap tahun melanda Jakarta, Anda sudah memiliki solusinya? Mengenai masalah banjir, memang sudah ada cetak birunya sehingga tinggal dieksekusi saja, segera dilaksanakan dan dikawal supaya segera sampai tujuan tepat waktu. Karena yang kemarin tidak mengikuti cetak biru yang sudah ada. Pokoknya kuncinya ikuti blue print-nya. Wong dari dulu sudah ada tetapi tidak dilaksanakan, tidak dieksekusi dan tidak diimplementasikan. Anda dikabarkan mendompleng popularitas mobil Esemka untuk maju dalam Pilgub DKI Jakarta. Bagaimana menurut Anda? Loh mobil Esemka saja sudah ada sejak lima tahun yang lalu. Kita merancang juga sejak lima tahun lalu. Sudah lama begitu kok dibilang dompleng. Mendompleng darimana. Loh kalau rancangannya baru mau Pilgub kemarin, bisa dikatakan mendompleng. Esemka sudah dirancang sejak lima tahun lalu. Mendompleng apanya? Jum''at, 13 Juli 2012 | 05:37 WIB Jumlah Pemilih Bertambah, Siapa Untung? TEMPO.CO , Jakarta-- Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta tengah mengupayakan payung hukum untuk memutakhirkan daftar pemilih tetap (DPT) pemilihan Gubernur DKI Jakarta putaran kedua. Lewat payung hukum ini, warga Jakarta yang memenuhi syarat sebagai pemilih, tapi tidak masuk DPT pemilihan pada 11 Juli, dapat dimasukkan dalam DPT. "Jika ada peraturannya, memungkinkan dibuka pendaftaran bagi para pemilih yang belum terdaftar dalam DPT," kata Ketua Kelompok Kerja Sosialisasi dan Perhitungan Suara KPU DKI Sumarno Kamis 12 Juli 2012. Menurut dia, peraturan ini nantinya untuk mengganti Peraturan KPU Nomor 12 Tahun 2010 tentang Pedoman Tata Cara Pemutakhiran Data dan Daftar Pemilih dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Peraturan ini tidak mengatur pemutakhiran data pemilih untuk pilkada putaran kedua. Data pemilih pada putaran pertama langsung ditetapkan untuk mengikuti putaran kedua. Jika peraturan baru tersebut disepakati, kata Sumarno, penambahan DPT pun dapat dimungkinkan dan bisa dipastikan akan terjadi peningkatan DPT. KPU DKI menetapkan DPT berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta. KPU DKI menetapkan DPT setelah melakukan pemutakhiran. Anggota KPU, Hadar Navis Gumay, mengatakan sistem penetapan DPT model ini menyulitkan KPU dalam menetapkan data DPT yang tepat dan akurat. Karena itu, dia menyarankan warga agar aktif membantu KPU dalam mengoreksi data pemilih. "Agar pemilih ganda dan yang belum terdaftar bisa segera dikoreksi," ujarnya. KPU DKI juga akan mengevaluasi warga yang tak masuk dalam DPT dan menyesuaikan penambahan jumlah pemilih dalam DPT. Menurut Sumarno, KPU DKI akan mendata kembali warga yang pada pemilihan Rabu lalu tak bisa menggunakan surat suaranya. Menurut dia, walau ada pencoretan 21 ribu DPT bermasalah dari total 6.983.692 pemilih, Senin lalu, tak akan terjadi penurunan angka DPT pada pilkada putaran dua. Meskipun KPU DKI memberikan lampu hijau bagi pemilih yang tidak masuk DPT, KPU Jakarta Barat menyatakan warga yang namanya tidak tercantum dalam DPT pilkada putaran pertama tidak bisa menggunakan hak pilihnya pada putaran kedua. Menurut KPU Jakarta Barat, penambahan pemilih baru hanya dilakukan bagi warga yang berusia 17 tahun pada hari pemilihan putaran kedua, 20 September 2012. "Tambahannya hanya warga yang usianya memenuhi syarat," kata Ketua Kelompok Kerja KPU Jakarta Barat Junaedi kemarin. Soal hak suara, Panitia Pengawas Pemilu Jakarta Barat tetap akan mengakomodasi aduan sejumlah warga yang tidak tercantum dalam DPT. Panwaslu sudah menerima sejumlah aduan dari warga yang seharusnya bisa memilih. "Data ini kami akan sampaikan kepada KPU. KPU seharusnya bisa mengakomodasi hak-hak warga ini," kata Ketua Panwaslu Jakarta Barat Muhaimin. Sebelumnya, DPT bermasalah terbukti saat hari pencoblosan. Di dua TPS Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, sekitar 100 warga--terdiri atas dokter dan pegawai rumah sakit—kehilangan hak suara. Ahmad Faisal, dokter di rumah sakit tersebut, mengaku ia dan sejumlah rekannya ditolak panitia karena hanya membawa kartu tanda penduduk dan surat undangan. Ratusan tahanan Polda Metro Jaya juga kehilangan hak pilih karena tidak ada tahanan yang menerima undangan. Padahal, pada pemilihan umum legislatif dan pemilihan presiden 2009, disediakan TPS khusus untuk para tahanan. Di Kelurahan Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat, sejumlah warga mengaku kehilangan hak pilih. Di kampung ini, ada 195 TPS. Ketua RW 10, Kelurahan Kapuk, Ardali, mencontohkan ada satu keluarga yang tidak tercatat dalam daftar pemilih sementara ataupun daftar pemilih tetap, padahal pada pemilihan presiden 2009 terdaftar. NUR ALFIYAH | M. ANDI PERDANA | WAYAN AGUS P | NURHASIM Sutan: Kekalahan Foke Tak Lepas dari Kasus Hambalang Tribunnews.com - Kamis, 12 Juli 2012 19:15 WIB TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA--Ketua DPP Partai Demokrat Sutan Bhatoegana mengakui kekalahan pasangan Cagub DKI yang diusung Foke-Nara tidak lepas dari Kasus Hambalang. Karenanya, kedepannya saat memasuki putaran kedua Pilgub DKI berhadapan dengan pasangan Jokowi-Ahok, Partai Demokrat dan Partai Pendukung lainnya berserta tim sukses akan berkerja lebih ekstra untuk menyakinkan hati rakyat. “Pastilah ada dampaknya itu (Kasus Hambalang-red). Makanya kita harus extra work untuk kembali meyakinkan rakyat,” ungkap anggota DPR dari Fraksi Demokrat ini kepada Tribun, di Jakarta, Kamis (12/7/2012). Berdasarkan hasil hitung cepat lembaga survey bahwa Cagub DKI usungan Partai Demokrat Foke-Nara kalah dari pasangan PDI-Perjuangan dan Partai Gerindra, Jokowi-Ahok. Atas hasil itu, menurutnya, belum akhir dari segalanya. Untuk itu, putaran kedua nantinya, pengalaman “buruk” tersebut dijadikan cambuk untuk bangkit kembali. Bukan itu saja, tegas dikatakannya, bahwa penampilan Foke pun harus lebih meyakinkan hati rakyat DKI Jakarta. “Penampilan Foke harus lebih membumi di hati rakyat. Dan pendukungnya harus mulai door to door untuk mengetuk pintu hati rakyat,” ujarnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Allah di balik Sejarah: Penantian Baru BTP (hati nurani Pemilu 2024) #02

die hard of terrorism: final fate of ISiS (3): ISIS bukan ISLAM, menganut teologi PEMBUNUHAN

janji Jokowi (4) (ANTI GRATIFIKA$1): pilpres 2019