puisi NYE$EL PILIH JOKOW1 (yang diberitain media massa :P)

kelas pemilik rumah gede di Jakarta pasti ngomel soal PBB TINGGI
kelas PKL pasti ngoceh2 soal pengaturan lokasi
kelas PENGGUNA JALANAN pasti ngamuk2 soal kemacetan
kelas angkutan umum non busway pasti ngedumel abis soal penganaktirian mereka
kelas pemilik pabrik pasti nggerutu n ngambil aksi pindahin pabrik atawa tutup pabrik gara2 UMP TINGGI
kelas relawan Jokowi .....

well, sebenarnya dalam politik selalu terjadi ANGGAPAN KELIRU dan KEDANGKALAN ALASAN
anggapan keliru karena beranggapan bahwa sebagai pemimpin yang merakyat maka Jokowi akan MENDENGARKAN dan MENJALANKAN SEMUA ASPIRASI RAKYAT ... well, tidak ada ASPIRASI RAKYAT YANG SAMA, saling berbenturan malah
kedangkalan alasan karena IKUT TETANGGA n RELAWAN yang PRO JOKOWI aza ... well, ikut2an akan SELALU MENJERUMUSKAN YANG IKUT2AN TANPA ALASAN KUAT

... nah, sebaeknya gimana: PILIH GOLPUT (pasrah nasib) atawa PILIH YANG LAEN (belum tentu juga SEJAHTERA semua warga)
... kalo I pilih JOKOW1 karena I tau bahwa dia BUKAN TUHAN,
dia MANUSIA SEHAT,
dia MAMPU BEKERJA KERAS,
dia DOYAN HIDUP SEDERHANA,
dia MELAWAN KORUPSI (I ada bukti yang terkait urusan di Kantor Gubernuran),
dia SUKA MENOLONG,
dia BAHAGIA JIKA WARGA BAHAGIA,
dia MENCARI SOLUSI,
dia MAMPU MEMBERI PRIORITAS PADA ISU KOMPLEKS MASALAH WARGA,
 dia MEMIMPIN PADA KEBAIKAN,
dia ITU SEHAT,
dia itu WARAS,
dia itu BUGAR,
dia itu pemimpin yang telah dipilih rakyat Indonesia,
I yakin I SEJAHTERA DI BAWAH NAUNGAN TUHAN (pasrah akan VOX POPULI VOX DEI, suara rakyat itu suara TUHAN)

 JAKARTA, KOMPAS.com — Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Jakarta Timur menertibkan kawasan Jalan Matraman Raya, tepat di depan Pasar Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis (31/7/2014) pagi. Kedatangan petugas yang mendadak ini membuat para pedagang kocar-kacir menyelamatkan barang dagangan mereka.

Pantauan Kompas.com, petugas Satpol PP yang mengawali kegiatan dengan apel di Kecamatan Jatinegara langsung menyisir jalur sepanjang Jalan Matraman Raya mengarah ke Kampung Melayu, Jakarta Timur. Tepat depan Pasar Kemuning/Mede Jatinegara, puluhan petugas langsung menertibkan PKL dan parkir liar yang menduduki trotoar dan bahu jalan.

Pedagang berbagai jenis, mulai pedagang hewan peliharaan, pedagang ikan hias, pedagang makanan, dan lainnya lantas berhamburan menyelamatkan dagangan mereka. Tak hanya itu, warga yang memarkirkan kendaraan bermotor di pinggir jalan juga menyelamatkan dagangan mereka dengan memasukkan ke toko-toko sekitar. Ada pula barang-barang yang terserak karena pedagang terburu-buru saat hendak diselamatkan.

Setelah mengosongkan sebagian trotoar, petugas Satpol PP lalu menaikkan truk dan mobil sedang ke atas trotoar agar pedagang tak kembali berjualan di tempat tersebut. Meski demikian, sebagian motor yang terpakir di jalan tak semuanya dapat ditertibkan. Banyak warga yang masih berbelanja di dalam pasar dan tidak mengetahui adanya razia.

Kepala Seksi Operasional Satpol PP Jakarta Timur Agus Sidiki mengatakan, penertiban ini merupakan lanjutan dari instruksi Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Penertiban dilangsungkan sejak Rabu (30/7/2014), dan akan berakhir pada 1 Agustus 2014.

"Hari ini kita mau sisir Jatinegara, lalu Kebon Nanas lagi yang kita sisir kemarin, dan selanjutnya nanti di Kalimalang," ujar Agus.

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengubah pendapatnya mengenai pembangunan enam ruas tol dalam kota Jakarta. Akibatnya, banyak yang mengaku menyesal telah memilih dirinya saat Pilkada DKI Jakarta 2012 lalu.

Pada saat kampanye, pria yang akrab disapa Ahok itu, bersama Joko Widodo, menolak rencana pembangunan enam ruas tol dalam kota tersebut. Namun, saat ini, dia malah menandatangani MoU pembangunan ruas tol tersebut, yang sempat ditolaknya.

Atas keputusannya itu, Basuki mengaku tidak takut ditinggal oleh para relawannya.

"Sudah banyak yang datang ke saya dan bilang 'kami menyesal pilih Bapak di Pilkada kemarin'. Saya balas saja 'sumpah tujuh turunan jangan pilih saya lagi di Pilkada 2017'," kata Basuki di Kementerian PU, Jakarta, Jumat (25/7/2014).

Ahok mengatakan, dia berubah pikiran karena sudah melihat hasil kajiannya. Menurut dia, proyek tersebut malah mendorong orang menggunakan transportasi massal, bukan sekadar menambah kemacetan karena mobil pribadi.

Proyek PT Jakarta Tollroad Development itu ditargetkan rampung pada tahun 2022. Meski nantinya dia tidak lagi menjabat gubernur, Ahok berharap dapat menikmati proyek itu sebagai warga Jakarta.



JATINEGARA (Pos Kota) – Penertiban yang dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja (satpol PP) dikeluhkan pedagang di Pasar Kemuning/Mede Jatinegara, Jakarta Timur. Mereka pun mengaku kecewa lantaran Jokowi dan Ahok yang sudah dipilihnya malah membuat mereka sengsara dengan menggusur lapak dagangannya.
“Nyesel pilih Jokowi, bilangin ke Jokowi ya, intinya pedagang sini nyesel milih dia. Dia bikin kita nggak bisa kasih makan anak bini saya. Nyesel gue pilih Jokowi mending Prabowo” teriak pedagang dalam penertiban itu.
Sumpah serapah pun langsung keluar, begitu tahu penertiban yang dilakukan satpol PP tersebut atas instruksi Plt Gubernur DKI Ahok. “Ini karena Ahok nih. Yang dibela hanya dari bangsanya saja. Giliran yang warga negara Indonesia malah disengsarakan seperti ini,” ungkap pedagang lain.
Sementara itu, Sani, 38, pedagang ikan mengatakan, kecewa dengan penertiban tersebut. Dimana ia menilai, pemerintah dan seluruh jajarannya tidak berpikah kepada rakyat. “Kita nyari duit halal. Dari pada suruh kita jadi pencuri. Ini masih hari raya Idul Fitri lho. Harusnya disediain tempat dulu baru digusur,” ujar Sani.
Menurutnya, atas penggusuran yang dilakukan pastinya akan menambah jumlah penganggur di ibukota. Dari situ, apa mungkin pemprov mau mengatasi pengagguran yang ada selama ini. “Kalau pemerintah mau kasih kita makan, baru boleh gusur kami,”ungkapnya kesal.
Sani menyesalkan penertiban yang dilakukan satpol PP Jaktim hanya di kawasan Pasar Kemuning/Mede Jatinegara. Padahal jelas-jelas, kawasan Pasar Gembrong juga di terlihat hal yang sama. “Penertibannya juga pilih kasih, masa hanya disini saja, coba kalau berani di pasar Gembrong,” tegasnya.
Karena menurutnya, kawasan tersebut juga dianggap sebagai pemicu kemacetan yang terjadi. Terlebih, pasca Idul Fitri, kawasan itu pun menjadi semrawut karena banyaknya pedagang yang berjualan dipinggir jalan. “Nertibin pasar gembrong saja belum jelas, ini sudah pindah-pindah lagi,” ujarnya kesal.
Kepala Seksi Operasional Satpol PP Jakarta Timur Agus Sidiki mengatakan, penertiban ini merupakan lanjutan dari instruksi Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Dimana penertiban itu dilangsungkan sejak Rabu (30/7) lalu, dan akan berakhir pada 1 Agustus 2014. “Pedagang disini dinilai sudah meresahkan pengguna jalan, jadi kami tertibkan,” katanya.
Agus pun mengaku, pihaknya akan terus melakukan penertiban diberbagai tempat yang dianggap menyalahi peraturan daerah. “Selanjutnya kita akan menyisir Jatinegara, lalu Kebon Nanas dan di Kalimalang. Intinya tak ada lagi trotoar yang digunakan pedagang untuk berjualan,” ujar Agus. (Ifand)

 JAKARTA, KOMPAS.com — Pilihan mobil Joko Widodo untuk menemaninya blusukan menuai cerita-cerita unik. Banyak anggota masyarakat yang tak menyangka bahwa Jokowi hanya menumpang Toyota Innova. Salah satunya di Papua.

Seorang warga Papua yang menetap di Jakarta bernama Yulan (26) bercerita, seorang kawannya di kampung halamannya sangat antusias mendengar kedatangan Jokowi pada masa kampanye, baik pemilu legislatif maupun pemilu presiden, beberapa waktu lalu. Saking antusiasnya, pemuda Papua itu sangat ingin berfoto bersama Jokowi. Bermodalkan sepeda motor, ia mengikuti iring-iringan mobil Jokowi di Jayapura.

"Saya punya teman ini memantau mobil-mobil mewah. Dia sudah ancang-ancang, toh, begitu Jokowi keluar dari mobil, dia langsung datang salaman dan minta foto bersama," cerita Yulan kepada Kompas.com, Kamis (31/7/2014).

Namun, rupanya dia salah sasaran. Beberapa mobil mewah yang masuk ke dalam pantauan sama sekali tidak mengangkut Jokowi. Yang keluar dari mobil itu malah fungsionaris partai di Papua atau pengusaha setempat yang ikut rombongan. Lantas, di mana Jokowi berada?

"Rupanya Jokowi keluar dari mobil Toyota Innova hitam. Teman saya kecele luar biasa. Dia bilang, kurang ajar, saya sudah tunggu-tunggu di mobil bagus, Jokowi keluar dari mobil busuk lagi," cerita Yulan seraya tertawa.

Lain di Papua, lain di Tegal, Jawa Tengah. Saat kampanye pemilu presiden, salah seorang relawan salah menjaga mobil. Sang relawan pikir, mobil Toyota Innova putih yang dijaganya itu dinaiki oleh sang idola.

Sepanjang acara kampanye, sang relawan menjaga mobil itu dari warga. Bahkan dengan bangga ia sempat berfoto di depan mobil tersebut. Rupanya, tepat setelah acara kampanye selesai, mobil tersebut dinaiki oleh pengawal pribadi Jokowi.

Dia pun segera mencari mobil yang ditumpangi Jokowi. Melihat Jokowi naik Toyota Innova, dia sempat berlari mengejar demi bisa berfoto. Namun, mobil tersebut keburu melaju kencang. Bruuumm....


Penulis: Fabian Januarius Kuwado
Editor : Ana Shofiana Syatiri

Penyesalan Selalu Diakhir, Seperti Pendukung Jokowi Yang Satu Ini... Menyesal Karena Sudah Pilih Jokowi Para pedagang di Pasar Kemuning/Mede Jatinegara, Jakarta Timur, banyak yang ngedumel kesal akibat ditertibkan oleh petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Mereka menyalahkan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Awalnya, sejumlah pedagang sambil bersungut-sungut memindahkan barang dagangan mereka yang digelar di pinggir jalan dan trotoar. Suasana masih berlangsung kondusif. Namun, setelah seorang pedagang pakan ikan diangkut perlengkapan dagangnya, sejumlah pedagang lain ikut membela. Beberapa pria menggerutu sambil menyalahkan Jokowi dan Ahok. Sorakan kecewa terhadap dua tokoh itu juga terdengar. Ada juga yang mengaitkannya dengan masalah Pemilu Presiden 2014 lalu. "Nyesel pilih Jokowi, bilangin ke Jokowi ya, intinya pedagang sini nyesel pilih dia," ujar seorang pria kepada wartawan. "Ini karena Ahok nih. Yang dibela paling yang itu aja (menyebut etnis)," ujar pedagang lainnya. "Emang dia mau kasih makan anak bini gue apa? Nyesel gue pilih Jokowi, mending Prabowo," kata pedagang lain. Tak hanya Jokowi dan Ahok, pedagang juga sempat memprotes media. "Ngapain liput-liput? Jangan ngomong sama wartawan. Paling enggak dibelain," seru yang lain. Muhammad Sani (38), seorang pedagang ikan, mengatakan kecewa dengan penertiban tersebut. Sani menilai, pemerintah dan seluruh jajarannya tidak berpihak kepada rakyat. "Kita nyari duit halal. Daripada suruh kita jadi pencuri. Ini masih hari raya Idul Fitri, lho. Harusnya disediain tempat dulu baru digusur," ujar Sani. Sani mengaku, dia tidak menyalahkan pemimpin DKI atas masalah ini. "Saya netral, enggak peduli ini dari pemda atau apa, yang penting saya bisa usaha. Kalau begini yang ada nambah pengangguran. Emang mereka ngasih kita makan apa?" katanya kesal. Sebelumnya, puluhan petugas Satpol PP menggusur PKL dan parkir liar di Jatinegara. Petugas memindahkan dan mengangkut lapak PKL yang dibiarkan teronggok oleh pedagang. Sementara itu, yang diselamatkan pedagang tidak diambil petugas. Puluhan petugas terlibat dalam penertiban tersebut. mau baca media yang PRO PRABOWO n ANTI JOKOWI/PDIP : MEDIA YANG PRO WARGA ANTI JOKOWI Merdeka.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menegaskan proyek enam ruas tol dalam kota yang diinisiasi oleh pemimpin ibu kota terdahulu, Fauzi Bowo, harus terwujud. Pasalnya jalan bebas hambatan itu dinilai bisa mengurangi kemacetan di kota berjuluk miniatur Indonesia ini. "Enam ruas harus jadi, membangun tiga koridor layang yang bertemu dengan jalan tol kalau enggak terhubung berantakan," ucap Ahok, panggilan akrab Basuki, saat di Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta, Jumat (25/7). Menurutnya, kemacetan di Jakarta semakin parah lantaran pertumbuhan jalan tidak bisa mengimbangi peningkatan jumlah kendaraan. Saat ini rasio jalan baru enam persen dari total luas wilayah Jakarta. "Padahal idealnya rasio jalan itu 12 persen," ucap dia. Ahok mengaku tak peduli jika masyarakat nantinya berdemonstrasi menolak proyek senilai Rp 42 triliun tersebut. Salah satu alasan proyek tol tersebut disetujui lantaran bakal ada jalur khusus untuk transportasi massal, yaitu Bus Rapid Transit (BRT). "Sudah banyak yang datang ke saya dan bilang 'kami menyesal pilih bapak di Pilkada kemarin'." Ahok pun membalas, "Sumpah tujuh turunan jangan pilih saya lagi di Pilkada 2017." Pada 2012, ketika bertarung merebut kursi DKI I, pasangan Joko Widodo - Ahok saat kampanye sempat menolak pembangunan enam ruas jalan tol dalam kota. Alasannya, transportasi umum masih berantakan sehingga jumlah kendaraan pribadi terus meningkat. [yud]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Allah di balik Sejarah: Penantian Baru BTP (hati nurani Pemilu 2024) #02

die hard of terrorism: final fate of ISiS (3): ISIS bukan ISLAM, menganut teologi PEMBUNUHAN

janji Jokowi (4) (ANTI GRATIFIKA$1): pilpres 2019