7 janji J

SABTU, 31 AGUSTUS 2013 | 18:12 WIB Jokowi Disambut Meriah Mahasiswa di Padang

TEMPO.CO, Padang--Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo disambut meriah di dua kampus di Padang saat memberi kuliah umum di Universitas Bung Hatta dan Universitas Andalalas, Padang, Sumatra Barat, Sabtu (31/8).

Di Universitas Bung Hatta Padang, sebelum Jokowi datang ke Kampus Universitas Bung Hatta di Air Pacah, bahkan Gubernur Irwan Prayitno juga hadir lebih dulu menyambut Jokowi. Jokowi memberi kuliah umum tentang ekonomi kerakyatan selama setengah jam. Di depan ratusan mahasiswa dan dosen Universitas Bung Hatta, Jokowi banyak bercerita tentang pentingnya mempertahankan pasar tradisional di tengah serbuan mal.
"Pasar tradisional itu ekonomi kita yang rill, yang punya ribuan, bahan yang dijual juga dari petani kita sendiri, kalau mal yang punya paling satu orang," kata Jokowi yang mengharapkan mahasiswa agar lebih memilih belanja di pasar tradisional dibandingkan belanja di mal.
"Kalau ke mal boleh saja, window shopping, pegang-pegang saja barangnnya, jangan beli," kata Jokowi yang disambut tertawa dan tepukan meriah mahasiswa.
Kehadiran Jokowi di Padang memenuhi undangan kedua kampus yang meminta Jokowi memberikan kuliah umum. "Unand dan Universitas Bung Hatta meminta Jokowi ceramah dalam kuliah umum, mereka menghubungi saya, dan Jokowi bersedia, undangan dari kampus itu banyak, Jokowi terpaksa selektif memilihnya, di Padang kampus pertama di Sumatera yang dikunjungi Jokowi," kata pengamat politik Andrinof Chaniago yang mendampingi Jokowi.
Gubernur Irwan Prayiotno mengatakan kehadirannya karena diundang Jokowi. "Tadi pagi pak Jokowi telepon saya, dan mengundang ke sini, karena saya nggak ada jadwal lain, saya kemari menghadiri kuliah umum nya," kata Irwan Prayotno. Menanggapi antusiasnya beberapa pertanyaan mahasiswa yang meminta Jokowi menjadi presiden, menurut Irwan Jokowi memang figur yang tepat untuk menjadi pemimpin. "Dia sederhana dan merakyat, itu yang dibutuhkan masyarakat," kata Irwan Prayitno.
FEBRIANTI

Jumat, 30/08/2013 12:47 WIB Bentuk Tim untuk 2014? Jokowi: Tidak, Ngurus Jakarta Aja Jumpalitan Ray Jordan - detikNews Jakarta - Beredar kabar Joko Widodo (Jokowi) sudah membentuk tim untuk pencapresannya tahun 2014 nanti. Menanggapi hal itu, Jokowi membantahnya. "Tidak ada. Saya tidak punya tim, saya tidak bentuk tim," ujar Jokowi usai menemui Ketua MPR Sidharto Danusubroto di Gedung MPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (30/8/2013). Jokowi menegaskan dia masih sibuk dengan tugasnya sebagai gubernur. "Saya ini Gubernur Jakarta. Ngurus Jakarta aja jumpalitan kayak gitu, kok ngurus tim," lanjutnya. Jokowi juga tidak mau berandai-andai jika nanti di Rakernas PDIP bulan depan, Megawati memutuskan Jokowilah yang menjadi capres. Dia menegaskan, masalah capres hanya DPP dan Megawati yang bisa menjelaskannya. "Urusan saya urusan Jakarta. Jadi kalau mau tanya soal Jakarta, saya jawab. Kalau soal capres, tanya ke DPP, ke Ibu Ketum," ujar pria dengan berat badan 54 kg ini

Jumat, 30/08/2013 11:24 WIB
Warga Waduk Pluit Gugat Jokowi-Ahok
Warga Gusuran Ucap Alhamdulillah Jokowi-Ahok Dilaporkan ke Polisi Idham Khalid - detikNews
Jakarta - Intan, 50 tahun, berjalan lambat memasuki gang sempit di RT 19/17 Muara Baru, Kelurahan Penjaringan, Waduk Pluit, Jakarta Utara, Rabu (28/8) siang lalu, seusai membeli roti. Rumah yang hampir 10 tahun dihuninya tiada lagi, sudah rata dengan tanah pascapembongkaran untuk program normalisasi Waduk Pluit, Kamis pekan lalu.
Kini, ia dan suaminya tinggal di rumah kontrakan yang tidak jauh dari lokasi penggusuran. Raut wajah perempuan berperawakan gemuk ini terlihat semringah ketika berbincang mengenai warga yang melaporkan Kesatuan Polisi Pamong Praja serta Jokowi–Ahok ke Polda Metro karena menganggap petugas Satpol PP membongkar rumah warga secara paksa dan dengan menyeret, menghajar, dan menginjak–injak warga.
Baginya, laporan tersebut bukanlah hal yang baru didengarnya sebab ia sudah mengetahui sejak awal. “Iya saya tahu (Jokowi dilaporkan), saya ikut ke Komnas HAM setelah pembongkaran, tapi gak ikut masuk, cuma di luar. Alhamudillah (dilaporkan) biar kasihan Pak Jokowi sama kita,” kata perempuan yang terlihat memakai
kalung emas
itu saat ditemui detikcom Rabu lalu.
Menurutnya, pembongkaran yang tanpa surat pemberitahuan dan memakai cara yang sangat kasar dengan menyeret dan melempari warga membuat perlakuan tersebut layak dilaporkan kepada pihak yang berwajib.

“Bongkar sih bongkar tapi caranya bagaimana. Kejam, lebih sadis dari (penggusuran) pedagang kaki lima. Katanya dua atau tiga tahun lagi, tapi sekarang udah dibongkar,” kata dia seraya mengaku menyesal memilih Jokowi–Ahok pada Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta pada 2012 lalu itu.

Suryadi, 53 tahun, warga RT setempat lainnya juga mengatakan laporan warga ke Polda Metro tersebut memang layak sebab cara penggusuran yang terjadi pada Kamis pekan lalu yang dilakukan petugas Satpol PP dinilainya kejam dan tidak manusiawi. “Saya sepakat itu dilaporkan. Saya sudah tiga kali mengalami penggusuran, ini yang paling kejam, warga udah kayak binatang diseret,” ujarnya ketika dijumpai detikcom Rabu lalu. Sementara itu, Aris, 44 tahun, warga gang Lapan RT 21/17, Muara Baru, Penjaringan menilai laporan warga ke Polda tidak tepat sebab warga tidak memahami bahwa Pemerintah Provinsi DKI akan melakukan penataan di kawasan tersebut.
“Warganya aja gak sadar mau ditata. Saya sih gak masalah. Yang ngelaporin itu orang bodoh aja, orang memang salah, bangun rumah di waduk,” kata Aris dengan nada ketus ketika berbincang dengan detikcom Rabu lalu.

Yani, 40 tahun, warga RT 19/17, yang rumah kontrakannya belum dibongkar, mengaku tidak tahu bahwa warga melaporkan Jokowi–Ahok ke polisi. Menurutnya, warga tidak perlu melaporkan penggusuran itu ke Polda sebab tanah yang ditempati warga memang tanah milik pemerintah. “Ya gimana, orang tanah punya negara,” ujarnya kepada detikcom Kamis kemarin.

Minggu, 25/08/2013 15:14 WIB Begini Penilaian Foke Soal Terobosan Jokowi Tertibkan PKL Bagus Prihantoro Nugroho - detikNews Suasana di Pasar Tanah Abang sejak penertiban yang diperintahkan Jokowi (detikcom) Jakarta - Mantan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo punya penilaian atas kinerja Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama. Bagi Foke, tak ada yang 'wah' dari program Jokowi seperti penertiban PKL dan lelang jabatan. "Kalau penertiban PKL juga saya dulu pernah bikin di Senen, cuma ada media yang beritain nggak ya?" kata Foke kepada wartawan di kediamannya, Jl. Teuku Umar No 19, Jakarta Pusat, Minggu (25/8/2013). Menurut Foke, dia berhasil mengatasi kemacetan di sekitar Pasar Senen karena ditertibkannya PKL. Foke di masa kepemimpinannya juga banyak berdialog dengan pedagang. "Malahan waktu itu pedagang bilang, 'Pak, mending jalanan ini buat dagang aja, nah mobil-mobil lewat di tempat lain aja'," ujarnya bercerita kilas balik masa kepemimpinannya. Soal lelang jabatan, Foke masih skeptis terhadap hasilnya. Kebijakan tersebut kata dia belum dapat dinilai saat ini. "Ya kita lihat saja nanti akhirnya bagaimana. Kalau kita lihat sekarang ini kan yang lolos lelang itu orangnya itu-itu saja 80%, itu berarti kan memang orang itu di bidang itu," paparnya. Jokowi Percaya Masyarakat Jaga Waduk Pluit Penulis : Fabian Januarius Kuwado Sabtu, 17 Agustus 2013 | 15:42 WIB JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo percaya masyarakat akan menjaga kelestarian kawasan Waduk Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara. Menurut Jokowi, kawasan tersebut bukanlah milik siapa-siapa selain masyarakat sendiri sehingga masyarakatlah yang wajib menjaganya. "Saya percaya masyarakat sini mau merawat, mau memelihara dan enggak merusak. Saya percaya itu," ujarnya seusai peresmian Taman Kota sisi barat waduk, Sabtu (17/8/2013). Atas alasan itu, Jokowi enggan membuat pagar untuk mengelilingi kawasan waduk. "Ndak perlulah pakai pagar-pagaran, ini milik mereka dan mereka harus merawatnya," tutur Jokowi. Menurutnya, dengan apa yang telah dibangun sampai saat ini, masyarakat seharusnya telah memiliki bayangan tentang segi positif penataan kawasan Waduk Pluit. "Kalau melihat dan merasakan manfaat, semuanya mendukung. Ada pohon kurang air, diairi. Ada sampah diambil. Itu yang akan kita bangun," lanjutnya. Dari empat sisi waduk, baru sisi barat saja yang lahannya berhasil dibebaskan dan dibuat ruang terbuka hijau. Taman sisi barat itu memiliki luas 5 hektar dengan pembagian 1 hektar untuk instalasi pengolahan air limbah, 2 hektar untuk ruang penyerapan air, dan 2 hektar demi pembangunan ruang terbuka hijau. Soal relokasi warga di tiga sisi lainnya, Jokowi mengaku masih menunggu pembangunan rumah susun di Muara Baru, Daan Mogot dan Luar Batang. Jika target rampungnya pembangunan rusun pada Desember tercapai, warga akan mulai direlokasi ke rusun secara bertahap. "Nanti mulai Desember kan ada yang sudah jadi. Desember, Januari, Febriari (relokasi warga) terus-terusan saja begitu," ujar Jokowi. Jokowi meresmikan Taman Kota itu pada Sabtu siang. Simbolisasi peresmian dilakukan dengan menuliskan tandatangan Jokowi di sebuah batu. Ratusan warga mengiringi acara peresmian yang dibumbui dengan acara lomba panjat pinang dan pertunjukan musik langsung tersebut. SABTU, 17 AGUSTUS 2013 | 11:15 WIB Taman Waduk Pluit, dari Kumuh Menjadi Indah TEMPO.CO, Jakarta - Keberadaan Taman Waduk Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, yang sebelumnya berupa permukiman kumuh, mendapat apresiasi positif dari warga Penjaringan. Buktinya, beberapa warga mengaku bahagia melihat Waduk Pluit menjadi tak sekumuh dahulu. Salah satu yang mengaku senang melihat bantaran Waduk Pluit sekarang menjadi taman adalah Fenawati. Warga RT 21 RW 17 Muara Baru, Penjaringan, berusia 36 tahun itu, mengaku senang ada taman Waduk Pluit karena menambah tempat rekreasi dan santai di Penjaringan. "Taman ini kan untuk umum, jadi seneng banget karena ada tempat rekreasi baru. Bosen kan kalau ajak anak-anak ke mal terus," ujar Fenawati saat tengah menemani anaknya lomba mewarnai di acara Bazaar 17 Agustus-an yang tengah berlangsung di taman Waduk Pluit. Fenawati juga menilai keberadaan taman ini membuat kawasan Waduk Pluit menjadi lebih indah dibanding tahun lalu dan waduk menjadi terlihat jelas. Dulu, akibat dipenuhi rumah, wujud waduk menjadi susah terlihat dari jalan rata Pluit Timur. Karena suka dengan keindahannya, Fena berencana akan sering membawa ketiga anaknya bermain ke taman baru ini. Kebetulan, jarak rumah ke taman tak terlalu jauh. Hal senada diucapkan Syamsudin, 42 tahun, warga RT 19 RW 17 Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara. Ia berkata, keberadaan taman yang menurutnya indah itu akan mempermudah warga Penjaringan untuk berkumpul bersama seperti hari ini, untuk merayakan hari kemerdekaan. Jaya, 45 tahun, salah seorang tukang ojek di lokasi pun senang melihat pemandangan waduk yang menjadi jelas sejak ada taman. Ia sudah bisa membayangkan jalan-jalan di taman Waduk Pluit di sore hari sambil menikmati angin sepoi-sepoi. "Kayaknya enak ini buat jalan-jalan." Berdasarkan pantauan, taman Waduk Pluit ini memiliki desain yang menyerupai taman Ayodya di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Ruang kumpul warga dibangun mengeliling perairan yang menjadi pusat taman. Di sekeliling taman, bisa ditemukan kursi kursi taman berdesain sama dengan kursi-kursi taman di sepanjang Jalan Sudirman-Thamrin. Selain itu, tak jauh dari kursi-kursi taman, terdapat juga pohon-pohon besar yang disediakan oleh Jakpro. Pohon-pohon itu belum terlalu rindang untuk saat ini sehingga di siang hari kawasan taman seluas 5 hektar itu akan terasa panas. Rencananya taman ini akan diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo pada pukul 11.00 nanti. ISTMAN MP


Kamis, 08/08/2013 16:08 WIB

Blusukan Edisi Lebaran Jokowi Disambut Meriah Warga 5 Kampung

Dhani Irawan - detikNews
Jokowi (Foto: Dhani Irawan/detikcom)
Jakarta - Pertama kalinya berlebaran di Jakarta, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo tidak menggelar open house. Jokowi malah blusukan mengunjungi 5 kampung di Ibu Kota.

Pantauan detikcom, Kamis (8/8/2013), Jokowi bersama istrinya, Iriana, berangkat dari Balai Kota sekitar pukul 08.00 WIB. Jokowi yang mengenakan baju koko putih dan berkalung sarung warna coklat itu langsung menuju ke daerah Tanah Tinggi, Jakarta Pusat.

Para warga kampung deret di Jalan Tanah Tinggi IA, Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat, tampak sudah menunggu kedatangan eks Walikota Solo itu. Warga yang semula berbaris memanjang untuk bersalaman sempat berdesak-desakan ketika Jokowi dan Iriana membagikan amplop dan uang pecahan sepuluh ribuan.

"Yang tertib ya," ujar Jokowi yang dikerubungi warga.

Jokowi juga sempat menjajal sajian opor ayam yang disediakan prasmanan di kampung deret itu. Warga sempat menggoda Jokowi untuk menyuapi Iriana yang tampak anggun dengan kaftan warna coklat.

"Suapin, suapin emangnya ABG," kelakar Jokowi yang disambut tawa warga.

Usai kunjungan itu, Jokowi beserta rombongan menuju wilayah Jakarta Timur. Para warga pun tampak antusias menyambut Jokowi di Jalan Arus Jati, Kampung Tanah Koja, Jatinegara Kaum, RT 10 RW 05, Pulogadung, Jakarta timur tersebut.

Suami dari Iriana itu kembali kewalahan dikerubungi warga. Begitu tahu Jokowi membagikan uang, para warga tambah bersemangat berdesak-desakkan.

"Pak, saya pak, saya belum dapet," ujar seorang anak kecil menarik-narik baju Jokowi.

Selain kedua tempat itu, Jokowi juga mengunjungi 3 wilayah lain, yaitu di Jalan Pademangan Timur 9, Pademangan Timur, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara; Jalan Kampung Utan Bahagia, Cengkareng, Cengkareng Timur, Jakarta Barat; dan Jalan Peninggaran Timur II RT 009/009 Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Di kelima tempat itu Jokowi mengucapkan selamat Hari Raya Idul Fitri 1434 H dan meminta maaf pada seluruh warga Ibukota jika ada kesalahan dan kekeliruan dalam menjalankan tugasnya sebagai Gubernur.

"Ya namanya pemimpin itu pasti ada salahnya. Entah ketika membuat keputusan atau kebijakan. Makanya saya yang ke warga, bukan warga yang ke rumah saya," tutur Jokowi.

Jokowi: Mau Dinilai Baik atau Jelek ya Silakan!

Aisyah - Okezone
Senin, 22 Juli 2013 16:33 wib

JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo tak mau ambil pusing dengan pandangan sejumlah pihak yang menilai kinerjanya masih kurang maksimal. Jokowi yakin masyarakat yang akan menilai hasil kerjanya.

"Ya engga apa-apa. Dinilai jelek silakan, mau dinilai tidak baik silakan. Tapi kan saya bekerja ini atas amanat masyarakat ya yang nilai msyarakat toh," kata Jokowi di Balai Kota, Jakarta, Senin (22/7/2013).

Jokowi berkilah dirinya hanya bekerja keras untuk mewujudkan keinginan masyarakat sehingga penilaian diserahkan pada yang berkomentar.

"Itu terserah yang bicaranya. Saya sih pengennya bekerja keras saja untuk mewujudkan apa yang menjadi keinginan masyarakat. Kalau semua pengennya cepat selesai kan. Soal KJP, Kampung deret semuanya kan proses. Apalagi yang namanya macet dan banjir, kan jangka tengah dan jangka panjang," jelasnya.

Lebih lanjut Jokowi pun mempertanyakan kinerja dari para pendahulunya, terutama soal pembangunan transportasi massal Mass Rapit Transit dan Monorel yang baru bisa dikerjakan pada masanya.

"Kalau enggak disuruh melanjutkan MRT saya disuruh buat apa, pesawat antarkampung? Hahah. Yang 24 tahun itu dari dulu kok enggak ditanyakan kenapa enggak dikerjakan? MRT maupun monorel. Masa disuruh buat ide baru, pesawat antar kampung, ada-ada saja," pungkasnya.

Sebelumnya, pengamat politik Universitas Indonesia, Iberamsjah, menuding mantan Wali Kota Solo itu, belum ada realisasi kerja nyata yang ditunjukkan olehnya. Pasalnya, tingginya elektabilitas Jokowi disebabkan karena di pemberitaan media massa setiap harinya.

Iberamsjah menyarankan Jokowi agar tidak memikirkan soal pencapresan dan fokus untuk membenahi kota Jakarta. 
Ahok: Preman yang Mau Kerja Digaji Rp 4 Juta Minggu, 30 Juni 2013 | 0:53 investor daily JAKARTA – Aksi premanisme membuat program pembangunan di Jakarta terhambat karena banyak lahan parkir dan lainnya dikuasai preman. Untuk mengatasinya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengambil langkah persuasif daripada mengambil tindakan kekerasan. Ia berencana memberi pekerjaan kepada para preman dengan gaji sebesar Rp 4 juta per bulan. “Sebenarnya saya tidak khawatir terhadap lahan parkir yang dikuasai beberapa orang. Kita punya aparat kok, seperti Polisi Militer, Paspampres, dan Koppasus. Mereka mau bantu kita. Lalu ada Brimob, Polda Metro Jaya yang siap mendukung. Termasuk kapolreskapolres berkomitmen mau memberantas premanisme,” kata Ahok, sapaan akrab Basuki, di Balai Kota DKI, Jakarta, Jumat (28/6). Tetapi, lanjutnya, memberantas aksi premanisme dengan tindakan kekerasan bukan gaya pribadinya maupun Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Para preman tidak bisa disingkirkan begitu saja tanpa diberikan pekerjaan untuk menghidupi kebutuhan hidup mereka seharihari. Pemprov DKI menyanggupi untuk memberikan pekerjaan kepada para preman dengan gaji yang cukup besar mencapai Rp 4 juta per bulan. “Tentunya premanisme tidak bisa disingkirkan begitu saja, seperti kata Pak Gubernur. Mereka akan dipekerjakan. Kami sanggup menggaji mereka sebesar Rp 4 juta. Itu menjadi target kita,” tuturnya. Bila supir bus Transjakarta bisa diberikan gaji hingga Rp 7 juta per bulan, bahkan dokter Puskesmas direncanakan menerima gaji mencapai Rp 10 juta per bulan, kini Pemprov DKI berencana memberikan pekerjaan dengan gaji Rp 4 juta per bulan kepada preman. (b1)

4 Sebab Popularitas Jokowi Melebihi Prabowo & Mega  


TEMPO.CO, Jakarta--Pengamat transportasi Tri Cahyono menilai, kepemimpinan Gubernur Joko Widodo dan wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama "Ahok" melupakan satu cara penanganan kemacetan. Menurutnya, cara yang justru dilupakan oleh Jokowi adalah penanganan macet dengan skala kecil. "Mereka tidak pernah melihat cara-cara yang kecil," katanya kepada Tempo, Sabtu, 15 Juni 2013.

RABU, 19 JUNI 2013 | 14:39 WIB Setengah Tahun Jokowi, 40 Persen Sungai Dikeruk TEMPO.CO, Jakarta - Hingga bulan ketujuh masa kepemimpinan Gubernur DKI Joko Widodo, Dinas Pekerjaan Umum DKI mengklaim telah mengeruk 40 persen sungai, kali, saluran makro dan mikro, serta saluran penghubung di Jakarta. "Dari total 141 sungai, kali, dan saluran, sudah 61 dikeruk," kata Kepala Seksi Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Konservasi dan Pendayagunaan Sumber Daya Air Dinas PU, Maryana, kepada Tempo, Kamis, 13 Juni 2013. Pengerukan ini diprioritaskan pada sungai yang timbunannya melebihi ketinggian aliran air. Belajar dari banjir bulan Januari lalu, Sungai Cideng (Sumenep) menjadi prioritas utama. Di Jakarta Pusat, Dinas PU mengeruk lima lokasi kali dan 11 lokasi saluran penghubung. Di Jakarta Barat, pengerukan di lima lokasi kali, empat lokasi waduk, dan enam lokasi saluran penghubung. Adapun di Jakarta Utara, pengerukan di dua lokasi kali dan 16 saluran penghubung. Sedangkan di Jakarta Timur pada dua lokasi waduk, empat lokasi kali, dan tiga saluran penghubung. Di Jakarta Selatan, pengerukan pada enam lokasi kali dan satu lokasi saluran penghubung. Maryana mengakui, dari jumlah tersebut, pengerukan tidak dilakukan di sepanjang sungai. Hanya bagian yang tertimbun cukup berat dari sungai yang diprioritaskan untuk dikeruk. Misalnya, di Kali Angke, yang dikeruk sepanjang 500 meter dari Pesing sampai Jembatan Genit. Contoh lain, Kali Cibubur juga hanya dikeruk sepanjang 500 meter. Maryana beralasan, pengerukan belum di sepanjang sungai karena keterbatasan dana. Dia mendapat dana pagu Rp 30 miliar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah DKI sepanjang 2013 ini. "Itu termasuk dana pengaman darurat, tidak terprediksi," kata dia. ATMI PERTIWI SENIN, 17 JUNI 2013 | 06:35 WIB Soal Macet, Jokowi-Ahok Lupakan Hal Sederhana?

TEMPO.COJakarta - Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia Dodi Ambardi menilai Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo memiliki kelebihan sebagai calon presiden 2014 ketimbang pemain lama di kancah politik. Menurut dia, kelebihan itu merupakan kelebihan dalam atribut personal dibanding Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri, nama-nama yang disebut sebagai capres potensial 2014. "Ada empat atribut, dua atribut sangat menonjol dari Jokowi," katanya kepada Tempo. (Baca juga: Plus-Minus Jokowi Jadi Capres 2014)

1. Atribut personal yang paling menonjol adalah Jokowi dinilai sebagai sosok yang bersih dari korupsi.
 Publik menilai gaya Jokowi yang apa adanya dan terkesan tidak menjaga jarak membuat dia dianggap bersih dari korupsi. Selain itu, di sekitar rumah dinasnya di kawasan Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat, amat jarang terlihat mobil mewah yang keluar-masuk. Hal itu berbeda dengan masa kepemimpinan Gubernur Fauzi Bowo yang sering kali terlihat mobil mewah berada di kawasan tersebut. Sikap kaku yang ditunjukkan saat menjadi pembawa acara di stasiun televisi swasta juga dianggap sebagai bukti bahwa Jokowi tidak berusaha mengubah penampilannya.

2. Penampilan Jokowi dinilai tidak banyak berubah ketimbang politikus Senayan setelah terpilih sebagai anggota dewan.
 Jokowi tidak memermak sedikit pun penampilannya meski sudah menjadi gubernur.

3. Atribut personal lainnya yang menonjol adalah peduli kepada rakyat. Gayanya yang terkesan apa adanya juga menimbulkan persepsi bahwa Jokowi tidak suka bergaya mewah-mewahan. "Semua citra pejabat yang ada seperti berwibawa itu diterabas semua oleh Jokowi," kata Dodi.

Salah satu hal yang paling diingat adalah saat meninjau lokasi jebolnya tanggul Latuharhari di Menteng, Jakarta Pusat, 17 Januari 2013 lalu. Saat itu Jokowi mengeluarkan gestur bahwa dirinya pusing melihat jebolnya tanggul tersebut. Sambil jongkok di tengah rel, Jokowi juga tampak melipat tangannya di kepala.

Jokowi pun terkesan cuek meski kamera wartawan yang melakukan liputan sibuk mengabadikan posisi tubuhnya. Ini makin menciptakan persepsi publik bahwa Jokowi merupakan sosok yang jujur dan apa adanya. "Dia tidak begitu peduli dengan satu gambaran citra bahwa dia harus berwibawa, harus menjaga jarak dengan publik, dan itu kan diterabas semua sama Jokowi," ujar Dodi. (Baca: Kepemimpinan Jokowi, Prinsip tanpa Konfrontatif) 

4. Atribut personal lainnya adalah dalam hal ketegasan.Menurut Dodi, persepsi publik menilai bahwa Jokowi adalah sosok yang tegas dalam menghadapi masalah. Bahkan, ketegasan Jokowi dinilai melebihi Prabowo yang berlatar belakang militer. Contohnya pada saat Jokowi masih menjabat sebagai Wali Kota Solo. Saat itu, Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo memintanya untuk merobohkan sebuah bangunan pabrik tua yang ada di Solo. Tapi Jokowi menolak permintaan itu hingga akhirnya dinilai bodoh.

Prinsip itu juga yang kerap menjadi kekuatan atribut pesonal bagi Jokowi untuk menjadi calon presiden. Sebagai politikus, dia sadar bahwa keinginan rakyat harus diikuti agar pemerintahannya bisa berjalan dengan baik. Tapi tidak semua keinginan rakyat dipenuhi Jokowi saat menjadi gubernur. Contohnya adalah penanganan Waduk Pluit. Dengan tegas Jokowi menyatakan warga yang tinggal di bantaran waduk harus pindah. Meski warga meminta ganti rugi, dia menegaskan tidak ada ganti rugi karena itu merupakan tanah pemerintah.

"Karena itu, secara atribut, personal jokowi memenuhi harapan publik dan bisa diterima publik, dan yang kedua dia punya prinsip," kata Dodi.

Popularitas Jokowi bahkan jauh mengungguli Prabowo, Megawati, maupun Aburizal Bakrie.
"Jokowi 80 persen respondennya, berikutnya baru Prabowo dengan 60 persen dan Megawati 55 persen," ujar Dodi.

Ingin tahu apa saja yang sudah dilakukan Jokowi-Ahok selama delapan bulan kepemimpinan mereka di Jakarta? Klik di sini.

DIMAS SIREGAR
Koran Tempo selama sepekan, mulai Senin 17 Juni 2013 akan membahas tentang persoalan Jakarta yang masih menjadi pekerjaan rumah Jokowi-Ahok, termasuk transportasi. Penanganan skala kecil yang dimaksud oleh Tri contohnya seperti penataan trotoar dan pembatas jalan maupun rekayasa lalu lintas. Menurutnya, cara-cara kecil itu dinilai cukup efektif untuk mengurai kemacetan yang belum juga terpecahkan hingga saat ini. Dia yakin, penataan itu bisa mengurangi kemacetan hingga 20 persen.
Dia pun heran mengapa Jokowi terkesan melupakan dan tidak memerhatikan penanganan seperti itu. Selain efektif, biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk melakukan penataan itu tergolong sangat kecil ketimbang proyek transportasi lainnya. "Apalagi Ahok kan terkenal irit anggaran, jadi mengapa tidak melakukan penanganan seperti itu," ujar dia.
Hal kecil semacam itu, kata Tri, menjadi penting karena menjadi insfrastruktur penghubung antara masyarakat dengan moda transportasi massal. Apalagi dengan program 1000 bus yang dicanangkan oleh Jokowi sejak awal masa pemerintahannya. Penataan trotoar justru menjadi vital karena menjadi tempat penghubung antara bus dengan pejalan kaki sebagai targetnya.
Dia heran mengapa pemerintah saat ini justru lebih memperhatikan sisi keindahan trotoar ketimbang fungsinya untuk pejalan kaki. Padahal, pejalan kaki disebutnya tidak terlalu mementingkan keindahan selama kondisi trotoar bersih dan layak pakai. "Pejalan kaki harus dapat fasilitas baik karena mereka ada teman dari bus,"katanya.
Meski begitu, dia menilai tidak adil jika kealpaan itu cuma ditujukan kepada Jokowi. Soalnya, dia yakin bahwa Kementerian PU, Dinas PU, dan Dinas Perhubungan mengetahui bahwa ada cara yang murah tapi efektif untuk mengatasi kemacetan. "Mereka tahu tapi tidak dilakukan, termasuk oleh pendahulu Jokowi," ujarnya. Dia pun meminta agar Jokowi bisa segera merealisasikan penanganan macet skala kecil yang merupakan hasil penilaian JICA. Apalagi saat ini ada ratusan simpang yang dinilai sudah memerlukan rekayasa lalu lintas karena daya tampung jalan sudah tidak ideal ketimbang saat baru selesai dibangun. "Masa sduah ada penelitian dari JICA, dan mereka juga yang harus mengerjakan," katanya.
Dia pun menolak jika disebut program 1000 bus itu bakal sia-sia untuk mengatasi kemacetan. Program 1000 bus, kata dia, merupakan skala menengah yang harus dipadukan dengan penanganan skala kecil seperi penataan trotoar maupun pembatas jalan. "Jadi program 1000 bus makin berhasil kalau trotoar ditata, berikan kenyamanan pada pejalan kaki," ujarnya. Simak PR transportasi Jakarta di sini.
DIMAS SIREGAR

  Jokowi marah rakyat kecil diremehkan







JAKARTA. Gubenur DKI Jakarta Joko Widodo marah atas pernyataan Komisaris Utama PT Jakarta Internasional Expo tentang pesta rakyat Jakarta yang diibaratkan seperti pameran kerak telor. Jokowi menilai pernyataan itu salah besar.
Hal itu disampaikan Jokowi ketika ditanya tentang pernyataan Komisaris Utama PT Jakarta International Expo (PT JIExpo), Murdaya Poo, pekan lalu. Pada pertemuan dengan Wakil Gubenur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, Selasa (4/6/2013), Murdaya Poo menyanggah PRJ hanya mengakomodasi industri skala besar dan mengabaikan industri kecil. Menurutnya, PT JIExpo telah proporsional dalam menempatkan usaha kecil dan industri besar.
"Sekarang itu, sudah dua kali lipat (keberadaan usaha kecil di PRJ), tiap tahun dilipatkan terus. Memang, di luar ada, di dalam ada, karena ini kan bukan pameran kerak telor," kata Murdaya kepada wartawan setelah bertemu dengan Basuki, Selasa.
Jokowi menilai salah besar jika pesta rakyat yang digagas olehnya diadakan untuk menyingkirkan Pekan Raya Jakarta yang selama ini digelar oleh PT JIExpo. "Karena dia (Murdaya Poo) enggak mulai dari awal. Dia ngertinya kan hanya untung, hanya untung, hanya untung. Tahu kamu?" kata Jokowi dengan nada tinggi kepada wartawan ketika ia membeli kerak telor di tepi Jalan Benyamin Sueb, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (10/6/2013) siang.
Pernyataan tegas dengan mimik serius dari mantan Wali Kota Surakarta tersebut sempat membuat sejumlah wartawan terkejut. Tidak biasanya Jokowi melontarkan pernyataan dengan nada tinggi seperti itu karena Jokowi selalu melayani pertanyaan media dengan gaya santai.
Jokowi mengatakan, keinginan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menggelar pesta rakyat menyambut HUT DKI Jakarta bukan untuk mengusik acara PRJ yang diselenggarakan oleh PT JIExpo. Menurut Jokowi, bisa saja ada pameran industri berskala besar. Namun, harus ada juga acara yang mengakomodasi usaha kecil dari masyarakat.
"Konsepnya awal itu untuk kegembiraan rakyat, kemudian juga untuk usaha-usaha yang kecil, usaha mikro, usaha-usaha rumah tangga seperti ini yang seharusnya diberi ruang. Biar mereka pun bisa berpesta satu tahun sekali," ujarnya.
Jokowi mencontohkan, jika JIExpo mengklaim telah mengakomodasi pedagang kecil, buktinya masih ada ratusan pedagang kerak telor yang tidak bisa masuk ke arena PRJ dan berjualan di pinggir-pinggir jalan di sekitar arena PRJ. Oleh sebab itu, kata Jokowi, perlu ada acara yang mampu menampung para pedagang makanan kecil itu.
Pemprov DKI mewacanakan untuk menggelar acara PRJ di pelataran Monumen Nasional sebagai bagian dalam merayakan ulang tahun Kota Jakarta. Pemprov DKI melihat PRJ yang digelar di Kemayoran selama beberapa tahun ini telah kehilangan roh karakter Betawi. Hal itu antara lain ditandai oleh keberadaan stan-stan industri raksasa di PRJ yang menggeser produk kebudayaan Betawi. Pemprov DKI melihat perlu digelar HUT DKI yang memiliki ciri Betawi.

Jokowi: Menapak Tangga Kepemimpinan

JAKARTA — Joko Widodo, wajah baru dalam dunia perpolitikan Indonesia, di luar perkiraan berhasil menggalang dukungan di tingkat nasional. Gubernur Jakarta tersebut memberikan alternatif baru bagi sebuah demokrasi yang mengalami krisis pemimpin muda. 
Dikenal luas sebagai Jokowi, gubernur berusia 51 tahun tersebut tengah menghadapi tantangan-tantangan terbesar di ibukota, termasuk banjir, kemiskinan dan kemacetan. Meskipun belum banyak bukti bahwa ia bisa menyelesaikan semua permasalahan tersebut, Jokowi telah menyedot perhatian media, dan bahkan digadang-gadang sebagai salah satu kandidat pemilihan presiden tahun 2014, ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono turun dari kursi kepemimpinannya setelah 10 tahun berkuasa.
Joko Widodo terpilih menjadi gubernur Jakarta Oktober lalu, dan dalam kampanyenya, ia banyak mengangkat program-program kerakyatan yang sebagian besar ditujukan bagi kaum miskin. Ia berhasil membangun citra sebagai sosok yang disukai orang dari segala kalangan. Ia sering terlihat mengenakan baju-baju merakyat dan mengunjungi kawasan-kawasan terkumuh di Jakarta. Pada kunjungan di kawasan Jakarta Selatan saat banjir besar awal tahun ini, para wanita menyambut riuh kedatangan mantan walikota Solo tersebut, sementara anak-anak mengikuti ke mana pun ia pergi.
Dalam sebuah wawancara di kantornya, Jokowi berulang kali mendeskripsikan dirinya dan kebijakannya sebagai “sederhana.” Tujuan utamanya sebagai gubernur Jakarta adalah “untuk membangun rasa percaya dari rakyat. Setelah itu, kita bangun sistemnya,” kata Joko Widodo, sembari duduk di belakang mejanya yang dipenuhi dengan diagram reklamasi pantai Jakarta, yang merupakan salah satu projek infrastruktur yang ia ingin hidupkan kembali.
Jokowi mengakui, segala langkah dalam menjalani rencananya akan datang dengan berbagai macam kesulitan dan tantangan.
Jokowi terpilih sebagai gubernur Jakarta setelah mengenyam pengalaman sebagai walikota Solo. Mengingat Jakarta merupakan kota dengan 10 juta penduduk yang terkenal sulit untuk ditata dan dikelola, sepertinya posisi baru Joko Widodo akan lebih rumit dari yang ia harapkan.
Salah satu langkah pertama yang ia jalankan ketika menjabat adalah untuk menggratiskan jaminan kesehatan bagi golongan miskin di Jakarta. Kebijakan tersebut mengakibatkan rumah sakit mengalami kepenuhan, di mana para dokter harus lembur dan para pasien mengantre di luar bangunan menjelang subuh.
Sementara itu, sejumlah rencananya mengalami hambatan. Sejak awal Januari lalu, Jokowi mengumumkan tercapainya kesepakatan untuk membangun monorail, sebuah upaya yang ia percaya bisa mengatasi kemacetan lalu lintas di Jakarta. Rencana tersebut mengalami kemajuan, namun banyak kalangan yang skeptis sampai peletakan batu pertama dilakukan.
Gubernur Jakarta tersebut juga percaya bahwa sebuah proposal untuk membangun terowongan untuk mengatasi banjir akan menarik minat investor. Kenyataannya tidak semudah itu.
Penerapan sistem nomor polisi ganjil-genap pada ruas protokol Jakarta guna mengurangi kemacetan juga masih ditunda sampai akhir tahun ini.
Selama ini, suara-suara kritikan terhadap Jokowi masih sangat sedikit, namun mulai bertumbuh.
“Dia menunjukkan empati, dia menunjukkan simpati, dan rakyat benar-benar merasakan itu,” kata Todung Mulya Lubis, seorang pengacara dan pengamat politik. “Tapi pertanyaannya, mana isinya? Jika anda mendengarkan ia berbicara, anda tidak merasa ia memiliki sesuatu. Saya tidak melihat ada strategi.”
Dukungan terhadap Presiden Yudhoyono jatuh setelah serangkaian kasus korupsi menghantam partainya. Jokowi, seorang penggemar musikheavy-hetal, telah mendulang dukungan para pemilih yang mulai jenuh dan juga kaum muda, kelompok yang akan membentuk setengah dari total pemungut suara pada pemilu 2014 nanti.

Popularitas Jokowi bisa jadi mulai menurun — terutama karena mulai berkurangnya jam tayang gubernur Jakarta tersebut di televisi, yang sempat meroket semasabanjir Jakarta beberapa bulan lalu.
Banyak yang menilai bahwa Joko Widodo memiliki sejumlah kualitas kerakyatan yang dimiliki oleh Presiden Yudhoyono, ketika ketua Partai Demokrat itu menggalang banyak dukungan rakyat sekitar 10 tahun lalu. Namun, kebiasaan Jokowi mendatangi kampung-kampung Jakarta, yang dikenal sebagai blusukan, adalah sebuah modus operandi yang jarang terdengar di antara para elit politik bangsa ini.
Wijayanto Samirin, wakil dekan Universitas Paramadina, mengatakan kebanyakan politisi di Indonesia tidak memiliki kedekatan dengan rakyat.
Sejauh ini, hanya ada satu kandidat yang secara resmi mengumumkan niatnya untuk mencalonkan diri pada pemilihan presiden 2014: Aburizal Bakrie, Ketua Umum Partai Golkar dan juga pimpinan konglomerasi Grup Bakrie.
Partai Demokrat pimpinan Presiden Yudhoyono masih belum menamakan calon presiden. Sementara satu kandidat lain adalah Prabowo Subianto, yang namanya diunggulkan di sejumlah polling, dan merupakan salah satu tokoh kunci dalam membawa Jokowi dari Solo ke Jakarta.
Sejumlah analis mengatakan ada kemungkinan bahwa sejumlah partai bisa meminang Jokowi sebagai calon presiden. Namun, Joko Widodo pernah mengatakan bahwa ia tidak berniat mencalonkan diri sebagai presiden, dan bertekad untuk menyelesaikan masa jabatannya sebagai gubernur Jakarta.
Hashim Djojohadikusumo, adik dan penyokong dana Prabowo, tidak menutup kemungkinan terciptanya pasangan politik Jokowi-Prabowo untuk 2014. “Bisa saja,” kata Hashim dalam sebuah wawancara.
"Demi Tuhan, ... Kami Menyesal Pilih Jokowi"
Penulis : Alsadad Rudi | Kamis, 2 Mei 2013 | 21:16 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Warga Fatmawati, Lebak Bulus, Cipete, dan Sisingamangaraja, Jakarta Selatan, yang tergabung dalam Masyarakat Peduli MRT, kecewa terhadap Gubernur Joko Widodo. Mereka menilai Jokowi telah menipu mereka dalam hal pembangunan mass rapid transit atau MRT.
Setelah diluncurkannya proyek pembangunan MRT oleh Jokowi, Kamis (2/5/2013), Masyarakat Peduli MRT menyampaikan kekecewaannya terhadap kepemimpinan Jokowi dan Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama. Menurut mereka, Jokowi dan Basuki telah membohongi mereka.
Koordinator Masyarakat Peduli MRT Rudi Daniel mengatakan, Jokowi tidak menepati janjinya untuk membentuk tim kajian lintas kepentingan yang melibatkan Pemerintah Provinsi DKI, PT MRT Jakarta, Kementerian Perhubungan, lembaga swadaya masyarakat, wartawan, dan warga. Janji itu diucapkan oleh Jokowi dalam acara public hearing beberapa waktu lalu.
"Saat public hearing bulan Maret, saat saya menyampaikan ide, kepala Pak Jokowi sudah manggut-manggut dan bilang, 'Ide Anda bagus.' Saya tidak bohong, kalau saya bohong, saya rela ditembak mati. Para wartawan terutama yang membawa kamera pasti ada rekamannya," kata Rudi saat dihubungi, Kamis petang.
Secara pribadi, Rudi menyesal telah memilih pasangan Jokowi dan Basuki Tjahaja Purnama sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI. Dia mengatakan, saat Pilkada DKI tahun lalu, dia menjadi salah satu anggota tim sukses Jokowi-Basuki. Saat itu bahkan dia sempat menemui Jokowi di Solo untuk memperjuangkan agar pembangunan jalur MRT yang melewati wilayah Jakarta Selatan agar dibangun di bawah tanah saja.
"Demi Tuhan, saya tidak bohong, saya sudah dijanjikan oleh Pak Jokowi waktu itu. Sama Pak Ahok juga bilang, 'Pilih kami, MRT akan dibangun bawah tanah.' Kepada semua warga, saya bilang, 'Coblos Jokowi, tokoh pembaharuan. Jangan pilih Fauzi Bowo karena korupsi.' Tapi jujur, saat ini kami seperti warga Warakas ataupun buruh, menyesal. Gubernur kita gampang janji," kata Rudi.
Rudi menjelaskan, Masyarakat Peduli MRT tidak menolak pembangunan MRT di Jakarta. Namun, ia menginginkan agar rute MRT ruas Lebak Bulus-Sisingamangaraja yang melewati permukiman mereka sebaiknya dibangun melalui jalur bawah tanah.
"Saya lahir di sini tahun 1960-an. Berapa pun ganti rugi, saya akan menolak karena ini bukan urusan uang, tapi ini soal tanah warisan. Kami punya catatan sejarah, selalu bayar pajak. Jokowi enggak lihat ini. Saya siap berdiri di depan toko saya, over my dead body, langkahi dulu mayat saya," kata pengusaha marmer di sekitar Jalan Panglima Polim ini.
Hari ini Jokowi telah meresmikan peluncuran pembangunan MRT Fase 1 yang menghubungkan Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia. Pada tahap berikutnya, MRT akan dibangun hingga Kampung Bandan.
Proyek ini diperkirakan akan menghabiskan dana sekitar Rp 12,5 triliun. Nantinya jalur MRT akan terdiri dari jalur layang dan bawah tanah. Untuk jalur layang adalah rute yang menghubungkan Lebak Bulus-Sisingamangaraja, sedangkan rute bawah tanah yaitu Sisingamangaraja-Kampung Bandan.
Jalur layang yang menghubungkan Lebak Bulus hingga Sisingamangaraja itulah yang menuai protes dari warga Jakarta Selatan, terutama yang bermukim di Jalan Fatmawati, Panglima Polim, dan Cipete, karena rumah mereka akan dilalui jalur MRT layang.
Editor :
Laksono Hari W
Mulai April, Jokowi Jalankan Proyek JEDI Rintisan Foke
Penulis : Kurnia Sari Aziza | Kamis, 31 Januari 2013 | 22:14 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengatakan, proyek Jakarta Emergency Dredging Intiative (JEDI) akan dikerjakan mulai April 2013. Menurut Jokowi, Pemprov DKI bersama Kementerian Pekerjaan Umum telah siap menjalankan proyek yang digagas oleh mantan Gubernur DKI Fauzi Bowo tersebut.
"Ini kita kerjakan nanti bersama-sama dan DKI ini pada proses validasi sehingga bulan April atau Mei akan mulai kita kerjakan," kata Jokowi di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (31/1/2013).
Dana proyek JEDI ini berasal dari pinjaman dari Bank Dunia. Pemprov DKI mendapatkan 69 juta dollar AS, sementara Kementerian Pekerjaan Umum sekitar 70 juta dollar AS. Proyek JEDI ini juga akan bergerak setelah masa prakualifikasi. Nantinya, Pemprov DKI akan mengerjakan pengerukan di Sungai Ciliwung, Gunung Sahari Drain, Waduk Melati, Saluran Gresik, dan Thamrin-Cideng Drain.
"Proyek itu untuk yang paket 1, kemudian paket 4-nya kami akan mengerjakan normalisasi dan pengerukan di Sentiong, Waduk Sunter Utara, Waduk Sunter Selatan, dan Waduk Sunter Timur 3. Yang paket 7, kami juga akan kerjakan di Kali Grogol, Sekretaris Drain, kemudian di Kali Besar, Krukut-Cideng Drain, dan Krukut-Kramat Drain," ujarnya.
Sementara itu, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto mengatakan, jika sesuai jadwal, pengerjaan proyek ini akan paling lambat mulai dikerjakan pada akhir triwulan pertama tahun 2013. "Tapi itu semua tergantung dari militansi kami dan World Bank, maka solusi paling cepat jika terjadi banjir lagi dibuat sodetan," kata Djoko.
Untuk menanggulangi banjir Ibu Kota, mantan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo telah menggagas proyek JEDI sejak tahun 2008. Proyek JEDI ini berupa normalisasi dan pengerukan 13 sungai. Realisasi proyek JEDI dilakukan secara bertahap dan dibagi dalam 7 paket pengerjaan.
Dari tujuh paket itu, tiga paket dikerjakan Pemprov DKI, dua oleh Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC), dan dua lainnya oleh Cipta Karya lewat bantuan dana Bank Dunia. Pengajuan pinjaman ke Bank Dunia sebenarnya sudah sejak tahun 2008. Namun, karena proses birokrasi yang panjang, realisasinya baru mulai tahun 2012.
Tender proyek JEDI telah berjalan dengan melibatkan 14 perusahaan termasuk dari Korea, China, India, dan Taiwan. Jika proyek ini selesai, diprediksi dapat mengurangi banjir sekitar 30 persen titik banjir Jakarta.
Secara keseluruhan proyek JEDI meliputi 57 kelurahan di 4 wilayah DKI Jakarta, yakni di Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta Pusat, dan Jakarta Timur. Proyek JEDI ini diharapkan mampu membebaskan pemukiman warga dari banjir. Secara rinci, proyek JEDI ini juga meliputi daerah kumuh di sepanjang Kanal Banjir Barat (KBB), Pakin, Kali Besar, Jelakeng, Sunter Hulu, Krukut-Cideng dengan populasi penduduk sekitar 173.000 jiwa. Untuk pengerukan lumpur, nantinya akan ditiriskan, kemudian dibuang ke kawasan Ancol menggunakan truk kedap air. Adapun sampahnya dibuang ke TPA Bantargebang.
Editor :
Laksono Hari W
Senin, 21/01/2013 16:03 WIB

Hari ke-98 Jokowi

Jokowi Beberkan Banjir di Bundaran HI, Plaza UOB & Pluit

Salmah Muslimah - detikNews
Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo bertemu dengan jajaran DPD RI. Ia meminta dukungan para senator menangani permasalahan banjir di DKI Jakarta. Tiga lokasi yang mengalami banjir parah dijelaskan di depan jajaran DPD RI.

"Banjir di HI akibat jebolnya tanggul di Latuharhary, tapi sudah diselesaikan.
Masalah di (Plaza) UOB, airnya baru separuh yang diselesaikan. Di Pluit karena pompa terendam tidak bisa bergerak sehingga air tidak bisa dialirkan ke laut," kata pria yang akrab disapa Jokowi di depan senator di Gedung MPR/DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (21/1/2013).

Jokowi menambahkan permasalahan tersebut juga telah disampaikan kepada Presiden SBY dan pemerintah segera menanganinya. Penanganan pun dilakukan dalam jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.

"Kami juga sudah sampaikan ke Presiden agar penanganan banjir dipercepat. Waduk di Ciawi juga di Cimanggis bisa diselesaikan. Keempat pompa semoga bisa mengurangi banjir. Sumur resapan hingga kita targetkan 20 ribuan untuk tahun ini, deep tunnel juga," ujar suami Iriana tersebut.

Sedangkan penanganan jangka pendek yang diupayakan Pemprov DKI Jakarta untuk logistik diklaim sudah memenuhi kebutuhan korban banjir. Namun jumlah toilet bergerak masih kurang memadai.

"Kami sampaikan dari sisi logistik kami lebih dari cukup. Yang menjadi masalah bagi kami adalah toilet, karena hanya memiliki 13 unit, pusat 7 unit, padahal kebutuhan 64 unit. Ini memang masih kurang, di lapangan kurang, pengungsi hampir 43.000," ujar Jokowi di depan Ketua DPD Irman Gusman.

"Kami mohon dukungan apa yang akan kita kerjakan ini bisa dipercepat," tutup Jokowi.

(vid/nrl)

Adolf Heuken: Orang paling pandai pun tak bisa urus Jakarta

Reporter: Islahudin
Senin, 15 Oktober 2012 05:30:00

Kategori Jakarta Publik
Banyak analisa yang menyebut kemenangan pasangan Jokowi-Ahok sebagai pemenang dalam pemilihan gubernur Jakarta adalah keinginan perubahan dari masyarakat. Ini terlihat dari kemenangan dalam dua putaran mengalahkan pasangan petahana Fauzi Bowo. Terlepas dari strategi yang digunakan tim sukses Jokowi, dukungan besar itu juga mengharapkan perubahan besar masalah Jakarta yang harus segera diselesaikan.

"Saya malah kasihan kepada Jokowi, kenapa dia mau memimpin kota ini. Masalah kota ini kompleks, padahal harapan masyarakat terlalu besar, saya takut dia dimarahi jika tidak sesuai harapan," kata Adolf Heuken, pendeta Jesuit yang juga penulis buku dan ahli tentang Jakarta, saat ditemui merdeka.com di Menteng pekan lalu.

Dia melihat harapan masyarakat Jakarta pada Jokowi seperti harapan masyarakat Amerika Serikat pada Barack Obama pada pemilu 2008. Bahkan, pendeta kelahiran Jerman ini menjelaskan, orang paling pandai sekali pun tidak akan bisa mengurus Jakarta. Heuken menilai, Jakarta sudah kehilangan arah pembangunan.

Kehilangan arah pembangunan itu menurut Heuken, bergeser sejak berakhirnya kepemimpinan Ali Sadikin. Dia menjelaskan, gubernur setelah Ali Sadikin, hanya menikmati saja, tanpa berusaha untuk terus memperbaiki. "Ada rancangan besarnya, tapi itu diubah-ubah. Teorinya ada tapi pada praktiknya tidak ada," ujar Heuken dengan nada tinggi sambil memukul mejanya berkali-kali.

Dia memberikan contoh, bagaimana kawasan Menteng yang memiliki bangunan bersejarah sudah rusak. Menurut Heuken, hampir seratus rumah lebih rumah di Menteng yang telah dibongkar dan pugar. Dia menilai, status bangunan yang seharusnya tidak boleh dipugar bagian luar dan dalamnya, namun begitu mudah didapatkan hanya dengan uang.

"Saya sudah bilang ke pemerintah Jakarta akan sejarah bangunan itu, tapi mereka tidak mau dengar dan tetap saja dibongkar," kata Heuken. Dia mencontohkan, rumah yang berada di Jalan Cilacap Nomer 4, Menteng. Dalam ingatannya, gedung itu dibangun pada 1923 oleh kolonial Belanda dan digunakan sebagai kantor dinas jawatan telepon.

Baru setelah Indonesia merdeka, pada 1945 gedung dijadikan sekretariat Badan Pekerja Komite National Indonesia Pusat. Kemudian pada 1950 dijadikan kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Terus dijadikan kantor kementerian Luar Negeri Indonesia yang pertama. Kemudian sempat digunakan sementara untuk universitas Bung Karno.

Menurut Heuken, Jakarta saat ini dengan segudang masalahnya membutuhkan pemimpin yang tegas. Dia menilai hanya Ali Sadikin yang mampu melakukan itu. Bahkan menurut dia, Ali Sadikin tidak jarang langsung tampar anak buahnya jika dianggap melakukan kesalahan.

"Ali Sadikin itu jujur, tegas, dan dia bekas tentara," ujar Heuken.

Setelah hampir 50 tahun tinggal di Jakarta, dia merasa ikut dalam berbagai perubahan Jakarta. Ketekunannya menulis bidang kerohanian, hampir sama dia lakukan dalam menuliskan Jakarta. Mulai dari sejarah hingga perubahan-perubahan di dalamnya. Lihat saja buku-buku nya seperti, Historical Sites of Jakarta, Sumber-sumber Asli Sejarah Jakarta, Galangan Kapal Batavia Selama Tiga Ratus Tahun, Menteng: Kota taman Pertama di Indonesia, dan buku-buku lainnya.

Dari pengetahuan tentang Jakarta, dia menilai masalah Jakarta saat ini sudah kompleks. Menurut Heuken, masalah Jakarta, bukan hanya masalah di Jakarta itu sendiri, tapi juga masalah dari kawasan kota-kota sekitar Jakarta. Mulai dari kepadatan penduduk, banjir, macet, keamanan, dan masalah lainnya. "Saya tidak pesimistis, saya cinta kota ini, tapi itulah realitanya, kita harus fair. Kemarin Fauzi Bowo dimarahi banyak orang, saya takut Jokowi akan dimarahi warga," kata Heuken.

Heuken berharap, Jokowi harus tegas kepada aparat di bawahnya. Dari pengalamannya pada masa gubernur-gubernur sebelumnya, kinerja aparat di bawah kadang hanya ingin untung sendiri. Bahkan Heuken pernah melihat seorang kepada bidang kepegawaian langsung melayaninya saat mengurus tanah rumahnya, karena pegawai yang bertugas begitu lambat dan banyak alasan.
"Kita lihat saja Jokowi untuk dua tahun ke depan. Kalau tidak bisa, jangan salahkan dia, karena harapan masyarakat yang terlalu tinggi," kata Heuken sambil berharap.
[ian]

Jokowi: Hubungan Saya dengan Pak Foke Mesra Sekali

Ahmad Toriq - detikNews
Jakarta Gubernur DKI Jakarta terpilih Joko Widodo (Jokowi) mengaku hubungannya dengan Fauzi Bowo saat ini baik-baik saja. Jokowi bahkan bilang hubungan mereka mesra.

"Hubungan saya dengan Pak Foke mesra sekali," kata Jokowi usai rapat dengan Fraksi PDIP di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (4/10/2012).

Jokowi menjelaskan hubungannya dengan Foke saat ini berjalan baik. Namun, Jokowi menambahkan, belum ada kontak dengan Gubernur DKI yang akan segera melepas jabatannya itu.

"Tapi memang nggak pernah ada telepon-telepon," tuturnya.

Usai dari FPDIP, Jokowi akan menuju Balai Kota untuk memenuhi undangan Foke. Jokowi bersama wakilnya Basuki Tjahaja Purnama diundang Foke untuk diperkenalkan ke pegawai Pemprov DKI Jakarta.

"Ini langsung mau meluncur ke sana (Balai Kota)," imbuhnya.


(aan/aan)

Biaya pelantikan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta pada 7 Oktober, akhirnya dipangkas sekitar 50%. DPRD DKI Jakarta menyepakati anggaran pelantikan hanya sebesar Rp499.407.000, berkurang dari alokasi awal yang mencapai Rp1,05 miliar. Sekretaris DPRD DKI Jakarta Mangara Pardede mengatakan, APBDDKI2012mengalokasikan anggaran pelantikan gubernur dan wakil gubernur DKI 2012�2017 sebesar Rp1,05 miliar. Namun karena menuai kritikan dari berbagai pihak, alokasi anggaran tersebut direvisi. Keputusan pemangkasan anggaran tersebut sudah dibicarakan dalam rapat dengan Komisi A DPRD DKI Jakarta. (sindo/dk)
JOKOWI MENANG: New York Times pun Beri Perhatian Khusus Jumat, 21 September 2012 18:46 WIB | R Bambang Aris Sasangka/JIBI/SOLOPOS | | SOLO - Fenomena muncul dan suksesnya Walikota Solo, Joko Widodo alias Jokowi dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta ternyata tak luput dari perhatian media di luar negeri. Koran New York Times yang merupakan salah satu media cetak terbesar dan paling berpengaruh di AS ikut menyoroti kiprah Jokowi di Jakarta. Dua tulisan muncul di situs New York Times. Yang pertama berjudul Outsider Breathing New Ideas Into Jakarta Election, yang ditulis oleh Sara Schonhardt. Dalam tulisan itu disebutkan bahwa kampanye Pilgub DKI kadang mirip konser musik rock dengan yel-yel, acungan kepalan tangan serta baju-kotak-kotak yang bertebaran. “This is only the second time Jakarta residents have voted for their city’s leader directly, and Mr. Joko, with his signature checkered shirts and populist manner, has injected new enthusiasm into the process. In a country where politicians often come from a tight-knit elite or have ties to the late president and military strongman Suharto, Mr. Joko, best known by his nickname Jokowi, appears to represent a new breed of politician, analysts say [Inilah kali kedua rakyat Jakarta memilih langsung pemimpin mereka dan Mr Joko yang berciri khas baju kotak-kotak dan sikap populis telah menyuntikkan antusiasme baru dalam proses politik. Di negeri di mana politisi sering berasal dari lingkaran kaum elite yang sulit ditembus atau terkait dengan sosok mendiang Suharto, Jokowi muncul sebagai politisi jenis baru],” tulis New York Times. Dikutip pula pendapat dari Douglas Ramage, analis dari Bower Group Asia yang juga spesialis Indonesia. “Para pemilih mencari pemerintahan dan bersih dan terpercaya. Sesuatu yang identik dengan partai sudah runtuh di Indonesia,” ujarnya. Tulisan lain di New York Times mengenai fenomena keunggulan Jokowi dalam Pilgub Jakarta. (nytimes.com) Sementara dalam tulisan berikutnya yang berjudul Challenger Appears to Have Edge in Jakarta Governor’s Race, Sara Schonhardt mengutip pendapat Dekan FISIP Universitas Pelita Harapan Aleksius Jemadu yang menyebut bahwa hasil Pilgub Jakarta menunjukkan kontras antara kandidat yang bergantung penuh pada dukungan mesin politik dan kandidat yang diyakini rakyat punya perhatian khusus pada kebutuhan mereka. Dikutip pula pendapat Burhanuddin Muhtadi dari Indonesia Survey Institute. “Pemilih sadar bahwa Jokowi mungkin tak bisa mengatasi semua permasalahan, tapi mereka sudah kehabisan harapan dari Fauzi Bowo,” ujar Burhanuddin.
September 19, 2012

Outsider Breathing New Ideas Into Jakarta Election

JAKARTA, Indonesia — The campaign for governor of Indonesia’s chaotic capital has, at times, resembled a rock concert, punctuated by guitar riffs, fist pumps and checkered shirts. At its heart is Joko Widodo, a candidate whose message of change has propelled him into the upstart contender for leader of one of Asia’s most important metropolises.
In July, Mr. Joko, the mayor of Surakarta in Central Java, surprised pollsters by emerging from the first round of elections with 43 percent of the vote, ahead of the man who had been expected to win, Gov. Fauzi Bowo, who took 34 percent. With none of the six candidates winning a majority, Mr. Joko and Mr. Fauzi will compete in a runoff on Thursday.
This is only the second time Jakarta residents have voted for their city’s leader directly, and Mr. Joko, with his signature checkered shirts and populist manner, has injected new enthusiasm into the process. In a country where politicians often come from a tight-knit elite or have ties to the late president and military strongman Suharto, Mr. Joko, best known by his nickname Jokowi, appears to represent a new breed of politician, analysts say.
A furniture exporter who entered politics for the first time when he ran for mayor in 2005, he is widely perceived as clean and capable in a country beset by corruption — Transparency International ranked Indonesia 100th out of 182 countries in 2011. As mayor of Surakarta, Mr. Joko helped relocate street vendors to ease traffic congestion and introduced a modern tram system. He streamlined business application procedures, widened access to health services and cleaned up slums, the last an issue with special appeal to Jakarta voters. In 2010, he was re-elected with 90.9 percent of the vote. He is on the short list for World Mayor 2012, an award given out every two years by the City Mayors Foundation, an international research organization.
The question now is whether he can replicate his success in Surakarta, a city of 520,000, in the country’s sprawling capital, with its population of more than 10 million. His supporters hope so.
“He tackled the challenges in Solo and made it the best city in Indonesia,” said Kiki Arpio, an insurance agent at a campaign event for Mr. Joko, using another name for Surakarta. “What’s important is that he has a good vision for the city.”
Analysts say Mr. Joko’s first-round victory signaled that voters were eager for new leadership. It could also be a sign that traditional party affiliations and endorsements are waning in significance and could serve as a precursor to national elections scheduled for 2014.
“This election is a test to see if the political party apparatus is still an asset,” said Wimar Witoelar, a veteran political observer who was a spokesman for  Abdurrahman Wahid, a former president.
Mr. Fauzi, 63, has deep roots in the Jakarta establishment, having served more than three decades as a civil servant and politician, and enjoys the backing of many Muslim leaders, academics and city officials. Most of Indonesia’s major parties are supporting him, including the Golkar Party, part of the governing coalition of President Susilo Bambang Yudhoyono and led by Aburizal Bakrie, a presidential contender for 2014.
Mr. Joko, 51, has the support of the opposition Indonesian Democratic Party-Struggle, headed by former President Megawati Sukarnoputri, who lost to Mr. Yudhoyono in 2004 and plans to run again in 2014.
Mr. Joko is also backed by the four-year-old Great Indonesia Movement Party, whose head, Prabowo Subianto, a former special forces commander with his own presidential ambitions, is helping finance his campaign. This has led some analysts to ask whether Mr. Prabowo intends to use an association with Mr. Joko to rehabilitate his own standing, which was tarnished by allegations of human rights abuses in the late 1990s under Mr. Suharto, his former father-in-law.
For now, at least, Mr. Joko’s candidacy has shaken up politics as usual, they say.
“He’s a cute figure, a funky figure, him and his checkered shirts and naïveté,” said Mr. Wimar. “It’s nice to have somebody busting the party oligarchy.”
Douglas Ramage, an analyst with the Bower Group Asia and an expert on Indonesian politics, said: “Voters are looking for integrity and clean governance. Party identification has collapsed in Indonesia.”
Mr. Joko has played up his outsider status. His supporters call themselves ants up against an elephant. “Now my alliance is with the people — a coalition with the people only,” he said at recent gathering for campaign volunteers.
Whoever wins the governorship will control a $4.3 billion budget and oversee the financial and political heart of one of the world’s fastest-growing economies. That makes it a bit of a “honey pot,” said Mr. Ramage, noting that Jakarta’s wealth has helped fuel official corruption, often cited as a deterrent to foreign investment.
A new administration in Jakarta could expose much of the cronyism that operates under the surface, Mr. Ramage said, but he cautioned that it would be difficult for Mr. Joko to overhaul an entrenched bureaucracy and clamp down on corruption, something that President Yudhoyono, who campaigned on such a platform, has found daunting.
Mr. Fauzi has defended his record against criticism that he has done little to improve the city’s paralyzing traffic, decrepit infrastructure and poor access to clean water.
“Jakarta is one of the megacities of the world, and managing this is not as simple as ABC,” he said in an interview. “You need experience, you need to prove you’re capable, you need the heart for the city.”
That point was underlined by a popular Jakarta comedian known as Mandra, who is quoted as saying on Mr. Fauzi’s campaign Web site: “The mustache guy must continue with development,” a reference to the governor’s trademark facial hair.
After Mr. Fauzi’s second-place showing in the first vote, he began speaking more assertively about his accomplishments: a 12-year compulsory education program, lower unemployment, higher per capita income.
“I’m trying to reach out to more people, consolidating my networks that are already established, and restructuring my campaign strategy to be more down to earth,” he said. But even he admitted that Mr. Joko, whom he called a “media darling,” has presented a formidable challenge.
Mr. Joko, meanwhile, is steadfast in his fight. Asked during a recent press gathering what it would mean if the “elephant” defeated him on Thursday, he chuckled and said: “Nah, the ants will win.”

Pria Ini Berada di Belakang Sukses Jokowi


TEMPO.CO , Surakarta:Sebuah layar lebar terpasang di halaman sebuah rumah yang berada di kawasan Gondang, Manahan, Surakarta. Layar itu menyiarkan penghitungan cepat pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Puluhan warga berbaju kotak-kotak, pakaian khas pendukung Jokowi menyaksikan jalannya penghitungan cepat itu.

Rumah tersebut milik salah satu pengusaha kayu ternama, Miyono. Dia adalah kakak kandung dari ayah Jokowi, atau di Jawa biasa dipanggil pakdhe. Konon, pria tersebut termasuk salah satu orang yang telah membimbing Jokowi menjadi pekerja keras.

Masa kecil Jokowi memang banyak dihabiskan di rumah tersebut. Salah satu putra Miyono memang sebaya dengan Jokowi. Namun di rumah tersebut Jokowi tidak hanya bermain. "Jokowi sudah mulai dikenalkan dengan kayu dan mebel," kata salah satu warga, Tatag Gentur Topo.

Sejak usia remaja Jokowi telah mahir menggergaji kayu. Biasanya, limbah kayu hanya dimanfaatkan sebagai kayu bakar. Namun, menurut Tatag, kreatifitas dan kerja keras Joko Widodo tak lepas dari bimbingan Miyono.  "Dia sudah cukup kreatif mengolah limbah kayu menjadi benda yang lebih berharga," katanya.

Setelah dewasa, Miyono mempercayakan salah satu perusahaannya untuk dijalankan oleh Jokowi. "Perusahaan mebel itu berkembang pesat," katanya. Setelah dirasa cukup, Jokowi akhirnya menyerahkan kembali perusahaan tersebut dan membuat usaha di bidang yang sama.

Dengan merendah, Miyono mengatakan Jokowi justru lebih banyak digembleng kakeknya. "Kalau di sini ya hanya main sama anak saya," katanya.

Namun dia mengakui Jokowi sempat dua tahun belajar mengenai manajemen produksi dan penjualan di perusahaannya. Sebagai keluarga tukang kayu, Miyono menilai Jokowi mampu mengedepankan sikap jujur.

"Nasib pengusaha akan habis dengan sekali dia menipu," katanya.

Dia berharap sikap jujur dan pekerja keras itu tetap dipertahankan oleh Jokowi selama bertugas di Jakarta.

AHMAD RAFIQJumat, 21/09/2012 01:31 WIB

Jokowi Menangkan Pilgub DKI Karena Jadi 'Kesayangan Media'

Prins David Saut - detikNews
Jakarta Pasangan Jokowi-Ahok memenangi pilgub DKI berdasarkan hitung cepat (quick count) sejumlah lembaga survei. Pasangan yang diusung PDIP dan Partai Gerindra ini berhasil unggul karena menjadi kesayangan media (media darling).

"Masalahnya sekarang media juga dalam hal tertentu membentuk orang. Pak Jokowi sangat mendapatkan peluang besar dengan media darling tersebut," ujar pengamat politik dari LIPI, Siti Zuhro, kepada detikcom, Kamis (20/9/2012)..

Menurutnya, media sangat berperan penting dalam pembentukan figur tertentu. Media apapun baik elektronik maupun cetak luar memiliki peran yang luar biasa dan sangat efektif.

Zuhro menjelaskan media darling terhadap Jokowi karena banyaknya opini tentang Jokowi yang lebih positif membentuk sosok pria asal Solo tersebut. "Jadi media tidak akan membaikkan Jokowi jika tidak memiliki kriteria itu.
Media tidak mengada-ada memberitakan, dialah (Jokowi) yang mendapatkan keuntungan, dan dalam konteks itu media juga mengiyakan dengan menjadikan dia ikon," tuturnya.

Zuhro juga menyoroti soal efektifitas partai politik dalam pilgub DKI Jakarta kali ini. Menurutnya, partai politik kurang menunjukkan kinerjanya dalam pilgub DKI Jakarta. Padahal partai politik seharusnya menjadi bursa yang mencetak pemimpin serta memberikan edukasi politik sehingga muncul figur-figur kharismatik.

"Sementara partai politik justru kurang tampil, padahal dalam demokrasi yang utama itu partai politik," tutup Zuhro.

Sejumlah lembaga survei merilis hasil akhir hitung cepat pilgub DKI. Meski dengan metode dan jumlah sampel yang berbeda, hasilnya semua hampir sama. Pasangan Jokowi-Ahok menang.

Hitung cepat ini digelar real time dari sejumlah TPS di Jakarta. Sebagian ada yang disiarkan langsung televisi, sebagian lagi merilisnya di lokasi tertentu.

Berikut hasil hitung cepat lembaga survei pilgub DKI Jakarta:

1. Quick Count LSI-TV One: Jokowi-Ahok 53,68%, Foke-Nara 46,32%.
2. Indo Barometer-Metro TV: Jokowi-Ahok 54,11%, Foke-Nara 45,89%.
3. LSI-SCTV: Jokowi-Ahok: 53,81%, Foke-Nara 46,19%.
4. Kompas: Jokowi-Ahok: 52,97 %, Foke-Nara 47,03%
5. MNC Media-SMRC: Jokowi-Ahok 52,63, Foke-Nara 47,37%.

(vid/rmd)
Normalisasi Total Kali di Jakarta
Jokowi menilai Kanal Banjir Timur (KBT) tidak cukup untuk mengatasi masalah banjir di Jakarta. Menurutnya, normalisasi total kali-kali di Jakarta harus dilakukan untuk mengoptimalkan usahanya membebaskan Jakarta dari banjir.

"Harusnya normalisasi total kali, karena kalau hujan pasti (banjir) sampai atap. Semua kali di Jakarta dan sungai harus ada normalisasi, bangun sedimen," ujar Jokowi saat mengunjungi warga di bantaran Kali Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Jumat (29/6/2012) yang lalu.

Menurut dia, sekarang banyak drainase yang bagus tapi tidak pernah dipelihara. Karena itu drainase yang semula berkedalaman dua meter hanya tinggal satu meter.

"Jadi yang terpakai cuma 20 persen atau 30 persen, itu yang enggak pernah dilihat. Jadi percuma dibangun Kanal Banjir Timur, tapi enggak ada normalisasi. Percuma," tutur pria yang masih tercatat sebagai Wali Kota Solo ini.
(sip/nrl)
 Janji Tambah 1.000 Bus TransJ
Jika terpilih menjadi gubernur DKI Jakarta, Jokowi berjanji akan menambah 1.000 unit bus TransJ yang ramah bagi perempuan.

"Transportasi yang ramah perempuan seperti busway, sekarang harus menunggu setengah jam sampai dua jam. Setelah dapat harus berdesakan, sehingga perempuan rawan menjadi korban pelecehan. Jadi nanti akan kita tambahkan 1.000 bus tambahan," ujar Jokowi.

Hal itu disampaikan dalam diskusi 'Perempuan Jakarte Nyari Gubernur' yang digelar Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Selasa (3/7/2012).

Dalam kesempatan yang sama Basuki Purnama yang akrab disapa Ahok, menambahkan bahwa selain tambahan bus dan penyelesaian koridor, penting juga untuk menyusun ulang rute busway.

"Kita akan susun ulang rute busway, kita cek mana destinasi yang paling banyak dituju. Karena banyak jalur yang enggak terpakai. Jadi kita coba bangun maksimal dua kali naik bisa sampai ke tujuan," kata Ahok.
(sip/nrl)
 Hidupkan Pagelaran Kebudayaan Betawi
Jokowi berjanji akan menghidupkan kembali pagelaran kebudayaan Betawi di Jakarta. "Wayang orang seperti ini (Teater Barata), lalu sanggar-sanggar tari dan penampilan budaya lain harus dihidupkan semua. Mulai dari kampung-kampung," ujarnya di  Gedung Teater Barata, Senen, Jakarta Pusat, Rabu (4/7/2012).

Menurutnya, menghidupkan kembali pagelaran budaya adalah bagian dari strategi kebudayaan yang sangat diperlukan dalam peradaban kota Jakarta.

"Ini adalah cagar budaya, heritage yang perlu dikembangkan, sehingga terjadi keseimbangan di kota antara budaya, sosial dan interaksi masyarakat," tuturnya.
(sip/nrl)
Permudah Sertifikasi Lahan
Jokowi menjanjikan tidak akan menggusur pemukiman kumuh bahkan mempermudah sertifikasi lahan untuk warga di perkampungan di Jakarta yang sudah menghuni lebih dari 20 tahun.

"Bagi kampung yang sudah dihuni lebih dari 20 tahun akan saya urus sertifikatnya. Saya ingin melakukan ini kerena sudah saya lakukan di Solo," kata Joko Widodo saat mengunjungi warga di Jl Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Baru, Sabtu (15/9/2012) lalu.

Tak hanya itu, jika terpilih, Jokowi juga akan menata pemukiman kumuh yang ada di Jakarta. "Pemukiman kumuh tidak akan digusur tapi ditata, pembangunan kota di Jakarta 5 tahun ke depan harus tertata, jalanan kampungnya rapi, bisa diperbaiki, perkampungannya sehat jadi rumahnya juga sehat," ungkapnya.
(sip/nrl)
 Santunan Kematian Rp 2 Juta
Jokowi berjanji akan memberi santunan kematian Rp 2 juta kepada warga Jakarta jika terpilih di pilgub DKI Jakarta.

"Nanti ada dana kematian. Kalau ada yang mendapat musibah, keluarganya ada yang meninggal dunia akan mendapat santunan Rp 2.000.000 per orang," ujar Cagub DKI, Joko Widodo, di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta, Rabu (27/6/2012).

Menurutnya, santunan kematian ini penting untuk membantu masyarakat, khususnya mereka yang kurang mampu. "Untuk pemakamannya saja kata warga bisa jutaan, ya keluhannya seperti itu," tuturnya.

Sementara untuk warga di Kepulauan Seribu, Jokowi akan memberikan santunan kematian lebih besar yakni Rp 3 juta per orangnya. "Saya sampaikan tadi saya siapkan santunan kematian Rp 3 juta untuk warga kepulauan," kata Jokowi.
(sip/nrl)
 Kartu Jakarta Sehat dan Kartu Pintar
Jokowi berjanji akan memberikan kartu Jakarta sehat dan kartu pintar kepada semua warganya jika dirinya terpilih menjadi gubernur DKI Jakarta. Hal ini disampaikan Jokowi saat berkampanye di kawasan Cempaka Baru, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (25/6/2012).

"Itu bisa dimulai dari sekarang. Nanti ada kartu Jakarta sehat dan kartu pintar. Ini bisa dipakai ke pelayanan masyarakat, pelayanan kesehatan karena anggaran Rp 800 miliar dan sudah ada. Jadi anak bisa pegang, bapak, ibu, kakek bisa pegang," kata Jokowi.

"Lalu ada kartu pintar untuk pendidikan mulai SD, SMA, sampai SMK. Ini harus gratis. Jadi membangun masyarakat melalui sistem," lanjut dia.
(sip/nrl)
Hapus Pungutan Liar PKL
Jokowi berjanji jika dirinya terpilih menjadi gubernur DKI Jakarta, tidak akan ada lagi pungutan liar dan penggusuran pedagang kaki lima (PKL).

"Saya berani jamin, tidak akan ada pungutan liar kepada PKL," ujar Jokowi saat gelar dialog di depan Toko Cat Amen, Jl Gadjah Mada, Jakarta Pusat, Minggu (1/4/2012) lalu. Pernyataan Jokowi ini menjawab pertanyaan Udin, salah seorang pedagang.

Joko mengatakan, pungutan kepada pedagang hanyalah retribusi kebersihan. Retribusi ini juga dipakai untuk menjaga kebersihan wilayah pasar.
(sip/nrl)

Komentar

  1. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Allah di balik Sejarah: Penantian Baru BTP (hati nurani Pemilu 2024) #02

die hard of terrorism: final fate of ISiS (3): ISIS bukan ISLAM, menganut teologi PEMBUNUHAN

janji Jokowi (4) (ANTI GRATIFIKA$1): pilpres 2019