d13 h4rd TERRORISM (9)... $ANT0$0 twas

  Kabar24.com,BATAM—Usaha Gigih Rahmat Dewa untuk meluncurkan roket guna menyerang Singapura mungkin tidak akan pernah ketahuan kalau dia tidak mengganti gambar profil di akun Line-nya dengan sebuah gambar spanduk yang berisikan kata-kata bahwa Indonesia mendukung dan memiliki solidaritas untuk ISIS.

Gigih (31) salah satu pelaku dan perencana penyerangan atas Singapura yang akhirnya terungkap pada Jumat lalu (5/8/2016) ditahan di Batam setelah sebuah penyelidikan yang menunjukkan betapa besar rasa ketergantungan para militan Islamis di Indonesia terhadap media sosial.
 “Pria di Batam sepertinya diradikalisasi melalui media sosial, secara lebih spesifik menngunakan Facebook,” kata Juru Bicara Kepolisian Boy Radli Amar seperti dikutip dari Reuters, Senin (8/8/2016).
Dia menyebutkan kelompok yang  berencana untuk menyerang Singapura melakukan komunikasi dengan Bahrum Nain di Suriah. “Sepertinya Naim mengirimkan dana dan memberi instruksi pada mereka,” katanya merujuk pada orang dalang di balik rencana penyerangan Singapura yang telah meninggalkan Indonesia pada 2015 lalu untuk bergabung dengan pasukan garis depan ISIS.
Sebelumnya, Singapura yang diapit oleh dua negara berwarga mayoritas Muslim belum pernah diserang oleh  militan Islamis, setidaknya meskipun pernah ada, usaha sejenis tidak pernah berhasil. Namun, pemerintah Singapura telah berulang kali menyebutkan kejadian ini pasti akan terjadi dan ini hanya masalah waktu.
Menurut pihak kepolisiam, Gigih dan kelompoknya diinstruksikan oleh mentor mereka di Suriah untuk menembakkan roket ke wilayah Marina Bay di Singapura, sebuah pusat kota mewah yang terletak di tepi laut dan merupakan tempat diadakannya Formula One Grand Prix serta menjadi rumah bagi sejumlah kasino dan area perkantoran.
Sementara itu, para warga Batam yang berjarak 15 kilometer dari wilayah Selatan Singapura mengatakan bahwa mereka cemas setelah mengetahui keenam orang tersebut, lima diantaranya adalah buruh pabrik lokal, merupakan anggota kelompok ekstrimis.
Monalisa (23) teman seangkatan Gigih di Politeknik Negeri Batam menyebutkan bahwa hingga 2014, dia mengenal gigih sebagai seorang murid departemen IT yang normal, positif, ceria, rendah hari dan berteman dengan siapa saja.
Namun, pada Maret lalu, dia terkejut ketika Gigih mengubah gambar di grup LINE-nya dengan sebuah foto yang menampilkan sekelompok orang memegang banner ISIS.
Menurut Mona, di kampusnya tidak pernah ada ajaran atau khotbah dari kelompok Islam garis keras dan tidak mungkin radikalisasi terhadap Gigih dilakukan di kampus.
“Namun, lain cerita dengan apa yang dilakukan di luar kampus, .”
Seorang analis keamanan yang berbasis di Jakarta, Sidney Jones mengatakan, Naim, soerang militan yang berbasis di Suriah sepertinya menggunakan segala jenis media sosial yang ada untuk menggaet sebanyak mungkin pengikut yang membuat satuan anti terorisme kesulitan untuk melacak para pengikutnya.
 “Mungkin mereka berhasil menangkap satu kelompok tetapi ada banyak kelompok lain diluar sana,” katanya.
Dalam sebuh postingan blog setelah serangan terkoordinasi yang melanda Paris November lalu, Naim menghimbau pengikutinya di Indonesia untuk belajar dari kejadian itu dan menjelaskan betapa gampangnya untu menggerakkan jihad dari sekedar perang gerilya di hutan-hutan Indonesia menjadi serangan tehadap sebuah kota.
Juni lalu Indonesia berhasil menumpas militant paling dicari, Santoso, yang selama ini bersembunyi di hutan. Namun, analis menyebutkan ancaman yang mungkin ditimbulkan oleh Santoso jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan kelopok militant yang secara diam-diam berkembang di kota-kota  di pulau utama Indoneisa, Jawa.

 JakartaCNN Indonesia -- Tim Satuan Tugas Tinombala berhasil menembak mati pemimpin kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Abu Wardah alias Santoso. Pertanyaan pun muncul terkait sosok yang akan melanjutkan kepemimpinan di salah satu kelompok teroris yang bersumpah untuk Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) tersebut.


Dua nama pun muncul seiring dengan tewasnya pemimpin kelompok teroris yang paling dicari oleh TNI dan Polri tersebut. Mereka adalah Basri dan Ali Kalora.

Basri adalah mantan narapidana kasus terorisme pada 2007. Satu tahun sebelum masa tahanannya habis, pria pemilik nama samaran Bagong atau Bang Ayas ini melarikan diri dari Lembaga Pemasyarakatan Ampana, Sulawesi Tengah. 
Sedangkan Ali Kalora adalah sosok radikal senior di kalangan gerilyawan di Poso. Selain bergabung bersama MIT, pria bernama asli Ali Ahmad ini memimpin sebuah tim yang beranggotakan 16 orang di salah satu pegunungan di Poso.

Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia Al Chaidar berpendapat Basri lebih tepat dibandingkan Ali Kalora untuk melanjutkan kepemimpinan Santoso di MIT. Kedekatan Basri dengan Abu Sayyaf dinilai dapat meningkatkan intensitas hubungan MIT dengan ISIS.

"Ali Kalora belum tentu bisa melakukan hal itu," kata Al Chaidar saat berbincang dengan CNNIndonesia.com pada Selasa (19/7) malam.

Selain itu, dia menambahkan, Basri juga telah mendapatkan pelatihan di Minadanao, pulau terbesar kedua di Filipina yang kerap disebut sebagai tempat pelatihan teroris terbesar di Asia.

Terkait sepak terjang dalam aksi terorisme, Al Chaidar mengatakan, Basri jauh lebih berpengalaman dibandingkan Ali Kalora. Menurutnya, Basri pernah terlibat dalam aksi terorisme di Nusa Tenggara Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Solo, dan Bekasi. Sementara Ali Kalora, hanya terlibat aksi terorisme di Ambon dan Poso.

"Soal track record (aksi terorisme) Basri lebih banyak," tuturnya.

Meski demikian, dia tidak memungkiri bahwa Ali Kalora memiliki kemampuan yang dapat diandalkan untuk memimpin MIT, yakni merakit bom dan senjata api.

Namun pendapat itu ditentang oleh pengamat terorisme Ali Fauzi Manzi. Mantan teroris asal Lamongna, Jawa Timur itu berpendapat Basri tidak layak, karena memiliki hal yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kelompok seperti MIT. Salah satunya, tubuh Basri dipenuhi tato. Fauzi sendiri adalah adik kandung dari terpidana teroris Amrozi.

Basri, demikian Fauzi, dinilai tidak memiliki pemahaman agama yang baik dan karisma untuk menjadi seorang pemimpin kelompok teroris. "Saya akrab dengan Basri, saya lama bergaul dengannya dulu di penjara. Basri yang saya kenal bukan sosok leader yang baik, kalau untuk jadi eksekutor tepat," ujarnya.
Di sisi lain, kedua pengamat terorisme itu kemudian menengarai bahwa MIT kemungkinan akan berkolaborasi dengan kelompok terorisme pimpinan Abu Ropan, Mujahidin Indonesia Barat.

Al Chaidar menyatakan kolaborasi MIB akan menjadi solusi bagi MIT untuk kembali menghimpun kekuatannya yang lumpuh setelah ditinggalkan oleh Santoso.

Sementara, Ali Fauzi menyampaikan kolaborasi antara MIT dan MIB merupakan pilihan terakhir yang akan ditempuh untuk menemukan sosok pemimpin pengganti Santoso.

"Kalau dari 19 anggota MIT yang tersisa sekarang tidak ada yang bisa, mungkin (bergabung MIB) akan menjadi pilihan," tutur Ali Fauzi. (asa)

Penangkapan Terduga Teroris, Keluarga Ali Zaenal Tertutup

Bramantyo - Okezone
Senin, 17 Desember 2012 13:35 wib wib
SOLO- Pasca-penangkapan terduga teroris, Ali Zaenal Abidin, oleh Tim Detasemen Antiteror (Densus) 88 Mabes Polri di Purbalingga, keluarga terduga teroris di Rt. 05/ 17n Ngruki, Cemani, Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah, menutup diri.

Meskipun tidak mengusir setiap wartawan yang datang, namun baik ayah kandung Ali Zaenal, Nur Adib, dan Ibunya, Wartiyem, menolak memberikan keterangan apapun menyangkut penangkapan anaknya.

Ketua Rt 05, Edi Sutopo, mengatakan, bila keluarga Ali Zaenal bukan warga asli Ngruki. Meskipun sudah tinggal di Ngruki hingga 15 tahun lamannya, namun Kartu Keluarga yang disetorkan keluarga tersebut masih tercatat sebagai RT 1/2 Gambuan, Baluarti, Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah.

"Keluarga sampai sekarang belum menyerahkan Kartu Keluarga atau keterangan pindah ke rukun ini, jadi mereka masih tercatat sebagai warga Baluarti," kata Edi Sutopo kepada Okezone di Sukoharjo, Jawa Tengah, Senin (17/12/2012).

Edi mengaku bila dirinya tidak mengenal begitu dekat dengan sosok Ali Zaenal Abidin. Dirinya dihubungi pihak Polsek Baki,Sukoharjo, saat Densus menangkap Ali Zaenal.

Hingga saat ini, pasca-penangkapan tersebut belum ada perwakilan dari Kepolisian datang ke rumah Ali. Padahal, Keluarga Ali sudah mendengar bila anak kedua dari tiga bersaudara tersebut telah ditangkap polisi.

"Yang saya tahu, sampai saat ini dari Kepolisian belum ada yang datang menemui keluarga Ali. Idealnya, penangkapan tersebut diberitahukan kepada pihak keluarga, karena mereka sudah tahu kalau anaknya ditangkap," paparnya.
(kem)

Rabu, 12/12/2012 18:46 WIB

Pria yang Disergap di Madiun, Dipastikan Teroris Buronan Polda Metro Jaya

Andri Haryanto - detikSurabaya


Surabaya - Pria yang ditangkap di Madiun, dipastikan Atok alias Roki alias Atok Prabowo alias Roki Aprisdianto, buronan terpidana teroris yang kabur dari Rutan Polda Metro Jaya.

Pada saat ditangkap, Roki baru saja mengunjungi istri mudanya di Surabaya. Saat Saat itu dia bersama tiga orang temannya

"Di Surabaya itu istri mudanya. Jadi perjalanannya dari Surabaya dalam rangka mengunjungi istri muda," kata Karopenmas Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar, di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta, Rabu (12/12/2012).

Penyidik masih mendalami apakah Roki melakukan aktivitas teror di luar jadwal dia yang mengunjungi istri mudanya itu. "Kita belum tahu ada aktivitas lain di luar mengunjungi istrinya, sampai saat ini masih dalam tahap pemeriksaan," ungkap Boy.

Dari pemeriksaan sementara, diketahui Roki berhasil meloloskan diri dari jeruji besi Polda Metro Jaya saat 30an wanita bercadar berkunjung ke salah seorang tahanan yang berada di tempat yang sama pada 6 November 2012.

"Apakah yang memberikan kepada Roki atau disiapkan sebelumnya, nanti akan terungkap di pemeriksaan," paparnya.

Roki adalah otak kelompok bom Klaten. Roki juga tercatat memiliki keahlian dalam merakit bom. Penangkapan Roki tersebut menjelang kedatangan Presiden SBY yang kunjungan kerja di Madiun dan Magetan 11-12 Desember 2012.

Seperti diberitakan, sejumlah saksi mata menyaksikan seorang pria yang diborgol turun dari Bus Mira jurusan Surabaya-Yogyakarta di Terminal Purboyo, Madiun, pada Pukul 19.00 Wib, Senin (10/12/2012).

Pria yang saat itu sudah diduga sebagai Roki itu dimasukan ke mobil Avanza bernopol L. Selain Avanza, anggota Densus 88 Antiteror lain juga mengendarai mobil bernopol AG.


(ahy/gik)

Dua warga Amerika jadi teroris setelah masuk Islam

Reporter : Pandasurya Wijaya
Jumat, 23 November 2012 07:12:00



Dua dari empat orang warga Amerika Serikat tersangka teroris ternyata baru menjadi mualaf dua tahun lalu. Termasuk salah satunya warga muslim Vietnam kelahiran Amerika. Dia juga pengangguran dan baru menjadi ayah.

Stasiun televisi Al Arabiya, melaporkan, Kamis (22/11), Miguel Alejandro Santana Vidriales, 21 tahun, dan Ralph Deleon, 23 tahun, menyatakan masuk Islam setelah mereka bertemu Umar Kabir, 34 tahun, seorang warga Amerika asal Afganistan, di Ontario, Negara Bagian California.

Kabir mendoktrin kedua remaja itu dengan ajaran radikal dari Anwar al-Awlaki, pentolan Al-Qaidah yang terbunuh dalam penyerbuan di Yaman tahun lalu.

Kabir kemudian kembali ke Afganistan namun tetap menjalin komunikasi dengan kedua remaja itu. Polisi menangkap Kabir pekan lalu sebelum dia mencoba pergi ke Ibu Kota Istanbul dan Afganistan. Kabir berencana mengadakan pertemuan dengan kelompoknya.

Keempat lelaki itu kemudian didakwa menyediakan perlengkapan pendukung bagi teroris dan terancam hukuman penjara maksimal 15 tahun.

Para ahli mengungkapkan remaja-remaja di wilayah pinggiran kota belakangan ini banyak yang terpengaruh ajaran radikal. "Untuk masuk Islam hanya perlu mengucapkan dua kalimat syahadat. "Mereka boleh jadi menjalankan salat lima waktu, berpuasa, tapi mereka tidak memahami Islam secara keseluruhan," kata Muhamad Ali, pakar studi Islam sekaligus asisten profesor di Universitas California, Riverside.

Pendidikan dan pemahaman terhadap suatu ajaran agama atau keyakinan tertentu menjadi isu penting di Amerika saat ini.
[fas]

Penanganan Teroris
Bom di Polsek Pasar Kliwon Diduga dari Kelompok Farhan
ISTIMEWA koran jakarta
JAKARTA - Kepolisian Republik Indonesia (Polri) membenarkan terdapat dugaan pelaku peletakan bom rakitan di halaman Markas Polsek Pasar Kliwon, Surakarta, Jawa Tengah, adalah kelompok terduga teroris Farhan yang tewas saat penyergapan pada 31 Agustus lalu.

"Ya, karena masih ada yang belum tertangkap," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigjen Boy Rafli Amar, di Jakarta, Selasa (20/11).

Boy juga menduga kelompok jaringan Farhan kini melanjutkan aksi teror dan menyasar petugas-petugas kepolisian yang berada di satuan kecil seperti Pos Polisi atau Kepolisian Sektor (Polsek).

Oleh karena itu, Polri mengimbau anggotanya terus meningkatkan kesiagaan dan koor dinasi sesama anggota dan ma syarakat untuk melakukan upaya-upaya preventif ancaman teror.

"Polisi di satuan kecil diduga kini menjadi sasaran karena tingkatan pengamanan yang le bih rendah dibanding satuan polisi lain," ujar Boy.

Farhan merupakan salah satu dari dua terduga teroris yang tewas saat penyergapan di Jalan Veteran, Solo, Jawa Tengah, Jumat (31/8).

Farhan diduga kuat terkait dengan aksi teror yang terjadi di Solo sebelumnya, seperti insiden penembakan di Pos Polisi Singosaren, Solo, Jawa Tengah, (30/8) malam yang mengakibatkan seorang polisi tewas dan pelemparan granat ke pos polisi.

Selasa (20/11) pagi, sekitar pukul 03.40 WIB, bom rakitan yang dihubungkan dengan tabung gas tiga kilogram ditemukan. Diduga bom itu ditujukan untuk mencederai personel Polri yang mengamankan bom rakitan tersebut.

Bom rakitan tersebut pertama kali ditemukan oleh Tarno, pedagang Pasar Kliwon, yang sering keluar-masuk polsek. Tim yang telah menjinakkan bom tersebut menemukan rangkaian kabel, black powder, dan batu baterai dalam bungkusan yang telah diurai tersebut.

Saat ini, Polri masih memburu pelaku peletakan bom itu, dan menyelidiki perihal keterkaitan dengan pelaku ancaman terhadap polisi yang juga kerap terjadi di Poso, Sulawesi Tengah.

Ancaman terhadap polisi sebelumnya juga terjadi di Poso saat Kapolsek Poso Pesisir Utara, Iptu Bastian Tarulakbi, diserang empat tembakan pada Kamis, 15 November lalu. Untungnya, Tarulakbi luput dari berondongan tembakan tersebut. eko/N-1
Ini Kronologi Percobaan Pembunuhan Syahrul YL
Tribun Timur - Minggu, 11 November 2012 15:46 WITA
MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM -- Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo (SYL) lolos dari bahaya maut yang mengancam dirinya saat dirinya bersama ribuan warga Makassar usai mengikuti jalan santai yang diselenggarakan DPD II Partai Golkar Makassar, Minggu (11/11) di Makassar.

Berawal saat Syahrul di atas panggung menyanyi bersama warga yang juga peserta jalan santai with komandan, di depan Monumen Mandala. Tiba-tiba, ada seorang pemuda melemparkan benda padat dan berasap ke arah panggung dimana Syahrul bersama elite parpol Golkar.

Belum sempat benda yang diduga bom tersebut meledak, massa yang ada di depan panggung sudah melompati lelaki berusia sekitar 24 tahun ini dan memassanya. Tak ayal pemuda tersebut harus menerima kondisi babakl belur di sekujur wajahnya.

Setelah digeledah dompet dan tasnya, lelaki tersebut bernama Lukman Rahim, kelahiran tahun 1989. Informasi yang diperoleh, di dalam tas Lukman tersebut ditemukan juga bom rakitan dengan daya ledak tinggi. "Bukan hanya itu, di tangan pelaku juga ditemuka senjata api yang nomor serinya dikaburkan," ujar Tim Hukum pasangan Syahrul Yasin Limpo - Agus Arifin Nu'mang (Sayang), Amirullah Tahir saat menggelar keterangan pers di SYL Media Center, Minggu (11/11).

Menurut Amirullah yang didampingi Juru Bicara Sayang Maqbul Halim dan Koordinator Keamanan Jalan Santai With Komandan Juniar Arge, upaya tersebut sudah dipastikan adalah sebuah upaya pembunuhan yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

"Karena sudah jelas membawa pistol atau senjata api, kemudian sempat melemparkan ke arah pak gub," jelas Amirullah.

Baik Amirullah maupun Maqbul Halim sama-sama meminta pihak kepolisian untuk segera mengusut tuntas siapa pelaku dan dalang dari aksi terorisme tersebut. "Kami mohon kepada pihak kepolisian supaya bisa melakuan pengusutan secara cepat. Dan ini juga memberikan bukti bahwa sudah saatnya para kandidat mawasdiri beserta tim-timnya," kata Amirullah

Penulis : Syaekhuddin
Editor : Muh. Irham
Rabu, 07/11/2012 16:10 WIB

2 Hektare Lahan Lokasi Pelatihan Teroris Ditemukan di Poso

Rina Atriana - detikNews
 
Jakarta - Aparat gabungan TNI/Polri menemukan lahan seluas 2 hektare di wilayah Tamanjeka, Desa Masani, Poso, Sulteng, yang diduga dijadikan tempat pelatihan kelompok teroris. Namun petugas tidak menemukan seorang pun pelaku teror yang berlatih di kawasan tersebut dan hanya menemukan peralatan yang diduga sebagai alat pelatihan.

"Kemungkinan mereka sengaja meninggalkan barang-barang tersebut agar saat razia dari petugas mereka tidak kena," kata Karopenmas Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta, Rabu (7/11/2012).

Di lokasi tersebut, petugas menemukan pondokan dengan beberapa lubang di tanah yang diduga dijadikan sebagai tempat persembunyian. Selain itu ditemukan juga senjata api rakitan, 5 butir amunisi, 4 kampak, 5 pisau, kabel, baterai, adaptor dan papan tulis. Barang bukti itu kini diamankan di posko yang dibangun Satgas di Tamanjeka.

"Di lokasi juga ada pohon yang bertuliskan Al Jihad," kata Boy.

Barang tersebut, imbuh Boy, diduga kuat dimiliki mereka yang akan melakukan kegiatan teroris. "Patut diduga juga mereka berpindah tempat karena mereka sudah tidak nyaman lagi di sana. Apalagi di antaranya sudah dilakukan penangkapan oleh petugas," ungkap Boy.

Tanah yang diduga menjadi kawasan pelatihan teror itu diketahui milik seorang warga yang biasa disapa Haji Sabir. Polisi masih melakukan pendalaman terkait kesaksian dari pemilik lahan. Polisi tidak menahan Sabir.

"Tapi apabila terbukti memfasilitasi tentu sanksinya cukup berat. Karena dituduh membantu kegiatan teror," tegas Boy.

Mengenai temuan dua bom berdaya ledak tinggi yang dipasang di kawasan Gunung Biru, polisi masih terus menelusiri hingga saat ini dan belum mendapatkan lahan pelatihan teroris seperti yang ada di Tamanjeka.

"Sementara kita menduga ada upaya cooling down dari mereka. Namun begitu, diharapkan masyarakat agar tetap wasapada," imbau Boy.

(ahy/nrl)



Minggu, 11/11/2012 14:14 WIB

Bahaya! Gubernur Sulsel Dilempari Bom Pipa Saat Acara Jalan Santai

Muhammad Nur Abdurrahman - detikNews
 
Makassar - Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo menjadi sasaran pelemparan bom, dalam acara Jalan Santai Komandan, di depan Monumen Mandala, Makassar, Minggu (11/11/2012). Untungnya, bom itu tak meledak.

Saat itu Syahrul yang juga merupakan Ketua DPD I Golkar Sulsel, sedang bernyanyi di depan ribuan warga peserta jalan santai yang diselenggarakan DPD Golkar Sulsel. Tiba-tiba muncul lemparan dari arah penonton. Lemparan tersebut tidak mengenai Syahrul, namun membuat panik seluruh panitia yang ada di sekitar panggung.

Setelah melakukan aksinya, pelaku yang dikenali bernama Awaluddin, warga jalan Sultan Alauddin II No 29, Makassar ini langsung dipukuli massa, tapi untungnya ia langsung diamankan oleh anggota polisi yang sudah berjaga-jaga sebelumnya.

"Untungnya benda tersebut tidak meledak dan menimbulkan korban jiwa. Isi benda yang terbuat pipa berukuran 20 centimeter itu berisi TNT, paku dan detonator, pelakunya sudah diamankan di Mapolrestabes Makassar," ujar Kapolrestabes Makassar, Kombes Wisnu Sanjaya saat dihubungi detikcom.

Wisnu menambahkan, saat ini anggotanya masih memburu dua pelaku lainnya yang diduga satu jaringan dengan Awaluddin. Hingga saat pihak kepolisian belum menyimpulkan apakah peristiwa pelemparan ini terkait dengan proses Pilkada Gubernur Sulsel yang akan digelar pada 22 Januari 2013 mendatang.

"Kami mengimbau warga Makassar tidak terpancing dengan peristiwa ini, warga harus tetap tenang dan waspada mengantisipasi aksi-aksi teror yang bisa saja terjadi setiap saat," pungkas Wisnu.


(mna/mad)

DPO teroris Santoso ajak pengikutnya kembali ke Poso

Reporter : Mustiana Lestari
Selasa, 6 November 2012 22:19:00
DPO teroris nomor satu, Santoso diduga menjadi orang yang berperan memanggil para pengikutnya untuk kembali ke Poso. Contohnya, terduga teroris Jipo, orang Bima yang datang ke Poso untuk melakukan pelatihan teror.

"Peran Santoso untuk merekrut kembali, keterlibatannya sangat besar mendatangkan kembali (pengikut) yang di Jawa dan seperti yang NTB ini. Mereka selama ini terkait diajak untuk pelatihan ini," terang Karo Penmas Polri Mabes Polri Brigjen Pol Boy Rafli di kantornya, Jakarta, Selasa (6/11).

Meski sebelumnya beberapa teroris sudah turun gunung dan pergi dari Poso, tidak demikian dengan Santoso. Polri masih terus mendeteksi keberadaanya di gunung Biru.

"Kita belum tahu. Mana tahu dia masih bersembunyi di sana belum ketemu saja," kata Boy lagi.

Terakhir densus meminta keterangan seorang lagi saksi terkait bom ranjau. Pelaku berinisial A yang diketahui sebagai pemilik kebun tempat dua bom ditanam.

"Baru informasi masih saksi saja, karena bisa saja tempatnya tanpa diketahui oleh dia karena itu bisa saja untuk mencelakakan orang yang di sana dugaan seperti itu," tutup Boy.
[hhw]
Satu Tewas di Poso, DPO Bima
Penulis : Ferry Santoso | Rabu, 31 Oktober 2012 | 11:26 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com -  Polisi antiteror dan satuan tugas Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), menembak mati satu orang yang diduga terkait aksi terorisme di Poso yaitu Jipo alias Ibeng. Jipo alias Ibeng diduga juga merupakan buronan dalam kasus aksi terorisme di Bima.
Hal itu disampaikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Ansyaad Mbai, di Jakarta, Rabu (31/10/2012). "Satu orang tewas tertembak yaitu Jipo alias Ibeng," kata Ansyaad.
Jipo merupakan DPO dalam kasus dugaan aksi terorisme di Bima. "Dia juga pemain di Poso," kata Ansyaad.
Selain itu, polisi antiteror juga menangkap dua anak buahnya yaitu Rahmad dan Nasir.
Dalam penangkapan itu, lanjut Ansyaad, polisi antiteror juga menyita sejumlah barang bukti, yaitu senjata api dan bom yang siap diledakkan.
Editor :
Agus Mulyadi

Misteri Wanita Bercadar yang Ditangkap Densus 88


TEMPO.CO , Jakarta:Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Markas Besar Polri mengamankan sepasang suami istri terduga jaringan Teroris Solo, Mikoyo Suka dan Haerunnisa. Keduanya ditangkap di rumah kos mereka di Kampung Nurul Hadist, RT 1/RW 2, Kelurahan Cikaret, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu, 27 Oktober 2012, sekitar pukul 14.00.

Salah seorang terduga teroris yang diamankan Densus 88 adalah perempuan bercadar. Seorang pria yang usianya lebih tua dari wanita berpenampilan biasa. Dalam penggerebekan ini, petugas mengamankan sejumlah barang bukti dalam kardus. Belum diketahui isi kardus tersebut.

Pasangan suami-isteri itu baru sepekan menghuni rumah kos milik Serly, 53 tahun. Rumah Serly berbentuk L disewakan kepada dua orang, yakni kepada terduga teroris dan Diky, pemilik usaha Diky Hair Salon dan Tata Rias wajah.

Diky yang bertetangga dengan pasutri teroris itu mengaku tidak mengetahui persis aktifitas sehari-hati tetangga barunya itu. Dia hanya sering melihat wanita terduga teroris yang menjadi tetangganya itu memakai jilbab dan cadar. "Saya enggak tahu apa kegiatannya,"ujarnya.

Pengurus RT 01 Ujang mengatakan, dua penghuni baru ini belum melaporkan diri. Pasangan tadi dinilai tertutup. "Yang saya tahu dua orang yang dibawa itu berasal dari Ambon," katanya.



ARIHTA U SURBAKTI

Terduga Teroris Hasmi Pernah Aktif di HMI  


TEMPO.CO, Jember - Agus Anton Fiqian, sarjana lulusan Universitas Jember yang ditangkap terkait kelompok Harakah Sunni untuk Masyarakat Indonesia (Hasmi) pada akhir pekan lalu, ternyata pernah aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Ketua HMI Jember Jamal Bakhtier mengungkap hal itu, Ahad, 28 Oktober 2012. Menurut Jamal, Agus terlibat di HMI Komisariat Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Jember.

"Tapi dia kemudian tidak aktif lagi di HMI karena ikut komunitas radikal bernama Negara Karunia Allah alias NKA," kata Jamal.

Dihubungi terpisah, Rektor Universitas Jember Mohammad Hassan mengatakan sudah meminta jajarannya memeriksa latar belakang Agus semasa berkuliah di Jember. Hassan menilai penting untuk tahu apakah Agus terpengaruh ideologi radikal semasa berkuliah atau setelahnya.

Selain itu, kata Hassan, dia juga ingin mengetahui apakah Agus punya jejaring mahasiswa lain yang terpengaruh oleh ideologinya. "Kami tak ingin mahasiswa kami ikut kelompok radikal," kata Hassan.

Dosen Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Jember, Andang Subahariyanto, menilai semua kampus di Indonesia sulit untuk benar-benar steril dari gerakan dan ideologi radikal.

"Pada 1970-an, ada mahasiswa Universitas Jember yang ikut "komando jihad" dan melakukan peledakan Candi Borobudur," kata dia.



MAHBUB DJUNAIDY

Mustofa Dikenal Orangnya Tertutup
Sabtu, 27 Oktober 2012 | 22:18 WIB

SOLO, KOMPAS.com - Terduga teroris Mustofa Bilal alias Abu Hanifah (27) yang ditangkap oleh Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri di kawasan Semanggi, Pasar Kliwon Solo, Sabtu (27/10/2012), dikenal orangnya tertutup.

Mustofa Bilal alias Abu Hanifah warga RT 05 RW 09 Jalan Lawu Timur IV Marengan Mojosongo Solo itu dikenal oleh masyarakat sekitar dengan panggilan Mus.

Menurut masyarakat setempat, Mus orangnya tertutup dan tidak pernah mendatangi pertemuan warga atau RT. Mus juga dikenal sering memberikan pengajian kepada bapak-bapak di kampung setempat.

"Saya sering melihat Mus memberikan pengajian ke warga setempat, terutama bapak-bapak di sekitar kampung ini," kata seorang warga setempat yang tidak mau disebut namannya.

Menurut seorang warga itu, dia tidak suka orang-orang yang sering minum minuman keras atau mabuk-mabukan. Mereka yang ketahuan mabuk-mabukan, sering dia bubarkan.

"Dia pernah membubarkan orang yang sedang mabuk di tempat hajatan di kampung ini," kata orang itu yang memiliki usia sekitar 50 tahun.

Menurut Supriyadi warga lainnya, rumah yang digeledah oleh polisi di Jalan Lawu Timur IV Marengan, Mojosongo itu, milik Bahron (70) atau orang tuanya Mus.

Namun, warga sekitar tidak mengetahui apa kegiatan di rumah Mus tersebut karena orang-orang yang datang di rumah itu semuanya orang luar kampung.

"Mus itu di rumahnya terdapat ’Musala Taqwa’ milik keluarga. Namun, warga tidak mengetahui apa yang dilakukan di rumah itu," katanya.

Menurut dia, orang-orang yang datang di rumah Mus kebanyakan warga dari luar kampung dengan ciri khas celananya "cengkrang".

Wiwit (40), salah satu tetangga dekat, mengatakan bahwa Mus tersebut seorang lulusan sarjana di sebuah perguruan tinggi negeri di Solo, dan dia juga usianya relatif masih muda.

"Mus ini, nama orang tuanya, Bahron seorang pensiunan Kantor Kementerian Agama. Namun, Bahron saat ini sedang menderita sakit stroke," katanya.

Menurut dia, Mus hampir tidak pernah bergaul dengan warga sekitar karena orangnya tertutup. Dia kalau bergaul dengan orang-orang warga di luar kampungnya.

Sementara itu, Densus 88 melakukan penggeledahan di rumah Mus tersebut setelah menangkap terduga teroris Mus dan Pujianto alias Ahmadun di kawasan Sampangan, Semanggi, Kecamatan Pasarkliwon Solo, Sabtu siang.

Tim Densus dalam penggeledahan di rumah Mus, berhasil menemukan sejumlah barang bukti, di antaranya bom rakitan yang siap ledak, sejumlah bahan-bahan bom, dan sepucuk senjata api.

Menurut Kepala Polresta Surakarta Kombes Asjima’in, Densus melakukan penggeledahan di rumah Mustofa alias Abu Hanifah di Marengan Jalan lawu Timur IV Mojosongo untuk pengembangan.

Pada penggeledahan tersebut, kata Kapolresta, polisi berhasil menemukan beberapa barang bukti, antara lain, satu dari dua bom rakitan siap ledak, 10 botol cairan bahan peledak, dan sebuah senjata api baretta.

Selain itu, kata Kapolresta, di belakang rumah Mustofa ada sebuah lapangan kecil yang diduga untuk latihan perang kelompoknya.

Densus 88 juga berhasil meledakkan bom yang disimpan di rumah Mus. Salah satu bom yang siap ledak akhirnya diledakan oleh tim penjinak bom di lokasi sekitar pukul 14.00 WIB.

Namun, bom kedua yang diledakan oleh polisi tidak terdengar keras dibanding yang sebelumnya.

Densus 88 setelah melakukan penggeledahan di rumah Mus, dilanjutkan di sebuah kios atau bengkel servis kompor gas milik Harun (27) di Jalan Sumpah Pemuda Tegal Arum RT 02 RW 31 Mojosongo, Jebres, Solo.

Kapolresta mengatakan bahwa hasil dari penggeledahan di kios milik Harun tersebut ditemukan sejumlah barang bukti, antara lain, bubuk urea sebanyak 10 kg, lima pipa pralon, belerang 5 kg, dan bubuk hitam yang diduga sebagai bahan peledak.

Polisi juga mengamankan barang lainnya, yakni sebuah sepeda motor Suzuki Tander Nopol BH 5872 KT di kios. Nomor polisi sepeda motor ini dari Sumatera Utara diduga milik Harun.

Menyinggung soal jumlah terduga teroris yang berhasil ditangkap, Kapolresta mengatakan bahwa pihaknya hanya sekadar mendukung dan mengamankan lokasi penggeledahan kerja Densus di Solo.

"Saya tidak tahu berapa yang ditangkap. Hal itu kewenangan Densus 88. Mereka termasuk masuk jaringan apa juga Densus yang tahu," kata Kapolresta menegaskan.


Jumlah Terduga Teroris Masih Mungkin Bertambah
Penulis : Icha Rastika | Sabtu, 27 Oktober 2012 | 19:28 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Divisi Humas Markas Besar Polri Inspektur Jenderal Polisi Suhardi Alius mengatakan pihaknya masih melakukan pengembangan dari penangkapan 11 terduga teroris kelompok Haraqah Sunny untuk Masyarakat Indonesia (HASMI) di empat kota. Terbuka kemungkinan bertambahnya anggota kelompok HASMI lain yang akan tertangkap.

"Bisa jadi. Ini masih ada pengembangan lagi. Tidak berhenti dengan yang di sini, ini kan terus berkembang," kata Suhardi di Mabes Polri, Jakarta, Sabtu (27/10/2012) saat ditanya apakah masih ada anggota kelompok itu yang belum tertangkap.

Menurutnya, Densus Antiteror masih mengembangkan informasi terkait 11 terduga teroris itu. Belum diketahui apakah kelompok HASMI ini memiliki kaitan dengan jaringan sebelumnya atau tidak. Meski demikian, Suhardi memastikan, kelompok ini merupakan jaringan baru.

"Kelompok HASMI ini, mereka punya kemampuan yang sama," ucapnya.

Kelompok ini menyasar sejumlah tempat yang dijadikan target teror yakni Konsulat Jendral Amerika di Surabaya, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, Plaza 89 di depan Kedutaan Besar Australia di mana ada Kantor Freeport di sana, dan Mako Brimob di Jalan Srondol, Jawa Tengah. Belum diketahui kapan bom yang mereka rencanakan itu akan diledakkan.

Kronologi penangkapan
Sebelumnya, Suhardi memapatkan kronologi penangkapan 11 terduga teroris ini. Tim Densus 88 pertama kali menangkap dua terduga teroris di Perumahan Puri Amarta Residence, Taman Kodya Madiun, Jawa Timur, Jumat (26/10/2012) malam.

"Pada 26 Oktober sekitar pukul 20.00 WIB, diPperumahan Puri Amarta Residence Nomor B 3, Desa Josena, Kecamatan Taman Kodya Madiun," kata Suhardi, dalam jumpa pers di Mabes Polri Jakarta, Sabtu (27/10/2012).

Ia mengungkapkan, dari penggerebekan di Madiun itu, Densus mengamankan dua terduga teroris yakni, Agus Anton alias Thoriq dan Warso alias Kurniawan. Kemudian, pada hari yang sama, sekitar pukul 23.00 WIB, Densus 88 kembali menangkap terduga teroris di Solo, Jawa Tengah. Dari penggerebekan itu berhasil diamankan tiga orang, yakni Abu Hanifah, Harun, dan Pujianto alias Ari alias Ahmadun. Adapun, Abu Hanifah diduga sebagai pimpinan kelompok HASMI ini.

Suhardi menguraikan, Abu Hanifah ditangkap di Jalan Lawu Timur, Mojosongo, Jebres, Solo. Bersamaan dengan Abu Hanifah, tim Densus juga mengamankan Pujianto yang membonceng Hafinah. Sementara, Harun ditangkap di Jalan Sumpah Pemuda, Dukuh Bondowoso, Mojosongo, Solo.

"Barang bukti di perumahan Madiun yang diamankan adalah sejumlah bom siap ledak, bahan baku pembuatan bom yang masih dalam proses perakitan, serta buku panduan pembuatan bom," ujar Suhardi.

"Di Solo, barbuk (barang bukti) yang diamankan bahan peledak, baik yang sudah siap maupun dalam perakitan," tambahnya.

Suhardi melanjutkan, tim Densus 88 kembali melakukan penangkapan di Jalan Neglasari Kidul, Kelurahan Leuwimekar, Leuwiliang, Bogor. Awalnya, tim Densus menangkap dua orang di sana, yaitu Emir atau Emirat dan Zainuddin. Setelah itu, tim mengejar seorang lagi yang bernama Usman.

"Tersangka ketiga tertangkap di daerah Cikaret, sekitar setengah jam dari Leuwiliang, jadi ada tiga tersangka," jelas Suhardi.

Dari hasil penggerebekan di Bogor tersebut, menurut Suhardi, berhasil diamankan bahan-bahan pembuatan dan perakitan bom, sejumlah amunisi berbagai kaliber, serta detonator. Terakhir, pada jam yang sama, Densus 88 menangkap dua orang terduga teroris di Palmerah Barat, Jakarta.

"Mereka adalah Azhar dan Herman," katanya.

Kemudian dikembangkan lagi ke arah Kebon Kacang, Jakarta Pusat, sehingga berhasil meringkus seorang lagi yang bernama Anto.

"Barang buktinya bahan-bahan pembuatan dan perakitan bom," ujar Suhardi.

Dia juga menjelaskan, penangkapan terduga teroris ini sengaja dilakukan serempak untuk menghindari hal-hal yang tidak dinginkan karena masih dilakukan pengembangan.

Berdasarkan informasi yand didapatkan pihak kepolisian, ada empat lokasi yang dijadikan target aksi teror yaitu Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Surabaya, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, Plaza 89 di depan Kedutaan Besar Australia di mana ada Kantor Freeport di sana, dan Mako Brimob di Jalan Srondol, Jawa Tengah.

Berita terkait penangkapan terduga teroris di sejumlah lokasi dapat diikuti dalam topik:
Penangkapan Teroris di Empat Provinsi

Editor :
Inggried Dwi Wedhaswary


Satu Terduga Teroris di Solo Sempat Melarikan Diri
Minggu, 28 Oktober 2012 | 02:52 WIB
SOLO, Kompas.com - Usai penggerebekan di Jalan Lawu Timur IV, Marengan RT 5 RW 9, Mojosongo, Jebres, Solo, Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror kembali melakukan penggeledahan di Jalan Sumpah Pemuda, Mojosongo, Sabtu (27/10/2012). Petugas kali ini menggeledah sebuah bengkel servis kompor gas regulator di jalan antar kota tersebut.

Ketua RT 02 RW 31, Tegalarum, Mojosongo, Jebres Solo, Sarmidi mengaku pemilik bengkel tersebut merupakan warga pendatang yang datang tiga bulan yang lalu. Kepada dirinya, pemilik bengkel yang beralamat di Tegalarum RT 02 RW 31, Mojosongo Solo itu mengaku bernama Harun Nur Rasyid. Penyewa bengkel tersebut datang bersama seorang istri dan anaknya.

Menurut Sarmidi, bengkel tersebut sebelumnya merupakan bengkel yang mangkrak. Si penyewa, lanjut dia, sudah mengajukan izin ke pihak RT. Berdasarkan keterangan si penyewa, sebelumnya Harun Nur Rasyid tinggal di Krajan Mojosongo. Saat melapor, Harun tidak meninggalkan tanda pengenal apapun kepada pengurus RT.

Sebelum penggeledahan yang dilakukan pada sekitar pukul 15.30 WIB, pihak Kepolisian terlebih dahulu melakukan penangkapan pemilik bengkel pada pukul 10.00 WIB. Seorang saksi mata, Heri W (31) mengaku melihat sejumlah petugas kepolisian berpakaian preman mendatangi bengkel milik Harus Nur Rasyid tersebut. Beberapa saat kemudian, petugas langsung membekuk tiga dari empat orang yang ada di bedeng yang terbuat dari seng itu.

"Satu orang berhasil lari, tapi tak lama dikejar polisi dan berhasil ditangkap. Kejadiannya sekitar jam sepuluh pagi (pukul 10.00 WIB)," kisahnya.

Warga RT 01 RW 31 Tegalarum Mojosongo Jebres Solo itu, mengaku tidak menaruh curiga dengan aktivitas Harun di bengkelnya. Namun, dirinya sering melihat ada pertemuan kecil di bengkel tersebut.

"Bengkelnya nggak selalu buka. Kadang buka, kadang tutup, nggak mesti. Saya juga sering lihat ada pertemuan di sana, yang saya titeni selalu ada motor Thunder warna biru," katanya.

Lurah Mojosongo, Agus Triyono selaku saksi dalam penggeledahan tersebut mengaku melihat petugas menyita sebanyak 14 item barang bukti dari bengkel tersebut. Beberapa di antaranya yakni lima tabung kecil dari besi, bubuk belerang, pupuk urea, rangkaian kabel elektronik, senapan angin, arang dan korek api. Selain itu petugas juga mengamankan sebuah kendaraan bermotor merek Suzuki Thunder bernomor polisi BH 5872 KT.

Sebelum Bom Meledak, Gereja di Poso Diduga Dibakar

Tak lama setelah pengendara motor melintas, gereja itu terbakar.

Senin, 22 Oktober 2012, 10:20 Anggi Kusumadewi

BERITA TERKAIT
VIVAnews – Bom meledak di sebuah pos polisi lalu lintas di Poso, Sulawesi Tengah, pukul 06.15 WITA, Senin 22 Oktober 2012. Namun kejadian itu ternyata bukan yang satu-satunya terjadi di Poso hari ini.

Dini hari tadi sekitar pukul 01.30 WTA, sebuah gereja di Poso juga diduga dibakar. Tak lama sebelum gereja terbakar, seorang pengendara melintas di gereja tersebut.
Beberapa saat setelah ia melintas, bagian belakang gereja itu terbakar. Plafon gereja dan tempat tinggal pastor berada di dalam gereja itu juga terbakar. Syukurlah api tak sampai melalap habis bangunan gereja itu.
Sementara ledakan bom di Pos Lantas bundara Smaker, Poso, pagi ini cukup menarik perhatian masyarakat. Kepolisian, Gegana, dan aparat TNI pun terlihat di sekitar lokasi kejadian. Meski demikian, hal ini tidak sampai menghambat aktivitas masyarakat yang tetap melanjutkan perjalanan mereka ke kantor atau sekolah.

Polres Poso dan tim Inafis (Indonesia Automatic Fingerprint and Identification System) saat ini masih mencari serpihan bom dan barang bukti apapun terkait ledakan bom itu di tempat kejadian perkara. Sementara beberapa korban luka telah memperoleh perawatan di rumah sakit setempat.
Presiden Sudah Terima Laporan Bom Poso
Penulis : Christoporus Wahyu Haryo P | Senin, 22 Oktober 2012 | 08:59 WIB
\
|
JAKARTA, KOMPAS.com- Menjelang berangkat untuk kunjungan kerja ke Yogyakarta, Senin pagi (22/10/2012), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima laporan tentang insiden peledakan bom di dekat pos polisi lalu lintas di Poso, Sulteng. Presiden memerintahkan agar insiden ini diusut.
"Bapak Presiden telah dilaporkan tentang bom yang diletakkan di samping pos polantas di Poso yang meledak pukul 6.15 waktu setempat. Korban sementara tiga orang. Jajaran Polri telah menindaklanjuti dengan mengirim tim dari Jakarta dan telah diberangkatkan pagi ini," kata Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha, sesaat sebelum mendampingi Presiden bertolak ke Yogyakarta.
Kunjungan Kerja Presiden SBY hari ini dijadwalkan membuka Internasional Microfinance Conference 2012 yang diselenggarakan Kementerian Koperasi dan Usaaha Kecil Menengah di Yogyakarta. Pesawat kepresidenan yang membawa rombongan Presiden lepas landas dari Bandara Halim Perdana Kusuma pukul 8.00.
Selain membuka IMC 2012, Presiden siang nanti akan bertemu Dewan Komisoner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Istana Kepresidenan Yogyakarta. Ikut mendampingi Presiden antara lain Sekretaris Kabinet Dipo Alam, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, Jubir Kepresidenan, dan Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan Firmanzah.
Editor :
Tjahja Gunawan Diredja
 Tiga Terduga Teroris Poso Ditangkap
Jum'at, 19 Oktober 2012 , 15:52:00 WIB

Laporan: Ade Mulyana

RMOL. Polisi diberitakan berhasil menangkap tiga orang terduga teroris Poso di Desa Watumaeta, Keacamatan Lore Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Terduga teroris yang ditangkap bernama NL (50), HL (47) dan MR (42). Ketiganya ditangkap pagi tadi (Jumat, 19/10).
Kantor berita Antara menginformasikan, bersama ketiga terduga teroris polisi menyita barang bukti berupa buku-buku jihad, kepingan VCD dan brosur atau selebaran ajakan berjihad.
Selain itu polisi juga menyita busur dan anak panah, parang dan keris. [dem]
Tiga Terduga Teroris Ditangkap di Napu
Penulis : Reny Sri Ayu | Jumat, 19 Oktober 2012 | 14:47 WIB
POSO, KOMPAS.com- Tiga orang yang diduga terkait jaringan teroris ditangkap aparat gabungan Polda sulawesi Tengah dan Polres Poso di Desa Watumaeta, Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso. Penangkapan dilakukan 19 aparat pada Kamis (19/10) sekitar pukul 05.30 wita.
Tiga tersangka yang ditangkap adalah HL (47) dan kakaknya NL (50) serta R (42). Ketiganya ditangkap di tiga rumah. Bersama ketiganya diamankan barang bukti berupa busur dan pedang yang ditemukan di rumah HL, serta dokumen dan buku-buku jihad yang diamankan dari rumah N.
Berdasarkan keterangan yang diperoleh di Polsek Lore Utara, penangkapan ini bermula dari informasi warga yang melihat orang baru di desa mereka. Dari informasi ini polisi akhirnya melakukan penggerebekan. Saat ini ketiganya masih diamankan di ruang tahanan Polsek Lore Utara sambil menunggu kedatangan tim Densus 88.
Editor :
Marcus Suprihadi

Para Eks Terpidana Teroris Nyatakan Stop Kekerasan


TEMPO.CO, Lamongan - Sejumlah mantan terpidana kasus kekerasan berbasis ideologi menyatakan tekad untuk menghentikan kasus-kasus kekerasan atas dasar agama. Karena kenyataannya, model gerakan jihad di Tanah Air lebih banyak menimbulkan korban.

“Saatnya mengubah model jihad dengan menghindari kekerasan,” ujar Ali Fauzi di acara Seminar sehari bertema, “Mencari Akar dan Solusi Fenomena Sosial Aksi Kekerasan Berbasis Ideologi di Jawa Timur” di Paciran Lamongan, Minggu, 30 September 2012.

Ali Fauzi, yang juga mantan instruktur militer di Afganistan, Poso, Moro dan Ambon ini, menyatakan itu dalam acara testimoni yang dilakukan tiga mantan terpidana teroris. Tiga orang tersebut yaitu Haris, 46 tahun; Yusuf, 35 tahun; dan Habib, 31 tahun.

Mereka menyampaikan pengalaman hidupnya dalam keadaan wajah tertutup. Dalam ceritanya, tiga orang ini tercatat pernah mengikuti latihan militer di Afghanistan, Moro di Filipina dan di Poso serta Ambon Maluku.

Tiga orang tersebut, yaitu Haris, 46 tahun, asal Lamongan, semasa mudanya kuliah di Universitas Brawijaya Malang, kemudian pernah ikut latihan militer di Afganistan pada 1998 hingga 2003. Ilmu yang didapat dari latihan militer itu, seperti belajar menembak, merakit bom hingga mengoperasikan senjata berat seperti tank.

Ada juga Yusuf, 35 tahun, kelahiran Jombang, tercatat pernah menjadi terpidana penyimpanan bahan peledak seberat 700 kilogram bersama Abu Thalut di Semarang. Semasa muda pernah ikut latihan militer di Moro Filipina berikut ikut menjadi pejuang di Ambon. Satu orang lagi atas nama Habib, 31 tahun, asal Lamongan ini tercatat pernah ikut latihan militer di Ambon pada tahun 2001. Kemudian, sempat pergi ke Poso yang kemudian ditangkap aparat karena ikut merencanakan aksi teror. Dalam aksi itu, dua temannya saat kontak senjata dengan aparat.

Menurut Haris, pelbagai pengalaman hidup kekerasan sudah dialaminya di Afganistan. Misalnya, dia bersama dengan sejumlah ikhwan (sebutan pejuang Muslim) dari pelbagai Negara, pernah ikut menghancurkan pos milik tentara Soviet pada 2002.

SUJATMIKO

Delapan Orang Resmi jadi Tersangka Teroris Poros Solo-Depok


Delapan orang itu adalah Badri Hartono yang ditangkap di Jalan Belimbing, Laweyan, Solo, serta Rudi Kurnia Putra

Detasemen Khusus (Densus) 88/Antiteror Mabes Polri akhirnya menetapkan 8 (delapan) orang terduga teroris yang ditangkap di sejumlah tempat terpisah di Jawa Tengah (Jateng) dan Kalimantan Barat (Kalbar) pada Sabtu (22/9) dan Minggu (23/9) lalu, sebagai tersangka. Nasib delapan orang itu menyusul nasib Fajar Noviyanto yang telah ditetapkan sebagai tersangka sejak Senin (24/9).

"Ada delapan yang sudah resmi tersangka. Para tersangka yang mengatasnamakan kelompok Al-Qaeda Indonesia itu sudah kami pindahkan dan tahan di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok," kata seorang penyidik Densus 88 yang meminta tak disebutkan namanya, saat dihubungi, hari ini.

Delapan orang itu adalah Badri Hartono yang ditangkap di Jalan Belimbing, Laweyan, Solo, serta Rudi Kurnia Putra yang ditangkap di depan Solo Square saat turun dari bis sehabis perjalanan dari Cilacap.

Berikutnya, ada Kamidi yang ditangkap di rumahnya Jalan Griyan RT 07 RW 10, Kelurahan Pajang, serta Barkah Nawa Saputra yang ditangkap di rumahnya di Jalan Kentingan RT 02 RW 11, Kecamatan Jebres.

Ada juga Triyatno yang ditangkap di Pasar Harjodaksino, Surakarta, lalu Anggri Pamungkas yang ditangkap di Kalbar, dan Joko Tri Priyanto alias Joko Jihad yang ditangkap di Solo.

Joko merupakan pelaku teror "wajah lama". Dia pernah divonis tiga tahun penjara oleh hakim PN Jakarta Selatan pada April 2006, karena melakukan tindak pidana terorisme dengan menyembunyikan Noordin M Top dan memberikan pinjaman motor dan laptop.

"Dengan demikian, tinggal satu orang saja yang masih kita periksa, yakni Wendi alias Hasan yang kita tangkap Kamis (27/9) kemarin di Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng)," tambah sumber tersebut.

Istri Barkah Dilepaskan
Sementara itu, sumber tersebut juga menjelaskan bahwa satu-satunya perempuan yang diamankan dalam jaringan ini, yakni SR yang merupakan istri Barkah, akhirnya dilepas karena kurang bukti dan saksi.

"SR kita lepaskan. Kita pulangkan pada keluarganya. Tak ada cukup bukti untuk mengaitkan dirinya dengan aktivitas penyimpanan bahan peledak yang dilakukan suaminya," beber penyidik tersebut.

Nasib SR sama dengan nasib Nopem Biarso dan Indra Fitrianto, yang sebelumnya ikut ditangkap namun  belakangan dikembalikan ke keluarga, karena tidak cukup bukti untuk dapat ditahan.

Nopem dan Indra dicokok saat polisi menangkap Kamidi. Mereka berdua, bersama Kamidi, tengah berada di rumah Kamidi di Griyan RT 07 RW 10 Kelurahan Pajang Kartasura, saat rumah tersebut digerebek.

Densus geledah showroom di Sukoharjo, 3 kresek disita

Minggu, 23 September 2012 15:51:19
Reporter: Arie Sunaryo



merdeka.com/dok
Densus 88 menggeledah showroom mobil di Jalan Gatot Kaca Rt 05 Rw 017 Cemani, Grogol, Sukoharjo. Showroom yang letaknya tak jauh dari Ponpes Al-Mukmin, Ngruki merupakan tempat tinggal terduga teroris Rudy Kurnia Putra.

Menurut keterangan warga Ngruki, Defi Saprori, Densus 88 datang pukul 10.30 WIB. "Jam segitu kita sudah enggak bisa kemana-mana, akses jalan ditutup semua," katanya, Minggu (23/9).

Tepat pukul 13.45 WIB, Densus 88 meninggalkan rumah Rudy dengan membawa beberapa barang bukti, diantaranya, satu buah remote control, tiga buah tas kresek hitam berisi arang, pupuk urea, mobil mainan remote, dan almunium.

Rudy Kurnia Putra ditangkap kemarin di Jalan Belimbing, Kampung Griyan, Pajang, Laweyan, Solo bersama tujuh terduga teroris lainnya.

Seperti diketahui Densus kembali menangkap terduga teroris Joko Parkit pagi tadi di sebuah rumah di Kampung Brengosan, Purwasari, Laweyan.
[did]

Benarkah Solo jadi basis teroris?

Senin, 24 September 2012 03:21:00
Reporter: Muhammad Mirza Harera

Rentetan teror dan ditangkapnya sejumlah teroris di Solo beberapa waktu belakangan seolah membuat kesan kota tersebut adalah basis teroris. Namun, hal itu dibantah oleh pengamat Intelijen Wawan Purwanto.

"Bukan hanya di Solo, rangkaian ini dimulai dari jalur Pantura seperti Cirebon, Tegal, Pemalang, Kendal, Temanggung, Wonosobo, Magelang, Kebumen, Tarakan, Yogjakarta, Sragen, Sukoharjo, dan akhirnya Solo, merupakan tempat-tempat yang bisa saja di mana teroris berada," kata Wawan kepada merdeka.com, Minggu (23/9).

Menurutnya, banyaknya teroris yang ditangkap di Solo dan sekitarnya merupakan suatu kebetulan. Sebab, saat ditangkap, mereka sedang berada di Solo.

"Ya kebetulan lari ke situ saat dalam pengejaran," ujarnya.

Dia pun menjelaskan, masih banyak daerah-daerah yang bisa menjadi tempat para teroris. "Kendal itu salah satu basis, selain Kendal juga ada Bekasi, Pamulang, jadi bukan hanya Solo. Kebetulan saja mereka ditangkap di sana," pungkasnya.

Densus 88, bulan lalu menembak mati dua terduga teroris di Solo. Keduanya merupakan pelaku penyerangan pos polisi di Solo. Kemarin, Densus 88 membekuk delapan terduga teroris.

Mereka berinisial H (45), RK (45), K (43), IV (30), N (46), FN (18), BM (24), dan T (29). Delapan orang ini diduga merakit dan menyimpan bom.

Mereka yang ditangkap ternyata memiliki peran yang lebih besar dari Toriq, jaringan teroris Depok. Mereka disebut-sebut merencanakan sebuah serangan di Bojong Gede, Bogor, Jawa Barat.

Hari ini, Densus 88 kembali menangkap satu orang terduga teroris bernama Joko Parkit alias Joko Priantodi Solo. Petugas berhasil menemukan bahan kimia dan pistol dari rumahnya.
[dan]Senin, 24 September 2012 | 03:01 WIB Intelijen TNI Cium Rencana Teroris Incar Borobudur TEMPO.CO , Yogyakarta: Komandan Korem (Danrem) 072 Pamungkas, Brigadir Jenderal Adi Widjaja, menuturkan perilaku teror di tempat-tempat di Jawa Tengah seperti Temanggung dan Wonosobo saat ini telah mulai bergeser. “Pergeseran perilaku kini ke wilayah perbatasan seperti Cilacap bahkan Jabodetabek,” kata Adi Widjaja di DPRD DIY, Sabtu, 22 September 2012. Adi mengatakan data yang dimiliki intelijen TNI AD menunjukkan bahwa rencana untuk melakukan teror seperti tempat umum khususnya obyek wisata yang banyak turis masih ada. Menurut Adi, intelijen TNI AD sempat mencium rencana jaringan teroris mengincar Candi Borobudur sebagai sasaran aksi berikutnya. Adi mengatakan, Borobudur sekitar tahun 1985 juga pernah diledakkan kelompok garis keras. Belajar dari pola-pola teror selama ini di tanah air bukan tidak mungkin jaringan teroris mengincar candi itu kembali. Kendati demikian ia meminta kepada masyarakat untuk tidak menganggap hal itu sebagai suatu ancaman. PRIBADI WICAKSONO

 

Terduga Teroris Anggri Pamungkas di Mata Tetangga


TEMPO.CO , Surakarta: Terduga teroris Anggri Pamungkas dikenal ramah dengan tetangga. Anggris pun dianggap anak baik dan tidak pernah terlibat hal negatif.

“Kalau ketemu sering menyapa,” kata tetangga sebelah rumah Anggri, Sugiyem, Ahad, 23 September 2012.

Menurut Sugiyem, Anggri sering ikut pengajian di sekitar tempat tinggalnya. Sugiyem mengatakan tidak ada yang aneh dari sikap Anggri selama ini.

Detasemen Khusus 88 Antiteror menangkap Anggri di Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu, 22 September 2012. Anggri beralamat di Batikan, RT 1 RW 3, Kelurahan Bumi, Kecamatan Laweyan, Surakarta.

Ayah Anggri, Sihono tidak percaya anaknya terlibat terorisme. “Anaknya pendiam,” kata Sihono ketika ditemui Tempo, Minggu, 23 September 2012.

UKKY PRIMARTANTYO

 Polisi Sita Empat Bom Pipa dan Bom Cair di Solo

Ada sebelas detonator bom ditemukan di Solo.

Sabtu, 22 September 2012, 16:12 Arfi Bambani Amri, Beno Junianto

VIVAnews - Tim Penjinak Bahan Peledak melakukan penggeledahan terhadap beberapa kediaman terduga teroris yang ditangkap Tim Densus 88 Anti Teror Mabes Polri, hari ini. Mabes berhasil menyita bom cair dan empat bom pipa aktif beserta sejumlah bahan peledak lainnya.

"Di kediaman BH di Desa Griyan Panjang, Laweyan (Surakarta) ditemukan sebelas detonator, pipa casing yang digunakan untuk bom pipa, kemudian ada bahan kimia, termasuk pupuk urea, belerang, bahan-bahan campuran, dan beberapa dokumen, serta buku-buku masalah jihad," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar, di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Sabtu 22 September 2012.

Polisi juga melanjutkan penggeledahan di rumah K. Di sana, tim menemukan sejumlah bom aktif yang siap digunakan. "Yang ditemukan bom cair atau nitrogliserin, bom pipa aktif ada empat buah, dan bahan-bahan campuran untuk bahan peledak, black powder, dan bahan campuran yang masih belum digunakan," ujar Boy.

Polisi juga melakukan penggeledahan di lokasi rumah N. Saat ini, tim masih melakukan penggeledahan, tapi belum diketahui hasilnya.

"Kami masih ada satu lokasi lagi yang dilakukan penggeledahan di wilayah Kelurahan Panjang, yang terkait pemeriksaan saudara N (46). Kami belum dapatkan hasilnya apa. Sementara dua lokasi sudah kami dapatkan gambarannya," ujar Boy.

Dari hasil penggeledahan di Solo, pihaknya telah menangkap delapan orang di antaranya BH (45), RK (45), K (43), N (46), FN (18), If (30), BN (28), dan P (29). (art)
TERORISME DI SOLO: Ini Kronologi Penangkapan 8 Terduga Teroris di Solo Sabtu, 22 September 2012 18:35 WIB | Muhammad Khamdi/JIBI/SOLOPOS | Dilihat: 342 Kali | Kapolres Solo Kombes Pol Asdjima'in (depan, kanan, berkacamata hitam) meninjau lokasi penangkapan terduga teroris di Jl Halilintar, Kentingan, Jebres, Solo, Sabtu (22/9/2012). (JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya) SOLO – Personel Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri sejak semalam dan dini hari Sabtu melakukan penangkapan sejumlah terduga teroris di Solo. Petugas Densus juga berhasil menemukan sejumlah perangkat bahan peledak dan barang bukti terkait dugaan aksi terorisme lainnya. Berikut kronologi operasi penangkapan para terduga teroris tersebut. Petugas menangkap RKP, Jumat (21/9/2012) pukul 24.00 di depan Solo Square saat turun dari bus asal Cilacap. RKP diidentifikasi lahir di Solo, 2 juli 1967 dengan pekerjaan swasta, dan beralamat di Makam Bergolo, Serengan, Solo. Sebagai pengembangan dari penangkapan RKP, personel Densus kemudian bergerak menangkap Bd, Sabtu (22/9/2012) sekitar pukul 04.30 sesaat setelah menunaikan salat subuh di di Masjid Al Huda di Jl Belimbing, Griyan, Pajang, Laweyan. Bd diidentifikasi juga kelahiran Solo, 18 Mei 1967, dan beralamat tinggal di Jl Dlingo, Griyan RT 005/ RW 010, Pajang, Laweyan, Solo. Selanjutnya petugas menangkap Ch, 43 alias M, warga Kampung Griyan RT 007/010, Jl Lempuyang 2A, Pajang, Laweyan. Medi merupakan salah satu teman Bd. Ch ditangkap pada pukul 07.30 WIB. Berturut-turut ditangkap pula FN di kediamannya di Kp. Todipan, RT 003 RW 006, Purwosari, Laweyan, Solo, Pukul 08.30 WIB. Dr, diidentifikasi sebagai bagian dokumentasi JAT, pengasuh buletin Koran Dinding Risalah Tauhid JAT, asal Polokarto, Sukoharjo, ditangkap di Griyan RT 005 Rw 010 Pajang, Laweyan ketika sedang meliput kejadian. T (pedagang pulsa, tukang reparasi HP di Pasar Gemblegan, alamat belum diketahui) ditangkap di Pasar Gemblegan Jl Yos Sudarso, Danukusuman, Serengan, Solo, pukul 9.30 WIB. BNS alias Wawa, 26, warga Jl Halilintar Kentingan Jebres, Solo, pekerjaan tukang servis elektronik ditangkap di rumahnya sekitar pukul 10.00 WIB. Ditangkap pula IF, 30, di wilayah Kecamatan Grogol, Sukoharjo.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Allah di balik Sejarah: Penantian Baru BTP (hati nurani Pemilu 2024) #02

die hard of terrorism: final fate of ISiS (3): ISIS bukan ISLAM, menganut teologi PEMBUNUHAN

janji Jokowi (4) (ANTI GRATIFIKA$1): pilpres 2019