riwayat UNIK TERORIS, awa$ tuh (8)
TEMPO.CO, Jakarta-- Kepolisian Republik Indonesia sudah memastikan bahwa Mr X alias Anwar adalah Wahyu Ristanto pemuda asal Karang Anyar, Jawa Tengah. "Ya benar, yang bersangkutan adalah Wahyu Ristanto," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Markas Besar Polri, Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar, dalam pesan singkat, Rabu, 12 September 2012. Identifikasi atas Mr X oleh tim Pusdokkes Mabes Polri dilakukan tadi pagi dengan mengambil sampel dari orang tua Wahyu Ristanto. Hasil tes DNA sebelumnya atas anak Yusuf Rizaldi (YR), dinyatakan negatif. Pengambilan sampel ini atas penemuan kartu identitas atas nama Wahyu Ristanto di rumah kontrakan di Bojong Gede, Bogor. Namun, siang pukul 15.30 WIB tadi, Wahyu Ristanto meninggal dunia. Penyebab kematian Wahyu, kata Boy karena trauma inhalasi atau trauma luka bakar. Trauma inhalasi biasanya disebabkan oleh udara panas yang mengenai mukosa saluran nafas. Anwar mengalami luka bakar serius, khususnya pada bagian wajah dan leher akibat peristiwa ledakan yang terjadi di sebuah rumah, di Jalan Nusantara, Beji, Depok, Jawa Barat, Sabtu pekan lalu. Anwar diduga berada di posisi paling dekat dengan sumber ledakan. Bahkan, kemarin, lengan kanannya juga telah diamputasi karena hampir membusuk. Anwar diduga tergabung dalam kelompok Muhamad Thorik, terduga teroris dari Tambora, Jakarta Barat. Kelompok Thorik ditengarai terdiri dari sembilan orang. Dari kesembilan orang tersebut, yang baru terungkap adalah Muhamad Thorik, Anwar alias Wahyu Ristanto, Arif, dan Yusuf Rizaldi.
Anwar Tewas, Thorik Jadi Saksi Kunci Pengungkapan Bom Depok
Jakarta Mr X, tersangka bom Beji, Depok, Jawa Barat, tewas karena fungsi ginjal yang tidak baik. Mr X yang diduga Anwar ini disebut-sebut menjadi harapan Polri guna menyelidiki peran dan jaringan teror yang sudah disiapkan. Namun demikian, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) optimistis pengungkapan teroris Depok terus berjalan."Masih ada Thorik, ada yang lainnya, kepastian penyelidikan masih terus berjalan," kata Kepala BNPT Ansyaad Mbai, saat dihubungi wartawan, Rabu (12/9/2012).
Dari Thorik, kata Ansyaad, pihaknya berharap dapat membuka jalan pengungkapan teror dan jaringan yang ada di dalam kelompok teror Depok ini.
Sementara itu, saat disinggung mengenai Mr X adalah Wahyu Ristanto, Ansyaad secara tidak langsung membenarkan.
"Dari KTP yang yang ditemukan di TKP begitu," jawab Ansyaad singkat.
Kesimpulan sementara Wahyu adalah Anwar juga dibenarkan oleh Thorik, perakit bom Tambora yang menyerahkan diri ke Pos Polisi Jembatan Lima, Minggu (9/9) kemarin.
Menurut Karo Penmas Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar, Thorik mengenal Wahyu sebagai Anwar setelah polisi memperlihatkan KTP yang ditemukan di lokasi ledakan, di Jl Nusatara No 63, Beji, Depok, Jawa Barat.
Anwar mengalami luka bakar 70 persen. Tangannya pun sudah diamputasi akibat ledakan dari bom tabung yang dirakitnya. Polri masih menyebut Anwar dengan Mr X. Keterangan Anwar didapatkan dari tersangka Thorik yang menyerahkan diri.
Polri masih memastikan apakah benar identitas itu Mr X itu Anwar. Polri sudah mengambil DNA keluarga pria yang disebut Anwar ke sebuah tempat di Jawa Tengah.
"Meninggal sekitar pukul 15.35 WIB di ruang ICU," jelas Boy.
TEROR BOM: Muhammad Thoriq Jadi Simpul Jaringan Hendri Tri Widi Asworo Rabu, 12 September 2012 | 04:01 WIB
JAKARTA: Tersangka peracik bom Muhammad Thoriq merupakan simpul dari jaringan teroris yang lain. Peracik bom yang meledak di Tambora, Jakarta Barat itu, saling terkait dengan jaringan yang belakangan terungkap di permukaan publik dan kasus lama.
Kejadian tersebut saling terkait satu dengan lainnya. Sutarman menghimbau bagi para tersangka teroris yang kabur dalam sejumlah aksi tersebut untuk segera menyerahkan diri. Dia mengancam akan mengambil tindakan tegas apabila mereka melakukan perlawanan. "Kita berharap cara-cara mencapai suatu tujuan yang dilakukan pelaku teror ini, menyadari diri dan menggunakan cara-cara mencapai tujuannya dengan cara yang damai. Setiap orang, kelompok, pasti punya tujuan. Kalau tujuan itu disampaikan dengan baik, damai, tentu tidak akan berhadapan dengan kita," paparnya. Dalam kesempatan itu, Sutarman juga menyampaikan agar para ulama menyampaikan konsep jihad secara benar kepada masyarakat, karena sejumlah pelaku teroris beralasan melakukan aksi pemboman dengan dalil berjihad. "Ahli-ahli agama, jihad yang paling benar itu seperti apa? Yang penting prinsip bagi penegakan aparatur negara ini, kalau cara-cara yang dilakukan oleh kelompok mana pun, dengan cara membunuh, mengebom, menembak dan sebagainya, tentu kita akan melakukan penegakan hukum yang keras apa pun risikonya," tegasnya. Menurutnya, kelompok teroris saat ini terus bergerak mencari orang baru yang mudah didoktrinasi, sehingga percaya dengan konsep perjuangan mereka. Untuk mencapai tujuan itu, sambungnya, mereka selalu mencari orang baru yang bisa mendukung kegiatan mereka. "Makanya kami berharap, kegiatan-kegiatan mereka jangan digunakan dengan cara-cara kekerasan," jelasnya.(sut)
Terduga Teroris Ambon Diduga Alumnus Poso
"Penangkapan ini adalah hasil pengembangan orang-orang yang diduga pernah ikut latihan militer," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Kepolisian RI Brigadir Jenderal Boy Rafli dalam konferensi pers di Mabes Polri di Jakarta kemarin siang. Mereka diduga pernah mengikuti pelatihan militer yang dilakukan di Poso, Sulawesi Tengah.
Dalam penangkapan itu, kata Boy, polisi menyita beberapa barang bukti. Di antaranya sebuah senjata api MK 3, sepucuk MNC, beberapa granat, pelontar, dan amunisi sekitar 10 ribu butir.
Polisi mengklaim telah menentukan beberapa titik yang diduga menjadi tempat pelatihan militer, serta mengaku mengetahui perencanaan tindakan teror oleh terduga teroris tersebut. Polisi juga menyatakan sedang menyusuri keberadaan beberapa kelompok dan tersangka teroris lainnya.
Pelatihan militer di Sulawesi dikabarkan telah berlangsung sejak 2008. Diduga ada sembilan angkatan yang menjadi lulusan dari pelatihan yang diselenggarakan di Poso, yang jaraknya lebih dari 200 kilometer dari Palu, ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah, itu. Polisi juga mengidentifikasi sudah ada lima angkatan yang menjadi lulusan pelatihan militer di perbatasan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah.
Kepolisian Daerah Maluku membenarkan adanya penangkapan ini. "Mereka ditangkap di tempat tinggal masing-masing," kata Kepala Bidang Humas Polda Maluku Ajun Komisaris Besar Johannes Huwae kemarin. Kata Johannes, ada enam yang ditangkap, namun ia belum bisa memberikan keterangan.
Boy membenarkan ada dua tersangka baru yang ditangkap polisi di Ambon, yaitu Ode Yasmin dan La Ode Bakri. Dia belum memastikan apakah penangkapan ini ada hubungannya dengan terduga teroris di Solo, Depok, dan Tambora. "Belum ada keterkaitan," ujarnya.
FRANSISCO ROSARIANS | MOCHTAR TOUWE | AYU PRIMATak Ada Jalan Pintas ke Surga Wahai Thorik
Adalah Muhammad Thorik yang mengaku telah mempersiapkan diri sebagai eksekutor bom bunuh diri atau sebagai calon 'pengantin'. Rencananya, bom bunuh diri akan dilakukan Senin (10/9/2012).
Ketika menyerahkan diri di Pos Polisi Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat, Thorik diketahui membawa satu pucuk senjata api. Selain itu, di pinggangnya melingkar serangkaian pemicu bahan peledak, bom. Bukan main.
Thorik rupanya tak main-main. Bom bunuh diri dipersiapkan Thorik untuk melakukan aksi teror. Namun kehendak dan imajinasinya untuk melakukan aksi bom bunuh diri, demi masuk surga melalui jalan pintas (short cut to the heaven), dibatalkannya sendiri. Thorik tidak jadi bertemu para bidadari. Langkahnya perlu diapresiasi sebab tindakan bom bunuh diri adalah keliru, irasional, bengis, sesat dan brutal.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jakarta, Senin menegaskan bom bunuh diri dipersiapkan Thorik untuk melakukan aksi teror terhadap polisi.
Thorik merencanakan aksi terornya pada empat lokasi yaitu, Markas Korps Brimob, Kelapa Dua Depok; Pos Polisi di Salemba, Jakarta Pusat; Kantor Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri;, dan menyerang komunitas Masyarakat Buddha terkait isu Rohingya di Myanmar. Hal-hal yang membuat ketidakadilan warga Muslim di Rohingya.
Seperti diberitakan, Thorik yang meracik bom rakitan di kawasan Tambora, Jakarta Barat, akhirnya menyerahkan diri ke Pos Pol Jembatan Lima, Jakarta Barat, Minggu (9/9/2012) sore. Dia sudah jadi buronan dalam kasus meledaknya sebuah bom rakitan di Jalan Teratai 7, RT 02/04, Kelurahan Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat, pukul 14.30 WIB, pekan lalu.
Awalnya, warga menyangka ada kebakaran. Warga sekitar lalu mendatangi rumah tersebut dan mendapati benda peledak yang diduga dimilik Muhamad Thorik (32). Saat warga mendekat, Thorik justru kabur dengan masih mengenakan sarung ke arah Jembatan Lima.
Di lokasi Thorik itu, aparat kepolisian menemukan lembaran pembuatan racun, detonator, bahan-bahan kimia yang diduga black powder, belerang, sejumlah paku, dan lima buah pipa paralon yang berisi paku di kamar Thorik. Belum diketahui pasti tujuan Thorik memiliki bahan-bahan peledak ini.
Kini Thorik sudah menyerah, ia mati angin dan polisi pun mengamankannya. Tentu tidak main-main. Dengan demikian, udara teror kelompok Thorik di Jakarta untuk sementara agak mendingin.
Percayalah, tidak ada jalan pintas ke surga melalui jalan kekerasan, apalagi terorisme yang pasti dilaknat Tuhan. Pesan bagi Thorik, Engkau masih muda, pertobatanmu akan disambut para bidadari, malaikat dan Tuhan Yang Maha Tahu, kesanalah langkahmu hendaknya dituju. [berbagai sumber]
"JI (Jamaah Islamiyah) begitu bubar kemudian mereka membentuk JAT (Jamaah Anshorud Tauhid), ini adalah organisasi teroris. JAT ini hanya ganti bajunya JI. Amirnya kan tetap (Ba'asyir), sekarang di penjara, tapi masih terus berikan provokasi yang radikal," kata Ansyaad seusai rapat tentang Program Nasional Radikal Terorisme di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Senin (10/9/2012).
Hal itu dikatakan Ansyaad ketika menjelaskan mengenai cetak biru program deradikalisasi yang telah disusun pemerintah. Namun, Ansyaad tak menjelaskan lebih detail mengenai provokasi radikal seperti apa yang dilakukan terpidana dengan hukuman 15 tahun penjara itu.
Hanya saja, menurut Ansyaad, propaganda radikal yang kerap dilakukan kelompok teroris adalah menanamkan kebencian terhadap pemeluk agama berbeda. "Ini yang harus kita hadapi bagaimana melawan aktivitas kebencian dan penyebaran permusuhan. Karena itu, pemerintah merasa perlu punya semacam blue print yang komprehensif untuk melakukan tugas bersama terhadap sasaran kita bersama," ujarnya.
Ansyaad menambahkan, perlu ada pengaturan dalam bentuk undang-undang agar dapat menindak orang yang menyebarkan permusuhan dan kebencian. Di Indonesia hanya diatur dalam Pasal 160 KUHP. Namun, menurutnya, pasal itu belum pernah dipakai.
"Pasal itu ada sejak zaman Belanda untuk menindas para pejuang kemerdekaan. Kita butuh bagaimana menindak secara hukum orang-orang yang terus menanamkan kebencian," kata Ansyaad.
Senin, 10 September 2012 | 22:53 WIB Anwar ''Mr. X'' Selalu Menutup Rapat Rumah Kontrakan TEMPO.CO, Depok - Warga Kampung Jambu, Desa Susukan, Bojonggede, Bogor sempat merasa aneh terhadap rumah yang dikontrak Anwar, sekitar 35 tahun, yang diduga sebagai Mr. X dan terkait dengan ledakan bom di Beji, Depok. Mr. X kini masih dirawat di Rumah Sakit Polri Jakarta Timur. Rumah yang dikontrak Anwar digerebek Densus 88, Senin pagi 10 September 2012. "Rumah itu aneh sekali. Terus tertutup dan tidak pernah ada orang masuk. Kalau ngomong Anwar hanya mengeluarkan kepala dari pintu," kata Melva, 25 tahun, pengurus kontrakan yang dihuni Anwar, Senin, 10 September 2012. Rumah kontrakan itu terdiri dari lima rumah bertipe 36. Tiga rumah menghadap ke selatan dan dua rumah menghadap ke utara. Namun, hanya dua rumah yang ditempati, yaitu Anwar menempati di bagian tengah dari tiga rumah dan satu rumah di depan rumah yang disewa Anwar. Suasana rumah kontrakan itu sangat sepi karena dikelilingi kebun kecil. Di depannya ada kebun pisang dan samping dan belakangnya dipenuhi pepohonan. "Jarang ada orang yang datang," katanya. Suami Melva, Muhammad Ikbal, mengatakan pernah melihat ke dalam isi kontrakan itu. Dia melihat ada solder, bor, dan kabel-kabel dalam kontrakan yang terdiri dari dua kamar itu. Namun, dia tidak melihat alat-alat lainnya. "Dia sempat bilang kalau mau pinjam bilang saja," kata Ikbal. Ikbal pernah curiga terhadap satu kamar yang sangat tertutup. Namun, dia canggung untuk bertanya. "Nggak tahu apa isi di dalamnya," katanya. Ketua RW 08 Kampung Jambu Deni Iskandar mengatakan hanya tahu nama Anwar dari warganya. Anwar juga tidak pernah melaporkan diri sebagai warga pendatang. "Hanya Arif yang kenal dengan Anwar," katanya. Menurut Deni, dua bulan terakhir ia jarang berkomunikasi dengan Arif, 31 tahun. Arif yang dulu tidak terlalu alim sekarang sudah mulai memakai gamis. "Kata istri Arif, Anwar sering mengajak Arif untuk jihad," kata dia. Kontrakan Anwar digerebek Densus 88 hari ini, Senin 10 september 2012, sekitar pukul 08.30 WIB. Pada saat itu kontrakan dalam keadaan kosong. Arif diciduk Densus 88. "Ada buku jihadnya juga dibawa polisi," kata Deni. ILHAM TIRTA
Bom Depok, Anwar Pernah Tinggal Serumah dengan Arif
"Memang tadi pagi sampai siang dari tim Polda Metro Jaya bersama Gegana dan Densus 88 melakukan penyusuran dari berbagai macam sumber. Pukul 09.00 WIB tertangkaplah Arif Hidayat warga kampung Jambu, Susukan, Bojong Gede. Yang bersangkutan mengenal seseorang bernama Anwar yang pernah tinggal di rumah tersebut," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto, di Mapolda Metro Jaya, Jl Gatot ubroto, Jakarta Pusat, Senin (10/9/2012).
Arif ternyata juga diminta membantu mempersiapkan bom di Beji, Depok, yang akhirnya meledak karena kesalahan teknis. Diduga keduanya tersangkut dalam perakitan bom Tambora hingga Depok.
"Arif juga pernah diminta dibantu di Beji, Depok, bersama Anwar. Arif selalu diajak untuk berjihad. Dalam perkembangannnya terjadilah beberapa insiden seperti di Beji dan Tambora.Berdasarkan di Beji inilah Anwar juga termasuk dalam pencarian,"katanya.
Polisi menangkap seorang terduga teroris bernama Arif di sebuah kontrakan pukul 09.00 WIB tadi pagi. Pihak kepolisian masih terus berupaya mengembangkan temuan di Susukan tersebut. Termasuk dugaan adanya kaitan antara Thorik, Yusuf, dan Arif.
Polisi dalam penyusuran ini membawa M Thorik tersangka teroris di Tambora. Thorik sebelumnya menyerahkan diri ke polisi karena kangen dengan keluarga.
Mako Brimob Kwitang, Jakpus, rencananya menjadi sasaran bom bunuh diri Thorik. Bom itu akan diledakkan Senin pagi ini, ketika anggota Brimob apel pagi.
"Thorik dipersiapkan untuk menjadi pengantin di Mako Brimob Kwitang," terang sumber detikcom berpangkat perwira yang enggan disebutkan namanya, Senin (10/9/2012).
Namun, apa yang terjadi membalik keadaan. Bom meledak lebih dahulu. "Bom itu yang merakit Anwar," lanjut sang perwira.
(van/ndr)
Senin, 10/09/2012 18:27 WIB
Selain Thorik, Anwar Sudah Siapkan Yusuf Cs Menjadi 'Pengantin'
"Iwan, Sofyan, Bram, dan Anton, mereka yang hadir bersama Thorik di Depok. Adapun pelaku lain yang tidak hadir pada saat kejadian, Yusuf dan Jodi. Pelaku-pelaku tersebut mempunyai tekad, apabila sudah tercium aparat akan menjadi pengantin," cerita seorang perwira polisi yang enggan disebutkan namanya saat berbincang, Senin (10/9/2012).
6 Calon 'pengantin' itu tak terendus. Mereka sudah melarikan diri sesaat sebelum bom Depok meledak. Polisi masih memburu nama-nama yang masih buron itu. Perwira itu mendapatkan cerita dari pengakuan Thorik.
"Dengan adanya pelaku yang belum tertangkap, untuk tetap meningkatkan penjagaan. Karena itu petugas berseragam yang bertugas di lapangan, yang memakai pakaian dinas mesti meningkatkan kewaspadaan," tutur sang perwira.
(ndr/nrl)
Senin, 10/09/2012 18:29 WIB
Ini Dia Thorik, Calon Pelaku Bom Bunuh Diri di Markas Brimob Kwitang
Tampilan terbaru Thorik bisa dilihat dari foto yang didapatkan detikcom dari seorang sumber, Senin (10/9/2012), Thorik berpenampilan beda dari foto yang beredar selama ini. Bila sebelumnya, di kepalanya ada rambut hitam tipis, setelah menyerahkan diri ke polisi, Thorik sudah berkepala pelontos.
Dahinya tetap terlihat bidang. Wajahnya tampak biasa saja, meski mata sebelah kiri agak merah. Dia mengenakan kaos warna hitam.
Thorik sebelumnya diburu oleh Densus 88 Polri sejak bahan peledak di rumahnya di Jalan Teratai, Tambora, Jakarta Barat tiba-tiba berasap beberapa hari lalu. Dia melarikan diri saat Tim Gegana mendatangi rumahnya. Dia sempat diduga sebagai pria yang mengalami luka parah dan kritis akibat ledakan bom di rumah kontrakan Yusuf Rizaldi di Jalan Nusantara, Beji, Depok pada Sabtu (8/9/2012) malam.
Tapi ternyata Thorik tiba-tiba menyerahkan diri ke pos polisi Tambora pada Minggu (9/9/2012) malam. Setelah menyerahkan diri, Thorik diinterogasi polisi untuk pengembangan kasus terorisme ini. Keterangan Thorik membuat polisi menggeledah sebuah rumah di Bojonggede, Bogor. Polisi menemukan sejumlah bahan peledak dan menangkap teman Thorik bernama Arif.
Dari keterangannya kepada polisi, Thorik mengaku akan menjadi pelaku bom bunuh diri di Markas Brimob di Kwitang. Rencananya, aksi bom bunuh diri itu akan ia lakukan pada hari ini. Atas keterangan Thorik pula, polisi memastikan bahwa pria yang kritis akibat ledakan bom dan dirawat di ICU RS Polri adalah Anwar.
Dari kartu keluarganya, Thorik diketahui berumur 32 tahun. Dia memiliki seorang istri dan 1 anak. Terkait dengan bom bunuh diri yang ia lakukan, Thorik sudah menulis surat wasiat. Namun, tiba-tiba dia menyerahkan diri ke polisi. Dia mengaku kangen dengan keluarganya. Saat menyerahkan diri, Thorik mengenakan wig.
(asy/nrl)
Senin, 10/09/2012 17:37 WIB
Ini Barang yang Diamankan dari Rumah yang Ditempati Thorik di Bojonggede
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto, Senin (10/9/2012) menyatakan, barang-barang itu adalah:
1. Pupuk urea
2. Serbuk Potasium Nitrat
3. Arang dan alat penumbuk dari batu
4. Serbuk warna hitam campuran Potasium Nitrat, serbuk aluminium, sulfur
5. Serbuk warna kemerahan campuran Potasium Nitrat
6. Alat timbangan elektrik
7. 2 buah detonator rakitan
8. Bahan gulungan benang plastik sebagai wadah detonator rakitan
9. 1 buah magasin kaliber 9 mm kode JI
10. Dokumen konsep perakitan switching, konsep pembuatan senjata api rakitan dan prosedur pembuatan bahan urea nitra.
Penggeledahan di rumah kontrakan tersebut membuat warga penasaran. Sebab, sebelum dan selama penggeledahan, lokasi dijaga ketat pada radius hampir 1 km. Sempat berhembus informasi Thorik dibawa ke tempat tersebut, tapi hingga berakhirnya penggeledahan lelaki yang menyerahkan diri ke polisi, Minggu (9/9) malam itu, tak kelihatan batang hidungnya.
"Tadi pagi dari Polda Metro Jaya bersama Densus mengembangkan keterangan. Dari pencarian di daerah Susukan, mendapati sebuah rumah kontrakan yang belum jelas siapa pemiliknya," kata Rikwanto, di Mapolda Metro Jaya, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat.
(try/nrl)
Pria yang Luka Parah di RS Polri Akibat Bom Depok Bernama Anwar
"Tersangka teroris Anwar, tersangka bom yang meledak di Beji, Depok," demikian dituliskan Divisi Humas Mabes Polri, Senin (10/9/2012).
Anwar mengalami luka parah. Dia mengalami luka bakar hingga 70 persen dan tangan nyaris putus. Anwar masih dirawat di ICU RS Polri Kramatjati. Kondisi dia sudah stabil dan sudah sadarkan diri.
Belum diketahui apa peranan Anwar dalam kasus itu. Namun seorang sumber detikcom berpangkat perwira memastikan Anwar ini seorang peracik bom.
"Dia yang mencampur bahan," terang sumber detikcom di kepolisian yang enggan disebutkan namanya.
(ndr/nrl)
Jangan Lawan Teror dengan Teror Aksi teror terbesar yang dilakukan tersangka teroris adalah untuk keluarga mereka. Anggota keluarga itu dikucilkan, bahkan ada pula yang terusir. - ilustrasi Oleh: Jabar - Sabtu, 8 September 2012 | 09:00 WIB
INILAH.COM, Bandung - Aksi teror terbesar yang dilakukan tersangka teroris adalah untuk keluarga mereka. Anggota keluarga itu dikucilkan, bahkan ada pula yang terusir. Sebuah perilaku yang mestinya harus diubah. Sejatinya, seberapa besar sih derita anggota keluarga terduga teroris? Daniel Rudi Haryanto pernah memotretnya. Dia habiskan waktunya tujuh tahun untuk merekam keluarga-keluarga itu. Kemudian, lahirlah film dokumenter Prison and Paradise yang mendapat penghargaan Director Guild od Japan Award pada Festival Film Yamagata.
'Saya Ingin SiIaturahmi, Bukan Ajari Merakit Bom' nasional - Minggu, 9 September 2012 | 11:00 WIB INILAH.COM, Sidoarjo - Ali Fauzi, adik kandung Amrozi, salah satu tersangka teroris Bom Bali yang telah dieksekusi mati, menjadi pembicara dalam acara pengajian umum di Desa Bulu Sidokare Kecamatan Sidoarjo, Sabtu (8/9/2012) malam. Sebelum ceramah, Ali mengucapkan terima kasih kepada kepolisian yang ikut menjaga acara halal bi halal warga RW 1 itu. Ali Fauzi juga meminta kepada para warga untuk tidak khawatir dan takut dengan dirinya yaitu adik dari Amrozi yang terkait kasus teroris. "Saya di sini ingin bersilaturahmi dengan warga Sidoarjo, bukan mengajari membuat atau merakit bom," candanya dengan disambut tawa para jamaah. Dalam ceramahnya dia mengatakan, dalam berhubungan sosial, Nabi Muhammad menjadi panutan dan juga selalu menghormati kemanusiaan. "Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, harus dipunyai oleh umat seperti kita ini," tuturnya. Selain berceramah, Ali juga menjabarkan tentang agenda kesehariannya yang padat wawancara dengan beberapa media TV, terkait dengan penangkapan dan penembakan terduga anggota teroris di Solo, Jawa Tengah. "Undangan keluar negeri juga datang kepada saya," terang dia. Erfan, Lurah setempat, dalam sambutannya juga mengajak kepada warga untuk dapat menyimak ceramah Ustad Ali Fauzi, asal Desa Selokuro Paciran Lamongan ini. "Semoga kita semua dapat mengambil hikmahnya," ucap Erfan. Pengajian ini juga tak lepas dari pengamanan khusus di sekitar lokasi, baik dari kepolisian maupun TNI dengan menggunakan pakaian sipil. Untuk menghadiri acara ini, juga tidak lepas dari pemeriksaan oleh panitia acara karena instruksi dari kepolisian. Suasana pengajian bisa berlangsung santai dan tenang dan semua warga konsentrasi mendengarkan ceramah Ali Fauzi. [beritajatim/mvi]
Bom Depok Low Explosive, Meledak Diduga karena Kesalahan Teknis E Mei Amelia R - detikNews
Jakarta Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto menuturkan bom yang meledak di Beji, Depok, berdaya ledak lemah. Diduga bom ini meledak karena ada kesalahan teknis.
Yayasan Yatim Piatu di Depok Hanya Kedok Penulis : Sabrina Asril | Minggu, 9 September 2012 | 10:26 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Ledakan terjadi di Rumah Yatim Piatu Pondok Bidara, Jalan Nusantara Raya, Beji, Depok, Jawa Barat, Sabtu (8/9/2012) malam. Rumah yatim piatu itu ternyata menjadi kedok persembunyian terduga kelompok teror.
JAT: Penembakan Farhan dkk Timbulkan Dendam Baru Teroris Sabtu, 8 September 2012 | 16:13 WIB JAKARTA, KOMPAS.com — Direktur Media Center Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) Son Hadi mengatakan, tindakan represif yang dilakukan Densus 88 Antiteror Polri dengan menembak mati dua orang pelaku teror Solo, Farhan dan Mukhsin, pada 31 Agustus 2012 akan menimbulkan kebencian baru dari kelompok teroris lainnya. Seperti diketahui, Farhan dan Mukhsin tewas dalam pernyergapan oleh Densus 88 di Jalan Veteran, Solo, Jawa Tengah. "Melihat kondisi korban dengan luka parah, berarti penembakan dilakukan secara membabi buta. Meski beralasan bila tidak dilumpuhkan maka akan mati kita (petugas). Tetapi, melumpuhkan dengan kepala sampai pecah dan dilakukan dengan jarak dekat akan melahirkan dendam baru. Bila tidak berpikir bagaimana mencegahnya, penanganan teroris tidak bisa dilakukan secara tuntas," kata Son Hadi, di Jakarta, Sabtu (8/9/2012). Menurutnya, yang terpenting saat ini pencegahan dan deteksi dini harus dilakukan. Tetapi, menurut Son Hadi, selama ini JAT tidak pernah diajak berdialog oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). "Kita pun kalau inisiatif mengundang BNPT melakukan dialog, tidak pernah hadir. Alasannya sama, tidak ada alasan," ujarnya. Diberitakan sebelumnya, Densus 88 Antiteror Polri menembak mati dua orang terduga pelaku teror Solo pada 31 Agustus 2012 di Jalan Veteran, Solo. Saat itu, Farhan dianggap menyerang terlebih dahulu aparat kepolisian yang akan membekuknya sehingga langsung dibalas dengan penembakan. Dalam baku tembak tersebut, dua orang terduga teroris tewas atas nama Farhan dan Muchsin. Sementara dari pihak kepolisian, Bripda Suherman tewas dengan luka tembak yang dilepaskan Farhan. Sumber : Tribunnews.com Editor : Inggried Dwi Wedhaswary
Minggu, 09 September 2012 | 07:14 WIB Ada 5 Tamu Sebelum Rumah di Depok Meledak
Polisi Buru Yusuf Rizaldi
Oleh: Wahyu Praditya Purnomo metropolitan - Minggu, 9 September 2012 | 05:00 WIB INILAH.COM, Jakarta - Pihak kepolisian terus melakukan penyidikan terkait ledakan yang terjadi di Yayasan Yatim Piatu Jalan Nusantara Raya, Beji, Kota Depok, Sabtu (8/9/2012). Saat ini petugas telah mengantongi sebuah nama Yusup Rizaldi, alias Lukman Hakim yang dipercaya mengontrak rumah yang kini dijadikan Yayasan Yatim Piatu. Informasi yang diperoleh hingga saat ini aparat kepolisian masih mengejar Yusup. Polisi juga masih mencari informasi siapa Yusup dan berasal dari jaringan apa. "Ada yang lagi dikejar, seorang pria inisialnya Y," kata sumber dari kepolisian. Dari kesaksian para warga, tak banyak warga yang mengenal sosok Yusuf Rizaldi. Selain tertutup, Yusuf juga tak pernah bersosialisasi dengan warga sekitar. Sementara sebelumnya petugas kepolisian menemukan 2 pucuk senjata api, amunisi dan bahan peledak di lokasi ledakan bom di Yayasan Yatim Piatu Pondok Bidara, Jalan Nusantara Raya, Beji, Depok, Jawa Barat.[dit]
Ledakan di Depok Inilah Barang-barang yang Ditemukan di Lokasi Ledakan Tribunnews.com - Minggu, 9 September 2012 07:25 WIB Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani
1). 3 granat. 2). 1 pucuk senjata api bareta berisi amunisi 17 peluru dan 2 senjata api Enggran masih dalam rangkaian. 3). Peluru 9 mm (50 btr), 22 mm (30btr) 4). Baterai 9 volt sebanyak 5 buah 5). Swiching dalam rangkaian sebanyak 6 buah 6). Talkit, gambar pejera, laras & magazen (manual ) 7). Black powder, potasium kl 7 kg & 1 unit detonator elektrik. 8). Kabel serabut & tunggal serta 11 paralon ukuran 4inc sebanyak 6 buah sudahterisi.
Minggu, 09/09/2012 07:19 WIB Istri dan Anak Pengontrak Rumah Lokasi Bom Depok Diamankan Polda Metro Septiana Ledysia - detikNews
"Semalam istri dan dua anaknya dibawa polisi, sebenarnya saya nggak mau ikut-ikut, karena bukan di RT saya," kata Ani saat ditemui di rumahnya di Gambir, Jakarta Pusat, Minggu (9/9/2012). Ani mengatakan selama ini tidak ada yang aneh dari diri Yusup dan keluarganya. Mereka suka bergaul dengan tetangga meski tak terlalu sering. "Orangnya suka bergaul juga, tidak terlihat aneh," tutur Ani.Yusup Rizaldi disebut sebagai pihak yang mengontrak rumah yang dijadikan kantor Yayasan Yatim Piatu di Jalan Nusantara Raya, Beji, Kota Depok, yang merupakan lokasi ledakan bom. (trq/ndr)
Minggu, 09/09/2012 06:40 WIB
Yayasan Yatim Piatu yang Meledak Buka Klinik Bekam dan Rukyah Andri Haryanto - detikNews\ Jakarta Suasana lokasi kejadian ledakan bom di Jl Nusantara No 63, RT 4/13, Kelurahan Beji, Kota Depok, masih tertutup garis polisi. Seng asbes dan bekas spanduk putih juga menutupi pagar depan rumah yang sempat membuat terkejut warga sekitar. Joko (60) pemilik kios asal Kuningan, Jawa Barat, masih ingat betul kejadian ledakan yang menimpa sebuah rumah yang berada persis tepat di belakang kiosnya. Dia selamat dari ledakan bom itu, meski kiosnya sangat dekat dengan rumah kontrakan itu. Rumah itu merupakan rumah petak yang memiliki tiga ruang untuk disewakan. Spanduk dominan coklat masih terpasang di atap petakan tersebut. "Yayasan Yatim Piatu Pondok Bidara". Belum diketahui apakah memang para penyewa kontrakan itu memang mengurusi anak-anak Yatim Piatu. Namun, dari spanduk yang ditempelkan di depan rumah itu, kelompok tersangka bom itu juga membuka praktek bekam dan rukiyah. Ini terlihat dari tulisan kecil di bawah spanduk 'Yayasan Yatim Piatu Pondok Bidara'. Tulisan itu sebagai berikut 'Klinik Pondok Bidara Melayani: Bekam, Rukiyah, Gurah, Obat Herbal. Buka Senin-Kamis, Sabtu dan Minggu'. Siapa mereka yang mengontrak rumah tersebut? Joko mengaku tidak tahu persis. Pasalnya dia baru tiga hari menempati kiosnya menggantikan putranya yang sebelumnya berjualan dua bulanan.
Namun dia memastikan bahwa pengontrak rumah itu adalah para lelaki. "Semuanya laki-laki. Usianya rata-rata 25 tahunan, ada juga satu yang tua," tutur Joko yang tidak mengetahui persis perkiraan usia penyewa.Bom meledak di rumah kontrakan itu sekitar pukul 21.05 WIB, Sabtu (8/9/2012). Akibat ledakan, empat orang luka, salah satunya kritis. Pria yang mengalami kritis itu sudah dijadikan tersangka oleh polisi. Namun, identitas pria itu belum diketahui. Informasi yang didapatkan detikcom, penyewa rumah kontrakan itu bernama Yusup Rizaldi. Saat menyewa rumah, dia membawa KTP beralamatkan di Jakarta Pusat.
Minggu, 09/09/2012 06:38 WIB SBY Sudah Terima Laporan Soal Bom Depok Luhur Hertanto - detikNews Jakarta Peristiwa ledakan bom Depok sudah sampai ke telinga Presiden SBY. Walau saat ini sedang menghadiri acara APEC di Rusia, SBY tetap memantau kejadian penting di Tanah Air. "Presiden sudah terima laporan dari Menko Polhukam," tutur Jubir Kepresidenan, Dino Pati Djalal, kepada detikcom, Minggu (9/9/2012). Saat mendengar laporan ini, Dino mengatakan Presiden menyatakan keprihatinannya. Apalagi kejadian ini telah menimbulkan korban luka-luka. "Sangat disayangkan jatuh korban dalam peristiwa itu," ujarnya. Dino menuturkan saat ini polisi sedang mencari tahu kenapa ledakan itu bisa terjadi. Termasuk siapa sosok yang bertanggung jawab atas ledakan itu.
Sebelumnya diberitakan ledakan terjadi di Yayasan Yatim Piatu Pondok Bidara, Jl Nusantara Raya, Beji, Depok pada Sabtu (8/9). Karena ledakan ini, 3 orang mengalami luka-luka, salah satunya dalam keadaan kritis. Polisi telah menetapkan satu orang sebagai tersangka, dia adalah pria yang nyaris putus tangannya. Pria ini kini dirawat di RS Polri Kramat Jati, setelah sebelumnya mendapat perawatan RS Mitra Keluarga Depok.(gah/vta)
Teka-teki Toriq, Teror Racun, dan Jaringan Teroris Solo Teroris siapkan sianida untuk dimasukkan ke makanan di kantin polisi. Kamis, 6 September 2012, 22:51 Anggi Kusumadewi, Siti Ruqoyah, Syahrul Ansyari VIVAnews – Rabu, 5 September 2012, asap putih mengepul membumbung tinggi dari rumah Muhammad Toriq, tukang jual pulsa dan servis ponsel yang tinggal di Jalan Teratai 4, Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat. Warga sontak menyangka ada kebakaran. Apalagi kawasan Tambora telah beberapa kali menjadi korban amukan si jago merah. Maka, khawatir api menyambar ke rumah lain, warga berinisitif mendobrak rumah Toriq. Tapi anehnya, di dalam rumah, Toriq yang mengenakan celana pendek dan kaos oblong justru tampak santai. Padahal bau mesiu menguar sampai ke saluran di belakang rumahnya. Kecurigaan warga pun terbit. Polisi dipanggil. Benar saja, ketika polisi tiba, Toriq telah kabur. Polisi pun memasuki dan memeriksa rumah Toriq yang berukuran sekitar 5 x 7 meter persegi. Di rumah itu, ditemukan bahan-bahan kimia, termasuk mesiu. Bahan-bahan itu dibungkus dalam plastik yang masih terasa hangat. Ditemukan pula timbangan dan dus yang berisi tiga botol plastik yang diduga bahan peledak. Ada pula coretan tangan Toriq di atas kertas. Di kertas itu, Toriq seperti sedang menyusun konsep rakitan yang berisi tulisan senyawa kimia. Belakangan, polisi menyatakan kertas itu adalah panduan merakit bom. Itu belum semua. Polisi juga menemukan black powder, belerang, paralon berisi kabel dan paku, detonator, serta lembaran berisi cara membuat racun yang kerap disebut Bubur California. Setelah digeledah, ternyata di rumah Toriq lengkap ditemukan buku jihad, buku panduan meracik bom, buku panduan meracik racun, lima bom siap ledak. Teror Racun Buku panduan meracik racun yang dimiliki Toriq sontak mengingatkan akan teror racun terhadap kepolisian. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Ansyad Mbai, pernah mengatakan polisi berhasil membongkar teror racun itu pada tahun 2011. Ketika itu Tim Detasemen Khusus 88 Anti Teror Mabes Polri berhasil mengungkap jaringan teroris yang berencana meracuni para anggota polisi. “Tahun lalu kan sempat heboh di Kemayoran, ketika ada yang berencana meracuni makanan di kantin kantor-kantor polisi,” kata Ansyaad, Kamis 6 September 2012. Saat itu, teroris menyiapkan racun sianida untuk dimasukkan ke dalam makanan dan minuman yang tersedia di sejumlah kantin polisi. Oleh karena itu, Ansyad mengatakan ada kemungkinan Toriq memiliki kaitan dengan jaringan teroris racun itu. Namun, polisi harus menyelidiki hal itu lebih lanjut untuk memastikannya. Rencana meracun polisi ini termasuk modus baru dalam rangkaian serangan teroris terhadap aparat kepolisian. “Bila selama ini modelnya bom bunuh diri, maka kini ada gaya baru,” kata Kepala Bagian penerangan Umum Divisi Humas Mabes Polri, Kombes Pol. Boy Rafli Amar beberapa waktu lalu. Sejak tahun 2006, aparat kepolisian memang menjadi target baru kelompok teroris di Indonesia. “Mereka menebar kebencian terhadap aparat negara. Mereka merasa musuh utama mereka adalah polisi,” kata Boy, Rabu 5 September 2012. Teror itu nyata dan terlihat pada kasus bom bunuh diri di Masjid Polresta Cirebon, penyerangan terhadap Polsek Hamparan Perak Medan, sampai yang terakhir penembakan terhadap polisi di dua Pos Lalu Lintas di Solo. Boy menjelaskan, teroris saat ini melihat polisi sebagai penghalang tujuan mereka. Polisi pula lah yang sebelumnya melakukan berbagai penangkapan atas sejumlah pendahulu mereka dalam aksi terorisme. Dokumen-dokumen milik teroris yang disita selama ini, kata Boy, menunjukkan bahwa teroris memang mengincar dan menjadikan polisi sebagai target sasaran. Jaringan Solo? Kepala BNPT menyatakan, bom yang diracik Toriq di rumahnya di Tambora, Jakarta Barat, ternyata sama dengan bom yang pernah digunakan oleh pelaku bom bunuh diri di Gereja Kepunton, Solo, September 2011. Ketika itu, pelaku bom bunuh diri, Ahmad Yosepa Hayat, tewas di tempAt. Oleh sebab itu Ansyaad menduga Toriq kemungkinan besar juga termasuk salah satu anggota jaringan Abu Omar. Apalagi pernah ada penangkapan anggota jaringan itu di Jakarta Barat tahun lalu. Abu Omar sendiri telah ditangkap Juli 2011 saat hendak menyelundupkan senjata dari Filipina ke Indonesia. Abu Omar alias Muhammad Ichwan memang salah satu tokoh jaringan pemasok senjata dari Filipina ke Indonesia. Ia telah divonis 10 tahun penjara pada 14 Mei 2012 oleh Pengadilan Negeri Jakarta Barat. Namun, anak tiri Abu Omar, Farhan, ternyata belakangan diketahui terlibat dalam rangkaian aksi teror di Solo, Jawa Tengah. Polisi menduga Farhan ingin membuka hubungan dengan kelompok teror di Filipina. Farhan yang merupakan pimpinan kelompok teroris Solo akhirnya tewas dalam baku tembak dengan personel Densus 88 di Jalan Veteran, Solo, Jawa Tengah, 31 Agustus 2012. Namun, salah satu rekannya, Bayu, berhasil ditangkap dalam keadaan hidup. Berdasarkan informasi dari Bayu itulah, polisi kemudian menguntit dan membekuk Firman di Depok, Rabu 5 September 2012. Peran Firman dan Farhan terkait erat dalam aksi penembakan pos polisi di Solo, dini hari 17 Agustus 2012. Saat itu Farhan lah yang melakukan penembakan, sedangkan Firman mengendarai sepeda motor. Firman ditangkap dini hari kemarin di Depok. Siang harinya tak dinyana kawasan Tambora, Jakarta Barat, digegerkan dengan penemuan bom rakitan di rumah salah satu warganya, Toriq. Toriq sendiri sejak kecil memang tinggal di rumah Tambora itu. Penggerebekan teroris di Depok dan penggeledahan di Tambora yang terjadi dalam sehari sekaligus cukup menarik perhatian. Terlebih, salah satu tetangga Toriq, Ahmad, mengaku pernah beberapa kali melihat Toriq dikunjungi oleh tiga orang berjenggot berbadan tegap yang membawa bungkusan. “Mereka sering datang ke rumah Toriq. Bukan untuk beli pulsa, tapi seperti bertamu. Tapi saat itu kami tidak curiga karena siapa pun bisa bertamu,” kata Ahmad. Toriq saat ini masih dalam pengejaran polisi. Polisi berharap ia menyerahkan diri dan bekerja sama dengan mereka. Kapolres Metro Jakarta Barat, Komisaris Besar Sutana, mengungkapkan bahwa Toriq selama ini memang masuk pantauan polisi karena dia masuk dalam salah satu kelompok radikal. Namun, polisi belum tahu persis Toriq masuk ke kelompok mana. Meski lahir dan besar di Tambora, Toriq memang tergolong jarang bergaul dan cenderung bersifat tertutup. Lantas benarkah Toriq terkait dengan jaringan teroris Solo? Mabes Polri belum berani memastikan. “Sampai saat ini kami belum melihat adanya kaitan antara Toriq dengan jaringan Solo. Tapi kami masih mendalami lebih lanjut soal kemungkinan keterkaitannya dengan Solo,” kata Brigjen Pol Boy Rafli Amar, Kamis 6 September 2012.
"Istrinya Thorik sering melihat suaminya mengerik pentul korek. Kalau ditanya, mereka malah bertengkar," kata Yuyun, tetangga Thorik di Jakarta, Kamis (6/9/2012).
Menurut Yuyun, serbuk pentul korek tersebut dikumpulkan Thorik dalam sebuah wadah. Tak jarang Yanti juga diminta untuk membelikan paralon dan alat-alat lainnya, seperti saringan, kabel, paku, dan bahan-bahan yang diduga digunakan Thorik untuk merakit bom.
Seperti ibu rumah tangga lainnya, ketika sedang menyuapi anaknya, Gabriel (3), Yanti kerap bercerita kepada Yuyun bahwa dirinya diminta menggunakan cadar oleh Thorik, namun Yanti menolak. Sedangkan anaknya ingin dimasukkan ke pesantren sejak kecil.
Thorik yang merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara itu juga disebut Yuyun jarang sekali keluar rumah. Segala urusan rumah dilakukan oleh istrinya. Mulai dari membeli voucher di Roxi untuk berjualan, hingga membeli bahan-bahan berbahaya yang ditemukan di kediamannya.
Terkadang, kata Yuni, terlihat beberapa orang datang ke rumah Thorik. Mereka menggunakan kaos dan celana biasa, namun mereka datang pada tengah malam dan berbicara serius terkesan mengumpat-ngumpat.
"Orang yang suka dateng itu sekitar jam 1 malam," kata Yuyun.
Keanehan Thorik juga dirasakan Rio (17), tetangganya di Jalan Teratai VII, Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat. Menurut Rio, sekelompok orang sering datang ke gerai HP milik Thorik. Mereka kerap membicarakan sesuatu dengan mimik serius dan bisik-bisik. Ketika ada yang mendekat, mereka langsung diam. Karena merasa ada yang janggal, Rio pun memutuskan tidak lagi membeli pulsa di gerai HP Thorik.
Menurut Yuyun, Thorik juga memiliki akun di Facebook. Meski mereka tidak berteman, namun Yuyun mengaku pernah masuk diberanda akun Facebook milik Thorik. Dalam akunnya, kata Yuyun, Thorik kerap menyerukan kalimat-kalimat garis keras dan terkesan frontal.
Saat ini, Thorik masih dalam pencarian pihak kepolisian. Ia melarikan diri ketika warga mendatangi rumahnya untuk memeriksa asap putih tebal yang dikira kebakaran.
Komentar
Posting Komentar